2014 PEMBELAJARAN SENI GRAFIS TEKNIK SABLON UNTUK ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI SLB ASYIFA BANDUNG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata-rata. Istilah tersebut

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pendidikan terutama wajib belajar sembilan tahun yang telah lama

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan pada umumnya adalah upaya membantu peserta. didik dalam merealisasikan berbagai potensi atau kemampuan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Luar Biasa bertujuan untuk membantu peserta didik yang

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Mentri Pendidikan Nasional RI nomor 22 dan 23 tahun 2006.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan anak terjadi mulai aspek sosial, emosional, dan intelektual. Salah satu aspek

BAB I PENDAHULUAN. Anak tunagrahita sedang adalah anak yang tingkat kecerdasan (IQ) berkisar

BAB I PENDAHULUAN. abad kedua puluh satu ini. Dimana didalamnya sarat dengan kompetisi. yang pemenangnya sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya

: UTARI RAHADIAN SETIYOWATI K

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang menangani anak berkebutuhan khusus, termasuk di dalamnya yaitu

2015 PENERAPAN PELATIHAN CETAK SABLON DIGITAL DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS SISWA TUNARUNGU KELAS XII SMALBDI SLB BC YATIRA CIMAHI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dariyo (2011), keluarga adalah unit sosial terkecil yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. investasi untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan keahlian untuk

: Metode-metode Pembelajaran Bahasa Lisan pada Anak Tunagrahita Ringan di Sekolah Luar Biasa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rasa percaya diri dalam sikap dan perilaku setiap hari, sehingga dapat

BAB I. sosialnya sehingga mereka dapat hidup dalam lingkungan sekitarnya. Melalui

: Adi Handoko dan Ayu Sholihah : Psikologi Anak Luar Biasa ANAK TUNAGRAHITA A. PENGERTIAN ANAK TUNAGRAHITA

BAB I PENDAHULUAN. dalam fungsi motorik, afektif maupun kognitifnya. Orang-orang yang fungsi. kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rina Agustiana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. pembagian kemampuan berbahasa, menulis selalu diletakkan paling. akhir setelah kemampuan menyimak, berbicara, dan membaca.

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Erma Setiasih, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari membaca mempunyai makna yang. penting. Membaca bukan saja sekedar memandangi lambang-lambang tertulis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tercantum dalam pasal 31 UUD 1945 (Amandemen 4) bahwa setiap warga negara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya, yang membedakan dari anak-anak

BAB I PENDAHULAN A. Latar belakang Penelitian Lina Rahmawati,2013

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan hakikatnya, bahasa dimiliki oleh manusia saja. Tuhan memberi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ARTIKEL ILMIAH DESKRIPSI PROSES RECALL SISWA TUNAGRAHITA RINGAN PADA MATERI TABUNG DI KELAS IX (INKLUSI) SMP N 6 KOTA JAMBI

BAB IV ANALISIS DATA METODE PEMBELAJARAN INDIVIDUAL, PENDIDIKAN AGAMA ISLAM, ANAK TUNA GRAHITA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Bahasa digunakan manusia sebagai sarana komunikasi di dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia merupakan suatu hal yang wajib ditempuh oleh semua warga negara.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menyandang tunagrahita adalah 2,3%. Atau 1,95% anak usia sekolah. menyadang kelainan adalah orang, jadi estimasi jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Ai Nuraeni, 2014 Pembelajaran PAI Untuk Siswa Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN. Anak tunagrahita kategori ringan membutuhkan pendidikan sebagaimana anak

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN UNTUK ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DALAM BIDANG BERHITUNG

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia pendidikan selalu mengalami perubahan yang. mencapai suatu tahap perkembangan pendidikan akan sangat menentukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Masalah Ponija, 2014

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Inne Yuliani Husen, 2013

BAB I PENDAHULUAN. anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata rata. Tuna

1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan berhitung merupakan aspek yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Gilang Angga Gumelar, 2015

BAB I PENDAHULUAN. berbagai pihak diantaranya adalah guru dan siswa. Pembelajaran adalah pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Anak tunagrahita perlu diberikan pelajaran yang sama seperti anak-anak

laku baik intelektual, moral maupun sosial.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS. A. Kajian Pustaka. 1. Tinjauan tentang tunagrahita ringan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani adaptif merupakan luasan dari kata pendidikan jasmani

