BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum, bank adalah lembaga yang melaksanakan tiga fungsi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi sebagai bagian dari pembangunan nasional. merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. yang diintrodusir oleh Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang. Perdata. Dalam Pasal 51 UUPA ditentukan bahwa Hak Tanggungan dapat

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Peran koperasi

BAB I PENDAHULUAN. sebagai orang perseorangan dan badan hukum 3, dibutuhkan penyediaan dana yang. mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang merupakan salah satu upaya untuk mencapai masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan jaminan perorangan. Jaminan kebendaan memberikan hak. benda yang memiliki hubungan langsung dengan benda-benda itu, dapat

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyalurkan kredit secara lancar kepada masyarakat. Mengingat

BAB I PENDAHULUAN. melakukan penyediaan dana secara cepat ketika harus segera dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. satu upaya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat yang adil dan makmur

DAFTAR PUSTAKA. Ashshofa, Burhan, 2007, Metodologi Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sangat penting dan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN ATAS TANAH BESERTA BENDA-BENDA YANG BERKAITAN DENGAN TANAH

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi termasuk sektor keuangan dan perbankan harus segera

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan dana dari masyarakat secara efektif dan efisien. Salah satu

Bab I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. Perbankan merupakan lembaga yang bergerak di bidang

BAB I PENDAHULUAN. usaha dan pemenuhan kebutuhan taraf hidup. Maka dari itu anggota masyarakat

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN ATAS TANAH BESERTA BENDA-BENDA YANG BERKAITAN DENGAN TANAH

BAB I PENDAHULUAN. satu cara yang dapat dilakukan adalah membuka hubungan seluas-luasnya dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam

TINJAUAN YURIDIS EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN MELALUI PENJUALAN DI BAWAH TANGAN SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN KREDIT MACET DI PD.

BAB I PENDAHULUAN. kredit. Seperti yang tercantum dalam Pasal 1 angka 2 Undang undang nomor 10 tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN. atas tanah berikut atau tidak berikut benda- benda lain yang merupakan

pada umumnya dapat mempergunakan bentuk perjanjian baku ( standard contract)

UPAYA PERLAWANAN HUKUM TERHADAP EKSEKUSI PEMBAYARAN UANG DALAM PERKARA PERDATA (Studi Kasus Pengadilan Negeri Surakarta)

Imma Indra Dewi Windajani

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN ATAS TANAH BESERTA BENDA-BENDA YANG BERKAITAN DENGAN TANAH

BAB I PENDAHULUAN. krisis ekonomi sebagai dampak krisis ekonomi global. tahun 2008 mencapai (dua belas ribu) per dollar Amerika 1).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Peningkatan laju perekonomian akan menimbulkan tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah perkembangan kehidupan, manusia pada zaman apapun

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KREDITUR DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 4 TAHUN 1996

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan nasional yang dilaksanakan selama ini merupakan upaya

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak untuk

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN SUKINO Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Hukum Universitas Riau

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya peningkatan pendapatan perkapita masyarakat dan. meningkatnya kemajuan tersebut, maka semakin di perlukan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. penyalur dana masyarakat yang bertujuan melaksanakan pembangunan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN ATAS TANAH BESERTA BENDA-BENDA YANG BERKAITAN DENGAN TANAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi sebagai salah satu bagian yang terpenting dari

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional yang dilaksanakan selama ini merupakan upaya

BAB I PENDAHULUAN. nasabah merupakan kegiatan utama bagi perbankan selain usaha jasa-jasa

MANA YANG LEBIH TINGGI PUTUSAN MA-RI (TENTANG EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN) DAN UNDANG-UNDANG (TENTANG HAK TANGGUNGAN)? TAUFIQURROHMAN SYAHURI

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan jangka panjang adalah di bidang ekonomi. Undang-Undang

AKTA PEMBERIAN HAK TANGGUNGAN

KEKUATAN EKSEKUTORIAL SERTIFIKAT JAMINAN FIDUSIA BERDASAR UNDANG UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA

BAB I PENDAHULUAN. Kecenderungan kondisi masyarakat dewasa ini membeli suatu benda

ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN PARATE EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN ATAS KREDIT MACET PADA PT. BANK SUMUT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SEKITAR EKSEKUSI. (oleh H. Sarwohadi, S.H., M.H. Hakim Tinggi PTA Bengkulu)

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum Kekuatan Eksekutorial Hak Tanggungan dalam lelang

