PT PEMBANGKITAN JAWA BALI SERVICES No.Dokumen : FM SIAP INTEGRATED MANAGEMENT SYSTEM Revisi : 00 KAJIAN ENJINIRING BAB 1 PENDAHULUAN

dokumen-dokumen yang mirip
DETEKSI KERUSAKAN BEARING PADA CONDENSATE PUMP DENGAN ANALISIS SINYAL VIBRASI

ANALISA VIBRASI PADA IGNITOR COOLING FAN 2A DI PT PJB UP GRESIK

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Perhitungan Umur Pakai Bantalan Sisi Luar Pada Ring Hammer Coal. Tipe bantalan C C 0 Fr Fa Putaran kn

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IDENTIFIKASI KERUSAKAN ROLLING BEARING PADA HAMMER CLINKER COOLER BERBASIS ANALISA PEAKVUE DAN KURTOSIS

ALAT PENGUKUR GETARAN

Pemodelan dan Analisis Pengaruh Kenaikan Putaran Kerja Terhadap Respon Dinamis, Kasus Unbalance Rotor Steam Turbine Unit 1 PLTU Amurang 2x25MW

Session 10 Steam Turbine Instrumentation

BAB IV ANALISA KERUSAKAN MOTOR LP DRAIN PUMP

ANALISIS VIBRASI UNTUK KLASIFIKASI KERUSAKAN MOTOR DI PT PETROKIMIA GRESIK MENGGUNAKAN FAST FOURIER TRANSFORM DAN NEURAL NETWORK

ANALISA KERUSAKAN POMPA SENTRIFUGAL P-011C DI PT. SULFINDO ADIUSAHA DENGAN MENGGUNAKAN TRANSDUCER GETARAN ACCELEROMETER

ANALISIS HIGH AXIAL VIBRATION PADA BLOWER 22K-102 REFORMER FORCE DRAFT FAN (FDF) - HYDROGEN PLANT

Predictive Maintenance

JENIS TURBIN. Jenis turbin menurut bentuk blade terdiri dari. Jenis turbin menurut banyaknya silinder. Jenis turbin menurut arah aliran uap

STUDI KASUS UNBALANCE PADA POMPA SENTRIFUGAL BERDASARKAN SINYAL GETARAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

Session 13 STEAM TURBINE OPERATION

BAB III METODE PENELITIAN

Kajian Lintasan Orbit pada Turbin Angin Savonius Tipe Rotor U dan Helix dengan Menggunakan Software MATLAB

SHAFT ALIGNMENT. Definisi shaft alignment?

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TUGAS GETARAN MEKANIK ALAT UKUR GETARAN. Oleh : Opi Sumardi

KARAKTERISTIK VIBRASI PADA GEAR PUTARAN RENDAH

PENGOPTIMALAN PROSES BALANCING PADA BLADE INDUCED DRAFT (ID) FAN (Studi Kasus ID Fan Pabrik Indarung V PT Semen Padang)

Dhani Priatmoko REDUCTION GEAR AND PROPULSION SYSTEM VIBRATION ANALYSIS ON MV.KUMALA

Rancang Bangun Vibration Test Bench untuk Mensimulasikan Kondisi Unbalance dengan Pengaturan Putaran dan Beban Unbalance

KAJIAN VIBRASI UNTUK MENDETEKSI KEGAGALAN AWAL PADA MESIN ROTASI DENGAN KASUS MESIN POMPA Arvin Ekoputranto *, Otong Nurhilal, Ahmad Taufik.

LAPORAN TUGAS AKHIR. Diajukan Guna Memenuhi Syarat Kelulusan Mata Kuliah Tugas Akhir Pada Program Sarjana Strata Satu (S1) Disusun oleh:

BAB III METODOLOGI DAN HASIL PENELITIAN

PENGARUH TONJOLAN TERHADAP PROFIL GETARAN DAN DISTRIBUSI TEMPERATUR DARI SISTEM TRANSMISI V- BELT DALAM KAITANNYA TEKNOLOGI PREDICTIVE MAINTENANCE

