BAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan di alam dunia berkembang biak. Perkawinan merupakan salah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan dialam dunia berkembang biak. Perkawinan bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. wanita telah sepakat untuk melangsungkan perkawinan, itu berarti mereka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Pasal 1 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Perkawinan Tahun 1974, melakukan perkawinan adalah untuk menjalankan kehidupannya dan

BAB I PENDAHULUAN. Aristoteles, seorang filsuf yunani yang terkemuka pernah berkata bahwa

BAB I PENDAHULUAN. agar hubungan laki-laki dan perempuan mampu menyuburkan ketentraman,

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. istri dengan tujuan untuk membentuk keluarga ( Rumah Tangga ) yang bahagia

BAB 1 PENDAHULUAN. kebijakan dan saling menyantuni, keadaan seperti ini lazim disebut sakinah.

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan keberadaan anak sebagai anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan dalam agama Islam disebut Nikah yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Apabila mereka melangsungkan perkawinan maka timbullah hak dan

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan usia muda merupakan perkawinan yang terjadi oleh pihak-pihak

BAB I PENDAHULUAN. mahluk Allah SWT, tanpa perkawinan manusia tidak akan melanjutkan sejarah

BAB I PENDAHULUAN. kelaminnya (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarikmenarik

BAB I PENDAHULUAN. Akomodatif artinya mampu menyerap, menampung keinginan masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. Hidup bersama di dalam bentuknya yang terkecil itu dimulai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. gamelan, maka dapat membeli dengan pengrajin atau penjual. gamelan tersebut dan kedua belah pihak sepakat untuk membuat surat

BAB I. Tuhan telah menciptakan manusia yang terdiri dari dua jenis yang berbedabeda

b. Hutang-hutang yang timbul selama perkawinan berlangsung kecuali yang merupakan harta pribadi masing-masing suami isteri; dan

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat dan saling berinteraksi. Manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa. adanya atau dengan membentuk sebuah keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, suami istri memikul suatu tanggung jawab dan kewajiban.

BAB I PENDAHULUAN. etnis,suku, agama dan golongan. Sebagai salah satu negara terbesar di dunia,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama

BAB I PENDAHULUAN. seorang laki-laki dan perempuan sama-sama memiliki hak dan kewajiban didalam

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa yang tidak ternilai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Allah SWT telah menghiasi alam semesta ini dengan rasa cinta dan kasih

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki berbagai macam suku, budaya, bahasa dan agama.

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menjaga kedudukan manusia sebagai makhluk yang terhormat maka diberikan

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1974, TLN No.3019, Pasal.1.

BAB I PENDAHULUAN. keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami isteri memikul amanah dan

BAB I PENDAHULUAN. serta membutuhkan manusia lainnya untuk hidup bersama dan kemudian

BAB I PENDAHULUAN. istri, tetapi juga menyangkut urusan keluarga dan masyarakat. Perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat lepas dari hidup

BAB 1 PENDAHULUAN. sejak jaman dahulu hingga saat ini. Karena perkawinan merupakan suatu

TELAAH TINGGINYA PERCERAIAN DI SULAWESI UTARA (STUDI KASUS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA)

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan Tuhan Yang Maha Esa secara berpasangpasangan. yaitu laki-laki dan perempuan. Sebagai makhluk sosial, manusia

Secara kodrat manusia sebagai makhluk yang tidak dapat hidup tanpa orang lain, saling

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara pada umumnya. Sebuah keluarga dibentuk oleh suatu. tuanya dan menjadi generasi penerus bangsa.

SKRIPSI PROSES PENYELESAIAN PERCERAIAN KARENA FAKTOR KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (STUDY KASUS DI PENGADILAN AGAMA SURAKARTA)

PUTUSAN FASAKH ATAS CERAI GUGAT KARENA SUAMI MURTAD (Studi Kasus di Pengadilan Agama Klaten)

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena itu manusia wajib berdoa dan berusaha, salah satunya dengan jalan

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP ALASAN-ALASAN MENGAJUKAN IZIN PERCERAIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN KANTOR PEMERINTAHAN KABUPATEN GRESIK

BAB I PENDAHULUAN. harta warisan, kekayaan, tanah, negara, 2) Perebutan tahta, termasuk di

BAB II PERKAWINAN DAN PUTUSNYA PERKAWINAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam ajarannya, bahwa manusia adalah zoon politicon artinya bahwa manusia

BAB I. Persada, 1993), hal Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, cet.17, (Jakarta:Raja Grafindo