DAMPAK PELAKSANAAN EKSEKUSI TERHADAP OBYEK JAMINAN FIDUSIA BERDASARKAN PASAL 29 UNDANG UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA

BAB III PENUTUP. ditentukan 3 (tiga) cara eksekusi secara terpisah yaitu parate executie,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peranan hukum di dalam pergaulan hidup adalah sebagai sesuatu yang

Bab 1 PENDAHULUAN. merupakan suatu usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, salah satu

3 Lihat UU No. 4 Tahun 1996 (UUHT) Pasal 20 ayat (1) 4 Sudarsono, Kamus Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 2007, hal. 339

BAB I PENDAHULUAN. bahwa hampir semua masyarakat telah menjadikan kegiatan pinjam-meminjam uang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, kegiatan ini memegang peranan penting bagi kehidupan bank. umum di Indonesia khususnya dan di negara lain pada umumnya.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III KEABSAHAN JAMINAN SERTIFIKAT TANAH DALAM PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM DI SLEMAN. A. Bentuk Jaminan Sertifikat Tanah Dalam Perjanjian Pinjam

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan. Kehakiman mengatur mengenai badan-badan peradilan penyelenggara

EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN DALAM UU.NO.4 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN ATAS TANAH BESERTA BENDA- BENDA YANG BERKAITAN DENGAN TANAH

BAB V PEMBAHASAN. Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Tulungagung. sebagai barang yang digunakan untuk menjamin jumlah nilai pembiayaan

PELAKSANAAN LELANG EKSEKUSI TERHADAP TANAH BERIKUT BANGUNAN YANG DIJAMINKAN DI BANK DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN NEGERI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. piutang ini dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (yang selanjutnya disebut

Mengenai Hak Tanggungan. Sebagai Satu-Satunya Lembaga Hak Jaminan atas Tanah

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana kepada pihak-pihak yang membutuhkan dana, dalam hal ini bank

BAB I PENDAHULUAN. Bank selaku lembaga penyedia jasa keuangan memiliki peran penting

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK TANGGUNGAN. A. Pemberian Hak Tanggungan dan Ruang Lingkupnya

Keywords: Execution, Grosse deed

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kerangka Teori

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang ekonomi terlihat dalam Undang-Undang Dasar

BAB 1 PENDAHULUAN. Kapal laut merupakan salah satu transportasi perairan yang sangat. Indonesia, baik dalam pengangkutan umum maupun

Lex Et Societatis Vol. V/No. 10/Des/2017

BAB I PENDAHULUAN. Didalam Hukum Acara Perdata terdapat dua perkara, yakni perkara

BAB II LAHIRNYA HAK KEBENDAAN PADA HAK TANGGUNGAN SEBAGAI OBYEK JAMINAN DALAM PERJANJIAN KREDIT

BAB I PENDAHULUAN. dan pertahanan keamanan. Tujuan dari pembangunan tersebut adalah untuk. dapat dilakukan yaitu pembangunan di bidang ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. Pada kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari manusia lain

PENJUALAN DIBAWAH TANGAN TERHADAP OBYEK JAMINAN FIDUSIA SEBAGAI PENYELESAIAN KREDIT NARATAMA BERSADA CABANG CIKUPA, KABUPATEN

BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan

BAB II PENGATURAN TATA CARA LELANG EKSEKUSI BARANG JAMINAN TIDAK BEGERAK

BAB I PENDAHULUAN. utama sekaligus menentukan maju mundurnya bank yang bersangkutan

KEWENANGAN PENGADILAN AGAMA MELAKSANAKAN EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN ( PADA BANK SYARIAH) 1. Oleh : Drs.H Insyafli, M.HI

BAB I PENDAHULUAN. ini jasa perbankan melalui kredit sangat membantu. jarang mengandung risiko yang sangat tinggi, karena itu bank dalam memberikannya

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, salah satu usaha untuk mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. beli, tetapi disebutkan sebagai dialihkan. Pengertian dialihkan menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian. Pasal 33 Undang-Undang dasar 1945 menempatkan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Perbankan) Pasal 1 angka 11, menyebutkan : uang agar pengembalian kredit kepada debitur dapat dilunasi salah satunya

BAB I PENDAHULUAN bagian Menimbang huruf (a). Guna mencapai tujuan tersebut, pelaksanaan

