I. PENDAHULUAN. Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar masyarakat. Sampai saat ini produk-produk sumber protein

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

1 I PENDAHULUAN. Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian, dan (1.7) Waktu

I. PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai: (1.1) Latar belakang, (1.2) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah,

BAB I PENDAHULUAN. 21,97% (db) (Kramlich,1973). Daging dikenal mengandung kolesterol (50

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kebutuhan masyarakat Indonesia terhadap pemenuhan nilai gizi

BAB I PENDAHULUAN. kandungan protein yang tinggi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan

I PENDAHULUAN. Pada pendahuluan menjelaskan mengenai (1) Latar Belakang, (2)

I PENDAHULUAN. Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya

I PENDAHULUAN. Dewasa ini kesadaran masyarakat akan pentingnya nilai gizi suatu produk

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi.

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai Latar Belakang (1.1.), Identifikasi

I PENDAHULUAN. dapat diperoleh di pasar atau di toko-toko yang menjual bahan pangan. Abon dapat

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. saji kaya protein yang bersumber dari bahan pangan hewani, memengaruhi

I PEDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I. PENDAHULUAN. baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, makanan yang dikonsumsi merupakan makanan yang sehat, dengan vegetarian. Makanan vegetarian saat ini mulai digemari oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada

I PENDAHULUAN. berlebihan dapat disinyalir menyebabkan penyakit jantung dan kanker. Menurut

PENDAHULUAN. dikonsumsi oleh manusia dan termasuk salah satu bahan pangan yang sangat

I PENDAHULUAN. banyak ditemukan dan dikonsumsi yaitu ikan tongkol. Secara ilmu pengetahuaan,

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian dan Tempat dan Waktu Penelitian. Kg/Kap/Thn, sampai tahun 2013 mencapai angka 35 kg/kap/thn.

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan Vitamin A (KVA) adalah keadaan di mana simpanan. pada malam hari (rabun senja). Selain itu, gejala kekurangan vitamin A

I. PENDAHULUAN. kayu yang memiliki nilai gizi tinggi dan dapat dimanfaaatkan untuk berbagai jenis

Milik MPKT B dan hanya untuk dipergunakan di lingkungan akademik Universitas Indonesia

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian, Tempat dan Waktu Penelitian. dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan bernilai gizi tinggi seperti kacang

BAB I PENDAHULUAN. gaya makanan junk food dan fast food yang tren di tengah masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, baik perkotaan maupun di pedesaan. Anak-anak dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. sangat terkenal dan digemari oleh semua lapisan masyarakat, karena memiliki

BAB I PENDAHULUAN. pembuatan tempe, tahu, kecap, oncom, susu, dan lain-lain. Kacangkacangan

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Meksiko. Tanaman yang

BAB I PENDAHULUAN. kuning melalui proses fermentasi jamur yaitu Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, atau Rhizopus oligosporus. Tempe dikenal sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai: (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Sebanyak 50% dari konsumsi kedelai

I. PENDAHULUAN. minuman (Saparinto dan Hidayati, 2006). banyak dikonsumsi oleh masyarakat adalah sosis. Data survei independen yang

I. PENDAHULUAN. Perikanan untuk menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dan menghadapi. nasional (Kementrian Kelautan dan Perikanan, 2015).

I PENDAHULUAN. Karakteristik tepung yang digunakan akan menentukan karakteristik cookies yang

I. PENDAHULUAN. Mie merupakan salah satu bahan pangan yang bernilai ekonomis tinggi. Mie

Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. semua lapisan masyarakat. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada

Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bahan utama pembuatan biskuit pada umumnya adalah dengan

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pembangunan. Komponen ini memberikan kontribusi. dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas sehingga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

mi. Sekitar 40% konsumsi gandum di Asia adalah mi (Hoseney, 1994).