AKIBAT HUKUM PERCERAIAN TERHADAP HARTA. BERSAMA di PENGADILAN AGAMA BALIKPAPAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. hidup seluruh umat manusia, sejak zaman dahulu hingga kini. Perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kodrat manusia sejak dilahirkan ke dunia selalu mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. meliputi manusia, hewan, dan tumbuhan. Diantara ciptaan-nya, manusia

PELAKSANAAN PERCERAIAN DAN AKIBAT HUKUMNYA DI PENGADILAN AGAMA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. insan manusia pria dan wanita dalam satu ikatan suci dengan limpahan dari

BAB I PENDAHULUAN. mutlak diperlukan dan sebagai syarat terbentuknya suatu keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. dengan melangsungkan Perkawinan manusia dapat mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan syarat-syarat yang telah ditentukan oleh Undang-Undang. 1 Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan kebutuhan kodrat manusia, setiap manusia

TINJAUAN YURIDIS DAMPAK PERKAWINAN BAWAH TANGAN BAGI PEREMPUAN OLEH RIKA LESTARI, SH., M.HUM 1. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. kelamin yang berlainan seorang laki laki dan seorang perempuan ada daya saling

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dinyatakan pada Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

PUTUSAN Nomor 1125/Pdt.G/2015/PA. Pas

KUISIONER HASIL SURVEI TESIS

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya salah satu kebutuhan manusia adalah perkawinan. Berdasarkan Pasal 28B ayat (1) Undang Undang Dasar 1945 (UUD 1945) yang

PUTUSAN Nomor : 0846/Pdt.G/2014/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. seorang laki-laki, ada daya saling menarik satu sama lain untuk hidup

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dilahirkan, maka ia dalam hidupnya akan mengemban hak dan

PUTUSAN Nomor : 0817/Pdt.G/2012/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Suatu individu ataupun masyarakat tidak akan tumbuh menjadi

BAB I PENDAHULUAN. menarik untuk dibicarakan, karena persoalan ini bukan hanya menyangkut tabiat

AKIBAT PERKAWINAN DIBAWAH UMUR DALAM KELANGSUNGAN HIDUP. ( Studi Kasus Pengadilan Agama Blora)

BAB I PENDAHULUAN. Barat, sistem Hukum Adat dan sistem Hukum Islam. 1 Sebagai sistem hukum,

BAB IV CERAI TALAK DALAM PERSPEKTIF YURIDIS. DALAM PUTUSAN PERKARA NO. 0181/Pdt.G/2013/PA.Gs PENGADILAN AGAMA GRESIK

PUTUSAN Nomor 0040/Pdt.G/2014/PA.Pkc

BAB I PENDAHULUAN. itu, harus lah berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, sebagai azas pertama

BAB I. Pendahuluan. melaksanakan tugas dan kewajibannya masing-masing dalam membangun keluarga

PUTUSAN Nomor 0718/Pdt.G/2015/PA. Pas

BAB I PENDAHULUAN. di atas selanjutnya akan diatur dalam Peraturan Pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. layak dan berkecukupan. Guna mencukupi kebutuhan hidup serta guna

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berhubungan dengan manusia lain. Timbulnya hubungan ini didukung oleh

BAB I PENDAHULUAN. rohani. Dalam kehidupannya manusia itu di berikan akal serta pikiran oleh Allah

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, perkawinan tidak hanya mengandung unsur hubungan manusia. harus memenuhi syarat maupun rukun perkawinan, bahwa perkawinan

PUTUSAN Nomor 1203/Pdt.G/2013/PA.Pas. melawan

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

P U T S A N. Nomor 0828/Pdt.G/2015/PA.Pas BISSMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN. Nomor : 1369/Pdt.G/2009/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN Nomor 1278/Pdt.G/2015/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk sosial manusia mempunyai naluri untuk bisa hidup

PELAKSANAAN PERKAWINAN DENGAN WALI HAKIM DI KANTOR URUSAN AGAMA KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1989, dan telah diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006,

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PERTIMBANGAN MAJELIS HAKIM MENOLAK GUGATAN REKONVENSI DALAM. PUTUSAN No: 1798 / Pdt.G/2003/PA.Sby

BAB I PENDAHULUAN. dari perkawinan itu adalah boleh atau mubah. Namun dengan melihat

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Qur anul Karim dan Sunnah Rosullulloh saw. Dalam kehidupan didunia ini, Firman Allah dalam Q.S. Adz-Dzaariyat : 49, yang artinya :

BAB I PENDAHULUAN. Manusia selalu ingin bergaul (zoon politicon) 1 bersama manusia lainya

BAB I PENDAHULUAN. seorang diri. Manusia yang merupakan mahluk sosial diciptakan oleh Tuhan

BAB I PENDAHULUAN. perzinaan dengan orang lain diluar perkawinan mereka. Pada dasarnya

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu saat di lahirkan dan meninggal dunia, dimana peristiwa tersebut akan

BAB I PENDAHULUAN. Perceraian pasangan..., Rita M M Simanungkalit, FH UI, 2008.

