BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

KARYA TULIS ILMIAH. Disusun oleh DINDA SANTI PUTRI UTAMI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. UMY berdasarkan nilai kecerdasan emosional Nilai Kecerdasan Emosional

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan penilaian pada aspek pengetahuan (Khalidatunnur dkk, 2008).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini melibatkan 70 orang responden yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. (Fidianty & Noviastuti, 2010). Menurut Taylor (2006) kecemasan adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia tidak terlepas dari stres, masalahnya adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Yogyakarta (UMY). Semua responden adalah mahasiswa tahap klinik (coass)

BAB IV HASIL PENELITIAN. 1. Karakteristik Responden

Bab IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Subyek dalam penelitian ini berjumlah 107 mahasiswa profesi PSPDG

BAB I PENDAHULUAN. Ujian merupakan suatu rangkaian persoalan, pertanyaan-pertanyaan,

BAB I PENDAHULUAN. dari persyaratan akhir pendidikan akademisnya pada program strata satu (Kamus

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berdasarkan SK Mendiknas No. 323/U/2002 tentang kurikulum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang biasa terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan tidak dapat dihindari serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bangsa, maju tidaknya suatu bangsa dipengaruhi oleh kualitas pendidikan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan homeostasis tubuh yang seimbang. Hal tersebut sesuai

BAB I PENDAHULUAN. dengan menjadi mahasiswa di suatu perguruan tinggi.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Universitas Muhammadiyah

BAB III METODE PENELITIAN. hipertensi pada mahasiswa FKIK UMY angkatan yang berjumlah 499 mahasiswa.

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (PSIK FK UMY) menggunakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ela Nurlaela Sari, 2013

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. menampilkan kemampuan professional yang optimal. Untuk membentuk

BAB V PEMBAHASAN. jenis kelamin sama, yaitu jumlah responden mahasiswa perempuan lebih

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. September Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa Program

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kecemasan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Istimewah Yogyakarta. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. semakin besar. Di tahun 2009 angka pengangguran terdidik telah mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Stres tidak dapat dipisahkan dari setiap aspek kehidupan. Stres dapat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. mahasiswa fakultas psikologi dan kesehatan yang sedang mengambil program

I. PENDAHULUAN. adaptasi yang juga berbeda pada setiap individu baik secara biologis, psikologis dan sosial (Ntoumanis, Edmunds & Duda, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan tanggung jawab dan peranan di universitas. Stres yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk menjaga homeostatis dan kehidupan itu sendiri. Kebutuhan

BAB IV HASIL PENELITIAN. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret dengan jumlah 214 orang.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 2000). Untuk hasil r hitung pada penelitian dapat dilihat pada kolom Corrected

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sel-sel baru, memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak, dan memberi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. program studi farmasi FKIK UMY.Total mahasiswa farmasi 2012 yang. menjadi responden berjumlah 56 orang.

PEDOMAN AKADEMIK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA BAB V EVALUASI KEBERHASILAN

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang khas yang menghadapkan manusia pada suatu krisis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pengukurannya atau observasi data variabel independen (bebas) dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBHASAN. profesi pendidikan dokter gigi UMY angkatan 2011 di Rumah Sakit Gigi

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja ditandai oleh perubahan besar diantaranya kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Proses menua adalah proses alami yang dialami oleh mahluk hidup. Pada lanjut usia

Suatu bangsa akan dinyatakan maju tergantung pada mutu pendidikan dan. para generasi penerusnya, karena pendidikan mempunyai peranan penting bagi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Februari 2017 terhadap 82

BAB I PENDAHULUAN. dengan masalah dan ketegangan emosional, periode isolasi sosial, periode

BAB I PENDAHULUAN. bahan obat dan obat tradisional. Pekerjaan Kefarmasian harus dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis seorang

BAB I PENDAHULUAN. awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa merupakan suatu tahapan pendidikan formal yang menuntut

