1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan

I. PENDAHULUAN. meningkatkan produksi pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi nasional menitikberatkan pada pembanguan sektor

I. PENDAHULUAN. Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana

I. PENDAHULUAN. Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dari

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki peranan yang penting bagi pertumbuhan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah sektor agribisnis. Hal ini terlihat dari peran sektor agribisnis

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris di mana pembangunan di bidang pertanian

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak.

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu hal yang cukup penting dalam mewujudkan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari keseluruhan

perluasan kesempatan kerja di pedesaan, meningkatkan devisa melalui ekspor dan menekan impor, serta menunjang pembangunan wilayah.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4 KEADAAN UMUM UKM. Pulau Pasaran SKALA 1:

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

1. PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari beberapa peranan sektor pertanian

I. PENDAHULUAN , , ,99. Total PDRB , , ,92

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan terigu dicukupi dari impor gandum. Hal tersebut akan berdampak

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN. Daya saing Indonesia menurut World Economic Forum tahun 2008/2009 berada

METODE PENELITIAN. Klaster adalah konsentrasi spasial dari industri industri yang sama atau

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan komoditi perkebunan yang masuk dalam kategori komoditi

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan proses produksi yang khas didasarkan pada proses

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

I. PENDAHULUAN. ekonomi. Peranan sektor pertanian memiliki kontribusi terhadap Produk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pertanian. Indonesia memiliki beragam jenis tanah yang mampu. menyuburkan tanaman, sinar matahari yang konsisten sepanjang tahun,

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

KAJIAN POTENSI SUMBER DAYA ALAM BERBASIS EKSPORT

BAB I PENDAHULUAN. perembesan air asin. Kearah laut wilayah pesisir, mencakup bagian laut yang

Batam adalah kotamadya kedua di Propinsi Riau setelah Kotamadya Pekanbaru yang bersifat otonom. Tetapi, dengan Keppres

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

I. PENDAHULUAN. semakin banyaknya jumlah angkatan kerja yang siap kerja tidak mampu

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

BAB I PENDAHULUAN. Produksi dari suatu usaha penangkapan ikan laut dan perairan umum sebahagian

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prospek cerah untuk dikembangkan, karena ikan lele merupakan. air tawar yang sangat digemari oleh masyarakat.

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional.

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. et al. (2002), sistem agribisnis adalah rangkaian dari berbagai subsistem mulai

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di era otonomi daerah menghadapi berbagai

industri dalam negeri, meningkatkan ekspor, meningkatkan pendapatan petani, Peningkatan pengembangan sektor pertanian menuntut perhatian khusus dari

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. peran yang sangat strategis dalam mendukung perekonomian nasional. Di sisi lain

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

I. PENDAHULUAN. negara dititikberatkan pada sektor pertanian. Produksi sub-sektor tanaman

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di Indonesia memiliki tujuan untuk mensejahterakan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi perikanan. Artinya, kurang lebih 70 persen dari wilayah Indonesia terdiri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam. secara langsung maupun secara tidak langsung dalam pencapaian tujuan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ujang Muhaemin A, 2015

BAB I. PENDAHULUAN. pembangunan Nasional. Ketersediaan pangan yang cukup, aman, merata, harga

I. II. III. IV. V. I. PENDAHULUAN. yang diketahui memiliki potensi besar yang dapat terus dikembangkan dalam

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.

I. PENDAHULUAN * 2009 ** Kenaikan ratarata(%)

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, dan (4) keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari atau disebut masyarakat miskin dan

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka peningkatan produksi pertanian Indonesia pada periode lima

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sektor, total permintaan Provinsi Jambi pada tahun 2007 adalah sebesar Rp 61,85

I. PENDAHULUAN. Ketika krisis melanda Indonesia sejak tahun 1997 usaha kecil berperan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang terdiri dari belasan ribu

I. PENDAHULUAN. yang dimiliki oleh suatu negara. Indonesia merupakan negara berkembang

Transkripsi:

1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), perolehan devisa, penyediaan bahan baku industri, pengentasan kemiskinan, penyediaan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat. Selain kontribusi langsung, sektor pertanian juga mempunyai kontribusi yang tidak langsung, berupa efek pengganda, yaitu keterkaitan input dan output antar industri, konsumsi dan investasi. Dampak pengganda tersebut cukup besar, sehingga sektor pertanian cukup layak dijadikan sebagai sektor andalan dalam pembangunan ekonomi nasional. Pertanian menjadi kegiatan ekonomi yang berkelanjutan dan merupakan strategi pembangunan jangka panjang yang bertujuan untuk menjadikan pertanian yang maju, efisien dan tangguh, yaitu pertanian yang peka terhadap teknologi dan inovasi baru, pertanian yang kompetitif dan mandiri, serta dapat memberdayakan ekonomi pertanian. Pertanian berperan dalam menunjang perekonomian di Provinsi Lampung yaitu memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sebesar 14.679.914 juta rupiah pada tahun 2009. Dalam hal ini kontribusi sektor pertanian mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya.