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan adalah perilaku makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa agar kehidupan di alam dunia berkembang biak. Perkawinan merupakan salah satu budaya yang beraturan yang mengikuti perkembangan budaya manusia dalam kehidupan masyarakat. Dalam masyarakat sederhana budaya perkawinannya sederhana, sempit, dan tertutup, dalam masyarakat yang maju (modern) budaya perkawinannya maju, luas, dan terbuka. 1 Seiring dengan perkembangan masyarakat yang semakin maju, budaya perkawinan dan aturannya yang berlaku pada suatu masyarakat atau pada suatu bangsa tidak terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan dimana masyarakat itu berada serta pergaulan masyarakatnya. Pergaulan antar manusia lintas batas ini dapat menimbulkan ketertarikan antara satu dengan yang lainnya yang menyebabkan terjadinya perkawinan tidak hanya terjadi di antara satu suku, tetapi juga antara agama satu dengan yang lainnya. Berdasarkan Undang-Undang No 1 Tahun 1974 Pasal 2 ayat (1) telah dengan tegas menjelaskan bahwa perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu. Hal ini berarti bahwa, jika suatu perkawinan telah memenuhi syarat dan rukun perkawinan atau Ijab Kabul telah dilaksanakan (bagi umat Islam) dan pendeta 1 Hilman Hadikusuma, 1990, Hukum Perkawinan Indonesia, Bandung: Mandar Maju, hal. 1 1

2 atau pastor (bagi umat Kristen dan Katolik) telah melaksankan pemberkatan atau ritual lainnya, maka perkawinan tersebut adalah sah terutama dipandang dari segi agama dan kepercayaannya, apabila tidak dilakukan dengan cara demikian, maka perkawinan tersebut dapat dikatakan tidak sah. Hukum masing-masing agama menjadi dasar sahnya suatu perkawinan, hal tersebut berarti pelaksanaan perkawinan hanya tunduk pada salah satu hukum agama saja. Oleh karenanya perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agama dan kepercayaannya itu serta telah dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. 2 Pernikahan antara seorang pria dengan seorang perempuan haruslah didasari oleh perasaan saling mencintai dan menyayangi antara yang satu dengan yang lain. Dalam mengarungi rumah tangga kehidupan diperlukan pengorbanan yang besar guna mencapai keselarasan kehidupan dan membentuk keluarga yang sakinah. Keharmonisan (ketentraman) dalam rumah tangga sangat tergantung bagi kedua belah pihak baik dari laki-laki maupun perempuan. Sebab retaknya suatu rumah tangga atau timbulnya perceraian adalah sesuatu yang sangat tidak diinginkan bagi masing-masing pihak. Bahkan akibat yang ditimbulkan sangatlah kompleks. Banyak hal yang menyebabkan keretakan dalam perceraian tersebut, diantaranya adalah penyelewengan di antara salah satu pihak dalam pasangan yang sah dalam rumah tangga terhadap pihak lain. Implikasi besar dari perceraian yang disebabkan oleh perselingkuhan, selain 2 https://anastasyaleony.wordpress.com/2016/03/18/sahnya-perkawinan-beda-agama-ditinjau-dariundang-undang-nomor-1-tahun-1974-dan-agama-agama-di-indonesia/, diakses 06 Maret 2017, jam 23.49 WIB

