I. PENDAHULUAN. dengan insiden dan mortalitas yang tinggi (Carlos et al., 2014). Sampai saat ini telah

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. sehingga berpengaruh pada kondisi kesehatan dan kemungkinan mengakibatkan. berbagai penyakit-penyakit yang dapat dialaminya.

I. PENDAHULUAN. wanita di dunia. Berdasarkan data dari WHO/ICOInformation Centre on. jumlah kasus sebanyak kasus dan jumlah kematian sebanyak

I. PENDAHULUAN. perempuan di dunia dan urutan pertama untuk wanita di negara sedang

I. PENDAHULUAN. Kanker serviks yang disebabkan oleh Human papillomavirus (HPV)

KuTiL = KankeR LeHEr RaHIM????

I. PENDAHULUAN. Iridoviridae yang banyak mendapatkan perhatian karena telah menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker serviks merupakan kanker yang banyak. menyerang perempuan. Saat ini kanker serviks menduduki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masalah kesehatan masyarakat yang utama di dunia. Mycobacterium tuberculosis,

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan pertumbuhan sel yang tidak normal/terus-menerus dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut sebagai masa pubertas. Pubertas berasal dari kata pubercere yang

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Human immunodeficiency virus (HIV) merupakan salah satu. Penurunan imunitas seluler penderita HIV dikarenakan sasaran utama

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data International Agency for Research on Cancer (IARC) diketahui

BAB 1 PENDAHULUAN. Karsinoma nasofaring (KNF) adalah tumor ganas yang berasal dari sel

BAB I PENDAHULUAN. serviks. Setiap 1 menit muncul 1 kasus baru dan setiap 2 menit meninggal 1 orang

SUHARTO WIJANARKO PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN (PIT) KE-21 TAHUN 2016 PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS BEDAH INDONESIA (IKABI) MEDAN, 12 AGUSTUS 2016

TINJAUAN TENTANG HIV/AIDS

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terinfeksi Mycobacterium tuberculosis (M. tuberculosis). Penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. penyakit kanker dengan 70% kematian terjadi di negara miskin dan berkembang. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan wabah dan menyebabkan kematian. Dalam kurun waktu 50 tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bakteri Micobacterium tuberculosis (M. tuberculosis). Tuberkulosis disebarkan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang mengandung risiko dan berdampak negatif bagi dirinya seperti terjadinya

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh Human Papillomavirus (HPV) tipe tertentu dengan kelainan berupa

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit porcine reproductive and respiratory syndrome (PRRS) adalah

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan agen penyebab Acquired

BAB I PENDAHULUAN menyepakati perubahan paradigma dalam pengelolaan masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. serviks uteri. Kanker ini menempati urutan keempat dari seluruh keganasan pada

I. PENDAHULUAN. Kanker merupakan masalah utama bagi masyarakat karena menjadi salah

Kanker Serviks. 2. Seberapa berbahaya penyakit kanker serviks ini?

IMUNOLOGI TUMOR ELLYZA NASRUL

BAB I PENDAHULUAN. dengue. Virus dengue ditransmisikan oleh nyamuk Aedes aegypti. Infeksi dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma payudara pada wanita masih menjadi masalah kesehatan yang utama

Pengertian TEKNOLOGI DNA REKOMBINAN. Cloning DNA. Proses rekayasa genetik pada prokariot. Pemuliaan tanaman konvensional: TeknologiDNA rekombinan:

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization

TUGAS TERSTRUKTUR BIOTEKNOLOGI PERTANIAN VEKTOR DNA

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri patogen penyebab tuberkulosis.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gambaran masyarakat Indonesia dimasa depan yang ingin dicapai melalui

BAB 1 PENDAHULUAN. Karsinoma servik merupakan penyakit kedua terbanyak pada perempuan

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya umur harapan hidup sebagai salah satu tujuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak semua manusia yang harus dijaga,

BAB I PENDAHULUAN. Kanker serviks adalah kanker tersering nomor tujuh secara. keseluruhan, namun merupakan kanker terbanyak ke-dua di dunia pada

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kematian nomor tujuh di Indonesia dengan persentase 5,7 persen dari keseluruhan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai penyebab kematian wanita dunia. Human papilloma Virus (HPV) merupakan penyebab dari kanker

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Selama tiga dekade ke belakang, infeksi Canine Parvovirus muncul sebagai salah

BAB 4 HASIL. Korelasi stadium..., Nurul Nadia H.W.L., FK UI., Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. kanker yang paling tinggi di kalangan perempuan adalah kanker serviks. yang paling beresiko menyebabkan kematian.

