ANALISIS PERUBAHAN LUASAN HUTAN MANGROVE MENGGUNAKAN DATA CITRA LANDSAT DI KABUPATEN ROKAN HILIR PROVINSI RIAU

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

III. METODOLOGI 3.1 Waktu Penelitian 3.2 Lokasi Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Evaluasi Kesesuaian Tutupan Lahan Menggunakan Citra ALOS AVNIR-2 Tahun 2009 Dengan Peta RTRW Kabupaten Sidoarjo Tahun 2007

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS PERUBAHAN LUAS EKOSISTEM MANGROVE DI KABUPATEN BARRU

Analisis Perubahan Lahan Tambak Di Kawasan Pesisir Kota Banda Aceh

STUDI PERUBAHAN GARIS PANTAI DI TELUK BANTEN MENGGUNAKAN CITRA SATELIT LANDSAT MULTITEMPORAL

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016, Halaman Online di :

Pemanfaatan Citra Aster untuk Inventarisasi Sumberdaya Laut dan Pesisir Pulau Karimunjawa dan Kemujan, Kepulauan Karimunjawa

ANALISISPERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI WAMPU, KABUPATEN LANGKAT, SUMATERA UTARA

II. TINJAUAN PUSTAKA. permukaan lahan (Burley, 1961 dalam Lo, 1995). Konstruksi tersebut seluruhnya

Aninda Nurry M.F., Ira Mutiara Anjasmara Jurusan Teknik Geomatika FTSP-ITS, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya,

BAB I PENDAHULUAN km dan ekosistem terumbu karang seluas kurang lebih km 2 (Moosa et al


KERUSAKAN MANGROVE SERTA KORELASINYA TERHADAP TINGKAT INTRUSI AIR LAUT (STUDI KASUS DI DESA PANTAI BAHAGIA KECAMATAN MUARA GEMBONG KABUPATEN BEKASI)

Interpretasi Citra Satelit Landsat 8 Untuk Identifikasi Kerusakan Hutan Mangrove di Taman Hutan Raya Ngurah Rai Bali

Perubahan Luasan Mangrove dengan Menggunakan Teknik Penginderaan Jauh Di Taman Nasional Sembilang Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan

Aplikasi Penginderaan Jauh untuk Pemetaan Lahan Terbuka Tambang Batubara (Studi Kasus: Kecamatan Talawi Kota Sawahlunto Provinsi Sumatera Barat)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

INTERPRETASI LAHAN RAWA YANG BELUM DIALIH FUNGSI MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT 8

METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

ANALISA KESEHATAN VEGETASI MANGROVE BERDASARKAN NILAI NDVI (NORMALIZED DIFFERENCE VEGETATION INDEX ) MENGGUNAKAN CITRA ALOS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan dan Manfaat Batasan Penelitian...

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. x, No. x, (2014) ISSN: xxxx-xxxx (xxxx-x Print) 1

IV. METODOLOGI 4.1. Waktu dan Lokasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 hingga Maret 2014.

PERUBAHAN LUAS EKOSISTEM MANGROVE DI KAWASAN PANTAI TIMUR SURABAYA

TINJAUAN PUSTAKA. lainnya yang berbahasa Melayu sering disebut dengan hutan bakau. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas,

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhannya bertoleransi terhadap garam (Kusman a et al, 2003). Hutan

Oleh : Hernandi Kustandyo ( ) Jurusan Teknik Geomatika Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Metode penghitungan perubahan tutupan hutan berdasarkan hasil penafsiran citra penginderaan jauh optik secara visual

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Data tentang luas tutupan lahan pada setiap periode waktu penelitian disajikan pada

ANALISIS PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN KABUPATEN TOBA SAMOSIR SKRIPSI. Oleh : PUTRI SINAMBELA /MANAJEMEN HUTAN

Jurusan Teknik Geomatika Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Bangunan Berdasarkan Citra Landsat 5 TM dan Sentinel 2A MSI (Kasus: Kota Salatiga) Anggito Venuary S

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Analisa Perubahan Tutupan Lahan di Waduk Riam Kanan dan Sekitarnya Menggunakan Sistem Informasi Geografis(SIG) dan data citra Landsat

ANALISIS PERUBAHAN CADANGAN KARBON DI KAWASAN GUNUNG PADANG KOTA PADANG

BAB I PENDAHULUAN. and R.W. Kiefer., 1979). Penggunaan penginderaan jauh dalam mendeteksi luas

ANALISA PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG NANING KABUPATEN SEKADAU PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Pemetaan Potensi Batuan Kapur Menggunakan Citra Satelit Landsat 8 di Kabupaten Tuban

