PEMANFAATAN DAUN KELOR (Moringa oleifera Lamk.) SEBAGAI BAHAN CAMPURAN NUGGET IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis C.)

dokumen-dokumen yang mirip
KADAR PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK NUGGET FORMULAS IKAN TONGKOL DAN JAMUR TIRAM PUTIH YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI. Program studi pendidikan biologi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

KADAR PROTEIN DAN BETAKAROTEN BAKSO IKAN TUNA YANG DIPERKAYA JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DAN UMBI WORTEL NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. kandungan protein yang tinggi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan

LAPORAN PRAKTEK TEKNOLOGI MAKANAN PEMBUATAN NUGGET AYAM

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat

MODUL 5 PIZZA IKAN. Indikator Keberhasilan: Mutu pizza ikan yang dihasilkan memiliki tekstur yang lembut, rasa dan aroma khas ikan.

Menerapkan Teknik Pengolahan Menggunakan Media Penghantar Panas. KD 1. Melakukan Proses Pengolahan Abon Ikan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Calzone. Selera Mancanegara. HeHeader

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

PENGARUH PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI, WAKTU PENGUKUSAN DAN SUHU TERHADAP PEMBUATAN SNACK MIE KERING RAINBOW

MODUL 2 NUGGET IKAN. Indikator Keberhasilan: Mutu nugget ikan yang dihasilkan memiliki tekstur yang kenyal dan rasa khas ikan.

TEKNOLOGI PENGOLAHAN NUGGET

PENGOLAHAN DAGING NUGGET. Materi 6b TATAP MUKA KE-6 Semester Genap

BAB I PENDAHULUAN. sangat terkenal dan digemari oleh semua lapisan masyarakat, karena memiliki

PEMANFAATAN JANTUNG PISANG KEPOK KUNING (Musa paradisiaca) TEPUNG KEDELAI DAN TEPUNG TAPIOKA SEBAGAI BAHAN TAMBAHAN PADA BAKSO DAGING SAPI

JAGUNG. Bahan Pangan Alternatif SERI BACAAN ORANG TUA

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar masyarakat. Sampai saat ini produk-produk sumber protein

Kumpulan Resep Sup ( Baru )

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permen jelly merupakan salah satu produk pangan yang disukai semua orang dari kalangan anak-anak hingga dewasa.

METODE. Waktu dan Tempat

METODOLOGI PENELITIAN

LAPORAN PRAKTEK TEKNOLOGI MAKANAN PEMBUATAN SOSIS AYAM

ONDE-ONDE GURIH CARA MEMBUAT : 1 Campur udang dengan ayam, bawang putih, garam, merica dan gula pasir, aduk rata.

Resep masakan ikan kembung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

TIM MI AYAM TIM MAKARONI. Bahan: Bahan:

I. PENDAHULUAN. kayu yang memiliki nilai gizi tinggi dan dapat dimanfaaatkan untuk berbagai jenis

DEMO MASAK DIES NATALIS KE-35 UNIKA SOEGIJAPRANATA 2017

NUGGET BANANA SKIN. Disusun oleh: Arnitya S. P. (X MIA 4/03) Theana Leoma (X MIA 4/27) SMA SANTA ANGELA. Jl. MERDEKA NO 24 BANDUNG

AB III METODE PENELITIAN. dikumpulkan lebih mengambil bentuk kata-kata atau gambar dari pada angkaangka.

Bahan Baku daging ikan 500 g. tepung tapioka 50 g. merica halus 1/2 sendok teh. bawang merah 7,5 g. bawang putih 1,5 g. jahe 0,5 g.