PARATE EXECUTIE PADA HAK TANGGUNGAN SEBAGAI PERLINDUNGAN ASET KREDITOR DAN DEBITOR

BAB I PENDAHULUAN. karena dalam kehidupan sehari-hari, manusia sangat tergantung kepada tanah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan secara terus menerus dan berkesinambungan, yaitu pembangunan di

PENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN HAK TANGGUNGAN PADA PT. BPR ARTHA SAMUDRA DI KEDIRI

: Guarantee of Mortgage Right, Public Auction, Chairman of District Court

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Menurut Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memiliki kebutuhankebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. pelunasan dari debitor sebagai pihak yang meminjam uang. Definisi utang

EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN SEBAGAI KONSEKUENSI JAMINAN KREDIT UNTUK PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KEPENTINGAN KREDITUR DI MUNGKID

PENDAHULUAN. mempengaruhi tingkat kesehatan dunia perbankan. 10 tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-undang nomor 7 tahun 1992

LEMBARAN-NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum, bank adalah lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama, yaitu menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan memberikan jasa pengiriman uang. Bank dalam melakukan fungsinya tersebut, menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan atau dalam bentuk lain yang dipersamakan dengan itu. Bank juga menyalurkan dana dari masyarakat dengan cara memberikan kredit dalam bentuk usaha kredit perbankan. Menurut Pasal 1angka 11 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan merumuskan pengertian kredit, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara pihak bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Berdasarkan ketentuan tersebut, pemberian kredit perbankan harus didasarkan pada persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam, yang disebut Perjanjian Kredit. 1

2 Pada dasarnya, pemberian kredit oleh kreditur kepada debitur dilakukan atas dasar kepercayaan. Namun, dalam praktik setiap pemberian kredit harus disertai dengan jaminan. Jaminan kredit itu sendiri dapat berupa 1 : 1. Jaminan kebendaan antara lain adalah hipotik, tanah dan bangunan menjadi hak tanggungan, credietverband dan fidusia. 2. Jaminan pribadi antara lain Borgtocht. Adanya jaminan tersebut dimaksudkan agar terciptanya perlindungan hukum dan keamanan bagi kreditur untuk menghindari risiko kemungkinan terjadinya kredit macet. Jaminan yang diminta bank biasanya jaminan kebendaan. Jaminan kebendaan yaitu jaminan yang memberikan kepada kreditur atas suatu kebendaan milik jika debitur melakukan wanprestasi. 2 Jaminan kebendaan yang umumnya digunakan sebagai tanggungan kredit bank adalah benda tak bergerak, seperti rumah atau tanah dimana kredit yang dijamin harus suatu kredit tertentu kemudian dibebani dengan Hak Tanggungan. Hak tanggungan menurut Pasal 1 angka 1 UU No. 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah (UU Hak Tanggungan/UUHT), adalah hak jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu, untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan 1 Sutarno, 2003, Aspek-Aspek Hukum Perkreditan pada Bank, CV. Alfabeta, Bandung, hlm.144. 2 Frieda Husni Hasbulah, 2002, Hukum Kebendaan Perdata, Hak-hak Yang Memberi Jaminan (Jilid II), Ind-Hill-Co, Jakarta, hlm. 18.

3 kedudukan yang diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap krediturkreditur lain. Dengan demikian pembebanan Hak Tanggungan didasarkan pada Undang-Undang Hak Tanggungan, dibuat dengan akta notaris dan didaftarkan. Selanjutnya Kantor Pertanahan menerbitkan sertifikat hak atas tanah sebagai tanda bukti hak atas tanah. Sertifikat Hak Tanggungan memuat irah-irah Demi keadilan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Sertifikat hak atas tanah yang telah dibubuhi catatan pembebanan Hak Tanggungan dikembalikan kepada pemegang hak atas tanah kecuali diperjanjikan lain. Sertifikat Hak Tanggungan diserahkan kepada pemegang Hak Tanggungan. Apabila terjadi kredit macet, maka jaminan yang telah dibebani dengan Hak Tanggungan dijual melalui pelelangan umum untuk melunasi kredit yang macet tersebut. Hal ini dapat dilakukan sebagaimana ditentukan dalam Pasal 20 ayat (1) UU Hak Tanggungan yang berisi ketentuan bahwa objek lelang dijual melalui pelelangan umum menurut tata cara yang dibutuhkan dalam peraturan perundang-undangan untuk pelunasan piutang. Penjualan melalui lelang dikenal dengan parate eksekusi. Parate eksekusi menurut Subekti adalah menjalankan sendiri atau mengambil sendiri apa yang menjadi haknya, dalam arti tanpa perantaraan hakim, yang ditujukan atas sesuatu barang jaminan untuk selanjutnya menjual sendiri barang tersebut. 3 3 Subekti, 1990, Pelaksanaan Perikatan, Eksekusi Riil dan Uang Paksa Dalam Penemuan Hukum dan pemecahan Masalah Hukum, Proyek Pengembangan Teknis Yustisial, MARI, Jakarta, hlm. 69.