III. METODE PENELITIAN

Kajian Nilai Indeks Vegetasi Di Daerah Perkotaan Menggunakan Citra FORMOSAT-2 Studi Kasus: Surabaya Timur L/O/G/O

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS KESELARASAN PEMANFAATAN RUANG KECAMATAN SEWON BANTUL TAHUN 2006, 2010, 2014 TERHADAP RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK )

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (XXXX) ISSN: XXXX-XXXX (XXXX-XXXX Print) 1

Studi Akurasi Citra Landsat 8 dan Citra MODIS untuk Pemetaan Area Terbakar (Studi Kasus: Provinsi Riau)

Jurnal Geodesi Undip Juli 2014

PEMANFAATAN CITRA SATELIT LANDSAT DALAM PENGELOLAAN TATA RUANG DAN ASPEK PERBATASAN DELTA DI LAGUNA SEGARA ANAKAN. Oleh : Dede Sugandi *), Jupri**)

APLIKASI DATA CITRA SATELIT LANDSAT UNTUK PEMANTAUAN DINAMIKA PESISIR MUARA DAS BARITO DAN SEKITARNYA

BAB 4. METODE PENELITIAN

ANALISIS PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN (LAND COVER) DI TAMAN WISATA ALAM SUNGAI LIKU KABUPATEN SAMBAS TAHUN

BAB III METODE PENELITIAN

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (2013) ISSN: ( Print) 1 II. METODOLOGI PENELITIAN

PEMANFAATAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH UNTUK MONITORING DENSIFIKASI BANGUNAN DI DAERAH PERKOTAAN MAGELANG

MONITORING PERUBAHAN LANSEKAP DI SEGARA ANAKAN, CILACAP DENGAN MENGGUNAKAN CITRA OPTIK DAN RADAR a. Lilik Budi Prasetyo. Abstrak

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: ( Print) A-572

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI WILAYAH PESISIR KOTA PEKALONGAN MENGGUNAKAN DATA LANDSAT 7 ETM+

BAB III METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi penelitian

III. BAHAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN. berlokasi di kawasan Taman Nasional Way Kambas. Taman Nasional Way

Analisis Perubahan Tutupan Lahan Terhadap Luas Sedimen Tersuspensi Di Perairan Berau, Kalimantan Timur

Analisa Kondisi Ekosistem Mangrove Menggunakan Data Citra Satelit Multitemporal dan Multilevel (Studi Kasus: Pesisir Utara Surabaya)

JURNAL GEOGRAFI Media Pengembangan Ilmu dan Profesi Kegeografian

PERUBAHAN LUAS DAN KERAPATAN EKOSISTEM MANGROVE DI KAWASAN PANTAI TIMUR SURABAYA

Jurnal Geodesi Undip APRIL 2014

Pemanfaatan Citra Landsat Untuk Klasifikasi Tutupan Lahan Lanskap Perkotaan Kota Palu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Data 3.3 Tahapan Pelaksanaan

ANALISIS TINGKAT KERUSAKAN MANGROVE DI DAERAH PERLINDUNGAN LAUT GILI PETAGAN KABUPATEN LOMBOK TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Laporan Praktikum III KLASIFIKASI CITRA SATELIT MENGGUNAKAN ERDAS IMAGINE

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara di dunia dalam bentuk negara

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai fungsi produksi, perlindungan dan pelestarian alam. Luas hutan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMETAAN KERUSAKAN MANGROVE MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT OLI DI DELTA MAHAKAM, KALIMATAN TIMUR

q Tujuan dari kegiatan ini diperolehnya peta penggunaan lahan yang up-to date Alat dan Bahan :

Pola Sebaran Total Suspended Solid (TSS) di Teluk Jakarta Sebelum dan Sesudah Reklamasi

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (Juni, 2013) ISSN:

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2014.

TINJAUAN PUSTAKA. Secara geografis DAS Besitang terletak antara 03 o o LU. (perhitungan luas menggunakan perangkat GIS).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

LAPORAN PROYEK PENGINDERAAN JAUH IDENTIFIKASI PENGGUNAAN LAHAN DENGAN MENGGUNAKAN HIRARKI DI KOTA BATU

III. METODOLOGIPENELITIAN Waktu dan Tempat. Penelitian ini telah dilakukan tepatnya pada Agustus 2008, namun penyusunan

ANALISIS SEBARAN TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS) DAN PERUBAHAN GARIS PANTAI DI MUARA PERANCAK BALI DENGAN MENGGUNAKAN DATA CITRA SATELIT MULTITEMPORAL

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Persebaran Lahan Produksi Kelapa Sawit di Indonesia Sumber : Badan Koordinasi dan Penanaman Modal