I. PENDAHULUAN. terutama pada daerah transformasi epitel gepeng serviks. Sebagian besar

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi merupakan keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara merupakan keganasan yang paling sering ditemukan pada

BAB I PENDAHULUAN. kematian pada perempuan. Penyakit ini telah merenggut nyawa lebih dari

Penyakit tersebut umumnya disebabkan oleh infeksi virus Human. merupakan virus RNA untai tunggal, termasuk dalam famili Retroviridae, sub

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. kasus diantaranya menyebabkan kematian (Li et al., 2012; Hamdi and Saleem,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karsinoma larings merupakan keganasan yang cukup sering dan bahkan

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara merupakan jenis keganasan terbanyak pada wanita

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO) adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

REVERSE TRANSKRIPSI. RESUME UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Genetika I Yang dibina oleh Prof. Dr. A. Duran Corebima, M.Pd. Oleh

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

KLONING. dari kata clone yang diturunkan dari bahasa Yunani klon, artinya potongan yang digunakan untuk memperbanyak tanaman.

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. adanya heterogenitas pada perubahan genetik. Kanker payudara menjadi penyebab

BAB I PENDAHULUAN. kematian pada tahun 2004 (WHO, 2009). Berdasarkan data dari Globocan

No. Responden: B. Data Khusus Responden

BAB I PENDAHULUAN. sering ditemukan pada wanita usia reproduksi berupa implantasi jaringan

OUTLINE PENDAHULUAN CIRI-CIRI VIRUS STRUKTUR SEL VIRUS BENTUK VIRUS SISTEM REPRODUKSI VIRUS PERANAN VIRUS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan kanker kepala dan leher yang

A. Pengetahuan Kanker Serviks NO. PERTANYAAN JAWABAN 1. Kanker leher rahim ( serviks ) merupakan penyakit?

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dan leukemia-associated tyrosine kinase fusion (TEL-PDGFbR) (Chen, et al., 2004). Dibandingkan dengan terapi menggunakan antibodi, pembuatan sediaan

BAB I PENDAHULUAN. Kanker serviks (leher rahim) adalah salah satu kanker ganas yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker leher rahim (kanker serviks) masih menjadi masalah

InfoDATIN SITUASI PENYAKIT KANKER. 4 Februari-Hari Kanker Sedunia PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI

MOLEKULER ONKOGENESIS

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan kanker serviks atau yang disebut juga sebagai kanker leher rahim

BAB 1 : PENDAHULUAN. penyakit degeneratif. Transisi epidemiologi ini salah satunya dipengaruhi oleh pola

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masalah kesehatan masyarakat. Kanker menjadi penyebab kematian nomor 2 di

ACQUIRED IMMUNE DEFICIENCY SYNDROME ZUHRIAL ZUBIR

BAB I PENDAHULUAN. paling sering terjadi pada kisaran umur antara tahun.

INTISARI. Kata kunci: Doxorubicin, microrna 451, P-glycoprotein, Resisten, sel Raji.

BAB I PENDAHULUAN. (Munoz dkk., 2003; Parkin dkk., 2002). Data tersebut mengalami perubahan, seperti

KARAKTERISTIK IBU DENGAN KANKER SERVIKS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) BANGIL

BAB I PENDAHULUAN. Karsinoma payudara merupakan penyakit keganasan yang paling sering

BAB 1 PENDAHULUAN. dari semua kanker pada organ reproduksi. Diantara kanker yang ditemukan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. penderita kanker serviks baru di dunia dengan angka kematian karena kanker ini. sebanyak jiwa per tahun (Emilia, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Tingkat Pengetahuan Siswi Sekolah Menengah Atas tentang Kanker Serviks dan Pencegahannya. Rosnancy Sinaga :

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan berbentuk coccus (Rosenkranz et al., 2001). Secara serologis, sampai saat ini