4 Penjualan lelang dengan parate eksekusi adalah cara termudah dan sederhana bagi kreditur untuk memperoleh kembali pelunasan hutang debitur. Dengan penjualan lelang ini dapat dilakukan melalui bantuan jasa balai Lelang atau juga bisa langsung melalui Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL). Balai Lelang dalam hal ini bertindak sebagai patner pelaksana dari kreditur. Apabila pelaksanaan eksekusi melalui cara ini tidak dapat dilakukan dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu oleh Kreditur maka dapat dilakukan dengan cara eksekusi dengan titel eksekutorial. Cara eksekusi dengan titel eksekutorial juga dapat dilakukan guna terselesainya atau terbayarnya hutang Debitur kepada pihak bank yang dilakukan/dijalankan sesuai dengan ketentuan Hukum Acara Perdata sebagaimana ditentukan dalam Pasal 224 Het Herziene Indonesisch Reglement (HIR). Masih dipergunakannya Pasal 224 HIR sebagai landasan yuridis dalam eksekusi obyek Hak Tanggungan karena sebagaimana ditentukan dalam angka 9 Penjelasan Umum UUHT bahwa: 9. Salah satu ciri Hak Tanggungan yang kuat adalah mudah dan pasti dalam pelaksanaan eksekusinya, jika debitur cidera janji. Walaupun secara umum ketentuan tentang eksekusi telah diatur dalam Hukum Acara Perdata yang berlaku, dipandang perlu untuk memasukkan secara khusus ketentuan tentang eksekusi Hak Tanggungan dalam Undang-Undang ini, yaitu yang mengatur lembaga parate executie sebagaimana dimaksud dalam Pasal 224 Reglemen Indonesia yang Diperbarui (Het Herziene Indonesisch Reglement) dan Pasal 258 Reglemen Acara Hukum Untuk Daerah Luar Jawa dan Madura (Reglement tot Regeling van het Rechtswezen in de Gewesten Buiten Java en Madura). Sehubungan dengan itu pada sertifikat Hak Tanggungan, yang berfungsi sebagai surat tanda bukti adanya Hak Tanggungan, dibubuhkan irah-irah dengan kata-kata "DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA", untuk

5 memberikan kekuatan eksekutorial yang sama dengan putusan pengadilan yang sudah mempunyai kekuatan hukum tetap. Selain itu sertifikat Hak Tanggungan tersebut dinyatakan sebagai pengganti grosse acte Hypotheek, yang untuk eksekusi Hypotheek atas tanah ditetapkan sebagai syarat dalam melaksanakan ketentuan pasal-pasal kedua Reglemen di atas. Agar ada kesatuan pengertian dan kepastian mengenai penggunaan ketentuan-ketentuan tersebut, ditegaskan lebih lanjut dalam Undang-Undang ini, bahwa selama belum ada peraturan perundang-undangan yang mengaturnya, peraturan mengenai eksekusi Hypotheek yang diatur dalam kedua Reglemen tersebut, berlaku terhadap eksekusi Hak Tanggungan. Dari ketentuan Penjelasan Umum tersebut ditarik kesimpulan bahwa grosse akta hipotik dan surat utang schuldberief notariil yang dikeluarkan di Indonesia dan yang berkepala Demi Keadilan berdasarkan Ke-Tuhanan Yang Maha Esa diberi kekuatan yang sama seperti putusan. Menurut Sudikno Mertokusumo Grosse akta hipotik dan surat utang piutang notariil menurut Pasal 224 HIR dan Pasal 440 Rv mempunyai kekuatan hukum seperti putusan pengadilan, bila tidak dipatuhi isi grosse itu, berlangsung atas perintah dan di bawah pimpinan Ketua Pengadilan Negeri, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud adalah putusan yang sudah mempunyai kekuatan hukum yang tetap. 4 Berkaitan dengan hal tersebut di atas, menurut M. Yahya Harahap 5, putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap yang bersifat kondemnatoir dalam amar putusan terdapat pernyataan penghukuman terhadap tergugat untuk melakukan salah satu perbuatan yaitu: 4 Sudikno Mertokusumo, 1998, Hukum Acara Perdata Indonesia, Liberty, Yogyakarta, hlm. 214. 5 M. Yahya Harahap, 1989, Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata, PT. Gramedia, Jakarta, hlm. 20.