Sudaryanto dan Melania Swetika Rini*

Indeks Vegetasi Bentuk komputasi nilai-nilai indeks vegetasi matematis dapat dinyatakan sebagai berikut :

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN ROKAN HILIR. Rokan Hilir adalah sebuah kabupaten di Provinsi Riau

III. METODOLOGI. Gambar 2. Peta Orientasi Wilayah Penelitian. Kota Yogyakarta. Kota Medan. Kota Banjarmasin

13 Volume 3. No. 2. Tahun 2009 ISSN

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

ANALISIS PERUBAHAN LUASAN HUTAN MANGROVE MENGGUNAKAN DATA CITRA LANDSAT DI KABUPATEN ROKAN HILIR PROVINSI RIAU Ramadani Safitri (1), Musrifin Ghalib (2), Efriyeldi (2). Jurusan Ilmu Kelautan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau Pekanbaru Provinsi Riau ramasafitri96@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini dilakukan dari bulan November 2016-April 2017 di Kabupaten Rokan Hilir dengan tujuan untuk mengidentifikasi dan menginventarisi data luasan hutan mangrove tahun 1994-2017 di Kabupaten Rokan Hilir melalu analisis data citra Landsat. Penelitian dilakukan dengan metode survey serta pengamatan secara kuantitatif terhadap perubahan luasan hutan mangrove. Hasil komposit RGB 473 citra Landsat 5 dan RGB 564 citra Landsat 8 menunjukkan luasan mangrove pada tahun 1994, 2004, 2007 dan 2017 secara berturut-turut adalah 31.550 ha, 28.370 ha, 23.357 ha dan 19.724 ha. Terjadi penurunan jumlah luasan pada tahun 1994-2004 seluas 3.180 ha, pada tahun 2004-2007 seluas 5.013 ha dan pada tahun 2007-2017 seluas 3.633 ha yang jika dijumlahkan dalam kurun waktu 23 tahun terjadi penurunan luasan mangrove sebesar 11.826 ha. Dari hasil penelitian ini dilakukan uji ketelitian hasil interpretasi dan hasil cek lapangan dan didapatkan nilai 100% ketelitian, sedangkan uji akurasi citra landsat terhadap hasil klasifikasi bernilai 95,6%. Kata Kunci : Hutan Mangrove, Perubahan Luas, Citra Landsat, Rokan Hilir. (1) Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau. (2) Dosen Fakultas Perikan dan Kelautan Universitas Riau.

ANALYSIS OF MANGROVE FOREST AREA CHANGE USING LANDSAT IMAGE DATA IN ROKAN HILIR REGENCY RIAU PROVINCE Ramadani Safitri (1), Musrifin Ghalib (2), Efriyeldi (2). Marine Csience Department Fisheries and Marine Faculty University of Riau Pekanbaru Riau Province ramasafitri96@gmail.com ABSTRACT The research has conducted in November 2016-April 2017 in Rokan Hilir Regency and was aimed to identify and inventory the data of mangrove forest area in 1994-2017 at Rokan Hilir Regency using Landsat image data analysis. The research was conducted by survey method. The quantitative method was used on the change of mangrove forest area observation. The result of 473 RGB composite on Landsat 5 and 564 RGB composite on Landsat 8 image showed the mangrove areas in 1994, 2004, 2007 and 2017 are 31,550 ha, 28,370 ha, 23,357 ha and 19,724 ha. There was a decrease of 3,180 ha in total of mangrove area in 1994-2004, in 2004-2007 was 5,013 ha and in 2007-2017 was of 3,633 ha which if added in the period of 23 years there was a decrease of 11,826 ha of mangrove area. The accuracy test of interpretation results and ground check results obtained a value of 100% accuracy, while the accuracy test between landsat images and the the results of classification obtained 95.6%. Keywords : Mangrove Forest, Change of Area, Landsat Image, Rokan Hilir. (1) Student of Fisheries and Marine Faculty (2) Lecturer of Fisheries and Marine Faculty