I. PENDAHULUAN. selalu berhubungan dengan tema tema kemanusiaan, artinya pendidikan

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kreativitas Pengertian Kreativitas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN TATA BUSANA PADA ANAK TUNARUNGU KELAS VII SMPLB DI SLB-B PRIMA BHAKTI MULIA KOTA CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kerjaan menyatakan Setiap tenaga kerja memiliki kesempatan yang sama tanpa

BAB I PENDAHULUAN. bahwa anak bukan hanya tanggung jawab orang tua, tetapi masyarakat bahkan juga

BAB II KONSEP DASAR TUNAGRAHITA, MEDIA TANGGA BILANGAN, KEMAMPUAN BERHITUNG PENJUMLAHAN

BAB I PENDAHULUAN. diberikan oleh orang dewasa untuk mencapai kedewasaan. Henderson dalam. perkembangan individu yang berlangsung sepanjang hayat.

NIM. K BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pusti Mustika, 2013

BAB VI PENUTUP. dirumuskan kesimpulan seperti di bawah ini. 1. Kondisi anak tunagrahita di SDLB-C PGRI Among Putra Ngunut,

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

PEMBINAAN DISIPLIN ANAK TUNA GRAHITA DI SEKOLAH. (Studi Kasus di SLB Pelita Bangsa Kesamben Jombang) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional betujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Tubuh manusia mengalami berbagai perubahan dari waktu kewaktu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Sudah berabad-abad yang lalu manusia menggunakan bahasa, baik bahasa tubuh, tulisan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak berkebutuhan khusus merupakan anak luar biasa yang mempunyai

Bagaimana? Apa? Mengapa?

2016 RUMUSAN PROGRAM PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MERAWAT DIRI BAGI ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB X PALEMBANG

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. masalah pembelajaran matematika yang dihadapi anak tunagrahita ringan di SLB

BAB II MEDIA TABEL BILANGAN DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DASAR PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN. a. PENGERTIAN ANAK TUNAGRAHITA RINGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seharusnya mendapatkan perlakuan yang sama seperti siswa normal. Siswa SLB

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN AGAMA ISLAM MATERI SHOLAT BAGI ANAK TUNAGRAHITA DI SLB SUKOHARJO

BAB I. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BUDAYA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BAGI ANAK TUNARUNGU-WICARA DI SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia tidak hanya diperuntukkan bagi anak- anak yang

BAB V PEMBAHASAN. A. Pendekatan Guru Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada

BAB I PENDAHULUAN. masa depan dan sanggup bersaing dengan bangsa lain. Dunia pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. Setiap pasangan memiliki harapan serta keinginan-keinginan menjalani

BAB I PENDAHULUAN. Anak tunagrahita merupakan salah satu anak berkebutuhan khusus yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

2015 PERSEPSI SOSIAL MASYARAKAT TERHADAP KEMAMPUAN TUNAGRAHITA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Guru adalah orang yang memiliki kemampuan merencanakan program

BAB I PENDAHULUAN. Membaca merupakan salah satu di antara empat keterampilan berbahasa