2 Perkembangan PDRB di Provinsi Lampung menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan 2000 (Juta Rupiah) dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Produk domestik regional bruto Provinsi Lampung menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan 2000 (Juta Rupiah) No. Lapangan Usaha 2007 (juta rupiah) 2008 (juta rupiah) 2009 (juta rupiah) 1. Pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan 13.912.097 14.327.563 14.679.914 2. Pertambangan dan 825.045 812.854 737.977 penggalian 3. Industri pengolahan 4.327.899 4.574.833 4.843.788 4. Listrik dan air bersih 118.734 120.924 123.091 5. Bangunan 1.610.121 1.685.423 1.767.563 6. Perdagangan, restoran, 5.068.004 5.422.903 5.799.952 dan hotel 7. Angkutan dan 2.002.446 2.178.898 2.424.038 komunikasi 8. Keuangan, persewaan, 2.364.338 2.691.785 3.039.338 dan jasa perusahaan 9. Jasa-jasa 2.466.205 2.599.470 2.744.839 PDRB 32.694.890 34.414.653 36.160.500 Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2010 Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan mendominasi dalam kontribusi PDRB Propinsi Lampung. Dibandingkan dengan delapan lapangan usaha lainnya, PDRB dari lapangan usaha sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan menduduki peringkat teratas. Selama tiga tahun terakhir sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan kontribusinya terhadap PDRB Provinsi Lampung mengalami peningkatan. Hal ini berarti sektor perikanan juga memberikan kontribusi terhadap PDRB dan merupakan sumber penghasil devisa. Peningkatan kontribusi sektor perikanan menunjukkan bahwa sektor ini berpotensi untuk dikembangkan (Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2010).

3 Peluang usaha sektor perikanan memiliki prospek yang baik karena ditunjang oleh sifat iklim tropis yang memungkinkan budidaya perikanan diusahakan sepanjang tahun dan juga lautan yang cukup luas. Salah satu usaha di sektor perikanan adalah memproduksi ikan olah baik yang bernilai ekonomis tinggi ataupun yang hanya berupa ikan asalan. Salah satu contoh produk olahan ikan adalah ikan teri. Produksi ikan teri di Provinsi Lampung menurut kabupaten/kota tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Produksi ikan teri per kabupaten/kota di Provinsi Lampung tahun 2010 No Kabupaten/kota Volume (kg/bln) (%) 1. Bandar Lampung 124.685 10,70 2. Lampung Selatan 454.420 39,01 3. Tanggamus 135.003 11,59 4. Metro 660 0,06 5. Tulang Bawang 45.100 3,87 6. Lampung Utara 16.500 1,42 7. Lampung Timur 344.452 29,57 8. Lampung Tengah 21.945 1,88 9. Lampung Barat 17.508 1,50 10. Way Kanan 4.675 0,40 Jumlah 1.164.948 100,00 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Lampung, 2010 Tabel 2 menunjukkan produksi ikan teri di Provinsi Lampung sebesar 1.164.948 kg per bulannya dan produksi ikan teri di Bandar Lampung cukup tinggi yaitu sebesar 124.685 kg perbulannya. Volume produksi yang besar disertai juga dengan jumlah unit pengolahan ikan yang tersebar di seluruh kabupaten/kota di Provinsi Lampung. Jumlah unit pengolahan hasil perikanan menurut kabupaten/kota di Provinsi Lampung pada tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 3.

