BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI STUDI DALAM PENGEMBANGAN KA BANDARA SOEKARNO-HATTA

KAJIAN KINERJA PELAYANAN DAN TARIF KERETA API EKSEKUTIF JURUSAN MALANG JAKARTA (Studi Kasus Kereta Api Eksekutif Bima)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Transportasi merupakan sarana yang menunjang pergerakan baik orang

EVALUASI TARIF KERETA API KOMUTER LAWANG-MALANG-KEPANJEN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PELAYANAN DAN TARIF KERETA API PERKOTAAN DI YOGYAKARTA

I-1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu kebutuhan mendasar bagi manusia untuk melakukan kegiatannya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KOMPETISI PEMILIHAN MODA ANGKUTAN PENUMPANG BERDASARKAN MODEL LOGIT-BINOMIAL-SELISIH DAN LOGIT-BINOMIAL-NISBAH

II. TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi yang bersangkut paut dengan pemenuhan kebutuhan manusia dengan

STUDI POTENSI JUMLAH PENUMPANG BUS PEMADU MODA RUTE MALANG BANDAR UDARA JUANDA PP ABSTRAK

Tujuan Penelitian. Menghitung berapa kemauan membayar masyarakat. (Ability to pay) terhadap tarif jasa angkutan umum pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan tranportasi atau perangkutan adalah bagian kegiatan ekonomi yang. dan penumpang dari suatu tempat ke tempat lain.

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA

I. PENDAHULUAN. adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah

LANDASAN TEORI. beroda karet yang fleksibel dan mengkombinasikan elemen-elemen halte,

Anggri Apriyawan NIM : D NIRM :

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KINERJA TEKNIS DAN ANALISIS ATP WTP ANGKUTAN TRANS JOGJA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

EVALUASI TARIF ANGKUTAN UMUM BERDASARKAN ABILITY TO PAY (ATP) DAN WILLINGNESS TO PAY (WTP) DI KOTA PANGKALPINANG

BAB I PENDAHULUAN. Angkutan umum merupakan sarana untuk memindahkan barang dan orang

angkutan umum missal merupakan system angkutan umum yang efektif dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KAJIAN TARIF KERETA API PENATARAN JURUSAN BLITAR-SURABAYA

KAJIAN POTENSI PENUMPANG ANGKUTAN KERETA API LINTAS MADURA (BANGKALAN SUMENEP PP) DENGAN MENGGUNAKAN METODE STATED PREFERENCE

BAB 4 KARAKTERISTIK DAN PREFERENSI PENGGUNA POTENSIAL KA BANDARA SOEKARNO-HATTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. ketepatan waktu, sehingga kereta api sangat dapat diandalkan (reliable). Pesaing

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keseharian sampai saat ini masih menjadi andalan, khususnya pemenuhan. dalam peningkatan pelayanan angkutan publik.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bandar Udara Internasional Kuala Namu adalah sebuah bandara baru untuk

BAB I PENDAHULUAN. umum. Angkutan umum adalah layanan jasa angkutan yang memiliki trayek,

BAB. I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebutuhan masyarakat akan transportasi semakin lama semakin meningkat seiring

BAB I PENDAHULUAN. murah, aman dan nyaman. Sebagian besar masalah transportasi yang dialami

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

, No.2007 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 65, Tamb

BAB I PENDAHULUAN. konsekuensi logis yaitu timbulnya lalu lintas pergerakan antar pulau untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Letak secara geografis Kabupaten Sleman yang sangat strategis yaitu

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang terjadi bukan hanya disebabkan oleh terbatasnya sistem

KAJIAN POTENSI PERPINDAHAN PENUMPANG DARI BUS PATAS KE KERETA API EKSEKUTIF BIMA (RUTE MALANG-SURABAYA)DENGAN METODE STATED PREFERENCE

BAB I PENDAHULUAN. dengan mengidentifikasi beberapa pertanyaan yang terdiri dari segi keamanan,

KAJIAN TARIF ANGKUTAN ANTAR JEMPUT SEKOLAH DI YOGYAKARTA: STUDI KASUS TK/SD BUDI MULIA II, TK/SD SYUHADA, SD UNGARAN, DAN SD SERAYU

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Transportasi berasal dari kata Latin yaitu transportare, dimana trans berarti