3 runtuh dan lunturnya rasa kebaikan yang telah dimiliki oleh kedua pasangan tersebut, juga mengakibatkan pecahnya keluarga dan pada akhirnya berakhir di meja pengadilan. Apabila dalam perkawinan telah dilahirkan anak, maka perceraian juga membawa akibat hukum terhadap anak, yaitu orang tua tidak dapat memelihara anak secara bersama-sama lagi. Untuk itu pemeliharaan anak diserahkan kepada salah satu dari orang tua. Di lain pihak akibat perceraian terhadap harta kekayaan adalah harus dibagi harta bersama antara suami isteri tersebut. Tidak ada seorangpun yang ketika melangsungkan perkawinan mengharapkan akan mengalami perceraian. Walaupun demikian ada kalanya ada sebab-sebab tertentu yang mengakibatkan perkawinan tidak dapat diteruskan lagi, sehingga terpaksa harus terjadi perceraian antara suami isteri. Perceraian hanya dibenarkan penggunaannya dalam keadaaan darurat untuk tidak menimbulkan mudharat yang lebih besar. Karena itu perceraian adalah pintu daruratnya perkawinan untuk kebaikan bersama. 3 Perceraian yang dilakukan suami istri yang agamanya sama mungkin tidak mempunyai kendala dalam mengajukan gugatan permohonan perceraian, karena sudah jelas apabila perceraian dilakukan oleh mereka yang memiliki agama Islam maka pengadilan agama yang akan memutusnya, namun jika perceraian dilakukan oleh mereka yang memeluk agama non-islam maka pengadilan pengadilan negeri yang akan memutusnya karena sesuai dengan kewenangan absolut suatu peradilan. 3 H.M. Djamil Latif, 1982, Aneka Hukum Perceraian di Indonesia, Jakarta: Ghalia Indonesia, hal. 12

4 Sejalan dengan hal tersebut di atas dapat dikemukakan bahwa perceraian sering terjadi karena adanya pertengkaran dalam rumah tangga antara suami istri yang tidak dapat diselesaikan sendiri oleh suami istri tersebut, yang pada akhirnya istri mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri. Gugatan tersebut diajukan ke Pengadian Negeri disebabkan karena suami berselingkuh sehingga sudah tidak ada kepercayaan lagi dalam membina rumah tangga yang bahagia, lebih baik antara keduanya masing-masing mencari kebahagiaan sendiri-sendiri dengan jalan melakukan perceraian secara baik-baik agar jangan sampai menimbulkan beban terutama pada anakanaknya. Berdasarkan uraian latar belakang yang telah disampaikan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini dengan judul: TINJAUAN YURIDIS TENTANG PROSES PENYELESAIAN PERKARA PERCERAIAN KARENA PERSELINGKUHAN DALAM PERKAWINAN BEDA AGAMA (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta). B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian dan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana hakim di dalam menentukan pembuktian perkara perceraian karena perselingkuhan dalam perkawinan beda agama di PN Surakarta? 2. Bagaimana hakim di dalam menentukan putusan pada perkara perceraian karena perselingkuhan dalam perkawinan beda agama di PN Surakarta?

5 3. Bagaimana akibat hukum setelah perkara perceraian karena perselingkuhan diputus oleh hakim PN Surakarta? C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui hakim di dalam menentukan pembuktian perkara perceraian karena perselingkuhan dalam perkawinan beda agama di PN Surakarta. 2. Untuk mengetahui hakim di dalam menentukan putusan pada perkara perceraian karena perselingkuhan dalam perkawinan beda agama di PN Surakarta. 3. Untuk mengetahui akibat hukum setelah perkara perceraian karena perselingkuhan diputus oleh hakim PN Surakarta. D. Manfaat Penelitian Di dalam penelitian sangat diharapkan manfaat yang dapat diambil dari penelitian tersebut, adapun manfaat yang diharapkan dari adanya penelitian ini adalah: 1. Bagi Penulis Penelitian ini diharapkan bagi penulis dapat mengetahui aspek proses penyelesaian perkara perceraian karena perselingkuhan dalam perkawinan beda agama.

6 2. Bagi Masyarakat Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi serta manfaat bagi masyarakat dalam menambah pengetahuan yang berhubungan dengan perkara perceraian karena perselingkuhan dalam perkawinan beda agama. 3. Bagi Ilmu Pengetahuan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran serta sumbangan pemikiran dan masukan guna mengembangkan hukum khusunya hukum perdata. E. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah: 1. Metode Pendekatan Metode pendekatan yang penulis pakai dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis normatif, karena dalam penelitian ini yang akan diteliti adalah kaidah hukum, asas hukum tentang perkara perceraian karena perselingkuhan dalam perkawinan beda agama, sehingga dapat diketahui kedudukan hukum tentang perkara perceraian karena perselingkuhan dalam perkawinan beda agama. 2. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif, karena dalam metode penelitian ini penulis akan menyusun secara sistematis dan menyeluruh mengenai proses penyelesaian perkara perceraian karena perselingkuhan dalam perkawinan beda agama di