Analisa Kerusakan Centrifugal Pump P951E di PT. Petrokimia Gresik

PERANCANGAN ALAT DAN ANALISIS EKSPERIMENTAL GETARAN AKIBAT MISALIGNMENT POROS

KAJIAN EKSPERIMENTAL CACAT PADA BANTALAN BERDASARKAN LEVEL GETARAN

Investigasi Kerusakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. Vibrasi adalah gerakan, dapat disebabkan oleh getaran udara atau

ANALISIS KERUSAKAN DAN PERBAIKAN OIL PUMP STEAM TURBINE 32-K-101-P1-T DALAM PLATFORMING UNIT-NAPHTA PROCESSING UNIT (NPU)

STEAM TURBINE. POWER PLANT 2 X 15 MW PT. Kawasan Industri Dumai

BAB III METODE PENELITIAN

Session 11 Steam Turbine Protection

ANALISA KERUSAKAN CENTRIFUGAL PUMP P951E DI PT. PETROKIMIA GRESIK

KARAKTERISTIK GETARAN PADA BANTALAN BOLA MENYELARAS SENDIRI KARENA KERUSAKAN SANGKAR

ANALISA VIBRASI PADA SISTEM MC PUMP DENGAN MENGGUNAKAN ALAT VIBXPERT TYPE VIB DI PERUSAHAAN PULP & PAPER

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi sebagai pendukung kelengkapan sistem

INVESTIGASI PENYEBAB HIGH VIBRATION MOTOR PADA BOOSTER PUMP BFP SYSTEM

BAB 1 PENDAHULUAN. 3. Mutu produksi, misalnya: Asam Lemak Bebas (ALB) minyak sawit. maksimum 3,5 %, kadar air inti sawit maksimum 7% dan lainnya.

Rancang Bangun Vibration Test Bench untuk Mensimulasikan Kondisi Unbalance pada Mesin Rotasi. Imam Maolana a, Agus Sifa a

PENGARUH RUBBING TERHADAP KONDISI GETARAN MESIN ROTASI

PEMANFAATAN SPEKTRUM VIBRASI UNTUK MENGINDIKASIKAN KERUSAKAN MOTOR INDUKSI DI PLTU INDRAMAYU 3 X 330 MW

DIAGNOSA KERUSAKAN MOTOR INDUKSI DENGAN SINYAL GETARAN

Laporan Investigasi PLTMH Lokomboro

Ayrton Humardhani P Pembimbing Dr.Bambang Lelono Widjiantoro, ST, MT.

EVALUASI SPEKTRUM VIBRASI KERUSAKAN MISSALIGMENT SHAFT DAN NILAI INVESTASI BALANCING SHAFT PADA BOOSTER PUMP BFP

ANALISA SINYAL GETARAN POMPA SEBAGAI PREDICTIVE MAINTENANCE POMPA PADA LABORATORIUM REKAYASA AKUSTIK DAN VIBRASI TEKNIK FISIKA ITS

PEMICU 1 29 SEPT 2015

KARAKTERISTIK GETARAN DAN TEKANAN RUANG SILINDER AKIBAT VARIASI PUTARAN KOMPRESOR PADA LIMA MODEL PROFIL DUDUKAN KATUP TEKAN SEBUAH KOMPRESOR TORAK

VIBRASI DAN JENIS KERUSAKAN POMPA AIR

BAB IV HASIL ANALISA

Studi Pengaruh Kedalaman Pemakanan terhadap Getaran dengan Menggunakan Mesin Bubut Chien Yeh CY 800 Gf

Analisis Hubungan Getaran dengan Temperatur Kerja pada Mesin Mill Fan 412 di PT. Semen Tonasa

Analisis Getaran Struktur Mekanik pada Mesin Berputar untuk Memprediksi Kerusakan Akibat Kondisi Unbalance Sistem Poros Rotor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA PENGARUH PARALLEL-MISALIGNMENT DAN TINGKAT GETARAN YANG TERJADI PADA PULLEY DEPERICARPER FAN SKRIPSI

PEMBUATAN ALAT SIMULASI UJI ALIGNMENT DENGAN METODE SINGLE DIAL INDICATOR

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Suatu Steam Power Plant dituntut punya availability tinggi dengan biaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PENGARUH MISALIGNMENT TERHADAP VIBRASI DAN KINERJA MOTOR INDUKSI