BAB I PENDAHULUAN. suatu bandara perlu didukung oleh sarana angkutan umum yang handal dan

KAJIAN ABILITY TO PAY, WILLINGNESS TO PAY DAN WILLINGNESS TO USE, CALON PENUMPANG KERETA API COMMUTER MALANG RAYA

BAB I PENDAHULUAN. negara sedang berkembang, maka perencanaan transportasi sangat erat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. perpindahan orang dan/atau barang secara massal dengan selamat, aman, nyaman,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Analisis Perpindahan Moda dari Taksi dan Mobil Pribadi ke Bus Damri di Bandar Udara Juanda Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

KAJIAN PERPINDAHAN MODA (MODE SHIFTING) DARI PENGGUNA KENDARAAN PRIBADI KE KENDARAAN UMUM (STUDI KASUS: KOTA BANDUNG)

Tarif dan Subsidi Angkutan Umum

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Semakin banyak permintaan

2 2015, No.322 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4722) 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publi

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk. Perkembangan transportasi pada saat ini sangat pesat. Hal ini

Spektrum Sipil, ISSN Vol. 2, No. 2 : , September 2015

DINAS PERHUBUNGAN DAN LLAJ PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. manufaktur dan lain sebagainya. Sementara dari sisi masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kota kota di Indonesia berkembang dengan pesat dalam pengertian

BAB I PENDAHULUAN I.1

TINJAUAN PUSTAKA Transportasi. Transportasi adalah usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut,

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan masyarakat akan pelayanan transportasi saat ini semakin

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

2017, No Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Nega

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sangat kompleks terhadap kehidupan masyarakat termasuk diantaranya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sebuah perusahaan kereta api merupakan suatu organisasi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam era globalisasi, perkembangan dan peranan sektor jasa makin

Analisis Permintaan Pelayanan Taksi Argometer di Bandar Udara Juanda Surabaya ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN ANGKUTAN DI BANDARA JUANDA. Tabel 5.1.

MODEL PEMILIHAN MODA KERETA REL LISTRIK DENGAN JALAN TOL JAKARTA BANDARA SOEKARNO-HATTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini bangsa Indonesia mengalami perkembangan dan kemajuan di segala

ALTERNATIF PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI UMUM (STUDI KASUS: BUS DAN KERETA API TRAYEK KOTA PADANG- KOTA PARIAMAN)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

MODEL PEMILIHAN MODA ANTARA KERETA API DAN BUS RUTE MAKASSAR PAREPARE DENGAN MENGGUNAKAN METODE STATED PREFERENCE

EVALUASI TARIF BUS DAMRI EKONOMI DENGAN ANALISA ABILITY TO PAY DAN WILLINGNESS TO PAY DI KOTA SURABAYA

BAB VIII APLIKASI MODEL

BAB I PENDAHULUAN. transportasi merupakan satu kesatuan yang utuh baik intra maupun antar moda

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. telah tertuang rencana pembangunan jaringan jalur KA Bandara Kulon Progo -

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III LANDASAN TEORI. International Airport akan melibatkan partisipasi dari stakeholders termasuk

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi merupakan salah satu komponen yang sangat penting bagi kebutuhan manusia untuk menunjang kehidupan perekonomian di masyarakat. Meningkatnya kebutuhan dan kegiatan perekonomian masyarakat mendorong tingginya keinginan seseorang untuk melakukan kegiatan transportasi. Hal ini menyebabkan meningkatnya tuntutan akan jasa transportasi yang lebih aman, nyaman dan waktu tempuh lebih pendek dengan tarif yang lebih terjangkau. Kereta api merupakan salah satu moda transportasi bagi penumpang maupun barang yang memiliki beberapa keunggulan, antara lain : daya angkut yang besar, waktu tempuh lebih pendek, aman, nyaman, kendaraannya mampu menempuh perjalanan jarak jauh, hemat energi dan ramah terhadap lingkungan. Meningkatkan kualitas dan mengoptimalkan keunggulan-keunggulan tersebut merupakan tanggung jawab PT. Kereta Api Indonesia (Persero) sebagai satusatunya pengelola perkeretaapian di Indonesia saat ini. Salah satu langkah yang dapat dilakukan adalah dengan mengevaluasi tingkat kualitas pelayanan. Peningkatan kualitas akan berdampak pada pertumbuhan kepercayaan, kenyamanan dan permintaan terhadap kereta api. Tarif angkutan umum merupakan biaya yang harus dibayar oleh pengguna jasa angkutan umum atas fasilitas yang diterima sesuai dengan harga yang dikeluarkan oleh operator yang menyediakan jasa angkutan umum tersebut (Siregar, 1990). Penentuan tarif transportasi angkutan umum merupakan persoalan yang krusial dan sensitif. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan sudut pandang dari pihak-pihak yang terkait, yaitu pemerintah sebagai regulator, operator sebagai penyedia jasa transportasi angkutan umum dan pengguna jasa transportasi angkutan umum. Pemerintah sebagai regulator perlu mempertimbangkan regulasi-regulasi yang diterapkan dan besarnya subsidi yang 1