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 2013, 2014 dan 2015 yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi sebanyak 87

BAB I PENDAHULUAN. mahasiswa ilmu keperawatan. Lulus dari ujian merupakan keharusan dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (instrumen) yang digunakan memenuhi syarat-syarat alat ukur yang baik sehingga

BAB I PENDAHULUAN. terakhir ini diketahui bahwa terdapatnya kecendrungan masyarakat Indonesia

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan. 1. Nilai mahasiswa yang mengikuti PAL lebih tinggi dari yang tidak mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, berbagai aspek bidang kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari. kesehatan dan Keadaan Sejahtera Badan, Jiwa dan Sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia diharapkan memiliki kemampuan untuk beradaptasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sehari-hari manusia. Nevid (2005) berpendapat bahwa kecemasan

golongan ekonomi menengah. Pendapatan keluarga rata-rata berada pada kisaran lima jutaan rupiah perbulan dengan sebagian besar ayah bekerja sebagai

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta berlokasi di jalan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang berbasis kompetensi. Penilaian diperlukan sebagai bentuk dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bab 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kepekaan, ketelitian, serta ketekunan. Pada pelaksanaan PBP

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. validitas dan reliabilitas terlebih dahulu. corrected item-total correlation yang lebih besar dari 0,349 angka

PEDOMAN AKADEMIK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA BAB IV PENYELENGGARAAN PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. Mekanisme koping adalah suatu cara yang digunakan individu dalam

BAB I PENDAHULUAN. tetapi merasa badan tidak segar meskipun sudah tidur (Puspitosari, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada remaja biasanya disebabkan dari beberapa faktor

BAB V PEMBAHASAN. aktif dalam proses pembelajaran. Metode PBL adalah salah satu dari beberapa

BAB III METODE PENELITIAN. Desain pada penelitian ini adalah descriptive comparative

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab II ini peneliti akan menjelaskan mengenai teori-teori yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran merupakan salah satu faktor yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi era globalisasi, berbagai sektor kehidupan mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. kepentingan diri sendiri tetapi juga untuk kepentingan yang memberi manfaat

BAB I PENDAHULUAN. periodontal seperti gingiva, ligament periodontal dan tulang alveolar. 1 Penyakit

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia bagi pembangunan bangsa Indonesia. Oleh karena itu untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dipandang mampu menjadi jembatan menuju kemajuan, dan

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan keahlian atau kompetensi tertentu yang harus dimiliki individu agar dapat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Pendidikan keperawatan merupakan suatu proses pembentukan tenaga

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk tertentu, dalam kadar berat ringan yang berbeda dan dalam. Tak seorang pun bisa terhindarkan dari stres.

LAMPIRAN. PERNYATAAN MENJADI RESPONDEN Saya yang bertandatangan di bawah ini: Nama :

GAMBARAN COPING STRESS MAHASISWA BK DALAM MENGIKUTI PERKULIAHAN DI UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak kanak dengan

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang merupakan perguruan tinggi swasta yang mempunyai berbagai fakultas, salah satunya Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK). FKIK memiliki 4 jurusan yaitu Program Studi Pendidikan Dokter (PSPD), Program Studi Pendidikan Dokter Gigi (PSPDG), Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK), dan Farmasi. Pada saat penelitian dilakukan terdapat 4 angkatan disetiap jurusan yaitu 2013 hingga 2016. PSIK FKIK UMY didirikan pada tahun 1999. Lama pendidikan yang ditempuh yaitu 10 semester terdiri dari 8 semester Pendidikan Sarjana Keperawatan dan 2 semester Pendidikan Profesi. Metode perkuliahan yang digunakan saat Pendidikan Sarjana Keperawatan yaitu Problem Based Learning (PBL), terdiri dari kuliah, biomedis, skill lab dan tutorial. Perkuliahan dilakukan di ruang kelas PSIK, Biomedis dilakukan di laboratorium, Skill lab dilakukan di mini hospital yang merupakan desain kecil yang menyerupai Rumah Sakit dan memiliki beberapa ruangan menurut stasenya seperti keperawatan anak, keperawatan dewasa, keperawatan dasar, keperawatan gawat darurat, keperawatan maternitas, neonatal care dan keperawatan 57