BAB I PENDAHULUAN. : Jalan Pemuda I, Rawamangun-Jakarta Timur

Masakan Pedas Penambah Nafsu Makan

PERBANDINGAN KADAR GLUKOSA DAN UJI ORGANOLEPTIK PRODUK OLAHAN MAKANAN DENGAN BAHAN DASAR KENTANG DAN UBI JALAR

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

tips: Menyimpan Tahu Segar

tips: Menyimpan Tahu Segar

TUMIS DAGING sayuran. Kembang Tahu CAH SAYURAN

Cara membuat steak tenderloin mudah dan sederhana.hasilnya pun sangat mantap dan gurih

BERBISNIS NUGGET SAYUR

PELUANG BISNIS USAHA MIE AYAM. Oleh : NAMA : YATIMAN KELAS : S1 SI 2C NIM :

Lezat & Praktis Tahu Pedas Manis Kontributor: Odilia Winneke; Foto: dok.g-shot

PERBANDINGAN TEPUNG SINGKONG DENGAN TEPUNG TALAS DAN KONSENTRASI SERBUK TEH HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK COOKIES (KUE KERING) BERBASIS UMBI- UMBIAN

TEHNIK PEMBUATAN MIE SEHAT. Dr. Sri Handayani

SOTO BANJAR. Elly Lasmanawati

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

25 RESEP KUE PALING LAKU DIJUAL. Variasi. Risoles. Indriani

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup saja, tetapi seberapa besar kandungan gizi

SOSIALISASI DAN PEMBUATAN NUGGET DARI AMPAS TAHU UNTUK MENINGKATKAN EKONOMI MASYARAKAT GAMPONG LENGKONG, KECAMATAN LANGSA BARO, KOTA LANGSA

KADAR GLUKOSA DAN KALSIUM ES KRIM KENTANG HITAM DENGAN DAUN CINCAU SEBAGAI PEWARNA ALAMI NASKAH PUBLIKASI

Penuntun Praktikum Teknologi Pengolahan Hasil Ternak Islami

CARA MEMBUAT: -Potong ayam menjadi 2 bagian atau belah membujur dadanya dan tekan hingga terbuka lebar. -Lumuri bumbu halus hingga rata

PEMANFAATAN BIJI TURI SEBAGAI PENGGANTI KEDELAI DALAM BAHAN BAKU PEMBUATAN KECAP SECARA HIDROLISIS DENGAN MENGGUNAKAN EKSTRAK PEPAYA DAN NANAS

METODE. Materi. Rancangan

Jusniati, Et al. / Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, Vol. 4 (2017) 365. Kata Kunci : Jantung Pisang, Ikan Tongkol, Abon Jantung Pisang

I PENDAHULUAN. hidup dan konsumsinya agar lebih sehat. Dengan demikian, konsumen saat ini

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di

PENGARUH BIMBINGAN PENYUSUNAN MENU

BAB III METODE PENELITIAN

III.MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan September - Desember 2014

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS BISNIS MARTABAK

I PENDAHULUAN. nugget yang relatif mahal. Oleh karena itu dibutuhkan alternatif nugget yang

OLAHAN TAHU - TEMPE. Tahu goreng panir. Tahu pedas manis. Tahu siram daging. Orak arik tahu. Steak tofu. Tahu acar ayam

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Biologi A

PEMANFAATAN EKSTRAK WORTEL (daucus carota) SEBAGAI BAHAN PENGAWET ALAMI PADA BAKSO IKAN DI DESA SETAPUK HULU KECAMATAN SINGKAWANG UTARA

GULAI REBUNG TUNJANG. HeHeader

Serba Pepes dan Botok

TUGAS TERSTRUKTUR TEKNOLOGI HASIL TERNAK NUGGET

Lampiran 1. Hasil Penerimaan Produk cinnamon bothe cake oleh Panelis. Penerimaan Panelis Ya Tidak 1 Enak Rasa. 7 Cinnamon kurang terasa Rasa

LAPORAN MODIFIKASI RESEP DI INSTALASI GIZI RSU SUNAN KALIJAGA DEMAK SUP AYAM FANTASI

III. BAHAN DAN METODE

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

PENGOLAHAN DAGING BAKSO. Materi 3b TATAP MUKA ke 3 Semester Genap BAHAN KULIAH TEKNOLOGI HASIL TERNAK

I PENDAHULUAN. Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya

ANEKA RUJAK DAN ASINAN NAN SEGAR

I PENDAHULUAN. kandungan gizi yang cukup baik. Suryana (2004) melaporkan data statistik

