BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pandang mereka masing-masing. Berikut ini kutipan pendapat beberapa ahli

1 Nana Djumhana, Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, hlm. 40.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Prestasi belajar atau hasil belajar adalah realisasi atau pemekaran

PENINGKATAN HASIL BELAJAR DAN SIKAP SISWA KELAS VI SDN 135/V MAKMUR JAYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. 2.1 Hakikat Hasil Belajar Siswa Tentang Perubahan Wujud Benda

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV SDN Lariang Melalui Metode Demonstrasi

BAB II KAJIAN TEORI. Kajian tentang Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. prestasi belajar. Temuan Lis Fatmawati (2013) menunjukkan bahwa penggunaan

cara kerja suatu alat kepada kelompok siswa.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Strategi Pembelajaran Menguji Hipotesis. bagian dari pembelajaran kooperatif.

BAB II KAJIAN TEORI. mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Pengertian Belajar. Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Kajian teori mencakup hal pengertian belajar, hakikat kegiatan belajar mengajar, dan hakikat IPA.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, DAN KERANGKA BERFIKIR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dede Sofiatun,2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. suatu proses terjadinya peristiwa. Menurut Rusminiati (2007: 2) metode

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. 2.1 Hakikat Hasil Belajar Pada Materi Pengaruh Gaya Terhadap Gerak Benda

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Belajar Pengertian Belajar Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

TUJUAN PEMBELAJARAN SEBAGAI KOMPONEN PENTING DALAM PEMBELAJARAN

RAFLIN TOYITI (Mahasiswa Jurusan S1 PGSD FIP UNG) Pembimbing Prof.Dr. H. Abd Haris PanaI, S.Pd, M.Pd Meylan Saleh, S.Pd, M.

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

Berdasarkan pernyataan di atas, bahwa peserta didik harus

DESKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL BELAJAR OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT PADA SISWA DI SDN 3 TAPA KECAMATAN TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO

Inayatul Uliya

BAB I PENDAHULUAN. yang bagus, dibutuhkan proses pendidikan yang bagus pula. Setiap usaha

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Metode berasal dari bahasa latin methodos yang berarti jalan yang harus

SITI ARFAH, S.Pd 1 ABSTRAK

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman,

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. (Dalam bukunya Purwanto,

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. lingkungan. Lingkungan menyediakan rangsangan (stimulus) terhadap individu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktif dan pendekatan keterampilan proses, guru berperan sebagai fasilitator dan

BAB I PENDAHULUAN. yang bagaimanakah yang paling tepat untuk anak-anak? Oleh karena struktur

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB V PEMBAHASAN. Fiqih dengan melalui penerapan model pembelajaraan kooperatif tipe picture and

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KOMPONEN PENTING DALAM MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. lingkungan tersebut mengalami perubahan, sehingga fungsi intelektual semakin

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung. Dalam Kamus

BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam Ruang Lingkup IPA SD/MI

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. akumulasi dari berbagai faktor dimulai dari faktor awal proses sampai denga hasil.

Penerapan Metode Diskusi Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Kelas IV SDN 1 Tonggolobibi Mata Pelajaran IPS

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR

BAB II KAJIAN TEORI. Gagne menyatakan hasil belajar berupa: 1. Informasi Verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam merupakan terjemahan kata-kata dalam bahasa

BAB II KAJIAN TEORI. pengertian dari belajar itu sendiri. Belajar merupakan suatu. aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting dalam meningkatkan kualitas. sumber daya manusia. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran agar menjadi manusia yang cerdas, terampil dan bermoral

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. kerangka pikir yang merupakan perpaduan antara variabel satu dengan variabel

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. 1999:623). Seseorang dikatakan mampu apabila ia bisa atau sanggup melakukan

MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Oleh Hugeng Tuli. : Prof. Dr. Hi. Abdul Haris PanaI, S.Pd., M.Pd : Drs. Djotin Mokoginta, S.Pd.,M.Pd ABSTRACT

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ahmadi dalam Ismawati (2007) mengatakan bahwa Inkuiri berasal dari kata

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman.