58 medikal bedah, sedangkan tutorial dilakukan di ruang tutorial yang memiliki 12 ruangan untuk 11-12 mahasiswa. Beberapa penilaian untuk menguji kemampuan mahasiswa setelah mengikuti kuliah dan praktikum terdiri dari MCQ dan OSCE. MCQ merupakan ujian untuk menilai pengetahuan, pemahaman, penerapan, dan analisa sedangkan OSCE adalah ujian keterampilan klinik yang dilakukan di Mini Hospital. OSCE dilaksanakan pada setiap 6 minggu sekali atau pada akhir blok. Saat dilakukannya ujian OSCE waktu yang disediakan per stase atau per ruangan sekitar 7-10 menit tergantung dari skill apa yang diujikan. Pada setiap blok banyaknya stase dan waktu akan berbeda-beda tetapi nilai minimal lulus tetaplah 75. B. Hasil Penelitian 1. Gambaran Karakteristik Responden Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia Mahasiswa PSIK UMY Angkatan 2013 dan 2016 (N=73) Usia Mean Median SD Min-Maks IK 95% Angkatan 21,45 21 0,668 20-24 21,30-21,61 2013 Angkatan 2016 18,42 18 0,832 16-21 18,23-18,62 Sumber: Data Primer (2017). Berdasarkan tabel 4.1, rerata usia responden PSIK angkatan 2013 adalah 21 sedangkan rerata usia responden PSIK angkatan 2016 adalah 18. Hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini rerata usia responden PSIK angkatan 2013 berkisar antara 21 sampai 22 tahun sedangkan pada PSIK angkatan 2016 berkisar antara 18 sampai 19 tahun.

59 Tabel 4.2 Distribusi Jenis Kelamin, Kondisi Fisik Saat Ujian, Persiapan Sebelum Ujian, dan Banyaknya Skill yang Diujikan Mahasiswa PSIK UMY Angkatan 2013 dan 2016 (N=73) Karakteristik 2013 % 2016 % Jenis Kelamin Laki-laki 23 31,5 14 19,2 Perempuan 50 68,5 59 80,8 Kondisi Fisik Saat Ujian Sehat 65 89 62 84,9 Tidak Sehat 8 11 11 15,1 Persiapan Sebelum Ujian Belajar Jauh-Jauh Hari 4 5,5 19 26 Belajar Sehari 58 79,5 51 69,9 Sebelumnya Tidak Belajar 11 15,1 3 4,1 Banyaknya Skill yang Diujikan <5 73 100 >5 73 100 Sumber: Data Primer (2017). Berdasarkan tabel 4.2, didapatkan karakteristik mayoritas responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 109 responden, sedangkan responden berjenis kelamin laki-laki 36 responden. Selanjutnya, mayoritas kondisi fisik saat ujian pada angkatan 2013 dan 2016 adalah sehat dengan total sebanyak 127 responden, sedangkan pada persiapan sebelum ujian, mayoritas dari angkatan 2013 dan 2016 adalah belajar sehari sebelumnya sebanyak 109 responden. Pada karakteristik responden skill yang diujikan berbeda pada kedua angkatan tersebut, pada angkatan 2013 mendapatkan ujian OSCE dengan skill lebih dari 5 sedangkan angkatan 2016 mendapatkan ujian OSCE kurang dari 5 skill yang diujikan.