PERBANDINGAN TEPUNG SINGKONG DENGAN TEPUNG TALAS DAN KONSENTRASI SERBUK TEH HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES (KUE KERING) BERBASIS UMBI- UMBIAN

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud

BAB I PENDAHULUAN. Berbasis Sumber Daya Lokal yang tertulis dalam Peraturan Presiden RI

I PENDAHULUAN. Pemikiran, 1.6 Hipotesis Penelitian, dan 1.7 Tempat dan Waktu Penelitian.

I. PENDAHULUAN. lemak dan kolesterol tinggi (Astiti dkk., 2008). Bahan pangan hewani sebagai

kabar yang menyebutkan bahwa seringkali ditemukan bakso daging sapi yang permasalahan ini adalah berinovasi dengan bakso itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. di pasar saat ini adalah berbentuk flake. Sereal dalam bentuk flake dianggap

BAB I PENDAHULUAN. bagi konsumennya sehingga tercipta persaingan yang cukup ketat. Produk

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar belakang, (2) Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. harus diberi perhatian khusus karena menentukan kualitas otak bayi kedepan.

7 Manfaat Daun Singkong

I PENDAHULUAN. udang kerang/tiram, kepiting, tripang, cumi-cumi, rumput laut dan lain sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diantaranya pisang ambon, pisang raja, pisang mas, pisang kepok

BAB 1 PENDAHULUAN. macam komoditi pangan pertanian, tetapi kemampuan produksi pangan di

I. PENDAHULUAN. produk yang praktis dan digemari adalah chicken nugget. Chicken nugget

PENGARUH PERENDAMAN DALAM LARUTAN GULA TERHADAP PERSENTASE OLIGOSAKARIDA DAN SIFAT SENSORIK TEPUNG KACANG KEDELAI (Glycine max)

PENDAHULUAN. Bidang teknologi pangan terus mengalami perkembangan dari tahun ke

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. berjalan berdampingan. Kedua proses ini menjadi penting karena dapat

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan sebagian kecil masyarakat (Chasanah dkk., 2013).

NUGGET BANANA SKIN. Disusun oleh: Arnitya S. P. (X MIA 4/03) Theana Leoma (X MIA 4/27) SMA SANTA ANGELA. Jl. MERDEKA NO 24 BANDUNG

I. PENDAHULUAN. (1995) roti adalah produk yang diperoleh dari adonan tepung terigu yang. makanan lain dan bahan tambahan makanan yang diizinkan.

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi dua, yaitu zat gizi makro dan zat gizi mikro. Zat gizi yang

BAB I PENDAHULUAN. berbentuk semi padat yang biasa dikonsumsi sebagai makanan selingan

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bantuan kapang golongan Rhizopus Sp. Menurut Astawan

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga mampu

I PENDAHULUAN. dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian

PENDAHULUAN. (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran,

PENDAHULUAN. mencukupi kebutuhan gizi masyarakat, sehingga perlu mendapat perhatian besar

BAB I PENDAHULUAN. Protein (KEP). KEP merupakan suatu keadaan seseorang yang kurang gizi

PENDAHULUAN. Kesadaran masyarakat akan pentingnya nilai gizi dari suatu makanan yang

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : 1.1. Latar Belakang, 1.2. Identifikasi

I PENDAHULUAN. 6. Hipotesis Penelitian, dan 7. Waktu dan Tempat Penelitian. keperluan. Berdasarkan penggolongannya tepung dibagi menjadi dua, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia merupakan salah satu unsur yang sangat dibutuhkan dalam unsur

BAB I PENDAHULUAN. Produk olahan yang paling strategis untuk dikembangkan dalam. rangka menunjang penganekaragaman (diversifikasi) pangan dalam waktu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan protein (Suherman, 2012). Koro pedang (Canavalia

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pilihan yang banyak disukai masyarakat (Anonim, 2007).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Mutu gizi makanan seseorang dapat diperbaiki dengan mengkonsumsi

KADAR PROTEIN DAN BETAKAROTEN BAKSO IKAN TUNA YANG DIPERKAYA JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DAN UMBI WORTEL NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. sumber protein fungsional maupun pertumbuhan, terutama pada anak-anak usia