INOVASI PEMBUATAN SUSU KEDELE TANPA RASA LANGU

BAB III METODE PELAKSANAAN

I. PENDAHULUAN. Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan

HeHeader

PEMANFAATAN EKSTRAK WORTEL (Daucus carota) DAN BUAH WALUH (Cucurbita moschata) SEBAGAI BAHAN PENGAWET ALAMI BAKSO DAGING

Resep Kastengel Bawang Merah

TEPUNG MOCAF SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI TEPUNG TERIGU Oleh: Puji Lestari, S.TP Widyaiswara Pertama

NASKAH PUBLIKASI RISA DHALIA A

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Jenis pelitian ini adalah jenis penelitian eksperimen di bidang Ilmu Teknologi Pangan.

KUALITAS MIE BASAH DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG BIJI KLUWIH (Artocarpus communis G.Forst)

Aneka Resep Masakan Sayur

Hasil dan Perhitungan Uji Penerimaan Produk dari 30 panelis. Kategori penilaian 1 Perpaduan warna bagus, nice. Warna

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Rumusan Malah,

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS. Bisnis Tempe Bakar

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Biologi DIAH AYU FITRIANI

KANDUNGAN VITAMIN C DAN UJI ORGANOLEPTIK FRUITHGURT KULIT BUAH SEMANGKA DENGAN PENAMBAHAN GULA AREN DAN KAYU SECANG NASKAH PUBLIKASI

I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Hampir 60% produksi kakao berasal dari pulau Sulawesi yakni

BAB I PENDAHULUAN. pembuatan tempe, tahu, kecap, oncom, susu, dan lain-lain. Kacangkacangan

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Meksiko. Tanaman yang

Transkripsi:

PEMANFAATAN DAUN KELOR (Moringa oleifera Lamk.) SEBAGAI BAHAN CAMPURAN NUGGET IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis C.) NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi Oleh : HAFIDHAH HASANAH A 420 110 155 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015

PEMANFAATAN DAUN KELOR (Moringa oleifera Lamk.) SEBAGAI BAHAN CAMPURAN NUGGET IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis C.) ABSTRAK Hafidhah Hasanah 1). Titik Suryani 2). Skripsi. Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Email: aviet.sweet@gmail.com Kelor (Moringa oleifera Lamk.) mengandung senyawa aktif dan gizi lengkap. Bagian daunnya kaya vitamin A dan C, khususnya betakaroten yang dimanfaatkan sebagai bahan campuran nugget ikan tongkol. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kadar protein, kadar air, kadar betakaroten dan kualitas nugget ikan tongkol dengan penambahan daun kelor. Metode penelitian dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor yaitu formulasi ikan tongkol dan daun kelor dengan 7 perlakuan, yaitu ikan tongkol : daun kelor, A (80 gr : 20 gr), B (70 gr : 30 gr), C (60 gr : 40 gr), D (50 gr : 50 gr), E (40 gr : 60 gr), F (30 gr : 70 gr) dan G (20 gr : 80 gr) dengan 2 kali ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar protein tertinggi nugget terdapat pada perlakuan A (ikan tongkol 80 gr : daun kelor 20 gr), kadar air dan betakaroten tertinggi terdapat pada perlakuan G (ikan tongkol 20 gr : daun kelor 80 gr) dan kualitas nugget ikan tongkol dengan penambahan daun kelor terbaik pada perlakuan D (ikan tongkol 50 gr : daun kelor 50 gr), yaitu warna hijau tua, rasa cukup gurih, aroma cukup langu, tekstur cukup lembut dan daya terima sangat suka. Kata kunci: nugget, ikan tongkol, daun kelor, betakaroten, protein

PENDAHULUAN Kelor (Moringa oleifera Lamk.) merupakan tanaman yang multiguna. Hampir semua bagian dari tanaman ini mengandung senyawa aktif dan gizi lengkap. Daunnya kaya vitamin A dan C, khususnya Betakaroten. Beberapa senyawa aktif dalam daun kelor adalah arginin, leusin, dan metionin. Tubuh memang memproduksi arginin, tetapi sangat terbatas. Oleh karena itu, perlu asupan dari luar seperti daun kelor. Kandungan arginin pada daun kelor segar mencapai 406,6 mg (Anwar, 2007). Saat ini pemanfaatan daun kelor untuk dijadikan produk olahan makanan siap saji belum begitu banyak. Pengolahan makanan semakin berkembang sehingga menghasilkan beragam produk olahan yang beredar di pasaran. Selain itu, pola konsumsi masyarakat telah mengalami perubahan. Hal ini terlihat dari kecenderungan mereka dalam memilih makanan yang praktis, ekonomis dan cepat tersedia untuk dikonsumsi. Nugget adalah salah satu makanan siap saji yang banyak disukai. Bahan nugget dengan campuran daun kelor (Moringa oleifera Lamk.) merupakan inovasi terbaru dalam pembuatan bahan makanan yang mampu menambah kualitas nugget yang dihasilkan, baik tekstur, rasa, aroma, dan gizi pada nugget tersebut. Dengan diolah menjadi nugget, bau langu dan rasa pahit pada daun kelor dapat dihilangkan karena dalam proses pembuatan nugget terdapat perlakuan seperti pencucian, pengukusan, penambahan bumbu dan penggorengan. Bahan baku nugget yang biasa digunakan adalah daging sapi dan daging ayam. Nugget ayam disukai karena rasanya yang lezat, namun tinggi lemak dan rendah serat. Oleh karena itu dilakukan penggantian bahan baku nugget menggunakan ikan tongkol. Hasil penelitian Hakim (2013) menunjukkan bahwa formulasi ikan tongkol dan jamur tiram putih memberikan pengaruh nyata (P>0,01) terhadap protein nugget. Kadar protein tertinggi pada formulasi ( 70 % ikan tongkol : 30 % jamur tiram putih), sedangkan kadar protein terendah pada formulasi (30 %ikan tongkol : 70 % jamur tiram putih). Kualitas nugget formulasi ikan tongkol dan jamur tiram putih terbaik pada formulasi ( 50% ikan tongkol : 50 % jamur tiram putih). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar protein, kadar air, kadar betakaroten, dan uji organoleptik (kualitas) nugget ikan tongkol dengan penambahan daun kelor.

METODE PENELITIAN Pembuatan nugget dan uji organoleptik dilakukan di PP. Al-Muayyad Cabang Windan, sedangkan uji kadar air, betakaroten dan protein dilakukan di laboratorium Universitas Setia Budi. Metode yang digunakan adalah metode eksperimen dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor yaitu formulasi ikan tongkol dan daun kelor dengan 7 perlakuan, yaitu ikan tongkol dengan penambahan daun kelor, A (ikan tongkol 80 gr : daun kelor 20 gr), B (ikan tongkol 70 gr : daun kelor 30 gr), C (ikan tongkol 60 gr : daun kelor 40 gr), D (ikan tongkol 50 gr : daun kelor 50 gr), E (ikan tongkol 40 gr : daun kelor 60 gr), F (ikan tongkol 30 gr : daun kelor 70 gr) dan G (ikan tongkol 20 gr : daun kelor 80 gr) dengan 2 kali ulangan. Parameter yang digunakan yaitu uji kadar air, betakaroten, protein dan uji organoleptik meliputi warna, rasa, aroma dan daya terima masyarakat. Tabel 3.2 Komposisi pembuatan nugget ikan tongkol dengan penambahan daun kelor Bahan PERLAKUAN A B C E F G Ikan tongkol 80 g 70 g 60 g 50 g 40 g 30 g 20 g Daun kelor 20 g 30 g 40 g 50 g 60 g 70 g 80 g Tepung terigu 50 g 50 g 50 g 50 g 50 g 50 g 50 g Tepung maizena 20 g 20 g 20 g 20 g 20 g 20 g 20 g Roti tawar 2 lmbr 2 lmbr 2 lmbr 2 lmbr 2 lmbr 2 lmbr 2 lmbr Susu sapi cair 70 ml 70 ml 70 ml 70 ml 70 ml 70 ml 70 ml Margarine 1 sdm 1 sdm 1 sdm 1 sdm 1 sdm 1 sdm 1 sdm Bawang Bombay 25 g 25 g 25 g 25 g 25 g 25 g 25 g Bawang putih 2 siung 2 siung 2 siung 2 siung 2 siung 2 siung 2 siung Merica ½ sdt ½ sdt ½ sdt ½ sdt ½ sdt ½ sdt ½ sdt Garam ½ sdt ½ sdt ½ sdt ½ sdt ½ sdt ½ sdt ½ sdt Pala ½ biji ½ biji ½ biji ½ biji ½ biji ½ biji ½ biji Telur ayam 1 butir 1 butir 1 butir 1 butir 1 butir 1 butir 1 butir Tahap pelaksanaan sebagai berikut: a) Menyiapkan semua alat dan bahan yang diperlukan, b) Mencuci bersih 350 g ikan tongkol dengan air dan jeruk nipis dan mengambil dagingnya c) Mencuci bersih daun kelor, daun yang diambil yaitu daun nomor 4,5 dan 6 d) Menghaluskan 350 g daging ikan tongkol dan 350 g daun kelor menggunakan blender,