BAB II KERANGKA TEORITIK

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap makhluk memiliki keterbatasan baik itu pengetahuan, daya pikir, daya nalar dan daya kreativitas. Ada pula keterbatasan kemampuan fisik dan psikologis terutama pada orang-orang yang memerlukan kebutuhan khusus seperti halnya anak tunagrahita. Tunagrahita adalah sebutan bagi anak yang memiliki kemampuan intelektual dibawah rata-rata. Anak tunagrahita memiliki keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan dalam interaksi sosial. Anak tunagrahita disebut juga anak yang memiliki keterbelakangan mental karena kecerdasannya berakibat dirinya sukar untuk mengikuti kegiatan program pendidikan di sekolah umum, oleh karena itu anak tunagrahita membutuhkan perlakuan khusus disesuaikan dengan kemampuannya. Penyandang tunagrahita terbagi menjadi tiga golongan, yaitu tunagrahita ringan, tunagrahita sedang dan tunagrahita berat. Anak tunagrahita ringan disebut juga dengan debil. kelompok ini memiliki IQ antara 68-52 menurut Binet, sedangkan menurut Skala Weschler (WISC) memiliki IQ 69-55 (Somantri, 2006, hlm.106), sedangkan anak tunagrahita sedang disebut juga dengan imbesil. kelompok ini memiliki IQ antara 51-36 menurut Binet, dan 54-40 menurut Skala Weschler (WISC) (Somantri, 2006, hlm.107), dan kelompok anak tunagrahita berat disebut idiot. Tunagrahita berat (severe) memiliki IQ antara 32-20 menurut Skala Binet dan antara 39-25 menurut Skala Weschler (WISC) (Somantri, 2006, hlm.108). Berdasarkan pandangan di atas, peneliti bermaksud melakukan penelitian di Sekolah Luar Biasa (SLB) Asifa. Sekolah Luar Biasa Asyifa tersebut terdapat

2 siswa penyandang tunagrahita. Pemilihan Sekolah Luar Biasa Asyifa yang berlokasi di daerah Awiligar, Cibeunying, Bandung dirasa cukup tepat sebagai sampel penelitian karena terdapat beberapa siswa penderita tunagrahita baik ringan, sedang, maupun berat. Dalam hal ini peneliti memilih anak tunagrahita ringan sebagai sampel dalam penelitian. Penyandang tunagrahita ringan memiliki karakteristik yang hampir sama dengan anak normal lainnya, mereka lancar berbicara namun kurang dalam perbendaharaan katanya, juga mengalami kesulitan dalam berfikir abstrak, tetapi masih dapat mengikuti pelajaran akademik. Pada umur 16 tahun baru mencapai umur kecerdasan yang sama dengan anak umur 12 tahun. Dengan bimbingan dan pendidikan yang baik, anak penderita tunagrahita ringan dapat memperoleh penghasilan untuk dirinya sendiri. Anak terbelakang mental ringan dapat dididik menjadi tenaga kerja semiskilled seperti pekerjaan laundry, pertanian, peternakan, pekerjaan rumah tangga, bahkan jika dilatih dan dibimbing dengan baik anak tunagrahita dapat bekerja di pabrik pabrik dengan sedikit pengawasan. (Soemantri, 2006, hlm.107) Pemilihan lokasi sekolah yang bertempat di daerah Awiligar, Cibeunying Bandung dirasa cukup sesuai karena di daerah tersebut terdapat produksi rumahan dalam bidang konveksi seperti percetakan kaos, jaket, dan lainnya. Sejalan dengan pandangan yang dikemukakan oleh Sutjihati Soemantri bahwa anak terbelakang mental ringan dapat dididik menjadi tenaga kerja semi-skilled. Dari pandangan di atas, penulis bermaksud melakukan penelitian terhadap penderita tunagrahita ringan dengan mengaplikasikan seni grafis dengan menggunakan teknik sablon. Dengan pengaplikasian seni grafis menggunakan teknik sablon diharapkan para siswa tunagrahita dapat mengembangkan kreativitas visual mereka serta dapat mengaplikasikan pengetahuannya di lingkungannya sendiri dengan ikut bergabung pada usaha konveksi rumahan yang ada di lingkungannya. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa seni grafis merupakan bagian dari seni rupa murni yang menggunakan teknik cetak baik itu di atas kertas, kain atau