BAB III TURBIN UAP PADA PLTU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMANTAUAN KONDISI MESIN BERDASARKAN SINYAL GETARAN

ANALISIS VIBRASI PADA POMPA PENDINGIN PRIMER JE01 AP003 Pranto Busono, Syafrul, Aep Saefudin Catur PRSG - BATAN

5.1 Penjadwalan Proyek Saat Ini

TUGAS AKHIR ANALISIS VIBRASI PADA GENERATOR SINKRON. (STUDI KASUS PLTU PANGKALAN SUSU 2 x 200 MW) Diajukan untuk memenuhi persyaratan

BAB IV PERANGKAT PENGUJIAN GETARAN POROS-ROTOR

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kata kunci : Perawatan prediktif, monitoring kondisi, sinyal getaran, sinyal suara, bantalan gelinding

BAB I PENDAHULUAN. gesekan pada saat rotor turbin berputar, maka bantalan-bantalan. penyangga tersebut harus dilumasi dengan minyak pelumas.

DIAGNOSA KETIDAKLURUSAN (MISALIGNMENT) POROS MENGGUNAKAN METODE MULTICLASS SUPPORT VECTOR MACHINE (SVM)

PENGARUH ANGULAR DAN PARALLEL MISALIGNMENT TERHADAP KONSUMSI ENERGI PADA MOTOR LISTRIK

EFEKTIFITAS VASRIASI PUTARAN DARI PROSES BALANCING TERHADAP PUTARAN KERJA POROS YANG SESUNGGUHNYA

STE TE HE E SE. Indicator Perusahaan (95%) (95%) (95%) (95%) (95%)

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB 1 PENDAHULUAN. Mesin dan peralatan di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) memiliki variasi yang

ANALISIS RISIKO KERUSAKAN PERALATAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE FMEA UNTUK MENINGKATKANKINERJA PEMELIHARAAN PREDIKTIF PADA PEMBANGKIT LISTRIK

Engine banyak ditemui dalam aktifitas kehidupan manusia, secara kumulatif sebagai penghasil daya yang berguna untuk menggerakan kendaraan, peralatan

BAB I PENDAHULUAN. di buat karena kebutuhan perbaikan tidak dapat ditentukan secara pasti, tanpa

DETEKSI KERUSAKAN BANTALAN GELINDING PADA POMPA SENTRIFUGAL DENGAN ANALISIS SINYAL GETARAN

ANALISA KERUSAKAN BANTALAN MOTOR PADA KOMPRESOR SEKRUP DENGAN METODE TERMOGRAFI DI PT. PJB UP GRESIK

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III PLTU BANTEN 3 LONTAR

Penggunaan Jerk untuk Deteksi Dini Kerusakan Bantalan Gelinding dan Pemantauan Kondisi Pelumasan

BAB V DATA DAN ANALISIS HASIL PENGUJIAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. side) A unit 10 yang diambil oleh pihak CBM ( condition based maintenance) termography infrared sebanyak 2 buah.

ANALISIS GETARAN PADA BANTALAN LUNCUR YANG DIAKIBATKAN OLEH PENGARUH KEKENTALAN PELUMASAN

PENGARUH VARIASI GAYA TRANSMISI V-BELT TERHADAP PRILAKU GETARAN POROS DEPERICARPER FAN TYPE 2 SWSI

Transkripsi:

Halaman : 1 dari 18 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. NAMA KAJIAN Nama kajian No Kajian Engineering : Analisa vibrasi steam turbine #1 PLTU Amurang : Klasifikasi program : Operasi & Pemeliharaan Pembangkit Lokasi : PLTU Amurang unit 1 Kapasitas : 2 X 25 MW 1.2. LATAR BELAKANG PLTU Amurang 2 X 25 MW merupakan bagian dari program percepatan pembangunan pembangkit listrik tahap pertama 10.000 MW luar Jawa. PLTU Amurang telah memasuki commercial operation date (COD) pada Oktober 2012. Untuk PLTU Unit 1 menyelesaikan first year inspection (FYI) pada April 2014. Setelah FYI selesai, maka masa garansi dari EPC kontrator berakhir dan semua pengoperasian dan pemeliharaan PLTU menjadi tanggung jawab PJB Services sebagai pelaksana jasa operasi dan maintenance. Hasil trending data vibrasi pada turbine generator sejak bulan Januari hingga Juni 2015 menunjukkan adanya kenaikan vibrasi secara kontinyu pada generator rear bearing (bearing 4) arah X, seperti pada tabel 1 dan gambar 1. Kenaikan secara signifikan terjadi sejak bulan maret hingga Juni, dengan nilai vibrasi tertinggi 140,4 µm, dimana set point alarm high pada 160 µm dan alarm high-high pada 250 µm. Kenaikan nilai vibrasi ini juga diikuti oleh kenaikan temperatur generator return oil hingga mencapai 66,3 0 C, dimana set point alarm high pada 65 0 C dan alarm high-high pada 70 0 C. Tabel 1. Record data vibrasi bearing 4 pada beban 15 MW. Januari Pebruari Maret April Mei Juni Vib Gen X (μm) 55,3-75,3 40,9-53,1 36,7-126,9 112,7-135,8 116,9-140,4 132 140 Rata-rata 65,3 47 81,8 124,25 128,65 136

Halaman : 2 dari 18 Gambar 1. Trending rata-rata nilai vibrasi bearing 4 arah x. Untuk mengantisipasi terjadinya kegagalan pada bearing dan rotor generator, maka perlu dilakukan analisa vibrasi steam turbine generator PLTU Amurang #1 (asset wellness) untuk memantau perkembangan kondisi aktualnya. Melalui program ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi untuk proses operasi secara aman dan perencanaan pemeliharaan yang tepat sasran. 1.3. SASARAN KEGIATAN Sasaran kegiatan yang diharapkan dari adanya program ini adalah untuk memonitor kondisi Steam Turbine #1 PLTU Amurang dari sisi vibrasi pada tiap bearing dan lebih khususnya pada bearing 4 ( rear generator ). 1.4 PERMASALAHAN Permasalahan utama yang hendak dianalisa adalah mengevaluasi kondisi aktual vibrasi pada bearing turbin - generator, untuk mencegah terjadinya kegagalan katastropik dan mencegah terjadinya unit trip akibat bekerjanya proteksi vibrasi pada turbine supervisory instrument (TSI). Kondisi terakhir yang terpantau sebelum dilakukan program ini adalah terjadinya vibrasi tinggi pada bearing turbin - generator no 4 sebesar 140,4 µm, dimana nilai ini sangat dekat dengan setting alarm high yaitu 160 µm.

Halaman : 3 dari 18 BAB 2 HASIL PENGUKURAN DAN INVESTIGASI 2.1 METODE PENGUKURAN Prosedur pengukuran yang digunakan memakai persyaratan umum ISO 10816-2. Dengan tujuan pemantauan, sistem pengukuran harus mampu mengukur luas-band getaran lebih rentang frekuensi dari 10 Hz untuk setidaknya 500 Hz. Lokasi pengukuran getaran harus sedemikian rupa sehingga dapat memberikan sensitivitas cukup untuk dinamika kekuatan mesin. Pengukuran dalam dua arah radial pada setiap tutup bantalan utama atau alas dengan sepasang transduser orthogonal, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2. transduser dapat ditempatkan pada setiap lokasi sudut di rumah bearing. Sedangkan lokasi pengukuran secara aktual pada turbin seperti terlihat pada gambar 3, dimana B1, B2, B3, dan B4 merupakan penamaan untuk bearing 1, bearing 2, bearing 3, dan bearing 4. Gambar 2. Titik penempatan transduser.