2 diberikan. Selain itu, pemerintah juga mempunyai fungsi memadukan antara kepentingan pengguna layanan dan kepentingan PT. Kereta Api Indonesia (Persero). PT. Kereta Api Indonesia (Persero) sebagai operator mempertimbangkan biaya operasional kereta api (BOKA) dalam menyediakan jasa transportasi dengan memperhitungkan keuntungan. Bagi pengguna layanan transportasi umum, tarif angkutan yang ditawarkan haruslah serendah mungkin agar dapat dijangkau oleh semua golongan yang membutuhkan. Besarnya kemampuan dan kemauan pengguna layanan kereta api untuk membayar biaya transportasi didasarkan pada persepsi pelayanan diterima oleh penumpang. Namun demikian, penentuan tarif transportasi angkutan umum sifatnya masih didominasi oleh pihak operator dan belum mempertimbangkan kemampuan dan kemauan pengguna jasa. Berdasarkan pada kondisi tersebut, diperlukan adanya peninjauan ulang penentuan tarif angkutan umum yang memperhatikan perbedaan kepentingan antara penyedia jasa dan pengguna jasa. Dalam Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP. 430 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019, salah satu sasaran peningkatan kinerja pelayanan sarana dan prasarana transportasi yang harus dipenuhi oleh penyedia jasa kepada pengguna layanan adalah pelayanan yang berkualitas, cepat, mudah, terjangkau dan terukur. Apabila masyarakat/pengguna jasa belum mampu membayar tarif yang ditetapkan oleh Penyelenggara Sarana Perkeretaapian untuk angkutan ekonomi, maka pemerintah dapat menetapkan tarif angkutan dengan melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelayanan dan tarif. Hal ini tercantum dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api, selanjutnya mengenai penetapan tarif diatur dalam Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 69 Tahun 2014 tentang Pedoman Perhitungan dan Penetapan Tarif Angkutan Orang dengan Kereta Api. Untuk mengetahui kemampuan dan kemauan membayar dapat dilakukan analisis keterjangkauan daya beli pengguna layanan angkutan kota dalam

3 membayar tarif yang meliputi analisis kemauan membayar (Willingness To Pay) dan analisis kemampuan membayar (Ability To Pay) terhadap tarif yang diberlakukan (Soemarsono, 2002). Selanjutnya hal ini disingkat dengan WTP dan ATP. Pendekatan yang digunakan dalam menganalisis nilai ATP didasarkan pada alokasi dana untuk transportasi dan intensitas perjalanan, sedangkan analisis WTP didasarkan pada persepsi pengguna terhadap tarif atas jasa pelayanan angkutan umum. KA Kaligung dioperasikan pertama kali pada tanggal 1 Desember 2010 dengan lintas layanan perjalanan Semarang Tegal sepanjang 148,08 km dengan waktu tempuh rata-rata 2 jam 22 menit. Rangkaian kereta api ini melayani perjalanan kelas Ekonomi AC dengan tarif berkisar antara Rp 25.000,00 Rp 50.000,00. Sementara itu, KA Kamandaka dioperasikan pertama kali pada tanggal 17 Februari 2014 dengan lintas layanan perjalanan Semarang Tegal Purwokerto sepanjang 245,59 km dengan waktu tempuh rata-rata 2 jam 29 menit. Rangkaian kereta api ini melayani perjalanan kelas Ekonomi AC dengan tarif berkisar antara Rp 55.000,00 Rp 90.000,00. Kedua kereta tersebut memiliki karakteristik yang hampir sama, yaitu kereta api jarak menengah yang melayani perjalanan kelas Ekonomi AC, okupansi tinggi serta kecepatan ratarata yang sebanding. Akan tetapi, tarif kedua kereta untuk lintas layanan Semarang Tegal tidak sama, yaitu Rp 50.000,00 untuk KA Kaligung dan Rp 55.000,00 untuk KA Kamandaka. Berdasarkan latar belakang tersebut terlihat adanya persaingan antar moda angkutan umum termasuk kereta api, untuk meningkatkan mutu dan pelayanan. Kereta api yang mampu bersaing untuk memenuhi kebutuhan pengguna layanan serta memiliki tarif yang sesuai dengan kemampuan pengguna layanan atau lebih terjangkau akan menarik minat masyarakat untuk melakukan perjalanan menggunakan kereta api tersebut. Oleh karena itu, perlu diadakan monitoring dan evaluasi tarif Kereta Api Kaligung dan Kamandaka sebagai salah satu alternatif moda angkutan umum untuk perjalanan Semarang-Tegal maupun sebaliknya dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan.