4 Tabel 3. Unit pengolahan hasil perikanan menurut kabupaten/kota di Provinsi Lampung pada tahun 2010 No Kabupaten/kota Jumlah unit pengolahan hasil perikanan % 1. Lampung Barat 61 4.48 2. Tanggamus 52 3.82 3. Lampung Selatan 134 9.85 4. Lampung Timur 352 25.86 5. Lampung Tengah 280 20.57 6. Lampung Utara 12 0.88 7. Way Kanan 2 0.15 8. Tulang Bawang 120 8.82 9. Bandar lampung 333 24.47 10. Metro 15 1.10 Jumlah 1.361 100 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Lampung, 2010 Tabel 3 menunjukkan jumlah unit pengolah menurut kabupaten/kota yang ada di Provinsi Lampung. Jumlah unit pengolah di Kota Bandar Lampung menempati posisi terbesar kedua setelah Lampung Timur yaitu dengan jumlah unit pengolah sebesar 333 unit pengolah. Besarnya unit pengolahan ikan teri kering ini diharapkan dapat meningkatkan pendapatan daerah. Pengembangan sektor industri pengolahan (termasuk di dalamnya agroindustri) merupakan salah satu opsi yang perlu dipertimbangkan. Pengembangan sektor agroindustri memiliki beberapa sasaran, yaitu : (1) sebagai penggerak pembangunan sektor pertanian dengan menciptakan pasar permintaan input untuk produk olahannya, (2) menciptakan lapangan kerja, (3) meningkatkan nilai tambah, (4) meningkatkan penerimaan devisa, dan (5) meningkatkan pemerataan pembagian pendapatan. Agroindustri berperan pula dalam peningkatan pendapatan rumah tangga petani. Pendapatan petani terkait dengan keberlanjutan perannya sebagai pemasok bahan baku industri. Peningkatan pendapatan

5 pengusaha agroindustri terkait dengan keberlanjutan produksi dan jaringan pemasaran. Peningkatan pendapatan baik individu maupun terkait kelompok usaha tersebut akan mengurangi kemiskinan (Affandi, 2010). Bandar Lampung merupakan pusat pemasaran ikan basah dan ikan teri serta mempunyai daerah penangkapan ikan di laut yaitu Teluk Lampung dan sekitarnya. Salah satu daerah penangkapan ikan dan pengolahan ikan di Bandar Lampung adalah Pulau Pasaran. Sentra pengolahan ikan di Kota Bandar Lampung dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Sentra pengolahan ikan di Kota Bandar Lampung Lokasi Jenis Olahan Produksi (Kg/bln) Pengolah Tenaga kerja Bandar Lampung 124.685 40 155 - Lempasing Ikan asin & teri 25.685 19 43 - P. Pasaran Ikan asin & teri 99.000 21 112 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Lampung, 2010 Tabel 4 menunjukkan sentra pengolahan ikan di Bandar Lampung yaitu Lempasing dan Pulau Pasaran. Pulau Pasaran menempati posisi pertama sebagai penghasil terbanyak yaitu 99.000 kg/bulan. Secara umum pengolah ikan memproduksi lima jenis ikan teri yaitu ikan teri nasi, teri nilon, teri jengki, ikan tanjan, tembang, bengseng dan cumi kering. Produk andalan Pulau Pasaran adalah teri nasi, sehingga total produksinya relatif lebih besar dibandingkan dengan jenis ikan lainnya meskipun frekuensi perolehan teri nasi terbatas pada bulan tertentu yaitu bulan April sampai September. Sedangkan untuk ikan jenis

6 jengki, tanjan, tembang dan bengseng tidak tergantung musim dan pasokannya selalu ada tiap hari kecuali pada saat bulan terang. Pulau Pasaran merupakan sentra ikan olah di Bandar Lampung yang mempunyai keunikan tersendiri karena letaknya yang sangat dekat dengan daratan tepatnya di Kecamatan Teluk Betung Barat dengan jarak sekitar 500 m dari tepi pantai Kota Bandar Lampung yang dapat ditempuh dengan perahu kurang lebih selama 5 menit. Luas pulau ini mencapai sekitar 8 Ha dengan jumlah penghuni sebanyak 240 KK. Hampir seluruh penghuninya bermata pencaharian sebagai pekerja/pengolah ikan dari hulu sampai hilir yang telah dilakukan secara turuntemurun. Adanya industri pengolahan ikan teri kering yang terintegrasi dalam satu kawasan tersebut maka terbentuklah klaster pengolahan ikan. Klaster adalah sekelompok perusahaan yang berdekatan secara geografis dengan institusi-institusi yang terkait dan memiliki kemiripan dalam satu bidang khusus karena kebersamaan dan saling melengkapi. 1. Pendekatan klaster dinilai strategis mengingat: a. Bersifat terintegrasi. b. Meningkatan daya tawar. c. Efisiensi biaya. d. Berdampak bagi pengembangan ekonomi wilayah. 2. Pendekatan klaster juga mampu menstimulasi inovasi melalui pertukaran pengalaman dan pengetahuan antar pelaku dalam hubungan hulu hilir serta