PENDAHULUAN Hutan mangrove merupakan ekosistem utama pendukung aktivitas kehidupan di wilayah pantai dan memegang peranan penting dalam menjaga keseimbangan siklus biologis di lingkungannya. Indonesia memiliki sumberdaya hutan mangrove yang sangat luas yang tersebar di wilayah pesisir di berbagai provinsi. Potensi kekayaan alam tersebut perlu dikelola dan dimanfaatkan seoptimal mungkin untuk mendukung pelaksanaan pembangunan nasional dan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Gunarto, 2004) Pada tahun 2008 menurut data Kelompok Kerja Mangrove Daerah (KKMD) Provinsi Riau bahwa mangrove Riau yang belum rusak hanya tersisa 4.850 Ha kearah daratnya dan tergolong tipis hanya beberapa meter saja (Nasyuha dalam Sastriawan, 2015). Jika hal ini terus menerus terjadi maka akan mengakibatkan terjadinya abrasi, hilangnya satwa atau biota laut yang habitatnya sangat memerlukan dukungan dari hutan mangrove. Kabupaten Rokan Hilir merupakan salah satu kabupaten yang memiliki mangrove dengan luasan yang cukup besar di Provinsi Riau. Menurut Pemerintah Kabupaten Rokan Hilir pada tahun 2008 luas hutan di Kabupaten Rokan Hilir adalah 903.698 hektar. Bila dirinci menurut fungsinya seluas 86.466 ha (9,57%) merupakan hutan lindung. Pada tahun 2013 menurun menjadi 13.615 ha. Data terbaru menunjukkan pada tahun 2015 Rokan Hilir memiliki hutan lindung seluas 16.825 ha. Dalam mengantisipasi perubahan lahan khususnya tutupan lahan mangrove di wilayah pesisir Kabupaten Rokan Hilir diperlukan informasi mengenai perubahan luasan tersebut. Pemantauan informasi mengenai perubahan luasan tutupan lahan dapat ditempuh dengan memanfaatkan teknologi penginderaan jauh. Secara umum teknik penginderaan jauh merupakan salah satu cara untuk mendeteksi dan mengumpulkan informasi mengenai objek di muka bumi tanpa melakukan kontak langsung dengan objek yang diamati (Purwadhi, 2001) Keberadaan ekosistem mangrove di Kabupaten Rokan Hilir saat ini dapat dikatakan telah berada

pada posisi yang cukup mengkhawatirkan dengan berubahnya jumlah luasan mangrove pada beberapa daerah, mengingat untuk pemenuhan keragaman kebutuhan penduduk yang jumlahnya makin bertambah pesat merebak ke wilayah mangrove. METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan dengan metode survei. Pengamatan secara kuantitatif dilakukan terhadap perubahan luasan hutan mangrove. Lokasi ground check pengamatan vegetasi mangrove ditentukan secara purposif di Kabupaten Rokan Hilir berdasarkan keterwakilan dan keadaan lokasi kajian, sesuai dengan hasil pengolahan citra awal. Pengolahan Data Citra Pengolahan data citra dimulai dengan mendownload citra tahun 1994, 2004, 2007 dan 2017 pada website earthexplorer. Pengolahan dibantu oleh software ENVI 4.2. Kemudian dilakukan koreksi radiometrik pada citra yang bertujuan untuk memperbaiki nilai piksel agar sesuai dengan yang seharusnya, biasanya mempertimbangkan faktor gangguan atmosfer sebagai sumber kesalahan utama, dan juga untuk menghilangkan atau memperkecil kesalahan radiometrik akibat aspek eksternal berupa gangguan atmosfer pada saat proses perekaman. Lalu citra dipotong/copping untuk mendapatkan area penelitian yang lebih terkonsentrasi. Untuk mendapatkan wilayah yang sesuai dengan tujuan interpretasi dilakukan layer stacking yaitu penggabungan beberapa band pada citra. RGB merupakan singkatan dari Red Green Blue dimana dengan menggabungkan tiga band dapat membedakan wilayah yang akan diteliti. Proses komposit RGB dilakukan menggunakan software ENVI 4.2. Komposit RGB 473 dan 564 merupakan perpaduan band yang digunakan untuk melihat wilayah pesisir khususnya mangrove (Green et al., 2000) Klasifikasi Supervised merupakan klasifikasi terbimbing dimana peneliti dapat menentukan sendiri kelas-kelas pada citra. Klasifikasi maximum likelihood mengkelaskan nilai piksel berdasarkan probabilitas suatu nilai piksel terhadap kelas tertentu dalam sampel piksel. Apabila nilai probabilitas nilai piksel berada di