3 media lainnya. Seni grafis memiliki empat teknik utama, di antaranya cetak datar, cetak tinggi, cetak saring, dan cetak dalam. Seni sablon tergolong dalam cetak saring, yaitu salah satu teknik cetak yang sangat sederhana, tanpa memerlukan investasi yang tinggi. Teknik ini banyak diterapkan dalam berbagai sektor kehidupan manusia. Walaupun dalam realisasinya bahwa teknik cetak sablon hanya bagian dari wirausaha perumahan (home industry), tetapi teknik ini masih sangat signifikan untuk terus dapat dikembangkan. Tidak menutup kemungkinan dengan adanya perkembangan teknologi dalam industri, teknik cetak sablon saat ini telah dikembangkan dengan menggunakan komputer dalam hal pembentukan gambarnya pada screen. Ditinjau dari golongan cetak grafis, teknik sablonlah yang dirasa sesuai untuk penerapkan pemberajaran bagi siwa tunagrahita ringan. Selain tekniknya yang sederhana, juga menunjang bagi keterampilan kreatifitas visual siswa dan dapat dikembangkan secara berlanjut oleh siswa tunagrahita demi kehidupan mereka. Penguasaan teknik sablon yang akan menjadi salah satu usaha para penyandang tunagrahita untuk diterapkan dalam kehidupan. Mereka dapat bertahan hidup dengan keterampilan yang mereka miliki. Oleh karena itu, penelitian ini diberi judul Pembelajaran Seni Grafis Teknik Sablon untuk Anak Tunagrahita Ringan di SLB Asyifa Bandung. B. Identifikasi Masalah Penelitian Dari uraian pada latar belakang penelitian tersebut, jelaslah bahwa setiap makhluk memiliki keterbatasan. Keterbatasan tersebut tidak menghalangi seseorang dalam berkarya. Seperti halnya para penyandang tunagrahita yang memiliki keterbatasan intelegensi namun mereka dapat diberi keterampilan yang berhubungan dengan seni rupa, seperti misalnya seni grafis dengan menggunakan teknik sablon yang dapat menggali kreativitas visual mereka. Diharapkan hal itu kelak bisa dapat diaplikasikan agar berguna dalam kehidupan mereka.

4 C. Rumusan Masalah Penelitian Bertolak dari latar belakang penelitian dan identifikasi masalah tersebut, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian yaitu Bagaimana model pembelajaran seni grafis dalam upaya meningkatkan kreatifitas visual anak tunagrahita ringan di SLB Asifa Bandung? Rumusan masalah penelitian tersebut dapat dirinci ke dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimanakah implementasi metode pembelajaran seni grafis (teknik sablon) kepada siswa tunagrahita ringan di SLB Asyifa Bandung? 2. Bagaimanakah kecenderungan minat belajar siswa tunagrahita ringan pada saat pembelajaran seni grafis berlangsung? 3. Bagaimanakah unsur visual karya cetak sablon siswa tunagrahita ringan di SLB Asyifa? D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data dan informasi tentang pembelajaran seni grafis dengan menggunakan teknik sablon untuk anak tunagrahita di SLB Asiyfa. Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah untuk: 1. Meningkatkan proses pembelajaran grafis (teknik sablon) kepada siswa tunagrahita ringan di SLB Asyifa. 2. Meningkatkan minat belajar siswa tunagrahita ringan pada saat pembelajaran seni grafis berlangsung. 3. Memahami hasil karya cetak sablon siswa tunagrahita ringan. E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan baik secara teoritis maupun secara praktis sebagai berikut. 1. Secara teoritis

5 Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam aspek teoritis (keilmuan) yaitu bagi perkembangan ilmu Seni Rupa, khususnya pada bidang seni grafis dalam teknik sablon, melalui pendekatan serta metode metode yang digunakan terutama dalam upaya pembelajaran seni grafis dengan menggunakan teknik sablon kepada siswa tunagrahita ringan. Dengan pembelajaran penerapan seni grafis dengan menggunakan teknik sablon diharapkan guru pengajar di SLB Asifa dapat mengembangan pembelajaran seni grafis dengan menggunakan teknik sablon secara continue. 2. Secara Praktis Manfat penelitian secara praktis diharapkan dapat memiliki kemanfaatan sebagai berikut, a. Sebagai masukan bagi SLB Asifa untuk menjadikan seni grafis dengan menggunakan teknik sablon sebagai salah satu pembelajaran di sekolah tersebut guna perkembangan keterampilan siswa tunagrahita. b. Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi atau rujukan untuk mengembangkan pembelajaran seni grafis dengan menggunakan teknik sablon dalam kehidupan siswa tunagrahita kedepannya. F. Kerangka Penelitian Adapun kerangka penelitian yang akan digunakan adalah sebagai berikut: Pembelajaran Anak Tunagrahita Proses Pembelajaran Respon / Minat Siswa Karya Kreativitas Visual Seni Rupa Cetak Sablon