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI BUNYI MELALUI METODE DEMONSTRASI DI KELAS IV SDN I KABILA KECAMATAN KABILA KABUPATEN BONEBOLANGO

BAB I PENDAHULUAN. bahasa inggris Natural Sains secara singkat sering disebut Science. Natural

BAB II KAJIAN PUSTAKA. belajar sebagai suatu kebutuhan yang telah dikenal dan bahkan sadar atau

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proaktif (urun rembuk) dalam memecahkan masalah-masalah yang diberikan

BAB I PENDAHULUAN. untuk menunjang keberhasilan proses belajar mengajar. pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MATERI POKOK CUACA DI SEKITAR KITA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kemajuan perkembangan zaman yang begitu cepat dan pesat terutama

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN Pengertian Hasil Belajar Pada Sifat-Sifat cahaya

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan bahwa proses yang dilakukan guru dan siswa merupakan kunci

Transkripsi:

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Hakikat Hasil Belajar Energi Panas 2.1.1 Pengertian Hasil Belajar Energi Panas Mengenai hasil belajar dalam penelitian ini yang diteliti adalah hasil belajar siswa kelas IV SDN 1 Tolinggula Ulu dengan menggunakan metode demonstrasi yang diharapkan akan lebih meningkat. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya, Sudjana (2012 : 22) hasil belajar adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan murid yang berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka serta nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum. Hasil belajar adalah suatu hasil yang telah dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar. Oleh sebab itu hasil belajar bukan merupakan ukuran, tetapi dapat diukur setelah melakukan kegiatan belajar. Menurut Purwanto (2013 : 44) bahwa hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu hasil dan belajar pengertian hasil menurutnya (product) menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakuknnya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya infut secara fungsional. Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Anak yang berhasil dalam belajar adalah anak yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan-tujuan intruksional. Dari beberapa pengertian di atas maka peneliti menyimpulkan bahwa hasil belajar energi panas dalam penelitian ini adalah hasil yang diperoleh seseorang siswa karena telah melalui suatu proses dalam pembelajaran sesuai dengan kriteria ketuntasan yang telah ditetapkan. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mewujudkan hasil belajar adalah: 6 6

2.1.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa Materi Energi Panas Berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan beberapa faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar dan ada pula dari luar dirinya. Di bawah ini dikemukakan faktor-faktor yang menentukan hasil belajar: a. Faktor Internal (yang berasal dari dalam diri). 1). Kesehatan Kesehatan jasmani dan rohani sangat besar pengaruhnya terhadap kemampuan belajar. Bila seseorang selalu tidak sehat, sakit kepala, demam, pilek, batuk dan sebagainya, dapat mengakibatkan tidak bergairah untuk belajar, Dalyono (2010 : 53). 2). Intelegensi dan Bakat Bila seseorang mempunyai intelegensi yang tinggi dan bakatnya ada dalam bidang yang dipelajari, maka proses belajarnya akan lancar dan sukses bila dibandingkan dengan orang yang memiliki bakat saja tetapi intelegensinya rendah. Demikian pula, jika dibandingkan dengan orang yang intelegensinya tinggi tetapi bakatnya tidak ada dalam bidang tersebut, orang berbakat lagi pintar (intelegensinya tinggi) biasanya orang yang sukses dalam karirnya. 3). Minat dan Motivasi Sebagaimana dengan intelegensi dan bakat maka minat dan motivasi adalah dua aspek psikis yang juga besar pengaruhnya terhadap pencapaian prestasi belajar. Minat dapat timbul karena daya tarik dari luar dan juga datang dari hati sanubari. Minat yang besar terhadap sesuatu merupakan modal yang besar artinya untuk mencapai/ memperoleh benda atau tujuan yang diminati itu. Timbulnya minat belajar disebabkan berbagai hal, antara lain karena keingginan yang kuat untuk menaikkan martabat atau memperoleh pekerjaan serta inginhidup senang dan bahagia. Minat belajar yang besar cenderung menghasilkan prestasi yang tinggi, sebaliknya minat belajar kurang akan menghasilkan prestasi yang rendah. 7