bawah nilai threshold yang ditentukan maka piksel tersebut tidak terkelaskan. Lain halnya apabila dalam klasifikasi tidak memasukkan nilai threshold maka semua piksel dapat terkelaskan sesuai sampel piksel yang ada (Kerle et al., 2004). Pada proses ini dilakukan penggambaran polygon dengan minimal 12 polygon pada masingmasing kelas. Terdapat tiga kelas yang mewakili masing-masing mewakili vegetasi mangrove, vegetasi non mangrove dan lahan non vegetasi. Kemudian hasil klasifikasi disimpan menggunakan format vector. Pengolahan Data Perubahan Luas Mangrove Setelah mendapatkan interpretasi citra luas hutan mangrove pada tahun 1994, 2004, 2007, dan 2017 di wilayah pesisir Kabupaten Rokan Hilir, pengolahan data selanjutnya ialah mengetahui perubahan luas hutan mangrove menggunakan software Arcgis 10.2. Berikut langkah kerja yang dilakukan: a. Menghitung luas hutan mangrove Kabupaten Rokan Hilir tahun 1994, 2004, 2007 dan 2017 b. Melakukan clip pada area kecamatan sehingga diperoleh luas hutan mangrove per kecamatan di Kabupaten Rokan Hilir c. Melakukan Overlay pada peta persebaran luas hutan mangrove tahun 1994 dengan 2004. Sehingga didapatkan hasil perubahan luas hutan mangrove dari tahun 1994-2004. d. Melakukan Overlay pada peta persebaran luas hutan mangrove tahun 2004 dengan 2007. Sehingga didapatkan hasil total perubahan luas hutan mangrove dari tahun 2004-2007. e. Melakukan Overlay pada peta persebaran luas hutan mangrove tahun 2007 dengan 2017. Sehingga didapatkan hasil total perubahan luas hutan mangrove dari tahun 2007-2017. f. Melakukan Overlay pada peta persebaran luas hutan mangrove tahun 1994 dengan 2017. Sehingga didapatkan hasil total perubahan luas hutan mangrove dari tahun 1994-2017. Pada peta luasan hutan mangrove Kabupaten Rokan Hilir dilakukan clip/pemotongan pada citra yang telah dikompositkan dengan peta

perbatasan kecamatan Kabupaten Rokan Hilir untuk mendapatkan luasan wilayah per kecamatan. Dalam program ArcGis10.0 dapat dilakukan dengan menggunakan perintah pengaturan data atau tools Data management. Pada Penelitian ini wilayah yang diteliti terdiri dari enam kecamatan yang terebar di pesisir Kabupaten Rokan Hilir. Luasan tutupan lahan hutan mangrove dihitung dengan software ArcGis 10.2 menggunakan calculate geometry. Perhitungan luasan juga dilakukan pada masing-masing kecamatan disetiap tahunnya. Ground Check dan Uji Ketelitian Cek lapangan dilakukan untuk memverifikasi hasil interpretasi mangrove, dimana pada penelitian ini area dibagi atas vegetasi mangrove, vegetasi non mangrove dan lahan non vegetasi. Uji ketelitian dilakukan terhadap hasil interpretasi dengan menggunakan matriks uji ketelitian menurut Short dalam Amran (1999). Melalui uji ketelitian ini dapat dihitung besarnya ketelitian seluruh hasil interpretasi, dengan menggunakan perumusan sebagai berikut : Ketelitian seluruh hasil interpretasi (Ki) adalah : Ki = Jumlah piksel hasil interpretasi yang benar x 100% Jumlah piksel sampel yang diamati. Ketelitian hasil interpretasi yang dapat diterima mempunyai nilai minimal 85% HASIL PENELITIAN Peta Tutupan Lahan Hutan Mangrove Gambar 1a memaparkan tentang hasil akhir dari peta tutupan lahan hutan mangrove Kabupaten Rokan Hilir 1994 menggunakan data citra Landsat 5 yang direkam pada tanggal 20 Mei 1994. Warna hijau tua merupakan tutupan hutan mangrove, hijau muda vegetasi non mangrove dan merah muda lahan non vegetasi. Peta tersebut menggunakan peta dasar Bakosurtanal tahun 2010 untuk melihat batas administrasi wilayah. Sedangkan pada Gambar 1b peta tutupan lahan hutan mangrove yang diambil dari data citra landsat 5 perekaman 3 Agustus 2004, tutupan hutan mangrove yang berwarna hijau tua semakin bertambah di Pulau Berkey Kecamatan Bangko seiring dengan bertambahnya luas Pulau tersebut. Dalam kurun waktu sepuluh tahun tutupan berwarna merah muda atau lahan non vegetasi semakin meluas

(a) (b) (c) (d) Gambar 1. Peta Tutupan Lahan Hutan Mangrove Kab. Rokan Hilir (a) 1994 (b) 2004 (c) 2007 (d) 2017 Peta tutupan lahan hutan mangrove tahun 2007 (Gambar 1c) didapat dari pengolahan citra Landsat 5 yang direkam tanggal 29 September 2007. Di Kecamatan Bangko tutupan lahan berwarna hijau tua atau lahan mangrove semakin menyempit, begitu juga pada Kecamatan Pasir Limau Kapas. Dapat dilihat dalam kurun waktu tiga tahun jika dibandingkan dengan tahun 2004 pemukiman penduduk semakin meluas. Peta tutupan lahan mangrove tahun 2017 didapat dari hasil pengolahan data citra Landsat 8 yang direkam tanggal 11 Januari 2017 (Gambar 11). Penyempitan area tutupan berwarna hijau tua terjadi hampir diseluruh Kecamatan. Pada