6 Bagan 1. 1 Kerangka penelitian Dalam kerangka penelitian tersebut, langkah pertama adalah pembelajaran anak tunagrahita. Yang dimaksud dalam pembelajaran anak tunagrahita adalah penulis akan melakukan penelitian dengan memberikan pengajaran berupa implementasi media seni rupa yaitu pembelajaran seni grafis dengan menggunakan cetak saring kepada siswa tunagrahita ringan. Dalam pembelajaran anak tunagrahita tersebut penulis akan mengamati beberapa hal diantaranya proses pembelajaran, respon atau minat siswa, dan hasil karya siswa. Ketika dalam proses pembelajaran peneliti mengamati bagaimana berlangsungnya pembelajaran terhadap anak tunagrahita. Pembelajaran cetak sablon kepada anak tunagrahita ringan menggunakan teknik block out yaitu salah satu teknik dalam proses cetak saring (sablon) dengan melapisi screen dengan cairan yang dapat meutupi lubang-lubang pada screen sehingga tinta tidak bisa menembus. Selain itu, peneliti juga mengamati respon dan minat siswa tunagrahita ringan dalam pembelajaran, apakah mereka tertarik dan senang belajar seni grafis atau tidak. Setelah pembelajaran selesai, penulis melakukan penelitian terhadap hasil karya siswa secara visual dilihat dari bentuk, garis, dan unsur rupa lainnya. G. Sistematika Penelitian Sistematika penulisan dimaksudkan untuk memudahkan dalam memahami permasalahan dan pembahasannya, maka penulisan skripsi ini menggunakan sistematika sebagai berikut. Bab I pendahuluan, dalam bab ini peneliti menguraikan latar belakang dilakukannya penelitian dan permasalahan yang akan dikaji. Hasil pemikiran peneliti yangt menjadi dasar dan akar permasalahan. Selain itu dalam bab ini peneliti merumuskan dan mengidentifikasi masalah, serta menyampaikan hal-hal yang telah dirancang untuk melakukan penelitian. Bagian lain dalam bab ini juga mengutaikan sistematika penyusunan skripsi ini.

7 Bab II Kajian teori, berisi dalil-dalil, model-model ataupun hokum yang menjadi dasar kajian teori dalam penelitian. Bab ini memaparkan secara mendalam dan rinci mengenai pembahasan teori dari mulai umum kea rah yang khusus melalui kebahasaan yang kompleks. Selain itu juga memuat pendapatpendapat yang berhubungan dengan penelitian dari berbagai macam sumber. Dalam bab ini juga menguraikan bebragai macam dalil yang menjelaskan mulai dari subjek penelitian, objek penelitian, sampai sampel dan pengantar teori. Bab III metodelogi Penelitian, sesuai dengan judulnya bab ini khusus membahas mengenai metode penelitian yang dilakukan secara terstuktur dan ilmiah. Teori-teori penelitian dan dalil yang melandasi penelitian serta stuktur instrument penelitian. Selain itu dibahas juga dari lokasi penelitian sampai struktur pembelajaran dikupas secare terperinci dalam bab ini. Selain itu dalam bab ini juga dijelaskan mengenai prosedur perencanaan yang akan dilaksanakan dalam rangka penelitian. Bab IV pembahasan, bab ini memaparkan data dan informasi yang didapatkan menjelaskan hasil penelitian mengenai proses pembelajaran yang dilakukan, perangkat pembelajaran yang dipakai, hasil pengumpulan dan olahan data serta analisis karya. Pembahasannya mencakup gambaran umum mengenai perencanaan, pelaksanaan pembelajaran, dan hasil pembelajaran di kelas. Pembahasan bab ini ditulis berdasarkan sumber data yang diperoleh penulis berdasarkan hasil observasi, wawancara, catatan lapangan, serta analisis karya siswa. BAB V kesimpulan, pada bab ini peneliti menyimpulkan pokok permasalahan yang merupakan hasil temuan di lapangan. Bab ini juga menguraikan solusi yang telah dikaji terlebih dahulu setelah melakukan pengolahan data, serta memberikan hasil akhir dari proses penelitian yang diakumulasikan kedalam rangkaina kalimat simpulan.