Halaman : 4 dari 18 Gambar 3. Lokasi pengukuran vibrasi pada turbin. 2.2 STANDAR PENGUKURAN Nilai yang diberikan dalam Tabel berlaku untuk radial dan aksial pengukuran getaran pada semua pengukuran Tabel 2. Vibration severity chart ISO 10816 2 Berdasarkan ISO 10816 2, kondisi sebuah rotating machinery berdasarkan nilai vibrasinya dapat dibagi dalam beberapa zona sebagai berikut: 1. Zone A The vibration of newly commissioned machines would normally fall within this zone. 2. Zone B: Machines with vibration within this zone are normally considered acceptable for unrestricted long-term operation. 3. Zone C: Machines with vibration within this zone are normally considered unsatisfactory for long-term continuous operation. Generally, the machine may be operated for a limited period in this condition until a suitable opportunity arises for remedial action.

Halaman : 5 dari 18 4. Zone D: Vibration values within this zone are normally considered to be of sufficient severity to cause damage to the machine. 2.3 HASIL PENGUKURAN DAN ANALISA 2.3.1 Trending data overall vibration Berikut ini adalah nilai overall vibrasi tiap bearing dari pengukuran yang dilakukan menggunakan CSI 2120 Tabel 3. Hasil pengukuran vibrasi aksial dengan variasi beban (27 Juni 2015) No. Bearing Pengukuran Vibrasi mm/sec Peak 10 MW 11 MW 12 MW 13 MW 15 MW REFERENSI batasan ISO 10816-2 #1 Brg (H) 1.903 2.023 2.151 2.397 2.602 16,764 #1 Brg (V) 1.255 1.403 1.161 1.111 1.178 16,764 #1 Brg (A) 2.820 2.587 2.389 2.339 1.872 16,764 #2 Brg (H) 5.598 5.368 5.845 5.886 5.555 16,764 #2 Brg (V) 3.211 3.482 3.680 3.355 3.701 16,764 #2 Brg (A) 7.571 7.466 7.508 7.274 6.711 16,764 #3 Brg (H) 2.348 3.615 3.471 3.471 2.389 16,764 #3 Brg (V) 4.095 4.329 4.283 4.255 4.133 16,764 #3 Brg (A) 6.173 8.035 8.873 8.944 5.570 16,764 #4 Brg (H) 5.004 7.360 7.487 4.628 3.796 16,764 #4 Brg (V) 6.472 7.776 7.208 5.899 7.612 16,764 #4 Brg (A) 36.47 38.23 40.15 40.90 51.97 16,764 Tabel 4. Hasil pengukuran vibrasi aksial dengan variasi beban (02 Juli 2015) Vibrasi No Pengukuran Peak velocity mm/s 10,7 MW 13.1 MW 14,4 MW 14,5 MW 14,7 14,9 MW 1 #1 Brg (H) 3.41 3.88 3.50 4.17 4.00 3.82 2 #1 Brg (V) 1.88 1.94 1.80 1.89 2.05 1.85

Halaman : 6 dari 18 3 #1 Brg (A) 2.67 2.10 1.87 2.63 2.2 2.15 4 #2 Brg (H) 6.32 6.31 5.55 6.35 6.21 6.37 5 #2 Brg (V) 4.13 3.89 3.70 4.25 4.19 3.82 6 #2 Brg (A) 5.80 5.99 6.31 6.47 6.09 6.23 7 #3 Brg (H) 5.58 5.59 5.59 5.64 5.68 5.52 8 #3 Brg (V) 3.23 3.15 3.57 3.22 3.51 3.27 9 #3 Brg (A) 4.79 4.82 4.94 4.62 4.62 4.72 10 #4 Brg (H) 6.13 5.36 4.25 4.20 4.18 3.95 11 #4 Brg (V) 6.52 7.03 8.20 6.80 7.14 7.01 12 #4 Brg (A) 46.98 43.42 43.76 44.56 44.90 43.99 Parameter operasi No Parameter Satuan 13.1 MW 14,4 MW 14,5 MW 14,7 MW 14,9 MW 1 Frekuensi Hz 49.80 49.74 50.00 49.9 50.21 2 #4 Brg (X) µm 136 130 126.7 122.6 131.4 3 #4 Brg (Y) µm 57.8 56 50.5 50.6 57.7 4 Oil return Temp o C 66.7 67 67.5 67.4 67.4 5 Bearing Temp. o C 65.6 65.8 66.3 66.2 66.3 6 Main Steam P Mpa 5.5 5.8 5.9 5.9 6.1 7 Main Steam T o C 528.2 530.7 527.5 531.3 533.3 8 Speed rpm 3002 2991.5 3003.7 2998,8 3014.7 Dari tabel 3 dan 4 di atas terlihat bahwa secara keseluruhan nilai vibrasi cenderung konstan dengan variasi pembebanan yang dilakukan, adanya fluktuasi nilai amplitudo cenderung disebabkan oleh faktor eksternal, yaitu perubahan frekuensi jaringan. PLTU #1 dan #2 Amurang memiliki pola operasi sebagai load peaker, sehingga perubahan frekuensi pada jaringan akan direspon secara langsung untuk dapat mempertahankan frekuensi dalam batas normal. Respon yang terjadi akan menyebabkan terjadinya perubahan kondisi operasi yang berdampak terhadap terjadinya perubahan gaya eksitasi yang bekerja pada rotor turbin dan generator, sehingga besaran amplitudo vibrasi juga berubah/fluktuatif.