60 3. Gambaran Tingkat Kecemasan Tabel 4.3 Perbandingan Tingkat Kecemasan Saat Ujian OSCE antara Mahasiswa Angkatan 2013 dengan Angkatan 2016 PSIK UMY Bulan April 2017 (N=73) Tingkat Rendah % Sedang % Tinggi % Kecemasan 2013 3 4,1 57 78,1 13 17,8 2016 3 4,1 58 79,5 12 16,4 Sumber: Data Primer (2017). Berdasarkan tabel 4.3, tingkat kecemasan saat ujian OSCE angkatan 2013 didapatkan 3 responden mengalami kecemasan rendah begitu pula dengan angkatan 2016 yaitu sebanyak 3 responden mengalami kecemasan rendah. Sedangkan pada tingkat kecemasan sedang yang merupakan mayoritas tingkat kecemasan pada angkatan 2013 yaitu sebanyak 57 responden dan pada angkatan 2016 sebanyak 58 responden. Pada tingkat kecemasan tinggi dialami 13 responden pada mahasiswa PSIK UMY angkatan 2013 dan 12 responden pada angkatan 2016. Tabel 4.4 Distribusi Jenis Kelamin, Usia, Kondisi Fisik, dan Persiapan saat Ujian Pada Mahasiswa PSIK UMY Angkatan 2013 dan 2016 dengan Tingkat Kecemasan (N=73) Karakteristik Rendah Sedang Tinggi 2013 % 2016 % 2013 % 2016 % 2013 % 2016 % Jenis Kelamin Laki-laki 3 4,1 1 1,4 18 24,7 12 16,4 2 2,7 1 1,4 Perempuan 0 0 2 2,7 40 54,8 45 61,6 10 13,7 12 16,4 Usia 2013 21 1 1,4 26 35,6 5 6,8 >21 1 1,4 32 43,8 7 9,5 2016 18 0 0 33 43,4 7 9,6 >18 3 4,1 34 46,6 6 8,2

61 Karakteristik Rendah Sedang Tinggi 2013 % 2016 % 2013 % 2016 % 2013 % 2016 % Kondisi saat ujian Sehat 8 10,9 9 12,3 54 74 50 68,5 3 4,1 3 4,1 Kurang 0 0 0 0 4 5,5 4 5,5 4 5,5 7 9,6 sehat Persiapan sebelum ujian Jauhjauh 0 0 3 4,1 4 5,5 14 19,2 0 0 2 2,7 hari Sehari 3 4,1 1 1,4 44 60,3 41 56,2 11 15,1 9 12,3 sebelum Tidak belajar 0 0 0 0 1 1,4 1 1,4 10 13,7 2 2,7 Sumber: Data Primer (2017) Berdasarkan tabel 4.4 didapatkan hasil bahwa sebagian besar mahasiswa PSIK UMY angkatan 2013 yang memiliki tingkat kecemasan terbanyak adalah tingkat kecemasan sedang yang didominasi oleh perempuan yaitu sebanyak 40 mahasiswa (54,8%), sedangkan pada mahasiswa 2016 juga memiliki tingkat kecemasan sedang dan didominasi mahasiswa berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 45 mahasiswa (61,6%). Pada kategori usia mahasiswa PSIK UMY angkatan 2013 dibagi menjadi 2 yaitu 21 dan >21. Pada kategori usia mahasiswa angkatan 2013 didominasi tingkat kecemasan sedang yaitu 26 mahasiswa (35,6%) dan 32 mahasiswa (43,8%), apabila dilihat pada mahasiswa 2016 memiliki 2 kategori usia yaitu 18 dan >18. Pada kategori usia mahasiswa angkatan 2016 didominasi tingkat kecemasan sedang yaitu 33 (43,3%) dan 34 (46,6%). Kondisi fisik yang sehat saat ujian mayoritas pada mahasiswa adalah tingkat kecemasan yang sedang. Sebanyak 54 mahasiswa (74%) PSIK UMY