6 1. Menyerahkan sesuatu barang; 2. Mengosongkan sebidang tanah atau rumah; 3. Melakukan suatu perbuatan tertentu; (Pasal 225 HIR dan pasal 259 Rbg.) 4. Menghentikan suatu perbuatan atau keadaan; 5. Membayar sejumlah uang. (Pasal 196 HIR dan Pasal 208 Rbg.) 6 Dengan demikian seharusnya, begitu lelang selesai dan dinyatakan pemenang lelangnya, maka sudah seharusnya pemilik obyek Hak Tanggungan mengosongkan obyek Hak Tanggungan yang dilelang tersebut dan diserahkan kepada pemenang lelang. Namun, prakteknya tidak demikian seperti dialami Adi Nugroho sebagai pemenang lelang berdasarkan Risalah Lelang Nomor 171/2012 atas obyek Hak Tanggungan yang dieksekusi. Permasalahan ini terjadi ketika 2 (dua) tahun lalu Adi Nugroho ditawari tanah beserta bangunan yang terletak di Jl. Wonosari oleh Bank Rakyat Indonesia Cabang Gedongkuning Yogyakarta dengan luas ± 622m 2 dengan syarat ia harus mengikuti proses lelang. Tanah beserta bangunan yang terletak di Jl. Wonosari merupakan jaminan kredit dengan Hak Tanggungan di Bank Rakyat Indonesia karena kreditnya macet hampir 2 tahun, maka obyek Hak Tanggungan atas kredit yang macet tersebut akan dilelang. Adi Nugroho menyetujui untuk mengikuti proses lelang dan memenuhi kewajibannya sebagai peserta lelang, diantaranya menyetor uang jaminan lelang kepada KPKNL; hadir dalam pelaksanaan lelang; mengisi surat penawaran di atas meterai; mentaati tata 6 Ngadijarno, FX., Nunung Eko Laksito,dan Isti Indri Listani, 2008, Lelang Teori dan Praktek, BPPK, Jakarta., hlm. 5.

7 tertib pelaksanaan lelang dan membayar harga lelang, membayar Bea Lelang serta pungutan lainnya. Namun, setelah dinyatakan sebagai pemenang lelang dan membayar penawaran lelang sebesar Rp 1,2 milyar haknya atas barang lelang belum diberikan. 7 Bahkan, ketika akan melakukan pengosongan obyek lelang mendapat perlawanan dari pemilik obyek Hak Tanggungan dan mengajukan gugatan kepada Adi Nugroho sebagai pemenang lelang dan Bank Rakyat Indonesia ke Pengadilan Negeri Bantul dengan alasan Bank Rakyat Indonesia tidak berhak melelang dan tidak sesuai prosedur. Dengan demikian Adi Nugroho sebagai pemenang lelang tidak mendapatkan haknya untuk segera menikmati objek lelang yang nyata-nyata telah dimiliki Adi Nugroho secara sah melalui lelang yang dilakukan KPKNL Yogyakarta. Berdasar latar belakang tersebut di atas, maka penulis ingin melakukan penelitian lebih lanjut tentang permasalahan ini dengan judul tesis PENYERAHAN BARANG EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN KEPADA PEMENANG LELANG (Studi Kasus Risalah Lelang Nomor 171/2012 KPKNL YOGYAKARTA). B. Permasalahan Dari uraian yang telah dipaparkan dalam latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang dapat diungkap adalah: 7 Hasil pra penelitian, wawancara dengan Adi Nugroho, tanggal 10 Juni 2014, pukul 10.00 WIB.