7 Pengadilan Negeri Surakarta sehingga dapat dianalisis dan dipaparkan secara jelas, lengkap, mendalam, dan sesuai dengan aspek yuridis yang berlaku di Indonesia. 3. Sumber Data Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan data sebagai berikut: a. Penelitian Kepustakaan Penelitian kepustakaan digunakan untuk mendapatkan data sekunder yang dapat diperoleh dengan menggunakan bahan: 1) Bahan Hukum Primer a) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) b) Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan c) Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang No. 9 Tahun 1975 d) Putusan Pengadilan Negeri tentang Perceraian 2) Bahan Hukum Sekunder Bahan hukum sekunder yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer. Bahan hukum sekunder meliputi data-data yang diperoleh dari buku-buku bacaan, laporan-laporan, hasil penelitian hukum yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti. b. Penelitian Lapangan Penelitian lapangan dilakukan guna mendapatkan data primer yang dapat diperoleh melalui:

8 1) Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini sesuai dengan perkara perceraian tersebut diselesaikan yaitu di Pengadilan Negeri Surakarta. 2) Subyek Penelitian Hakim Pengadilan Negeri Surakarta 4. Metode Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah: a. Studi Kepustakaan Metode ini dipergunakan untuk mengumpulkan data sekunder, yang dilakukan dengan cara mencari, mencatat, menginventarisasi, dan mempelajari 3 bahan hukum tersebut di atas, yang ada kaitannya dengan proses penyelesaian perkara perceraian karena perselingkuhan dalam perkawinan beda agama. b. Studi Lapangan 1) Observasi Observasi merupakan suatu proses yang kompeks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. 4 Dalam observasi ini dilakukan dengan proses-proses pengamatan dan pencatatan hasil wawancara maupun dalam catatan proses penyelesaian perkara perceraian karena perselingkuhan dalam perkawinan beda agama. 4 Sugiyono, 2014, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta, hal. 145

9 2) Wawancara Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. 5 Wawancara ini dilakukan dengan para pihak yang ada kaitanya dengan penelitian yang dilakukan. Dalam melakukan penelitian penulis akan mewawancarai Hakim Pengadilan Negeri Surakarta. 5. Teknik Analisis data Analisa yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah analisa data secara kualitatif, penulis akan memadukan, peraturan, yurisprudensi tentang proses penyelesaian perkara perceraian karena perselingkuhan, dan literatur tentang proses penyelesaian perkara perceraian karena perselingkuhan. Dipadukan dengan penelitian lapangannya berupa pendapat responden di lapangan mengenai proses penyelesaian perkara perceraian karena perselingkuhan, kemudian dianalisa secara kualitatif dicari pemecahannya, serta pada akhirnya dapat ditarik kesimpulan. F. Sistematika Penulisan Untuk memudahkan pemahaman dalam pembahasan dan untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai keseluruhan penulisan penelitian. Maka penulis akan menguraikan sistematika yang terdiri dari 4 (empat) bab dan tiap-tiap bab dibagi dalam sub-sub yang disesuaikan dengan lingkup 5 Ibid, hal. 231

10 pembahasanya, adapun sistematika, penulisan penelitian ini yaitu sebagai berikut: BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian E. Metode penelitian F. Sistematika Penelitian BAB II: TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Mengenai Perceraian Beda Agama 1. Pengertian perceraian 2. Pengertian perceraian beda agama 3. Pengertian perselingkuhan 4. Macam-macam perceraian 5. Alasan perceraian 6. Pengadilan yang berwenang memeriksa dan memutus perkara perceraian beda agama (PN maupun PA) 7. Akibat hukum setelah terjadi perceraian B. Tinjauan tentang Perkara di Pengadilan Negeri 1. Menyusun surat gugatan 2. Mengajukan surat gugatan perceraian beda agama ke PN Surakarta

11 3. Pemanggilan para pihak 4. Sidang perkara di Pengadilan Negeri a) Usaha perdamaian b) Pembacaan gugatan penggugat / pemohon c) Jawaban tergugat d) Replik e) Duplik f) Pembuktian 1) Pengertian pembuktian 2) Beban pembuktian 3) Alat bukti 4) Penilaian pembuktian 5) Kesimpulan pembuktian g) Putusan 1) Pengertian putusan 2) Macam-macam putusan 3) Pertimbangan putusan BAB III: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hakim di dalam Menentukan Pembuktian Perkara Perceraian karena Perselingkuhan dalam Perkawinan Beda Agama di PN Surakarta.

12 B. Hakim di dalam Menentukan Putusan Pada Perkara Perceraian karena Perselingkuhan dalam Perkawinan Beda Agama di PN Surakarta. C. Akibat Hukum Setelah Perkara Perceraian karena Perselingkuhan Diputus oleh Hakim Pengadilan Negeri Surakarta. BAB IV: PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran