PERHUTANAN SOSIAL SEBAGAI SALAH SATU INSTRUMEN PENYELESAIAN KONFLIK KAWASAN HUTAN

PERHUTANAN SOSIAL SEBAGAI SALAH SATU INSTRUMEN PENYELESAIAN KONFLIK KAWASAN HUTAN Ir. H. WAHYU WIDHI HERANATA, MP. KEPALA DINAS KEHUTANAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Pengertian Konflik Kawasan Hutan atau yang sering disebut konflik tenurial adalah berbagai bentuk perselisihan dan pertentangan klaim penguasaan, pengelolaan, pemanfaatan, dan penggunaan kawasan hutan.

Penyebab Konflik Kehutanan Tujuan pemanfaatan kawasan hutan adalah untuk memperoleh manfaat hasil dan jasa hutan secara optimal, adil, dan lestari bagi kesejahteraan masyarakat. Namun dalam kenyataannya kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat yang tinggal di dalam dan di sekitar hutan belum dapat dikategorikan sejahtera. Selama ini masyarakat tidak diberi akses untuk ikut berperan serta dalam mengelola kawasan hutan untuk meningkatkan kesejahteraannya Hal-hal tersebut sering menimbulkan konflik tenurial

Kebijakan Penyelesaian Konflik Penyelesaian konflik di kawasan hutan berpedoman pada Peraturan Menteri LHK Nomor : P.84/Menlhk-Setjen/2015 tentang Penanganan Konflik Tenurial Kawasan Hutan, dijelaskan bahwa penyelesaian konflik dapat melalui : mediasi, Perhutanan Sosial, dan penegakan hukum. Maraknya konflik tenurial antara masyarakat yang hidup di dalam dan sekitar kawasan hutan dengan Negara, telah menyebabkan pemerintah mulai mengkaji ulang kebijakan dan program yang pro rakyat. Salah satunya adalah melalui skema Perhutanan Sosial (PS) yang berpedoman pada Peraturan Menteri Lingkungan hidup dan Kehutanan Nomor : P.83/Menlhk/Setjen/Kum.1/10/2016. Kebijakan Pemerintah melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam penyelenggaraan PS sesuai dengan Nawacita butir ke 7 : Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan mengerak sektor-sektor strategis ekonomi domestik.

Kebijakan tersebut untuk Pembangunan pedesaan di dalam dan di sekitar hutan untuk memberikan jaminan hak masyarakat desa untuk mengelola SDA skala lokal mendukung pegentasan desa tertinggal dan pengembangan desa mandiri. Program PS ini ditegaskan dalam dokumen RPJMN Tahun 2015 2019, dimana dialokasikan 12,7 juta hektar kawasan hutan di Indonesia untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui pemberian akses pengelolaan dan pemanfaatan hutan. Perhutanan Sosial atau pemanfaatan perhutanan untuk basis sosial merupakan suatu prioritas untuk mendorong sektor hutan mendapatkan hak sosial dan ekonomi suatu masyarakat.

Perhutanan Sosial Perhutanan Sosial adalah sistem pengelolaan hutan lestari yang dilaksanakan dalam kawasan hutan negara atau hutan hak/hutan adat oleh masyarakat setempat atau masyarakat hukum adat sebagai pelaku utama untuk meningkatkan kesejahteraannya, keseimbangan lingkungan dan dinamika sosial budaya dalam bentuk Hutan Desa, Hutan Kemasyarakatan, Hutan Tanaman Rakyat, hutan Adat dan Kemitraan Kehutanan.

KEADILAN PRINSIP PENGELOLAAN PERHUTANAN SOSIAL KEBERLANJUTAN PARTISIFATIF BERTANGGUNG GUGAT HUTAN DESA PERHUTANAN SOSIAL HUTAN KEMASYARAKATAN RUANG LINGKUP HUTAN TANAMAN RAKYAT KEMITRAAN KEHUTANAN HUTAN ADAT KELOMPOK KERJA PERCEPATAN PERHUTANAN SOSIAL (POKJA PPS) MEMBANTU FASILITASI DAN VERIFIKASI KEGIATAN PERCEPATAN PERHUTANAN SOSIAL

HUTAN DESA (HD) HUTAN NEGARA YANG DIKELOLA OLEH DESA DAN DIMANFAATKAN UNTUK KESEJAHTERAAN DESA HAK PENGELOLAAN HUTAN DESA (HPHD) :HAK PENGELOLAAN PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG ATAU HUTAN PRODUKSI YANG DIBERIKAN KEPADA LEMBAGA DESA LEMBAGA PENGELOLAAN HUTAN DESA (LEMBAGA DESA) : LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA YANG BERTUGAS UNTUK MENGELOLA HUTAN DESA

HUTAN KEMASYARAKATAN (HKm) HUTAN NEGARA YANG PEMANFAATAN UTAMANYA DITUJUKAN UNTUK MEMBERDAYAKAN MASYARAKAT IZIN USAHA PEMANFAATAN HKm (IUPHKm) : IZIN USAHA YG DIBERIKAN KE KELOMPOK/GABUNGAN KELOMPOK MASYARAKAT SETEMPAT UNTUK MEMANFAATKAN KAWASAN HUTAN LINDUNG ATAU HUTAN PRODUKSI

HUTAN TANAMAN RAKYAT HUTAN TANAMAN PADA HUTAN PRODUKSI YG DIBANGUN OLEH KELOMPOK MASYARAKAT UNTUK MENINGKATKAN POTENSI DAN KUALITAS HUTAN PRODUKSI DENGAN MENERAPKAN SISTEM SILVIKULTUR DALAM RANGKA MENJAMIN KELESTARIAN SUMBER DAYA HUTAN IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU PADA HUTAN TANAMAN RAKYAT (IUPHHK -HTR) : IZIN USAHA UNTUK MEMANFAATKAN HASIL HUTAN BERUPA KAYU DAN HASIL HUTAN IKUTANNYA PADA HUTAN PRODUKSI YG DIBERIKAN KEPADA KELOMPOK MASYARAKAT/PERORANGAN DENGAN MENERAPKAN TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN YG SESUAI TAPAKNYA UNTUK MENJAMIN KELESTARIAN

HUTAN ADAT HUTAN YANG BERADA DI DALAM WILAYAH HUKUM ADAT HUTAN HAK : HUTAN YANG BERADA PADA TANAH YANG DIBEBANI HAK ATAS TANAH

KEMITRAAN KEHUTANAN KERJASAMA ANTAR MASYARAKAT DENGAN PENGELOLA HUTAN, PEMEGANG IZIN USAHA PEMANFAATAN HUTAN/JASA HUTAN, IZIN PINJAM PAKAI KAWASAN HUTAN ATAU PEMEGANG IZIN USAHA INDUSTRI PRIMER HASIL HUTAN MITRA KONSERVASI : MASYARAKAT YANG TINGGAL DI SEKITAR KAWASAN KONSERVASI DAN MENJADI PESERTA KEMITRAAN KEHUTANAN KONSERVASI SEBAGAI BENTUK KERJA SAMA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI KAWASAN KONSERVASI

KEMITRAAN KEHUTANAN Psl 40 (1) P.83/2016 : Pengelola hutan atau pemegang izin wajib melaksanakan pemberdayaan masyrakat melalui kemitraan kehutanan KESATUAN PENGELOLA HUTAN PELAKU KEMITRAAN KEHUTANAN PENGELOLA HUTAN ATAU PEMEGANG IZIN WAJIB MELAKSANAKAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SETEMPAT MELALUI KEMITRAAN KEHUTANAN BALAI BESAR/BALAI TAMAN NASIONAL BALAI BESAR/BALAI KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM PENGELOLA HUTAN PENGELOLA KAWASAN HUTAN DENGAN YUJUAN KHUSUS UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH TAMAN HUTAN RAYA BUMN DAN BUMD PENGELOLA HUTAN NEGARA

PEMEGANG IZIN MELIPUTI : IZIN USAHA PEMANFAATAN KAWASAN IZIN USAHA PEMANFAATAN JASA LINGKUNGAN IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU DALAM HUTAN ALAM IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU DALAM HUTAN TANAMAN IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU DALAM HUTAN ALAM IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU DALAM HUTAN TANAMAN IZIN USAHA PEMANFAATAN AIR