4). Cara Belajar Cara belajar seseorang juga mempengaruhi pencapaian hasil belajarnya. Belajar tanpa memperhatikan teknik dan faktor fisiologis, psikologis, dan ilmu kesehatan, akan memoeroleh hasil yang kurang memuaskan, Dalyono (2010 : 55-57). b. Faktor Eksternal (yang berasal dari luar diri) 1) Keluarga Adalah ayah, ibu anak-anak serta family yang menjadi penghuni rumah. Faktor orang tua sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan anak dalam belajar. Tinggi rendahnya pendidikan orang tua, besar kecilnya penghasilan, cukup atau kurang perhatian dan bimbingan orang tua, rukun atau tidak kedua orang tua, akrab atu tidak hubungan orang tua dengan anak-anak, tenang atau tidaknya situasi dalam rumah, semuanya itu turut mempengaruhi keberhasilan belajar. 2) Sekolah Keadaan sekolah tempat belajar turut mempengaruhi tingkat keberhasilan belajar. Kualitas guru, metode mengajarnya, kesesuaian kurikulum dengan kemampuan anak, keadaan fasilitas/ perlengkapan di sekolah, keadaan ruangan, jumlah murid per kelas, pelaksanaan tata tertib sekolah, dan sebagainya, semua ini turut mempengaruhi keberhasilan belajar anak. 3) Masyarakat Keadaan masyarakat juga menentukan prestasi belajar. Bila di sekitar tempat tinggal keadaan masyarakatnya terdiri dari orangorang yang berpendidikan, terutama anak-anaknya rata-rata bersekolah tinggi dan moralnya baik, hal ini akan mendorong anak lebih giat belajar. Tetapi sebaliknya, apabila tinggal di lingkungan banyak anak-anak nakal, tidak bersekolah dan pengangguran, hal ini akan mengurangi semangat belajar atau dapat dikatakan tidak 8

menunjang sehingga motivasi belajar berkurang, Dalyono (2010 : 59-60). 4) Lingkungan Sekitar/Sosial Keadaan lingkungan tempat tinggal juga sangat penting dalam mempegaruhi prestasi belajar. Keadaan lingkungan bangunan rumah, suasana sekitar, keadaan lalu lintas, iklim dan sebagainya. Misalnya bila bangunan rumah berpenduduk sangat rapat, akan menganggu belajar. Keadaan lalu lintas yang membisingkan, suarai hiruk pikuk orang disekitar, suara pabrik, polusi udara, iklim yang terlalu panas, semuanya ini akan mempengaruhi kegairahan belajar. Sebaliknya, tempat yang sepi dengan iklim yang sejuk, ini akan menunjang proses belajar. 2.1.3 Aspek-aspek Hasil Belajar Siswa Materi Energi Panas Proses belajar mengajar harus mendapat perhatian yang serius yang melibatkan berbagai aspek yang menunjang keberhasilan belajar mengajar. Hasil belajar dapat dikelompokkan menjadi tiga aspek tersebut yaitu: aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik, Mimin (2007 : 22) a. Aspek Kognitif Taksonomi tujuan pengajaran dalam kawasan kognitif menurut Bloom terdiri atas enam level yaitu sebagai berikut; pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehension), penerapan (aplication), analisis (analysis), sintesis (synthesis), evaluasi (evaluation). b. Aspek Afektif Yaitu yang berhubungan dengan pembangkittan niat sikap/emosi juga penghormatan (kepatuhan) terhadap nilai atau norma. Dalam aspek afektif terdiri atas 5 level: penerimaan (receiving/attending), penanggapan (responding), penilaian (valuing), pengorganisasian (organizing), karakteristik (characterization). c. Aspek Psikomotorik Yaitu pengajaran yang bersifat keterampilan atau yang menunjukkaan gerak, keterampilan tangan, menunjukkan pada tingkat keahlian seseorang dalam 9