Halaman : 7 dari 18 Peak amplitudo getaran tertinggi terjadi pada bearing 4 pada arah aksial, dimana nilai yang dimiliki melebihi toleransi yang diijinkan untuk level aman berdasarkan ISO 10816-2, (peak velocity 16,764 mm/s). Sehingga turbin generator PLTU #1 Amurang termasuk dalam area zone D, dimana vibrasi yang terjadi dalam kategori berbahaya dan dapat merusak equipment. 2.3.2 Waveform analysis (menggunakan dual chanel) BEARING 4H BEARING 4V Gambar 4. Time waveform pada bearing 4 vertikal dan horizontal (27 Juni 2015). BEARING 4H

Halaman : 8 dari 18 BEARING 4V Gambar 5. Time waveform pada bearing 4 vertikal dan horizontal pada beban 10 MW (01 Juli 2015) Hasil pengukuran vibrasi pada 27 Juni dan 01 Juli memiliki pola time waveform yang sama. Dari data time waveform di atas, pada bearing 4H dan 4V mempunyai bentuk yang ekuivalen, yaitu sinusoidal yang mirip dengan huruf M, dan terlihat pada saat/ waktu pengukuran yang sama. Hal dapat disebabkan karena adanya preload dari poros atau bantalan yang tidak menopang sempurna. U01 - TURBIN-GENERATOR 1 2.5 2.0 TG01 -G2A Generator Outboard Axial Waveform Display 27-Jun-15 23:10:45 RMS =.9102 1.5 LOAD = 100.0 RP M = 3000. RP S = 50.00 Acceleration in G-s 1.0 0.5 0-0.5 PK(+) = 1.93 PK(-) = 1.44 CRESTF= 2.12-1.0-1.5-2.0 0 20 40 60 80 100 Time in msecs Gambar 6. Time waveform pada bearing 4 aksial (27 Juni 2015).

Halaman : 9 dari 18 BEARING 4A Gambar 7. Time waveform pada bearing 4 aksial pada beban 10 MW (01 Juli 2015) Sedangkan time waveform pada bearing 4 arah aksial mempunyai bentuk yang ekuivalen, yaitu sinusoidal yang mendekati murni. Tetapi terdapat riple pada puncak hal ini menandakan adanya kelonggaran (over clereance) yang berlebih pada bantalan luncur. 2.3.3 Orbit Analysis Data orbit digunakan untuk mengetahui pergerakan poros pada saat berputar. Pengambilan data menggunakan sensor vibrasi dual chanel pada arah horizontal dan vertikal secara serempak. 0.8 0.6 0.4 0.2 U01 - TURBIN-GENERATOR 1 TG01 - PTS=G2H G2V Orbit Display 27-Jun-15 16:30:10 RMSX=.1926 RMSY=.2541 LOAD = 100.0 RP M = 3000. RP S = 50.00 G2V in G-s -0.0-0.2-0.4-0.6-0.8-0.8-0.6-0.4-0.2-0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 G2H in G-s Gambar 8. Orbit pada bearing 4