REKAYASA GENETIKA. Genetika. Rekayasa. Sukarti Moeljopawiro. Laboratorium Biokimia Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada

BAB I PENDAHULUAN. Selama tiga dasawarsa terakhir, kanker ovarium masih merupakan masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan suatu proses proliferasi sel di dalam tubuh yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kanker serviks masih merupakan masalah kesehatan perempuan sehubungan dengan insiden dan mortalitas yang tinggi (Carlos et al., 2014). Sampai saat ini telah tedapat 529.000 kasus baru dan 275.000 kasus kematian setiap tahun di seluruh dunia yang diakibatkan oleh kanker servik (Dozches et al., 2014). Lebih dari 80% dari kasus-kasus ini terjadi di negara berkembang salah satunya di Indonesia. Indonesia menempati urutan keempat kasus kematian kanker serviks terbanyak di Asia Tenggara (Bruni et al., 2014). Berdasarkan data WHO sebanyak 20.928 kasus kanker serviks terjadi di Indonesia dan 9.498 kasus kematian akibat kanker serviks (WHO, 2012). Pajanan Human Pappiloma Virus (HPV) dianggap sebagai penyebab utama terjadinya kanker servik. Internasional Agency for Research on Cancer (IARC) menyatakan 1000 sampel dari 22 negara menemukan adanya infeksi HPV pada 99,7% kanker serviks (Gomez et al., 2016). Sedangkan faktor resiko lainnya seperti paritas tinggi, jarak persalinan pendek, multiparner seksual, hanya sebagai inisiator (Suwiyoga, 2007). Telah banyak dilakukan penelitian-penelitian terkait Human Papilloma Virus (HPV) yang menjadi penyebab kanker servik diantaranya seperti deteksi Human Papilloma Virus Tipe 16 sebagai deteksi dini kanker serviks yang dilakukan pada wanita dengan menggunakan sampel yang berupa urin, flour albus, serta saliva (Marlina et al., 2014). Kemudian dilanjutkan dengan merancang serta

menguji primer spesifik pada pasien kanker serviks menggunakan metode multiplex PCR (Marlina et al., 2015). Selanjutnya desain primer Multiplex Polymerase Chain Reaction (PCR) gen E6 HPV tipe 45 dan HPV tipe 52 (Marlina et al., 2015). Kemudian aplikasi primer MPCR untuk gen E6 HPV Tipe 16 dan 18 pada pasien kanker serviks (Marlina et al., 2015). Kemudian dilanjutkan dengan analisa variasi molekuler gen E5, E6, E7 Human Papilloma Virus (HPV) dari isolat kanker serviks tipe 16 dan 18 (Marlina et al., 2015). Human Papilloma Virus (HPV) itu sendiri merupakan virus DNA beruntai ganda dan tidak memiliki selubung. Virus ini masuk dalam famili Papillomaviridae dan berukuran 8.000 bp (Munoz et al., 2003). Berdasarkan onkogenitasnya terhadap kanker serviks, HPV dapat dibedakan menjadi high risk HPV dan low risk HPV, hal ini tergantung pada kemampuan virus tersebut untuk menimbulkan infeksi yang berhubungan dengan timbulnya kanker. HPV tipe 16 termasuk salah satu dalam HPV yang bersifat high risk (Munoz et al., 2003). Serta Human Papillola Virus tipe 16 juga merupakan HPV yang paling banyak menginfeksi wanita di Indonesia (Dozches et al., 2014). Human Papillola Virus (HPV) memiliki Genom fungsional yang dibagi menjadi tiga wilayah. Daerah pertama yaitu daerah noncoding (regulasi hulu) atau disebut juga dengan long control region (LCR) sebesar 400 1.000 bp. Daerah kedua adalah daerah wilayah awal yang terdiri atas early protein open reading frame (ORF) yaitu E1, E2, E4, E5, E6, dan E7 dimana berperan dalam replikasi virus. Daerah ketiga adalah daerah wilayah akhir late protein yang mengkode protein L1 dan L2