8 1. Bagaimana pelaksanaan penyerahan barang bagi pemenang lelang dalam lelang Hak Tanggungan dalam Risalah Lelang Nomor 171/2012? 2. Apa kendala dalam penyerahan Hak Tanggungan terhadap pemenang lelang Hak Tanggungan dalam Risalah Lelang Nomor 171/2012? 3. Bagaimana penyelesaian terhadap kendala dalam penyerahan Hak Tanggungan terhadap pemenang lelang Hak Tanggungan dalam Risalah Lelang Nomor 171/2012? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan di atas maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui dan menganalisis pelaksanaan penyerahan barang bagi pemenang lelang dalam lelang Hak Tanggungan. 2. Untuk mengetahui kendala dalam penyerahan Hak Tanggungan terhadap pemenang lelang. 3. Untuk mengetahui penyelesaian terhadap kendala dalam penyerahan Hak Tanggungan terhadap pemenang lelang. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis a. Melatih kemampuan untuk melakukan penelitian secara ilmiah dan merumuskan hasil-hasil penelitian tersebut kedalam bentuk tulisan

9 yang diharapkan dapat diterima sebagai sumbangan pemikiran serta menambah bahan bacaan di perpustakaan. b. Menerapkan teori-teori yang diperoleh dibangku perkuliahan dan menghubungkannya dengan praktek di lapangan. c. Untuk memperkaya khasanah ilmu pengetahuan bagi penulis baik dibidang hukum pada umumnya maupun dibidang hukum jaminan khususnya berkaitan dengan lelang eksekusi Hak Tanggungan. d. Untuk mengembangkan Ilmu Hukum khususnya tentang Hukum Jaminan. 2. Manfaat Praktis Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri serta seluruh pihak-pihak yang terkait dalam hal ini baik pemenang lelang maupun pemilik obyek Hak Tanggungan, pemerintah dalam hal ini pejabat lelang, maupun hakim sebagai penegak hukum dalam proses eksekusinya. E. Keaslian Penelitian Penelitian berkaitan dengan Eksekusi Hak Tanggungan pernah diteliti oleh pihak lain, tetapi penelitian tersebut menekankan pada hal yang berbeda dengan yang penulis teliti. Penelitian berkaitan dengan Eksekusi Hak Tanggungan yang pernah diteliti tersebut adalah sebagai berikut:

10 1. Pelaksanaan Fiat Eksekusi Hak Tanggungan Sebagai Alternatif Penyelamatan Dan Penyelesaian Kredit Bermasalah (Non Performing Loan) Di PT. Bank Cimb Niaga, Tbk 8. Rumusan Masalah: a. Bagaimanakah fungsi fiat eksekusi Hak Tanggungan dalam menyelesaikan kredit bermasalah di PT Bank CIMB Niaga, Tbk? b. Apakah kendala-kendala yang dihadapi oleh PT Bank CIMB Niaga, Tbk dalam mengeksekusi Hak Tanggungan? c. Apakah Undang-Undang Hak Tanggungan telah memberikan pengaturan yang maksimal mengenai eksekusi Hak Tanggungan? Kesimpulan dari penelitian adalah sebagai berikut: a. Pelaksanaan fiat eksekusi Hak Tanggungan telah memberikan kontribusi yang besar sebagai salah satu alternatif penyelesaian kredit bemasalah di PT. Bank CIMB Niaga, walaupun atas pelaksanaan fiat eksekusi Hak Tanggungan tersebut membutuhkan waktu yang relatif lebih lama dibandingkan dengan parate eksekusi Hak Tanggungan. Fiat eksekusi Hak Tanggungan yang dilakukan atas obyek jaminan Debitur telah dapat membantu menurunkan jumlah kredit bermasalah sebesar 109% pada tahun 2011 dan sebesar 80% pada tahun 2012. Secara kualitatif, penulis berpendapat bahwa fiat eksekusi Hak 8 Dian Yustisia Ishabudiarti, 2013, Pelaksanaan Fiat Eksekusi Hak Tanggungan Sebagai Alternatif Penyelamatan Dan Penyelesaian Kredit Bermasalah (Non Performing Loan) Di PT. Bank Cimb Niaga, Tbk,Tesis Magister Kenotariatan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