Halaman : 10 dari 18 Pola yang terbentuk memiliki kemirirpan dengan pola Lissajous yang terjadi pada peristiwa oil whirl, namun perbedaan dengan peristiwa oil whirl adalah pada kasus ini lingkaran yang berada di dalam tidak berputar-putar. Hal ini disebabkan oleh parahnya kondisi rubbing yang terjadi, yaitu yang dinamakan heavy rubbing atau full rubbing, dan ditambah dengan frekuensi resonansi, frekuensi harmonik, serta random frekuensi nonsyncronous. Kemungkinan hal inii disebabkan oleh kelonggaran (over clereance) yang berlebih pada bantalan luncur. 2.3.4 Data Spektrum U01 - TURBIN-GENERATOR 1 3.3 3.0 TG01 -G2H Generator Outboard X Radial Route Spectrum 27-Jun-15 08:48:07 2.7 2.4 OVRALL= 3.80 V-DG PK = 3.78 LOAD = 100.0 RP M = 3000. RP S = 50.00 PK Velocity in mm/sec 2.1 1.8 1.5 1.2 0.9 0.6 0.3 0 0 400 800 1200 1600 Fr equency in Hz BEARING 4H U01 - TURBIN-GENERATOR 1 10 TG01 -G2V Generator Outboard Y Radial Route Spectrum 27-Jun-15 08:48:27 OVRALL= 7.61 V-DG 8 PK = 7.57 LOAD = 100.0 RP M = 3000. RP S = 50.00 PK Velocity in mm/sec 6 4 2 0 0 400 800 1200 1600 Fr equency in Hz BEARING 4V

Halaman : 11 dari 18 U01 - TURBIN-GENERATOR 1 70 TG01 -G2A Generator Outboard Axial Route Spectrum 27-Jun-15 08:49:10 60 50 OVRALL= 51.97 V-DG PK = 51.61 LOAD = 100.0 RP M = 3000. RP S = 50.00 PK Velocity in mm/sec 40 30 20 10 0 0 400 800 1200 1600 Fr equency in Hz BEARING 4A Gambar 9. Spektrum getaran pada bearing 4 pada beban 15 MW (27 Juni 2015) BEARING 4V BEARING 4H

Halaman : 12 dari 18 BEARING 4A Gambar 10. Spektrum getaran pada bearing 4 pada beban 10 MW (01 Juli 2015) Dari data spectrum di atas terlihat adanya ciri terjadinya misalignment. Yaitu adanya komponen getaran pada frekuensi 2x putaran poros dan menyebabkan getaran dalam arah aksial. Misalignment terjadi karena adanya pergeseran atau penyimpangan salah satu bagian mesin dari garis pusatnya. Misalignment yang terjadi merupakan angular misalignment, dimana terjadi amplitudo getaran yang tinggi dalam arah axial. 2.3.5 Beda phase base plate pada Bearing rear generator (B4) 8 6 7 5 3 1 4 2 Gambar 11. Lokasi pengukuran beda fasa pada base plate.

Halaman : 13 dari 18 Tabel 5. Hasil pengukuran beda phase (27 Juni 2015). Titik pengukuran Nilai Vibrasi (mm/sec) Unit 1 Unit 2 Beda phase (derajat) 1 5.1 1.1-19 2 2.0 0.9 3 10.7 3.3-7 4 1.9 0.9 5 7.6 3.6-15 6 1.8 1.8 7 2.8 2.9 8 12.0-5 1.4 Nilai Vibrasi (mm/sec) Beda phase -1-1 -3 0 (derajat) Tabel 5 diatas merupakan perbandingan vibrasi dan beda fasa pada pedestal dengan baseplate antara unit 1 dan unit 2. Dari data tersebut terlihat bahwa terjadi beda fasa antara baseplate dengan pedestal. Hal ini di sebabkan karena adanya bagian-bagian yang kendor pada baut pengikat. Spektrum getaran yang dihasilkan oleh bagian-bagian mesin yang kendor hampir selalu mengandung harmonik tingkat tinggi.