CARA PEMINDANGAN DAN KADAR PROTEIN IKAN TONGKOL (Auxis thazard) DI KABUPATEN REMBANG

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN Bab ini akan menjelaskan tentang : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu penelitian. 1.1. Latar Belakang Penelitian Peningkatan pendapatan masyarakat mengakibatkan pergeseran pola hidup dan pola konsumsi masyarakat. Golongan ekonomi menengah ke atas, generasi muda dan para eksekutif cenderung bergeser pada konsumsi makanan cepat saji (fast food) dan makanan jajanan (street food) yang biasanya tinggi kalori, gula, garam, lemak serta kurang serat pangan. Pergeseran pola hidup masyarakat yang cenderung kurang mengkonsumsi sayuran serta generasi muda yang kurang menyukai sayuran patut disayangkan. Sayuran merupakan sumber serat pangan yang signifikan, di samping mengandung sumber vitamin dan mineral. Serat pangan memiliki nilai fungsional bagi tubuh kita meskipun tidak memiliki nilai gizi. Konsumsi serat pangan yang cukup dapat memberikan efek baik dalam kesehatan, diantaranya mampu mencegah konstipasi, mencegah terjadinya luka pada usus besar, mencegah kanker, membantu menurunkan kadar gula dan kolesterol, juga membantu menurunkan berat badan yang berlebih. Masalah kekurangan protein merupakan salah satu masalah gizi terbesar yang masih perlu diatasi. Masalah ini umumnya terjadi pada kalangan anak-anak usia pertumbuhan. Hal ini memerlukan perhatian khusus karena kekurangan gizi 1

2 pada anak-anak dapat mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan otak serta tubuhnya (Winarno, 1992). Daging merupakan bahan yang penting dalam memenuhi kebutuhan gizi, karena daging mengandung protein yang cukup tinggi dengan kandungan asam amino esensial yang lengkap. Selain itu daging merupakan salah satu komoditi pertanian yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan gizi (Anjarsari, 2010). Daging merupakan bahan utama dalam pembuatan sosis, karena pengaruhnya yang sangat besar terhadap kestabilan emulsi serta sifat fisik dari sosis yang dihasilkan. Pengaruh daging terhadap stabilitas emulsi ini berhubungan erat dengan kandungan protein dalam daging yang dalam pembuatan sosis mempunyai dua fungsi yaitu mengemulsi lemak dan mengikat air (Rust, 1997). Sosis merupakan bahan pangan yang terbuat dari daging atau ikan yang telah mengalami proses penghalusan, pemberian bumbu, pemberian pengisi, pengisian ke dalam selongsong dan perebusan atau pengasapan. Sosis atau sausage berasal dari kata salsus yang berarti menggiling dengan garam. Sesuai dengan namanya, sosis merupakan produk olahan daging yang digiling. Daging digiling dan dihaluskan, dicampur bumbu kemudian diaduk dengan lemak hingga tercampur rata dan dimasukkan ke dalam selongsong. Selongsong yang dipakai pun masih alami yaitu usus hewan seperti usus sapi atau kambing (Anjarsari, 2010). Menurut SNI 3820-2015, Sosis adalah produk berbahan baku daging yang dihaluskan atau tanpa penambahan bahan pangan lain dan bahan tambahan