e) Merendam 2 lembar roti tawar tanpa kulit dengan susu cair hingga lembut, mengaduknya hingga halus, f) Melelehkan 1 sdm margarine dalam wajan, g) Menumis 25 g bawang Bombay dan 2 siung bawang putih yang sudah dihaluskan, kemudian meniriskannya, h) Mencampur tepung maizena, tepung terigu, daun kelor, roti tawar halus, tepung maizena 20 g, tumis bawang, 1/2 sdt merica bubuk, ½ sdt garam, dan 1 butir telur ayam (kuningnya saja) sesuai perlakuan, kemudian mengaduknya, i) Menuang adonan ke dalam loyang yang sudah diolesi dengan margarin, j) Mengukus adonan dalam panci selama 15 menit hingga matang, k) Mengangkat adonan yang sudah dikukus dan mendinginkannya, l) Memotong adonan yang sudah dingin, m) Melumuri potongan nugget dengan putih telur dan tepung roti, n) Menggoreng nugget sampai warna kuning kecokelatan, mengangkatnya kemudian meniriskannya.

HASIL DAN PEMBAHASAN Table 4.1 Rata-Rata Kadar Protein, Air dan Betakaroten Nugget Ikan Tongkol Dengan Penambahan Daun kelor Rata-Rata Rata-Rata Rata-Rata Perlakuan kadar kadar kadar Protein Air Betakaroten Keterangan (%) (%) (µg/g) A 7,80* 57,658** 0,0027** Ikan tongkol 80 g dan daun kelor 20 g B 7,66 58,527 0,0045 Ikan tongkol 70 g dan daun kelor 30 g C 7,64 60,159 0,0049 Ikan tongkol 60 g dan daun kelor 40 g D 7,39 62,301 0,0063 Ikan tongkol 50 g dan daun kelor 50 g E 7,32 64,182 0,0103 Ikan tongkol 40 g dan daun kelor 60 g F 7,13 64,980 0,0108 Ikan tongkol 30 g dan daun kelor 70 g G 6,47** 67,482* 0,0161* Ikan tongkol 20 g dan daun kelor 80 g Keterangan : *) kadar protein, kadar air dan kadar betakaroten tertinggi **) kadar protein, kadar air dan kadar betakaroten terendah Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar protein tertinggi nugget terdapat pada perlakuan A (ikan tongkol 80 gr : daun kelor 20 gr), sedangkan kadar air dan betakaroten tertinggi terdapat pada perlakuan G (ikan tongkol 20 gr : daun kelor 80 gr). Kadar protein terendah terdapat pada perlakuan G (ikan tongkol 20 gr : daun kelor 80 gr, sedangkan kadar air dan betakaroten terendah terdapat pada perlakuan A (ikan tongkol 80 gr : daun kelor 20 gr). Table 4.2 Rata-Rata Hasil Organoleptik Nugget Ikan Tongkol Dengan Penambahan Daun kelor dan Daya Terima Masyarakat Perlakuan Warna Rasa Aroma Tekstur Daya Terima A kuning cukup gurih khas ikan cukup lembut suka B kuning kehijauan cukup gurih Cukup langu cukup lembut suka C hijau tua cukup gurih Cukup langu cukup lembut suka D hijau tua cukup gurih Cukup langu cukup lembut sangat suka E hijau kehitaman kurang gurih Cukup langu Lembut kurang suka F hijau kehitaman kurang gurih Cukup langu Lembut kurang suka G hijau kehitaman kurang gurih Cukup langu Lembut kurang suka Hasil uji organoleptik menunjukkan bahwa, warna nugget dari semua perlakuan E,F dan G adalah hijau kehitaman. C dan D adalah hijau tua, sedangkan A adalah kuning. Rasa pada perlakuan A, B, C, dan D cukup gurih, sedangkan E, F dan G kurang gurih. Aroma dari keseluruhan nugget adalah cukup langu kecuali perlakuan A yaitu khas ikan. Tekstur nugget pada perlakuan A, B, C dan D cukup lembut, sedangkan E, F, dan G adalah lembut. Daya terima nugget ikan tongkol