Halaman : 14 dari 18 BAB 3 INSPEKSI ELEVASI PEDESTAL STEAM TURBIN-GENERATOR #1 3.1 LAYOUT POSISI PEDESTAL TURBIN GENERATOR. Gambar 11. Layout turbin - generator 3.2 HASIL PENGUKURAN ELEVASI Pengukuran elevasi menggunakan tool automatic level tipe Nikon AE-7, dilakukan pada saat turbin generator beroperasi Tabel 4. Hasil pengukuran

Halaman : 15 dari 18 Tabel 5. Beda elevasi antar bearing terhadap bearing 2. Secara grafis beda elevasi pedestal pada setiap bearing dapat digambarkan seperti pada gambar 12 berikut ini Gambar 12. Beda elevasi pedestal turbin generator. Dari hasil pengukuran yang telah dilakukan, belum dapat diambil kesimpulan secara langsung baik atau buruknya kondisi pedestal turbin generator #1 PLTU Amurang. Untuk analisa lebih lanjut dibutukan data pendukung toleransi clearance aksial antara kopling turbin generator.

Halaman : 16 dari 18 3.3 DOKUMENTASI PELAKSANAAN

Halaman : 17 dari 18 BAB 4 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 4,1 KESIMPULAN 1. Secara keseluruhan nilai overall vibrasi di setiap bearing masih dalam batas normal kecuali bearing #4 generator rear sisi axial (berdasarkan standard ISO 1979-4, JEAC 3717 dan MHI standard), dengan nilai vibrasi tertinggi 51,97 mm/s pada beban 15 MW. 2. Kondisi vibrasi Turbin generator PLTU #1 Amurang termasuk dalam zone D, dimana vibrasi yang terjadi dalam kategori berbahaya dan dapat merusak equipment. 3. Pada bearing #4 nilai overall vibrasi cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan bearing no 1, 2 dan 3 dengan terindikasi adanya bent shaft, yang terlihat dari data-data: a) Dari data waveform kemungkinan disebabkan oleh beban preload yang seolah olah tinggi. b) Dari data waveform form sisi axial terdapat riple pada puncak gelombang yang di sebabkan kondisi bearing 4 yang sudah terlalu longgar ( over clearence ) c) Dari data orbit muncul pola Lissajous kemungkinan di sebabkan kondisi bearing 4 yang sudah terlalu longgar ( over clearence ) d) Dari data spectrum muncul 1x dan 2x turning kemungkinan di sebabkan kondisi bearing 4 yang sudah terlalu longgar ( over clearence ) dan Kondisi bantalan yang tidak mapan e) Dari data beda phase kemungkinan basepalte dengan B4 generator kemungkinaan mengalami kekendoran. 4.2 REKOMENDASI 1. Perlu segera shutdown unit untuk melakukan: a. Perbaikan journal bearing b. Check alignment antara poros turbin dengan generator c. Pemeriksaan kekencangan baseplate d. Ultrasonic test pada shaft generator sisi exiter

Halaman : 18 dari 18 2. Sebelum dilakukan perbaikan, maka untuk running turbin generator secara kontinyu perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut: a. Pembatasan beban maksimal pada beban 10 MW, untuk mencegah peningkatan failure rate pada bearing #4 dan mencegah terjadinya unit trip akibat temperatur return oil high-high. b. Perlu dilakukan tindakan prediktif berupa pengukuran vibrasi untuk memantau kondisi aktual vibrasi secara berkala dan temperatur return oil pada bearing 4, nilai return oil temperature pada bearing #4 tertinggi sebesar 67,5 o C sudah melebihi batas alarm high (65 o C) dan mendekati alarm high high (70 o C). c. Sistem proteksi (electric trip) untuk radial bush beearing seat return oil temperature HH perlu diaktifkan, untuk mencegah terjadinya kegagalan pelumasan pada bearing #4. VERIFIKASI PENYUSUN Sidoarjo, 03 Juli 2015 Dibuat oleh: Staf Manajemen Proyek Staf Manajemen Proyek Staf Enjiniring Rama Fitriyan Anton Sujatmiko Yanuar Krisnahadi Mengetahui: Manajer Enjiniring dan Tata Kelola Kanapi Subur Dwiyanto