3 pangan yang diizinkan dan dimasukkan ke dalam selongsong sosis dengan atau tanpa proses pemasakan. Bahan pengikat dalam pembuatan sosis bertujuan untuk memperbaiki stabilitas emulsi, memperbaiki kapasitas mengikat air, merangsang pembentukan cita rasa, mereduksi penyusutan selama pemasakan, memperbaiki sifat irisan, dan mengurangi biaya produksi (Soeparno, 1994). Tepung tapioka dibuat dari pati singkong atau cassava. Tepung tapioka kaya karbohidrat dan energi. Tepung tapioka ini juga tidak mengandung gluten, sehingga aman bagi yang alergi. Karena mengandung linamarin, tapioka dapat menangkal pertumbuhan sel kanker (Astawan, 2010). Konsumsi pangan sumber serat secara langsung kurang diminati oleh masyarakat. Hal ini dikarenakan pangan tersebut tidak memiliki citarasa yang enak. Faktor-faktor tersebut menyebabkan konsumsi serat makanan masyarakat rendah (Jahari dan Sumarno, 2001). Berkembangnya jaman manusia dituntut untuk lebih praktis dan lebih efisien sehingga terjadi perubahan dalam hal konsumsi pangan. Konsumsi pangan dalam bentuk instan khususnya fast food telah mendominasi pada makanan dan gaya hidup manusia. Hal ini menyebabkan penurunan konsumsi dalam bentuk sayuran dan lebih banyak mengandung protein, lemak dan garam yang menyebabkan penyakit disfungsi pencernaan. Pangan fungsional adalah merupakan makanan atau bahan pangan yang memiliki manfaat tambahan di samping fungsi gizi dasar pangan sehingga dapat memberikan dampak positif pada fungsi metabolisme manusia. Indonesia

4 memiliki aneka ragam yang berkhasiat dan bermanfaat salah satunya adalah bayam dan sawi. Menurut Muchtadi (2000) bayam adalah tergolong sayuran dengan kadar serat pangan tinggi, baik serat pangan larut maupun serat pangan tidak larut. Serat pangan larut lebih efektif dalam mereduksi plasma kolesterol yaitu Low Density Lipoprotein (LDL), serta meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Serat pangan larut juga dapat membantu mengurangi terjadinya obesitas dan penyakit jantung. Serat pangan tidak larut sangat penting peranannya dalam pencegahan disfungsi alat pencernaan seperti konstipasi (susah buang air besar), ambeien, kanker usus besar dan infeksi usus buntu. Bayam (Amaranthus tricolor L) dan sawi (Brassica juncea L) merupakan jenis sayur yang sering dikonsumsi oleh masyarakat. Selain mudah diperoleh, harganya juga tergolong murah. Setiap jenis sayur mempunyai kekhasan tersendiri dalam kandungan gizinya. Bayam dan sawi merupakan sumber serat makanan yang tinggi. Umumnya sosis ayam yang biasa dikonsumsi dan beredar dimasyarakat berwarna coklat muda. Pada penelitian ini akan dilakukan diversifikasi sosis ayam yaitu dengan menambahkan sayuran sebagai bahan penunjang yang dapat memberikan warna hijau pada sosis ayam. Selain itu, penggunaan bayam dan sawi juga untuk menambah nilai gizi dari sosis ayam. Penelitian ini diharapkan menghasilkan produk makanan yang bergizi tinggi sekaligus mengandung mafaat serat pangan. Produk sosis ayam dengan penambahan sayuran diharapkan mampu menjadi solusi bagi sebagian masyarakat

5 yang tidak menyukai konsumsiataupun kurang mengkonsumsi sayuran secara langsung. 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, masalah yang dapat diidentifikasi untuk penelitian yaitu: 1. Bagaimana pengaruh perbandingan sayuran dengan daging ayam terhadap karakteristik sosis ayam? 2. Bagaimana pengaruh konsentrasi binder terhadap karakteristik sosis ayam? 3. Bagaimana pengaruh interaksi antara perbandingan sayuran dengan daging ayam dan pengaruh konsentrasi binder terhadap karakteristik sosis ayam? 1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dari penelitian adalah untuk mengetahui dan mempelajari pengaruh perbandingan sayuran dengan daging ayam dan pengaruh konsentrasi binder sehingga didapatkan perbandingan sayuran dengan daging ayam serta konsentrasi binder yang diinginkan sehingga didapatkan formulasi sosis ayam yang terbaik. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh perbandingan sayuran dengan daging ayam dan pengaruh konsentrasi binder terhadap karakteristik sosis ayam. 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian adalah untuk penganekaragaman (diversifikasi) dari sosis ayam serta menambahkan nilai nutrisi dari sosis ayam.