Pulau Berkey Kecamatan Bangko terjadi perubahan dari lahan mangrove menjadi lahan non mangrove dibeberapa titik. Hal yang sama terjadi di Pulau Halang Kabupaten Kubu Babussalam. Peta Perubahan Luasan Hutan Mangrove Metode overlay merupakan tahun 1994-2004, dapat dilihat sistem penanganan data dalam perubahan luas hutan mangove dengan cara menghubungkan peta hutan mangrove tahun 1994, 2004, 2007 dan 2017. Metode tumpang susun peta digunakan untuk mengetahui perubahan luas hutan mangrove di lokasi penelitian. Perubahan luasan dapat dilihat pada Gambar 2.Perubahan luasan tutupan hutan mangrove dapat dilihat dari perbedaan warna setiap tutupan. Warna merah menunjukkan area mangrove yang telah berkurang sedangkan area berwarna coklat merupakan hutan mangrove yang masih tersisa. Gambar 2a menunjukkan perubahan yang terjadi dalam kurun waktu 10 tahun dari tutupan berwarna merah paling banyak terlihat di Kecamatan Bangko, Pekaitan dan Kubu. Pada Gambar 2b yaitu perubahan luasan dari tahun 2004-2007 tutupan berwarna merah hampir merata di seluruh kecamatan. Gambar 2c menunjukkan perubahan tutupan mangrove yang terjadi dalam rentang waktu 10 tahun yaitu dari 2007-2017, tutupan lahan merah yang mendominan terjadi di Kecamatan Bangko, Kubu dan Pekaitan. Sementara Gambar 12d menunjukkan erubahan keseluruhan yang terjadi dalam kurun waktu 23 tahun tutupan berwarna merah mendominasi di Kecamatan Bangko, Kubu, Pekaitan dan Batu Hampar

(a) (b) (c) Luas Tutupan Lahan Hutan Mangrove (d) Tabel 1. Luas Hutan Mangrove Kab. Rokan Hilir Tahun Luas (ha) 1994 31.550 2004 28.370 2007 23.357 2017 19.724 Tabel 2. Perubahan Luas Hutan Mangrove Kab. Rokan Hilir Tahun Perubahan Luas (ha) 1994-2004 -3.180 2004-2007 -5.013 2007-2017 -3.633 1994-2017 -11.826

Tabel 3. Luas Hutan Mangrove pada Kecamatan di Kab. Rokan Hilir Nama Kecamatan Luas Hutang Mangrove (ha) 1994 2004 2007 2017 Pasir Limau Kapas 3.058 2.201 1.164 1.763 Kubu 4.809 3.033 1.937 1.173 Kubu Babussalam 3.393 2.513 2.193 1.793 Pekaitan 6.717 5.334 3.394 3.766 Batu Hampar 398 372 478 64 Bangko 13.175 14.917 14.191 11.165 Jumlah 31.550 28.370 23.357 19.724 Tabel 4. Perubahan Luasan Hutan Mangrove Tahun 1994-2004 Nama Kecamatan Luas Hutan Mangrove (ha) Perubahan Luasan (ha) 1994 2004 Pasir Limau Kapas 3.058 2.201-857 Kubu 4.809 3.033-1.776 Kubu Babussalam 3.393 2.513-880 Pekaitan 6.717 5.334-1.383 Batu Hampar 398 372-26 Bangko 13.175 14.917 +1.742 Jumlah 31.550 28.370 3.180 Tabel 5. Perubahan Luasan Hutan Mangrove Tahun 2004-2007 Nama Kecamatan Luas Hutan Mangrove (ha) Perubahan Luasan (ha) 2007 2017 Pasir Limau Kapas 1.164 1.763 +599 Kubu 1.937 1.173-764 Kubu Babussalam 2.193 1.793-400 Pekaitan 3.394 3.766 +372 Batu Hampar 478 64-414 Bangko 14.191 11.165-3.026 Jumlah 23.357 19.724-3.633