7 mendorong peningkatan keterkaitan sosial dan peningkatan keahlian masing - masing anggota klaster yang akhirnya dapat meningkatkan daya saing. 3. Lebih mudah untuk memperoleh akses pembiayaan. Ada berbagai kendala yang dihadapi dalam usaha pengolahan ikan teri kering. Contohnya adalah pengadaan bahan bakar untuk kapal dan untuk merebus ikan tidak dibeli secara langsung, tetapi melalui agen yang datang ke Pulau Pasaran dengan harga yang jauh lebih tinggi. Permasalahan lain terletak pada ketersediaan bahan baku, yaitu ikan teri basah. Banyak tidaknya hasil tangkapan ikan teri yang diperoleh nelayan juga bergantung pada musim. Kondisi alam yang sukar diprediksi ini mengharuskan nelayan untuk tetap melaut sedangkan biaya operasional yang dikeluarkan besar dan menyebabkan harga jual ikan menjadi tinggi. Pengolah di Pulau Pasaran dalam mendapatkan bahan baku ikan teri secara langsung membeli di tengah laut dari nelayan yang memiliki tempat penangkapan ikan teri atau bagan. Untuk mendapatkan ikan tersebut, pengolah menggunakan perahu motor dengan bahan bakar solar dan dibantu oleh beberapa tenaga kerja. Jarak dari Pulau Pasaran ke bagan nelayan dapat mencapai beberapa mil dan untuk menghindari kebusukan pada ikan teri ketika sampai di daratan, pengolah langsung merebus ikan di tempat pembelian. Ikan teri yang sedang direbus langsung dicampur dengan bahan tambahan. Dalam proses pengolahan ini bahan tambahan yang digunakan berupa garam murni, garam digunakan untuk menjaga keawetan. Adanya penambahan bahan pada pengolahan ikan teri kering akan menambah biaya operasional pengolah.

8 Dalam menjual ikan teri, permasalahan yang dialami oleh pengolah adalah dalam penjualan ikan teri ke Jakarta yang dilakukan melalui ekspedisi tidak melalui negosiasi harga yang dilakukan secara langsung antara produsen dan konsumen melainkan melalui telepon dan pengolah hanya mengetahui kondisi pasar dari penjelasan pedagang tersebut sehingga posisi tawar menjadi rendah. Rendahnya posisi tawar pada produk ini yang menyebabkan pendapatan nelayan pengolah tidak stabil, selalu berubah-ubah sesuai dengan keadaan pasar di Jakarta. Nelayan pengolah tidak mempunyai daya dan upaya untuk mengatasi masalah ini mereka hanya bisa pasrah menerima harga yang ditentukan pedagang di Jakarta. Permasalahan lain yang terjadi di Pulau Pasaran adalah ketika ketersediaan bahan baku ikan teri tergantung dengan kondisi alam (musim). Produksi ikan teri yang melimpah umumnya terjadi secara musiman, ikan laut terjadi over produksi pada saat musim timur yaitu terjadi pada bulan November, Desember, Januari, Februari, Maret, dan April. Sebaliknya penurunan produksi terjadi pada musim barat yaitu bulan Aguatus, September, dan Oktober (low produksi) sehingga harga ikan tinggi. Kondisi yang dihadapi pengolah adalah pada saat ketersediaan bahan baku kurang dan harga belinya mahal pengolah akan tetap berproduksi atau tidak, dengan pilihan apakah mereka memperoleh keuntungan karena harga ikan teri cenderung konstan meskipun harga ikan basah berfluktuasi. B. Identifikasi Masalah Harga jual ikan teri telah lama tidak mengalami peningkatan yang signifikan, harga jual ikan teri tidak sering melonjak. Pengolah ikan teri tidak dapat meningkatkan harga jual ikan teri karena kondisi pasar dan konsumen tidak