suatu tugas atau kumpulan tugas tertentu. Sampson membagi aspek ini menjadi lima level, yaitu: kesiapan (sel), meniru (imitation), membiasakan (habitual), menyesuaikan (adaption), menciptakan (origination). 2.2 Hakikat Metode Demonstrasi 2.2.1 Pengertian Metode Pembelajaran Untuk melaksanakan pembelajaran dibutuhkan suatu metode sebagai alat pencapaian tujuan pembelajaran. Menurut Muda (2006 : 372) bahwa metode merupakan cara sistematis dan terpikir secara baik untuk mencapai tujuan, prinsip dan praktek-praktek pengajaran. Sedangkan Djamarah dan Zain (2010 : 76) mengartikan metode sebagai suatu cara yang memiliki nilai strategis dalam kegiatan belajar mengajar. Penggunaaan metode yang tidak sesuai dengan tujuan pengajaran akan menajdi kendala dalam mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Sedangkan Hardini dan Puspitasari (2012 : 13) berpendapat bahwa metode pembelajaran merupakan cara-cara yang ditempuh guru untuk menciptakan siatuasi pengajaran yang menyenangkan dan mendukung bagi kelancaran proses belajar dan tercapainya hasil belajar anak yang memuaskan. Sebagai seorang guru, tentunya mengetahui metode pembelajaran disekolah sangatlah penting. Tanpa mengetahui metode pembelajaran proses belajar mengajar tidak akan terlaksana dengan sebaik-baiknya. Lebih lanjut Suyono dan Hariyanto (2012 : 19) metode pembelajaran adalah seluruh perencanaan dan prosedur maupun langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang termasuk pilihan cara penilaian yang akan dilaksanakan. Metode pembelajaran dapat dianggap sebagai suatu prosedur atau proses yang teratur, suatu jalan atau cara yang teratur untuk melakukan pembelajaran. Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan metode pembelajaran adalah upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan pembelajaran yang telah disusun tercapai secara optimal. 10

2.2.2 Pengertian Metode Demonstrasi Menurut Ibrahim dan Syaodih (2010: 104) bahwa metode demonstrasi merupakan metode yang sangat efektif, sebab membantu siswa untuk mencari jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan fakta atau data yang benar. Metode Demonstrasi merupakan metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukan kepada siswa tentang suatu proses. Situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekedar tiruan. Sebagai penyaji. Demonstrasi tidak terlepas dari penjelasan lesan oleh guru. Walaupun dalam proses Demonstrasi peran siswa hanya sekedar memperhatikan, akan tetapi Demonstrasi dapat menyajikan bahan pelajaran lebih kongkret. Menurut Ibrahim dan Syaodih (2010: 106-107) bahwa metode demonstrasi merupakan metode mengajar yang cukup efektif, sebab membantu para siswa untuk memperoleh jawaban dengan mengamati suatu proses atau peristiwa tertentu. Metode demonstrasi merupakan metode mengajar yang memperlihatkan bagaimana proses terjadinya sesuatu, dimana keaktifan biasanya lebih banyak pada pihak guru. Pengertian lain dikemukakan oleh Sagala (2010 : 210) bahwa metode demonstrasi adalah pertunjukan tentang proses terjadinya suatu peristiwa atau benda sampai pada penampilan tingkah laku yang dicontohkan agar dapat diketahui dan dipahami oleh siswa secara nyata atau tiruannya. Menurut Ibrahim dan Syaodih (2010 : 119) bahwa metode demonstrasi baik digunakan untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang hal-hal yang berhubungan dengan proses mengatur sesuatu, proses membuat sesuatu, proses bekerjanya sesuatu, proses mengerjakan atau menggunakannya, komponen yang membentuk sesuatu, membandingkan suatu cara dengan cara lain, dan untuk mengetahui atau melihat kebenaran sesuatu. Metode demonstrasi biasanya berkenaan dengan tindakan-tindakan atau prosedur yang dilakukan misalnya proses mengerjakan sesuatu, proses menggunakan sesuatu, membandingkan suatu cara dengan cara lain atau untuk melihat kebenaran sesuatu Sagala (2010 : 205). Menurut Sagala (2010 : 211) mengemukakan bahwa Metode demonstrasi digunakan dengan tujuan: a) Mengajarkan suatu proses atau prosedur yang harus 11