dengan penambahan daun kelor yang berbeda pada perlakuan A, B dan C adalah suka. Perlakuan D sangat suka. Sedangkan E, F dan G kurang suka. 1. Kadar Protein Gambar 4.1 Rata-rata Uji Kadar Protein (%) pada Berbagai Perlakuan Menurut Gambar 4.1 menunjukkan bahwa kadar protein pada tiap perlakuan terdapat perbedaan. Dari hasil analisis diperoleh bahwa kadar protein tertinggi terdapat pada nugget Sampel A dengan presentase ikan tongkol 80 gr dan daun kelor 20 gr yaitu sebesar 7,80%. Sedangkan kadar protein terendah terdapat pada nugget Sampel G yaitu presentase ikan tongkol 20 gr dan daun kelor 80 gr yaitu sebesar 6,47%. Pada perlakuan G (ikan tongkol 20 gr dan daun kelor 80 gr) memiliki kandungan protein terendah. Hal ini terjadi kerena penurunan presentase ikan tongkol (sebesar 20 gr) dan meningkatnya presentase daun kelor(sebesar 80 gr). Kadar protein pada perlakuan G tergolong masih cukup tinggi dibandingkan dengan kadar protein daun kelor yaitu sebesar 28,25 %. Hasil uji protein sesuai yang diharapkan peneliti, bahan yang digunakan pada perlakuan ini sama-sama menyuplai kadar protein. Pada Gambar 4.3 terlihat semakin besar komposisi ikan tongkol maka kadar protein semakin naik. Hal ini sependapat dengan Novia (2011) bahwa kadar protein nugget jamur tiram putih dengan penambahan ikan tongkol mengalami kenaikan walaupun masih di bawah standar yang ditetapkan SNI untuk nugget ayam minimal 12%. Sedangkan kandungan protein pada ikan tongkol segar sebesar 48,38%, sehingga semakin besar penambahan ikan tongkol akan mempengaruhi kadar protein.

2. Kadar Air KADAR AIR RATA-RATA KADAR AIR 70 65 60 55 50 A B C D E F G perlakuan KADAR AIR Gambar 4.2 Persentase Rata-Rata Kadar Air Pada Berbagai Perlakuan Dari analisis diperoleh bahwa kadar air tertinggi pada perlakuan G (ikan tongkol 20 gr dan daun kelor 80 gr) dengan kadar air sebesar 67,482%. Sedangkan kadar air terendah pada perlakuan A (ikan tongkol 80 gr dan daun kelor 20 gr) dengan kadar air sebesar 57,658%. Hal ini berarti nugget tidak dapat disimpan lama pada suhu kamar dengan kemasan terbuka, karena bahan yang bisa disimpan lama pada suhu kamar dengan kemasan terbuka harus memiliki kadar air kurang dari 10% (Acker, 1969). Namun, jika nugget disimpan di dalam freezer maka akan awet hingga 3 bulan. Semakin besar komposisi daun kelor maka kadar air semakin tinggi. Hal ini dikarenakan kandungan daun kelor memiliki jumlah kadar air yang lebih besar dibanding ikan tongkol, yakni kandungan air pada daun kelor sebanyak 75% sedangkan pada ikan tongkol 68%. Penambahan daun kelor dalam pembuatan nugget menyebabkan terjadi peningkatan kadar air. Daun kelor memliki kandungan air sangat tinggi sehingga pada produk nugget dihasilkan kadar air yang sangat tinggi pula. Pada saat pembuatan adonan nugget, peneliti mencampur adonan dengan 20 gr tepung maizena. Tepung maizena memiliki kadar air yang rendah yaitu 14%, sehingga dapat mengurangi masuknya minyak ke dalam nugget pada proses penggorengan. Menurut Widrial dalam Wellyalina et al (2013), tepung maizena merupakan salah satu bahan pengikat yang berfungsi untuk memperbaiki tekstur, citarasa, meningkatkan daya ikat air, dan memperbaiki elastisitas pada produk akhir.