4 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian maka dapat dirumuskan suatu permasalahan yang akan menjadi obyek penelitian ini, yaitu: 1. Berapa besar nilai Ability To Pay (ATP) dan Willingness To Pay (WTP) pengguna layanan Kereta Api Kaligung dan Kereta Api Kamandaka lintas layanan Semarang Tegal? 2. Bagaimana nilai ATP dan WTP pengguna layanan kereta api Kaligung dan Kereta Api Kamandaka lintas layanan Semarang Tegal terhadap tarif yang berlaku? 3. Berapa tarif Kereta Api Kaligung dan Kereta Api Kamandaka jika dilakukan kenaikkan tarif dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Mengestimasi nilai Ability To Pay (ATP) dan Willingness To Pay (WTP) pengguna layanan Kereta Api Kaligung dan Kereta Api Kamandaka lintas layanan Semarang Tegal. 2. Menganalisis nilai ATP dan WTP pengguna layanan Kereta Api Kaligung dan Kereta Api Kamandaka lintas layanan Semarang Tegal terhadap tarif yang berlaku. 3. Mengestimasi tarif Kereta Api Kaligung dan Kereta Api Kamandaka jika dilakukan kenaikkan tarif dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan 1.4 Batasan Masalah Mempertimbangkan luasnya faktor yang dapat mempengaruhi penelitian ini dan mengingat keterbatasan yang ada, maka dilakukan pembatasan penelitian sebagai berikut. 1. Penelitian ini tidak membahas analisis tarif dari pendekatan biaya operasional kereta api (BOKA).

5 2. Penelitian hanya dilakukan pada Kereta Api Kaligung dan Kereta Api Kamandaka dengan lintas layanan Semarang-Tegal. 3. Analisis dilakukan terhadap pengolahan data yang diperoleh selama kurun waktu penelitian. 4. Penelitian tidak mempertimbangkan indikator-indikator pelayanan yang ditingkatan sehubungan dengan peningkatan tarif. 1.5 Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam bidang transportasi kepada pihak yang terkait, antara lain: 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada instansi terkait, yaitu Direktorat Jenderal Perkeretaapian dan PT. Kereta Api Indonesia (Persero) dalam mengambil kebijakan-kebijakan yang terkait dengan penetapan besaran tarif kereta api, khususnya kereta api Kaligung dan Kereta Api Kamandaka lintas layanan Semarang Tegal. 2. Bagi masyarakat pengguna layanan kereta api, dengan adanya penelitian ini diharapkan kemampuan dan kemauan masyarakat pengguna layanan dapat tersampaikan kepada pihak penyedia jasa moda angkutan kereta api. 3. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang analisis tarif dengan menggunakan pendekatan Ability To Pay (ATP) dan Willingness To Pay (WTP) pengguna layanan kereta api Kaligung dan Kereta Api Kamandaka lintas layanan Semarang Tegal. 1.6 Keaslian Penelitian Beberapa penelitian pernah mengkaji tentang Ability To Pay (ATP) dan Willingness To Pay (WTP) pengguna layanan kereta api baik dilakukan di dalam maupun di luar negeri. Berikut merupakan penelitian tentang Ability To Pay (ATP) dan Willingness To Pay (WTP) yang dilakukan di dalam negeri, antara lain :