6 1.5. Kerangka Pemikiran Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI 3820-2015), sosis daging yang baik harus mengandung protein minimal 13%, lemak maksimal 20% dan air maksimal 67%. Sosis daging kombinasi yang baik harus mengandung protein minimal 8%, lemak maksimal 20% dan air maksimal 67%. Menurut Restu Enggar, dkk 2013, formulasi sosis daging sapi dengan penambahan bit 5% dipilih sebagai formulasi terrbaik variasi penambahan bit pada sosis daging sapi. Menurut Hartatie Sri Endang dan Khotimah Khusnul 2010, penggunaan labu merah pada pembuatan sois ayam sebaiknya tidak lebih dari 20% agar didapat penerimaan konsumen yang tinggi. Sosis bermutu baik dengan menggunakan perbandingan kacang merah dan jamur tiram sebesar 15%:85% dengan bahan pengisi menggunakan perbandingan tapioka dan tepung talas sebesar 25%:75% (Limbong Nora L., dkk, 2014). Menurut Puspanurani (2003), perbandingan rumput laut dengan ikan kakap putih berpengaruh terhadap kadar protein dan tekstur sosis rumput laut yang dihasilkan. Sosis rumput laut dengan perbandingan rumput laut dan ikan kakap putih 2:1 merupakan sampel terbaik. Menurut Muchtadi (2000), bayam tergolong sayuran dengan kadar serat pangan yang tinggi, baik serat pangan larut maupun serat pangan tidak larut. Serat pangan larut juga dapat membantu mengurangi terjadinya obesitas dan penyakit jantung. Serat pangan tidak larut sangat penting peranannya dalam pencegahan

7 disfungsi alat pencernaan sperti konstipasi (susah buang air besar), ambeien, dan infeksi usus buntu. Formulasi terbaik dari penggunaan tepung kacang merah dan pasta kacang merah sebagi bahan pengikat dan pengisi sosis ikan lele ditinjau dari karakteristik sensorinya adalah penggunaan tepung 50%. Penambahan bahan pengikat bertujuan untuk memperbaiki elastisitas dari produk akhir dan berfungsi untuk menarik air, memberikan warna dan membentuk tekstur yang padat (Buckle et al, 1987). Bahan pengikat adalah bahan material bukan daging yang dapat meningkatkan daya ikat air daging pada pembuatan sosis (Soeparno. 1992). Bahan pengikat yang digunakan adalah tepung terigu. Kadar protein tepung berguna dalam mengikat lemak dan air daging selama proses pengolahan sosis (Winarno, 1992). Peningkatan jumlah tepung akan meningkatkan kadar air, kadar, lemak, kadar protein, kadar serat serta penerimaan sensori terhadap rasa dan tekstur sosis (Amurita Elva dkk, 2014). Dari hasil penelitian yang dilakukan untuk sosis yang bermutu baik disarankan menggunakan perbandingan kacang merah dan jamur tiram sebesar 85%:15% dengan bahan pengisi menggunakan 25% (Amurita Elva dkk, 2014). Produk sosis jamur tiram putih dan tepung rebung dengan kombinasi tapioka dan keraginan yang paling baik yaitu sosis jamur tiram putih dan tepung rebung dengan kombinasi 7% tepung tapioka dan 3% keraginan dilihat dari parameter kimia.

8 Rosita, E, 2009, menyatakan bahwa rasa sosis campuran daging ayam dan tepung singkong yang disukai yaitu sosis yag dibuat dari konsentrasi tepung tapioka 7% dan kuning telur 2%, sedangkan tekstur pada sosis yang dibuat dari konsentrasi tepung tapioka 5% dan kuning telur 3%. 1.6 Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka dapat diperoleh hipotesis yaitu : Diduga perbandingan sayuran dengan daging ayam dan konsentrasi binder berpengaruh terhadap karakteristik sosis ayam. 1.7. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016, bertempat di Laboratorium Penelitian Jurusan Teknologi Pangan, Fakultas Teknik, Universitas Pasundan Bandung, Jl Setiabudhi No 193.