3. Kadar Betakaroten Betakaroten merupakan provitamin A yang biasanya terdapat dalam sayuran dan buah-buahan hijau gelap dan jingga. Vitamin A adalah vitamin yang larut dalam lemak, yang digabungkan dalam pigmen-pigmen penglihatan mata. Fungsi utama vitamin A adalah membantu mencegah kerusakan membran-membran sel dalam tubuh. Vitamin A disimpan di dalam hati dalam jumlah yang cukup untuk beberapa bulan. Dosis yang mengandung 30 µ/g vitamin A, cukup untuk melindungi anak selama 6 bulan. Hati orang dewasa dapat menyimpan lebih dari 300 µ/g. Akan tetapi, vitamin A dalam jumlah berlebih bersifat racun, yang menimbulkan berbagai gejala penyakit (Lehninger, 1982). KADAR BETAKAROTEN ata-rata kadar betakaroten 0,02 0,015 0,01 0,005 0 A B C D E F G PERLAKUAN BETAKAROTEN Gambar 4.3 Rata-rata Kadar Betakaroten (µg/g) pada Berbagai Perlakuan. Dari hasil analisis diperoleh bahwa kadar betakaroten tertinggi terdapat pada nugget Sampel G dengan presentase ikan tongkol 20 gr dan daun kelor 80 gr yaitu sebesar 0,0161µg/g. Sedangkan kadar betakaroten terendah terdapat pada nugget Sampel A yaitu presentase ikan tongkol 80 gr dan daun kelor 20 gr yaitu sebesar 0,0027µg/g. Pada Gambar 4.3 terlihat semakin besar komposisi daun kelor maka kadar betakaroten semakin tinggi. Hal ini dikarenakan produksi betakaroten pada daun kelor segar sangat tinggi yaitu sebesar 6,8 mg.

4. Uji Organoleptik dan Daya Terima Masyarakat 3,5 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0 A B C D E F G warna rasa aroma tekstur daya terima Gambar 4.4 Histogram Rata-rata Hasil Uji Organoleptik Nugget Ikan Tongkol dengan Penambahan Daun Kelor a. Warna Dari grafik histogram di atas rata-rata nilai kesukaan panelis terhadap warna ditunjukkan oleh semua perlakuan yaitu pada perlakuan A menunjukkan warna kuning dan B menunjukkan warna kuning kehijauan. Pada perlakuan C dan D menunjukkan warna hijau tua, sedangkan E,F dan G menunjukkan warna hijau kehitaman. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa semakin banyak daun kelor yang dicampurkan ke dalam adonan, maka warna nugget akan semakin hijau. Hal ini karena daun kelor mengandung klorofil yang merupakan zat hijau b. Rasa Dari grafik histogram di atas dapat dilihat bahwa rata-rata nilai kesukaan panelis terhadap rasa ditunjukkan oleh semua pelakuan yaitu rasa dengan kriteria cukup gurih pada perlakuan A, B, C dan D dan perlakuan E, F dan G menunjukkan rasa kurang gurih. Pada kriteria kurang gurih disebabkan karena presentase daun kelor yang besar, yaitu 60%, 70%, dan 80%. Semakin sedikit penambahan daun kelor, maka rasa yang didapatkan akan semakin gurih. Hal ini dikarenakan pada daun kelor mengandung lebih banyak air daripada ikan tongkol. Variasi presentase penggunaan ikan tongkol sebagai bahan utama pembuatan nugget tidak mempengaruhi tingkat kesukaan terhadap rasa nugget. Hal ini diduga karena komposisi