dikuasai oleh siswa, b) Mengkongkritkan informasi atau penjelasan kepada siswa, c) Mengembangkan kemampuan pengamatan kepada para siswa secara bersamasama. Guru menggunakan metode demonstrasi apabila: a) Tidak semua topik dapat dijelaskan secara gamblang dan kongkrit melalui penjelasan diskusi, b) Karena tujuan dan sifat materi pelajaran yang menuntut dilakukan peragaan berupa demonstrasi, c) Tipe belajar siswa yang berbeda-beda, ada yang kuat visual, tetapi lemah dalam audutif dan motorik, ataupun sebaliknya, d) Memudahkan mengajarkan suatu proses atau cara kerja, e) Sesuai dengan langkah perkembangan kognitif siswa yang masih dalam fase operasional konkrit. Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan meragakan dan mempertunjukan kepada siswa suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan, yang sering disertai dengan penjelasan lisan. 2.2.3 Langkah-langkah Metode Demonstrasi Menurut Sagala (Uno dan Mohamad, 2012 : 127) bahawa langkahlangkah metode demonstrasi materi pada energi panas adalah sebagai berikut: 1. Guru menyampaikan TPK. 2. Guru menyajikan gambaran sekilas materi yang akan disampaikan. 3. Menyiapkan bahan atau alat yang diperlukan. 4. Menunjukkan salah seorang siswa untuk mendemonstrasikan sesuai skenario yang disiapkan. 5. Seluruh siswa memperhatikan demonstrasi dan menganalisa. 6. Tiap siswa atau kelompok mengemukakan hasil analisanya dan juga pengalaman siswa di demonstrasikan. 7. Guru membuat kesimpulan kesimpulan Berdasarkan teori tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa langkahlangkah metode demonstrasi adalah sebagai berikut a) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai b) Guru menyajikan gambaran sekilas materi yang akan disampaikan c) Menyiapkan bahan atau alat yang diperlukan c) Menunjuk siswa yang sudah siap untuk mendemonstrasikan sesuai scenario yang telah 12

disiapkan d) Seluruh siswa mengemukakan hasil analisisnya dan juga pengalaman siswa didemonstrasikan e) membuat kesimpulan. 2.2.4 Keunggulan dan Kelemahan Metode Demonstrasi Metode demonstrasi menurut Djamarah dan Zain (2010: 91) memiliki Kunggulan dan kelemahan sebagai berikut: a. Keunggulan 1) Pelajaran menjadi lebih jelas dan konkret sehingga tidak terjadi verbalisme. 2) Siswa akan lebih mudah memahami materi pelajaran yang di demonstrasikan. 3) Proses pembelajaran menjadi lebih baik, sebab siswa tidak hanya mendengar tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi. 4) Siswa akan aktif mengamati dan tertarik untuk mencoba. 5) Perhatian siswa dapat lebih dipusatkan. 6) Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang dipelajari. 7) Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa. b. Kelemahan 1) Tidak semua guru dapat melakukan demonstrasi dengan baik. 2) Terbatasnya sumber belajar, alat pelajaran, media pembelajaran, siatuasi yang sering tidak mudah diatur dan terbatasnya waktu. 3) Demonstrasi memerlukan waktu yang lebih banyak dibandingkan ceramah dan tanya jawab. 4) Metode demonstrasi memerlukan persiapan dan perencanaan yang matang. 5) Siswa kadang kala sukar melihat dengan jelas benda yang diperagakan. 6) Tidak semua benda dapat didemonstrasikan. 2.2.5 Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Energi Panas melalui Metode Demonstrasi Menurut Djamarah dan Zain (2010: 91) mengemukakan bereapa aspek dalam meningkatkan hasil belajar siswa sebagai berikut: 13