6 1. Permata (2012) pernah menulis Analisa Ability To Pay dan Willingness To Pay Pengguna Jasa Kereta Api Bandara Soekarno Hatta Manggarai, yang menganalisis mengenai kemampuan membayar (Ability To Pay) menggunakan metode household budget dan kemauan membayar (Willingness To Pay) menggunakan metode state preference pengguna jasa kereta api Bandara Soekarno Hatta Manggarai. Dalam menganalisis ATP dipengaruhi oleh faktor-faktor berupa penghasilan keluarga per bulan, alokasi biaya transportasi, intensitas perjalanan dan jumlah anggota kelurga, sedangkan untuk menganalisis WTP dipengaruhi oleh produk yang ditawarkan atau disediakan, kualitas dan kuantitas pelayanan yang disediakan, utilitas pengguna terhadapa angkutan tersebut serta penghasilan pengguna. Selain itu, pendekatan WTP dalam penilaian keselamatan merupakan salah satu upaya untuk menentukan jumlah maksimum kesediaan individu untuk membayar sebagian kecil perbaikan untuk keselamatan mereka dan mungkin orang lain (Value of Preventing a Fatality, VPF). Pendekatan ini berbasis keselamatan menggunakan konsep pencegahan kematian statistik. 2. Prajawan (2013) melakukan penelitian yang berjudul Evaluasi Penetapan Tarif Kereta Api Sancaka, yang mengevaluasi biaya operasional kereta api dan membandingkan besarnya tarif lapangan dengan tarif berdasarkan BOKA, kemampuan serta kemauan penumpang untuk membayar kereta api Sancaka. Dalam penelitian ini, BOKA maupun kemauan dan kemampuan membayar penumpang Kereta Api Sancaka dihitung untuk kondisi sebelum dan sesudah perbaikan peningkatan pelayanan sesuai dengan yang disarankan oleh penumpang di kelas bisnis maupun eksekutif. 3. Wulansari (2012) menulis tentang Analisis Ablity To Pay (ATP) dan Willingness To Pay (WTP) Pengguna Kereta Api Bandara. Disebutkan bahwa menetapkan tarif kereta api perlu mempertimbangkan kemampuan membayar dan kesediaan membayar calon pengguna kereta api. Penelitian ini menganalisis nilai ATP-WTP menggunakan pendekatan metode analisis pemilihan diskrit (Discrite Choice Analysis) terhadap perilaku individu

7 dengan teknik Stated Preference (SP). Dimana nilai ATP berada pada probabilitas pemilihan kereta api bandara sebesar 0,5 0,9, sedangkan nilai WTP berada pada probabilitas pemilihan kereta api bandara sebesar 0,5. Model pemilihan moda yang digunakan adalah model logit-nominal-selisih dan model logit-binominal-nisbah, dengan pemilihan dua moda yang ditinjau adalah 1) Kereta api bandara dan Bus Damri, 2) Kereta api bandara dan taksi, 3) Kereta api bandara dan kendaraan pribadi (mobil). Penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menganalisis tarif Kereta Api Kaligung dan Kamandaka lintas layanan Semarang Tegal dengan menggunakan pendekatan Ability To Pay (ATP) dan Willingness To Pay (WTP) pengguna layanan kereta api pada tahun 2016 untuk kemudian dievaluasi terhadap tarif yang berlaku, serta menganalisis hasil penelitian dari kedua kereta yang memiliki karakteristik hampir sama tersebut sehingga didapat perbandingan ATP dan WTP keduanya. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah pendekatan yang digunakan, yaitu dengan pendekatan travel cost untuk analisis ATP dan pendekatan persepsi pengguna terhadap tingkat pelayanan untuk analisis WTP. Sedangkan perbedaannya adalah penelitian ini dilakukan pada penumpang Kereta Api Kaligung dan Kereta Api Kamandaka dengan lintas layanan Semarang-Tegal. Selain itu, dalam penelitian ini juga memberikan hasil analisis mengenai kenaikan tarif dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan. Analisis tersebut berupa alternatif-alternatif tarif yang memungkinkan untuk direalisasikan pada Kereta Api Kaligung dan Kereta Api Kamandaka. Alternatif yang diberikan berdasarkan nilai ATP dan nilai WTP serta banyaknya pengguna layanan yang mampu dan mau membayar Kereta Api Kaligung dan Kereta Api Kamandaka.