Tabel 6. Perubahan Luasan Hutan Mangrove Tahun 2007-2017 Nama Kecamatan Luas Hutan Mangrove (ha) Perubahan Luasan (ha) 2004 2007 Pasir Limau Kapas 2.201 1.164-1.037 Kubu 3.033 1.937-1.096 Kubu Babussalam 2.513 2.193-320 Pekaitan 5.334 3.394-1.940 Batu Hampar 372 478 +106 Bangko 14.917 14.191-726 Jumlah 28.370 23.357-5.013 Tabel 1 yang menunjukkan jumlah luasan terbesar adalah pada tahun 1994 yaitu 31.550 ha dan terendah pada tahun 2017 yaitu 19.724 ha. Perubahan luasan hutan mangrove di Kabupaten Rokan Hilir dapat dilihat pada Tabel 2. Penurunan luas hutan mangrove terbesar terjadi antara tahun 2004-2007, dalam kurun waktu tiga tahun terjadi penurunan hingga 5.013 ha, sedangkan jumlah terendah terjadi antara tahun 1994-2004, dimana dalam rentang waktu sepuluh tahun terjadi penurunan luasan sebanyak 3.180 ha (Tabel 4). Dalam kurun waktu tiga tahun, yaitu dari tahun 2004 hingga 2007 penurunan jumlah luasan hutan mangrove terjadi hampir di seluruh kecamatan lokasi penelitian kecuali Kecamatan Batu Hampar. Kecamatan Batu Hampar mengalami perluasan mangrove hingga 106 ha. Jumlah penurunan luasan tertinggi terjadi di Kecamatan Pekaitan yaitu berkurang hingga 1940 ha dan penurunan terendah terjadi di Kecamatan Kubu Babussalam yaitu berkurang sebanyak 320 hektar (Tabel 5). Dalam rentang waktu 10 tahun yaitu antara tahun 2007 hingga 2017 (Tabel 6) terjadi penambahan luasan hutan mangrove pada dua kecamatan di Kabupaten Rokan Hilir yaitu Kecamatan Pasir Limau Kapas

bertambah sekitar 599 ha dan Kecamatan Pekaitan bertambah sebesar 372 ha. Berbeda dengan dua kecamatan tersebut, empat kecamatan lainnya mengalami penurunan luasan hutan mangrove. Penurunan tertinggi terjadi di Kecamatan Bangko yaitu berkurang sekitar 3.026 ha dan penurunan terendah terjadi di Kecamatan Kubu Babussalam yaitu selama kurun waktu dua puluh tiga tahun hutan mangrove di wilayah pesisir Kabupaten Rokan Hilir berkurang seluas 11.826 ha. Dengan perubahan tertinggi terjadi di Kecamatan Kubu yaitu sekitar 3.636 ha dan perubahan terendah terjadi di Kecamatan Batu Hampar yaitu sekitar 334 ha. Uji Ketelitian dan Uji Akurasi berkurang sekitar 400 ha. Bila ditotal Hasil Klasifikasi Tabel 7. Uji Ketelitian Citra dan Lapangan Hasil Lapangan Jumlah Ketelitia M NM NV n Penggun a M 10 0 0 10 100% NM 0 - - - - NV 0 - - - - Jumlah 10 - - 10 - Ketelitian 100 - - - 100% Produser % Ketelitian 100% Keseluruhan Tabel 8. Uji Akurasi Citra dan Klasifikasi Data Citra Hasil Klasifikasi M NM NV Total Baris M 1165 122 0 1287 NM 108 1985 0 2093 NV 0 44 2877 2921 Total Kolom 1273 2151 2877 6301