a. Tahap Persiapan Pada tahap persiapan ada beberapa hal yang harus dilakukan 1) Rumuskan tujuan yang harus dicapai oleh siswa setelah proses Demonstrasi berakhiri. 2) Persiapkan garis besar langkah-langkah Demonstrasi yang akan dilakukan. 3) Lakukan uji coba Demonstrasi. b. Tahap Pelaksanaan Langkah pembukaan, sebelum Demonstrasi dilakukan ada beberapa hal yang harus diperhatikan, diantaranya: 1) Aturlah tempat duduk yang mungkin semua siswa dapat memperhatikan dengan jelas apa yang di Demonstrasikan. 2) Kemukakan tujuan apa yang harus dicapai oleh siswa. 3) Kemukakan tugas-tugas yang harus dilakukan oleh siswa, misalnya siswa ditugaskan untuk mencatat hal-hal yang dianggap penting dari pelaksanaan Demonstrasi. c. Langkah Pelaksanaan Demonstrasi dalam pembelajaran IPA 1) Mulailah demonstrasi dengan kegiatan-kegiatan yang merangsang siswa untuk berfikir, misalnya melalui pertanyaan-pertanyaan yang mengandung teka-teki sehingga mendorong siswa untuk tertarik memperhatikan Demonstrasi. 2) Ciptakan suasana yang menyejukan dengan menghindari suasana yang menegangkan. 3) Yakinkan bahwa semua siswa mengikuti jalannya Demonstrasi dengan memperhatikan reaksi seluruh siswa. 4) Berikan kesempatan kepada siswa untuk secara aktif memikirkan lebih lanjut sesuai dengan apa yang dilihat dari proses Demonstrasi. d. Langkah Mengakhiri Demonstrasi dalam Pembelajaran IPA diakhiri dengan memberikan tugas-tugas tertentu yang ada kaitannya dengan pelaksanaan Demonstrasi dan proses pencapaian tujuan pembelajaran. Hal ini diperlukan untuk meyakinkan apakah siswa memahami proses Demonstrasi itu atau tidak. Selain memberikan tugas yang relevan, ada baiknya guru dan siswa 14

melakukan evaluasi bersama tentang jalannya proses Demonstrasi itu untuk perbaikan selanjutnya. 2.3 Kajian Penelitian yang Relevan Penelitian yang dianggap relevan dengan penelitian ini salah satunya dilakukan oleh Sulastri Moilo, 2012. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Tentang Energi Panas Melalui Metode Demonstrasi Di Kelas IV SDN 96 Sipatana Kota Gorontalo. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa pada siklus I yang telah mencapai kriteria ketuntasan minimal pada mata pelajaran IPA yang telah ditetapkan sekolah yakni 80 sebanyak 10 siswa dengan presentase 52,63%. Sedangkan pada siklus II, telah mengalami peningkatan yaitu sebanyak 17 siswa dengan presentase 89,47%, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa tentang energi panas di kelas IV SDN 96 Sipatana Kota Gorontalo. Selanjutnya Sri Hartini dalam skripsinya yang berjudul Meningkatkan Hasil Belajar IPA tentang energi panas Dengan Menggunakan Metode demonstrasi Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Ngadirejo Kecamatan Andong Kabupaten Boyolali dalam kesimpulan penelitiannya dinyatakan bahwa pengunaan metdoe demonstrasi sangat cocok karena metode ini yaitu metode pemberian kesempatan kepada anak didik perorangan atau kelompok untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan dengan metode demonstrasi ini siswa dapat lebih percaya kebenaran berdasarkan hasil penelitian menunjukkan peningkatan dengan jumlah siswa yang memperoleh nilai diatas rata-rata mencapai 85% Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sulastri Moilo dan Sri Hartini yang menjadikan perbedaan dengan apa yang akan penulis teliti adalah terletak pada lokasi penelitian, sedangkan persamaannya adalah materi dan metode yang digunakan alasan penulis memilih materi energy panas karena dalam keseharian siswa kecenderungan anak berinteraksi dengan panas lebih banyak dialami. Oleh sebab itu, pemahaman tentang energi panas lebih berpeluang dalam merangsang anak untuk tertarik dengan mendemonstrasikannya, dan pada akhirnya anak akan lebih mudah mengerti tentang energi panas. 15

2.4 Hipotesis Tindakan Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah: Jika guru menggunakan metode demonstrasi, maka hasil belajar siswa pada materi energi panas di kelas IV SDN 1 Tolinggula Ulu Kabupaten Gorontalo Utara akan meningkat 2.5 Indikator Kinerja Indikator kinerja dalam penelitian adalah apabila 80% dari 22 jumlah siswa kelas IV SDN 1 Tolinggula Ulu Kabupaten Gorontalo Utara sudah menunjukkan hasil belajar yang baik tentang energi panas dengan KKM 70 sehingga penelitian bisa dianggap berhasil. 16