berfungsi untuk pembentukan kapsid virus (Thierr, 2004). Protein virus yang beresiko tinggi yang menyebabkan karsinogen salah satunya yaitu gen E6 (IARC, 2007). Protein E6 Human Papilloma Virus tipe resiko tinggi menginduksi pembentukan tumor (Tumorigenesis). Protein E6 memiliki target protein 53 (p53) yang berperan dalam proses apoptosis dan siklus gen (Nomine et al., 2006). Dimana onkoprotein yang disandikan oleh gen E6 memiliki kemampuan mengikat protein pengatur sel inang, khusunya produk dari tumor suppresor gene p53 yang terhipofosforilasi. Perubahan ini akan menyebabkan degradasi p53 oleh gen E6, sehingga akan terjadi proliferasi sel yang tidak dapat dikontrol (Doorbar, 2006;Jedpiyawongse et al., 2008). Dikarenakan tingginya tingkat kematian yang di yang disebabkan oleh kanker serviks karena pajanan Human Papilloma Virus (HPV) tidak hanya di Indonesia namun di seluruh dunia, untuk menekan tingkat kematian yang di sebabkan oleh kanker servik salah satu cara untuk menggantasinya adalah dengan vaksinasi. Protein E6 merupakan target ideal untuk dapat dijadikan sebagai kandidat atau langkah awal dalam pembuatan vaksin. Fokus dari protein yang dihasil dari gen E6 adalah dengan mesntimulasi produksi dan aktivasi sel T. Sel T tersebut akan mengenali E6 yang akan mengekspresikan antigen E6. Antigen tersebut akan dipresentasikan oleh sel dendrit, sehingga vaksin terapi dapat menstimulasi CD 8 sel T sitotoksik dan CD 4 sel T helper. Sel T helper dapat membantu meningkatkan respon imun sel T sitotoksik. Sistim imun adaptif tersebut memiliki potensi untuk menghancurkan sel yang terinfeksi HPV tanpa menimbulkan kerusakan pada jaringan normal (Ma et al.,

2010). Oleh karena itu dibutuhkan informasi mengenai protein E6 yang diindikasi dapat membantu pengembangan vaksin HPV (Nasional cancer institute, 2011). Baru-baru ini telah dilakukan penelitian mengenai mengenai cloning early gene E6 Human Papillomavirus (HPV) sebagai pustaka genetik HPV tipe 16 (Marlina, Andani, Fanessia, 2016). Penelitian ini dapat menjadi dasar atau sebagai langkah awal untuk mendapatkan protein rekombinan dari gen E6 HPV tipe 16, Untuk itu perlu dilakukan penelitian lanjutan. Langkah dalam mendapatkan protein rekombinan dari gen E6 HPV 16 dapat dilakukan dengan tekhnik ekspresi gen. Teknik ekspresi ini merupakan salah satu tekhnik rekayasa genetika yang dapat dimanfaatkan lebih lanjut untuk membuat antigen spesifik dan protein recombinan dari gen E6 dan lebih lanjut dapat dijadikan sebagai kandidat vaksin atau langkah awal dalam pembuatan vaksin HPV terbaru (Jummah, 2014). Dari latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengangkat judul ekspresi gen E6 dari Human Papilloma Virus HPV tipe 16 sebagai langkah awal dalam pembuatan vaksin. 1.2.Rumusan Masalah Bagaimana cara atau metode yang digunakan untuk ekspresi dari gen E6 HPV tipe 16 yang dapat dijadikan dasar atau langkah awal dalam pembuatan vaksin terhadap virus HPV tipe 16

1.3.Tujuan Penelitian Mengekspresikan gen E6 untuk mendapatkan protein rekombinan, yang di analisa menggunakan SDS PAGE yang selanjutnya bisa dijadikan dasar atau langkah awal sebagai dalam pembuatan vaksin 1.4.Hipotesis Penelitian H0 : Gen E6 HPV tipe 16 dapat ekspresi dan di dapat protein recombinan dari gen E6 dapat dijadikan dasar atau acuan dalam pembuatan vaksin HPV 1.5.Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini yaitu diharapkan : 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah data untuk penelitian selanjutnya khususnya menjadi dasar pertimbangan dan acuan dalam pembuatan vaksin terapetik yang sesuai untuk penderita kanker serviks khususnya di Indonesia. 2. Memberikan informasi serta pengetahuan tentang pencegahan dan pengobatan kanker serviks