IZIN USAHA PEMANFAATAN ENERGI AIR IZIN USAHA PEMANFAATAN JASA WISATA ALAM IZIN USAHA PEMANFAATAN SARANA WISATA ALAM IZIN USAHA PEMANFAATAN PENYERAPAN KARBON DI HUTAN PRODUKSI DAN HUTAN LINDUNG IZIN USAHA PEMANFAATAN PENYIMPANAN KARBON DI HUTAN PRODUKSI DAN HUTAN LINDUNG IZIN USAHA PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN IZIN USAHA INDUSTRI PRIMER HASIL HUTAN

AREAL KEMITRAAN KEHUTANAN (pasal 43) AREAL KEMITRAAN KEHUTANAN ANTARA PENGELOLA HUTAN ATAU PEMEGANG IZIN DENGAN MASYARAKAT SETEMPAT DITETAPKAN DENGAN KETENTUAN AREAL KONFLIK DAN YANG BERPOTENSI KONFLIK DI AREAL PENGELOLA HUTAN/PEMEGANG IZIN AREAL YANG MEMILIKI POTENSI DAN MENJADI SUMBER PENGHIDUPAN MASYARAKAT SETEMPAT AREAL TANAMAN KEHIDUPAN DI WILAYAH KERJA IUPHHK-HTI ZONA PEMANFAATAN, ZONA TRADISIONAL DAN ZONA REHABILITASI PADA TAMAN NASIONAL ATAU BLOK PEMANFAATAN PADA TAMAN WISATA ALAM DAN TAMAN HUTAN RAYA AREAL YANG TERDEGRADASI DI KAWASAN KONSERVASI : ZONA INTI ATAU ZONA RIMBA PADA TAMAN NASIONAL ATAU BLOK PERLINDUNGAN PADA TAMAN HUTAN RAYA DAN TAMAN WISATA ALAM, SEBELUM DIBERIKAN KEGIATAN KEMITRAAN PADA KAWASAN KONSERVASI DILAKUKAN REVISI ZONASI DAN BLOK SESUAI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGANAN KEHIDUPAN DI WILAYAH KERJA IUPHHK- HTI

ACUAN PERHUTANAN SOSIAL PIAPS (PETA INDIKATIF AREAL PERHUTANANSOSIAL) PETA YANG MEMUAT AREAL KAWASAN HUTAN NEGARA YANG DICADANGKAN DAN DITETAPKAN SEBAGAI PERHUTANAN SOSIAL. PIAPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR YANG TELAH DITETAPKAN OLEH KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN SELUAS 660.782 HA DARI TARGET PERHUTANANSOSIAL 12,7 JUTA HEKTAR. HAL INI MERUPAKAN SALAH SATU MODAL PEMBANGUNAN DAERAH.

Potensi Perhutanan Sosial pada Kawasan Hutan yang sdh dibebani Hak (Pola Kemitraan) No. Perijinan Unit Luas 1. IUPHHK-HA (HPH) 60 Unit 4.061.067,00 Ha 2. IUUPHHK-HT (HTI) 45 Unit 1.652.456,00 Ha 3. Ijin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH) 90 Unit 109.497,95 Ha JUMLAH 195 Unit 5.823.020,95 Ha

Realisasi Perhutanan Sosial (PS) Provinsi Kalimantan Timur No Jenis PS Unit Luas (Ha) 1. Hutan Desa (HD) 18 83.356 2. Hutan Kemasyarakatan (HKm) 2 1.990 3. Hutan Tanaman Rakyat (HTR) 7 9.940 4. Hutan Adat (HA) 1 48,85 5. Kemitraan Kehutanan 3 4.949,52 T o t a l 102.284,37

Hambatan Pengembangan PS v Kurangnya Pemahaman Masyarakat terhadap PS v Terbatasnya sarana dan prasarana v Akses ke lokasi PS yang sulit / terpencil v Kelembagaan masyarakat relatif yang kurang kuat v Kemampuan ekonomi masyarakat yag lemah v Beturan kepentingan/intensitas konflik yang tinggi v Ketergantungan masyarakatkepada Pemerintah v Aturan peraturan yang sering berobah-obah v Keterbatasan Dana

HARAPAN KE DEPAN Ø Kerjasama semua pihak (pemerintah, pemegan izin, masyarakat, mitra PS, Pokja dsb.) Ø Sosialisasi PS kepada masyarakat perlu ditingkatkan Ø Perlu pendampingan kepada masyarakat Ø Alokasi pendanaan (APBN, APBD, Mitra)

Terima kasih