11 Tanggungan yang dilakukan oleh PT. Bank CIMB Niaga, Tbk telah berperan penting sebagai alternatif penyelesaian kredit bermasalah. b. Kendala yang dihadapi oleh PT Bank CIMB Niaga, Tbk dalam upaya eksekusi Hak Tanggungan yang dimohonkan adalah tahapan dari pelaksanaan fiat eksekusi hak tanggungan yang relatif lebih lama sehingga besarnya bunga dan denda dari suatu utang Debitur akan bertambah besar, sehingga diperlukan strategi khusus dari Bank agar perolehan dari pelelangan tetap bisa mengcover dari besarnya utang Debitur. Kendala lain yang dihadapi adalah penundaan terhadap proses eksekusi Hak Tanggungan yang berupa gugatan perlawanan dari Debitur atau Pihak Ketiga. Gugatan yang masuk umumnya adalah menyangkut penetapan jumlah piutang oleh Kreditur. c. Pengaturan yang terdapat dalam Undang-Undang Hak Tanggungan terhadap eksekusi Hak Tanggungan belum sepenuhnya bisa menjamin kelancaran dari proses eksekusi Hak Tanggungan itu sendiri. Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa kendala-kendala yang ada dalam proses eksekusi Hak Tanggungan yang dalam prakteknya lebih menitikberatkan pada Hukum Acara Perdata dan Undang-Undang yang lain misalnya Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaaan Kehakiman.

12 2. Perlindungan Hukum Kreditur Dan Pihak Pemilik Tanah Dalam Pembatalan Pelaksanaan Lelang Eksekusi Atas Hak Tanggungan Dengan Akta Perdamaian (Analisis Perkara Perlawanan Lelang Eksekusi Atas Hak Tanggungan Nomor 21/Pdt.Plw/2010/PN.Yk) 9. Rumusan Masalah: a. Bagaimana proses penyelesaian sengketa perlawanan lelang eksekusi atas Hak Tanggungan dengan Akta perdamaian? b. Bagaimana perlindungan hukum terhadap Kreditur Pemegang Hak Tanggungan dengan adanya pembatalan pelaksanaan lelang eksekusi atas Hak Tanggungan karena perlawanan pemilik tanah? c. Bagaimana perlindungan hukum pihak pemilik tanah yang mempunyai kepentingan atas objek yang dijadikan jaminan? Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Proses perdamaian yang menghasilkan kesepakatan para pihak dan dituangkan dalam akta perdamaian pada dasarnya mengandung materi mengenai penangguhan lelang eksekusi Hak Tanggungan yang seharusnya menjadi konsekuensi dari wanprestasi debitur. Perdamaian menghasilkan kesepakatan yang lebih baik daripada hanya melalui prosedur menang-kalah; b. Kreditur tetap dapat mendapatkan pelunasan hutangnya dengan cara yang lebih cepat dan tepat tanpa melalui prosedur lelang; 9 Swastika Rayi Ardini, 2013, Perlindungan Hukum Kreditur Dan Pihak Pemilik Tanah Dalam Pembatalan Pelaksanaan Lelang Eksekusi Atas Hak Tanggungan Dengan Akta Perdamaian (Analisis Perkara Perlawanan lelang Eksekusi Atas Hak Tanggungan Nomor 21/Pdt.Plw/2010/PN.Yk), Tesis Magister Kenotariatan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

13 c. Pihak pemilik tanah diberikan kesempatan untuk menebus barang miliknya. Akibat dari pembayaran yang dilakukan oleh pihak pemilik tanah pemberi jaminan adalah bahwa bahwa pihak ketiga bezitter baik secara paksa atau secara sukarela dimungkinkan membayar utang debitur kepada kreditur, sehingga pihak ketiga secara hukum akan menggantikan kedudukan/ hak-hak kreditur atau dengan kata lain pihak ketiga bezitter telah menjadi kreditur baru. Bentuk lainnya adalah diberikannya hak tagih baru kepada pihak ketiga pembayar terhadap debitur. Kedua penelitian tersebut di atas memang memiliki kesamaan yaitu membahas mengenai Eksekusi Hak Tanggungan, tetapi dalam penelitian saudari Dian Yustisia Ishabudiarti lebih menitikberatkan pada fungsi fiat eksekusi Hak Tanggungan dalam menyelesaikan kredit bermasalah di PT Bank CIMB Niaga, Tbk dan penelitian saudari Swastika Rayi Ardini menekankan pada proses penyelesaian sengketa perlawanan lelang eksekusi atas Hak Tanggungan dengan Akta perdamaian. Penelitian yang penulis buat menitikberatkan permasalahan pada Penyerahan Barang Eksekusi Hak Tanggungan Kepada Pemenang Lelang (Studi Kasus Risalah Lelang Nomor 171/2012 KPKNL YOGYAKARTA).