9 memungkinkan untuk menaikkan harga jual, meskipun dengan biaya produksi yang terus melonjak. Permasalahan lainnya adalah apakah usaha pengolahan ikan teri kering tersebut menguntungkan dengan harga jual yang berlaku saat ini dan memberikan nilai tambah dalam proses pengolahannya serta mampu memberikan kontribusi terhadap pendapatan usaha pengolahan ikan teri kering. Ikan teri memiliki nilai ekonomis, budaya dan gizi yang cukup strategis, maka permasalahan harga bahan baku ikan teri yang semakin tidak terjangkau, akan menjadi permasalahan jangka panjang yang cukup serius dan harus segera diatasi, karena banyaknya personal yang terlibat dalam industri ini. Disamping itu, ikan teri dikelola secara tradisional, tanpa disadari sedang mengalami kondisi monoton pada sisi olahan. Hal tersebut terjadi karena seluruh pengolahikan teri mengelola produk secara tradisional tanpa mengikuti perkembangan zaman. Selain itu, rasa ikan teri juga tidak jauh beda dengan ikan teri lainnya sehingga produk ini tidak punya nilai tawar, dengan demikian persaingan produk makanan tradisional tersebut bukan dari sisi kualitas tetapi murni karena harga. Untuk itu produsen ikan teri harus bersaing dan kualitas ikan teri yang diproduksi harus memiliki nilai lebih. Agroindustri, sebagai komponen dari sistem agribisnis merupakan industri yang mengolah bahan baku dari hasil pertanian menjadi bahan setengah jadi atau barang jadi (Affandi, 2010). Oleh karena itu, agroindustri mempunyai peranan yang sangat penting karena pada umumnya agroindustri mampu menghasilkan nilai tambah dari produk segar hasil pertanian. Kemajuan teknologi agroindustri dewasa ini bahkan mampu mendorong ke arah diversifikasi produk untuk

10 memenuhi kebutuhan manusia maupun pengguna lainnya atau untuk meningkatkan pangsa pasar hasil olahan. Jumlah penduduk yang terus meningkat memerlukan adanya usaha-usaha pemenuhan pangan demi menjaga kelangsungan hidup. Usaha-usaha pemenuhan pangan tersebut dilakukan dengan cara pengolahan produk-produk pertanian menjadi barang setengah jadi atau barang jadi. Pengolahan tersebut akan memberikan nilai tambah terhadap produk yang dihasilkan sehingga akan menambah pendapatan rumah tangga yang mengusahakan industri pengolahan tersebut. Kenaikan harga bahan baku ikan teri sangat berdampak pada kestabilan ekonomi dan kestabilan proses pengolahan oleh para pengolah ikan teri kering. Dampak secara tidak langsung bagi konsumen adalah semakin rendahnya kualitas ikan teri kering yang dihasilkan yang diikuti dengan semakin rendahnya kualitas dan kuantitas zat gizi yang diasup. Pulau Pasaran merupakan salah satu daerah di Provinsi Lampung yang banyak mengusahakan agroindustri berbasis komoditi ikan yaitu industri ikan teri, dan terbentuk klaster industri pengolahan ikan. Terbentuknya klaster di Pulau Pasaran dapat dikarenakan kedekatan lokasi pengolahan dengan sumber bahan baku, dan hubungan kekerabatan. Adanya klaster industri pengolahan ikan teri kering kering di Pulau Pasaran tentu akan memberikan kesempatan kerja yang menyerap tenaga kerja di dalam daerah ataupun luar daerah pulau. Pulau Pasaran memiliki pengolah ikan teri terbanyak di Bandar Lampung memiliki potensi dalam hal memberi nilai tambah dan meningkatkan pendapatan.

11 Berdasarkan pemaparan di atas dapat diperoleh permasalahan penelitian sebagai berikut : 1. Berapakah besar pendapatan yang diperoleh pengolah klaster industri ikan teri kering? 2. Berapakah nilai tambah yang diciptakam pada klaster industri pengolahan ikan teri kering? 3. Bagaimana kempatan kerja yang diciptakan dari klaster industri pengolahan ikan teri kering? 4. Bagaimana manfaat dan keuntungan yang dapat diperoleh dari klaster industri pengolahan ikan teri kering? 5. Bagaimana faktor penghambat pada pengembangan klaster industri ikan teri kering? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian yang akan dicapai : 1. Menganalisis pendapatan pengolah klaster industri ikan teri kering. 2. Menganalisis nilai tambah pada klaster industri pengolahan ikan teri kering. 3. Mengetahui kesempatan kerja yang diciptakan dari kegitan klaster industri pengolahan ikan teri kering. 4. Mengetahui manfaat dan keuntungan yang dapat diperoleh dari klaster industri pengolahan ikan teri kering. 5. Mengetahui faktor penghambat pada pengembangan klaster industri ikan teri kering.

12 D. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan : 1. Sebagai salah satu sumber informasi bagi pengolah, individu-individu ataupun lembaga-lembaga yang ingin melakukan usaha pengolahan ikan sejenis. 2. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah guna membantu, mengembangkan dan meningkatkan produksi ikan teri kering guna meningkatkan pendapatan pengolah. 3. Sebagai bahan referensi bagi penelitian lain yang melakukan penelitian sejenis.