bahan pembantu atau bumbu yang digunakan sama, sehingga menghasilkan rasa yang sama. c. Aroma Dari grafik histogram di atas dapat dilihat bahwa rata-rata nilai kesukaan panelis terhadap aroma ditunjukkan oleh semua pelakuan yaitu aroma dengan criteria khas ikan pada perlakuan A dan cukup langu pada perlakuan B, C, D, E F dan G. Nugget yang digunakan adalah nugget setelah digoreng. Aroma yang ditimbulkan oleh nugget berasal dari bahan utama, yaitu ikan tongkol dan daun kelor. Hal yang mempengaruhi citarasa bahan pangan adalah terdiri dari tiga komponen yaitu bau, rasa dan rangsangan mulut (Winarno, 2004). d. Tekstur Dari grafik histogram di atas dapat dilihat bahwa rata-rata nilai kesukaan panelis terhadap tekstur ditunjukkan oleh semua pelakuan yaitu tekstur dengan kriteria cukup lembut pada perlakuan A, B, C dan D, sedangkan pada perlakuan E, F, dan G didapatkan hasil dengan kriteria lembut. Semakin banyak tepung yang ditambahkan dalam adonan emulsi maka adonan akan semakin padat. Sebaliknya, jika kadar air dalam adonan semakin banyak maka tekstur pada nugget yang dihasilkan akan semakin lembut. e. Daya Terima Perlakuan yang memiliki rata-rata tertinggi adalah sampel nugget D yaitu sangat suka dan pada perlakuan A, B, dan C didapatkan kriteria suka. Sedangkan pada perlakuan E, F dan G didapatkan kriteria kurang suka. Hal ini dapat diketahui bahwa daya terima masyarakat yang diwakili oleh 20 orang panelis terhadap nugget ikan tongkol dengan penambahan daun kelor adalah sangat suka.

SIMPULAN 1. Kadar protein tertinggi nugget pada perlakuan A (ikan tongkol 80 g dan daun kelor 20 g) sebesar 7,80%, sedangkan kadar protein terendah pada perlakuan G (ikan tongkol 20 g dan daun kelor 80 g) sebesar 6,47%. Kadar air dan betakaroten tertinggi nugget pada perlakuan G (ikan tongkol 20 g dan daun kelor 80 g) sebesar 67,482% dan 0,0161µg/g, sedangkan kadar air dan betakaroten terendah nugget pada perlakuan A sebesar 57,658% dan 0,0027µg/g. 2. Kualitas nugget yang paling disukai adalah perlakuan D (ikan tongkol 50 g dan daun kelor 50 g) memiliki warna hijau tua, rasa cukup gurih, aroma cukup langu dan tekstur cukup lembut DAFTAR PUSTAKA Acker L.W. 1969. Water Activity and Enzyme Activity. Food Technology. 23(10):1257-1270. Anwar, F., Latif, S., Ashraf, M., dan Gilani, A.H..2007. Moringa oleifera: A Food Plant with Multiple Medicinal Uses. Hakim, Arif Rachmad (2014) Kadar Protein, Organoleptik Dan Daya Terima Nugget Formulasi Ikan Tongkol Dan Jamur Tiram Putih Yang Berbeda. Skripsi thesis: Universitas Muhammadiyah Surakarta. Novia, Cahyuni. 2011. Kajian Kelayakan Teknis dan Finansial Produksi Nugget Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) Rasa Ikan Tongkol (Euthynus aletrates) Skala Industri Kecil. Jurnal Teknologi Pangan Vol.2 No.1. hal 36-37. Wellyalina. 2011. Pengaruh Perbandingan Tetelan Merah tuna dan Tepung Maizena Terhadap Mutu Nugget. Skripsi thesis: Program Studi Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Andalas padang. Winarno, Fg. 2004. Pangan, Gizi, Teknologi dan Konsumen. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.