Hasil uji ketelitian nilai klasifikasi kelas terhadap nilai dilapangan adalah 100% ketelitian (Tabel 7). Hasil uji tingkat ketelitian klasifikasi menggunakan matrix kesalahan (confusion matrix) seperti disajikan pada Tabel 8 tampak bahwa hasil ketelitian pemetaan sebesar 95,6%. PEMBAHASAN Pada tahun 2014 Kabupaten Rokan Hilir memiliki hutan mangrove yang cukup luas yaitu 19.087,65 ha berdasarkan data Dinas Kehutanan Kab. Rokan Hilir yang terletak di empat kecamatan yaitu kecamatan Pasir Limau Kapas, Kecamatan Kubu, Kecamatan Bangko dan Kecamatan Sinaboi. Di sisi lain pada pengolahan citra Landsat 8 tahun 2017 Kabupaten Rokan Hilir memiliki hutan mangrove dengan luas yaitu 19.724 ha yang tersebar di enam Kecamatan yaitu: Kecamatan Pasir Limau Kapas, Kecamatan Kubu, Kecamatan Kubu Babussalam, Kecamatan Pekaitan, Kecamatan Batu Hampar dan Kecamatan Bangko. Menurut Bappeda Kabupaten Rokan Hilir (2012) luasan hutan mangrove di Kecamatan Bangko, Sinaboi dan Pasir Limau Kapas Tahun 2012 secara berturut-turut adalah 10.340,40, 3.269,40 dan 2.667,00 ha. Menurut penelitian ini pada tahun 2017 luasan mangrove di tahun 2017 adalah 11.165 ha di Kecamatan Bangko dan 1.763 ha di Kecamatan Pasir Limau Kapas. Dalam kurun waktu lima tahun terjadi penurunan sebesar 904 ha di Kecamatan Pasir Limau Kapas dan peningkatan sebesar 825 ha di Kecamatan Bangko. Tingginya alih fungsi lahan dan hutan merupakan salah satu penyebab terjadinya kerusakan lingkungan di wilayah Kabupaten Rokan Hilir. Kawasan mangrove sering dialihkan fungsinya misalnya dijadikan tambak, diubah menjadi lahan pertanian, atau dijadikan daerah pemukiman. Kegiatan pengambilan kayu sering terlihat Riau, Kalimantan dan Irian Jaya (Mulyadi et al., 2009) Di samping itu kawasan pesisir Kabupaten Rokan Hilir yaitu di Kecamatan Bangko, Rimba Melintang, Bangko Pusako dan Kubu menghadapi permasalahan abrasi yang cukup mengkhawatirkan.

KESIMPULAN Hasil komposit RGB 473 citra Landsat 5 dan RGB 564 citra Landsat 8 didapatkan luasan mangrove pada tahun 1994, 2004, 2007 dan 2017 secara berturut-turut adalah 31.550 ha, 28.370 ha, 23.357 ha dan 19.724 ha. Terjadi penurunan jumlah luasan pada tahun 1994-2004 seluas 3.180 ha, pada tahun 2004-2007 seluas 5.013 ha dan pada tahun 2007-2017 seluas 3.633 ha yang jika dijumlahkan dalam kurun waktu 23 tahun terjadi penurunan luasan mangrove sebesar 11.826 ha. Kecamatan dengan lahan hutan mangrove terluas pada tahun 2017 adalah Kecamatan Bangko dengan luas 11.165 ha, sedangkan luasan terendah berada di Kecamatan Batu Hampar yaitu sekitar 64 ha. Perubahan terbesar terjadi di Kecamatan Kubu yaitu dalam kurun waktu 23 tahun berkurang sebanyak 3.636 ha. Dari hasil penelitian ini dilakukan uji ketelitian hasil interpretasi dan hasil cek lapangan dan didapatkan nilai 100% ketelitian, sedangkan uji akurasi citra landsat terhadap hasil klasifikasi bernilai 95,6%. SARAN Diharapkan adanya penelitian serupa yang dilakukan namun dengan citra yang berbeda dan memiliki resolusi yang lebih tinggi dengan titik lapangan yang lebih banyak dan disarankan untuk melakukan penelitian lanjutan tentang nilai indeks vegetasi dengan teknik NDVI untuk mengetahui kondisi hutan mangrove yang berada di Kabupaten Rokan Hilir. DAFTAR PUSTAKA Amran, M.A. 1999. Pemanfaatan Citra Penginderaan Jauh untuk Inventarisasi Hutan Mangrove. Laboratorium Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Kelautan. Jurusan Ilmu Kelautan. Universitas Hasanuddin. Makassar. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Rokan Hilir. 2012. Kajian Potensi Sumberdaya Hutan Mangrove di Kabupaten Rokan Hilir. Pemerintah Daerah Kabupaten Rokan Hilir. Rokan Hilir. Green, L.W., and M. W. Kreuter. 2000. Health Promotion Planning And Educational And Environmental Approach. Mountain View: Mayfield Publishing Company.

Gunarto, 2004. Konservasi Mangrove Sebagai Pendukung Sumberhayati Perikanan Pantai. Jurnal Litbang Pertanian, 23 (1), hal. 15-21. Kerle, N., L.F. Lucas.,Jansen., C. Gerrit., Huurneman. 2004. Principle of Remote Sensing. AnIntroductory textbook. ITC. Enschede. The Netherland. Mulyadi, E., Laksmono, R., dan Aprianti, D., 2009, Fungsi Mangrove Sebagai Pengendali Pencemar Logam Berat. Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan 1, hal. 33-39. Purwadhi, F.S.H. 2001. Interpretasi Citra Digital. Grasindo. Jakarta. Sastriawan, Y. 2015. Struktur Komunitas mangrove dan Kelimpahan Makroepifauna di Selat Rupat Provinsi Riau. Skripsi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau. Halaman 48 (tidak diterbitkan).