62 angkatan 2013 mengalami tingkat kecemasan sedang. Pada mahasiswa PSIK UMY angkatan 2016 mengalami tingkat kecemasan sedang sebanyak 50 mahasiswa (68,5%). Belajar sehari sebelumnya menjadi mayoritas pada mahasiswa dalam persiapan sebelum ujian. Sebanyak 44 mahasiswa (60,3%) PSIK UMY angkatan 2013 mempersiapkan ujian sehari sebelumnya dan dominan mendapatkan tingkat kecemasan sedang. Sedangkan sebanyak 41 mahasiswa (56,2%) PSIK UMY angkatan 2016 mempersiapkan ujian sehari sebelumnya dan dominan mendapatkan tingkat kecemasan sedang. 4. Perbedaan Tingkat Kecemasan Mahasiswa PSIK UMY angkatan 2013 dengan angkatan 2016 Tabel 4.5 Hasil Uji Mann-Whitney antara Mahasiswa Angkatan 2013 dengan Angkatan 2016 PSIK UMY Bulan April 2017 (N=73) Kelompok Mann-Whitney P-Value 2013 2016 2640,500 0,925 Sumber: Data Primer (2017). Tabel 4.5 menunjukkan bahwa nilai signifikan (p) adalah 0,925, hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Hasil Mann-Whitney dikatakan tidak terdapat perbedaan apabila nilai p >0,05. C. Pembahasan 1. Karakteristik Responden Mahasiswa yang dijadikan responden pada penelitian ini memiliki rentang umur berkisar antara 16-24 tahun. Menurut Depkes RI (2009)

63 usia 17-25 tahun termasuk dalam satu golongan umur yaitu golongan umur remaja akhir menuju perkembangan dewasa muda awal karena rentang usia dewasa muda awal berusia 18-25 tahun. Sedangkan menurut Yusuf (2011), usia 13-16 tahun termasuk dalam masa remaja awal dan usia 17-21 tahun termasuk dalam kategori remaja akhir menuju dewasa awal. Pada remaja awal, emosi masih labil juga sensitif dan tidak mempunyai pendirian yang kuat. Sedangkan pada remaja akhir, emosinya mulai stabil dan pikirannya mulai kritis akan sekitarnya. Pada remaja akhir, secara mental mereka sudah dapat berpikir logis, kemudian mereka dapat memecahkan masalahnya dan berpikir konkret (Yusuf, 2011). Berdasarkan tabel 4.2, jenis kelamin perempuan memiliki jumlah terbanyak di kedua angkatan PSIK UMY, hal tersebut sesuai dengan jumlak mahasiswa di PSIK UMY yang didominasi perempuan. Hasil penelitian yang dilakukan Pell (1996) dalam Mailina (2015) bahwa lebih banyak perempuan yang masuk kuliah Fakultas Kedokteran dibandingkan laki-laki karena perempuan memiliki sikap yang lebih teliti, lemah lembut, teladan, sabar, berbelas kasih dan gemar bersosialisasi sehingga profesi ini mayoritas perempuan. Penelitian yang dilakukan oleh Graf, dkk (2017) didapatkan hasil bahwa mahasiswa perempuan tampil lebih baik dalam kemampuan

64 komunikasi pada dimensi empati, struktur, ekspresi verbal dan ekspresi non verbal saat OSCE daripada mahasiswa laki-laki. Kondisi fisik saat ujian pada mahasiswa PSIK UMY angkatan 2013 mayoritas memiliki kondisi fisik yang sehat yaitu sebanyak 65 responden (89%), sedangkan pada mahasiswa angkatan 2016 mayoritas memiliki kondisi fisik yang sehat pula yaitu sebanyak 62 responden (84,9%). Mahasiswa yang mempersiapkan ujian semaksimal mungkin dengan belajar jauh-jauh hari ataupun seperti responden penelitian ini yang lebih dominan belajar sehari sebelumnya dan memaksakan tubuhnya untuk dapat terjaga sepanjang malam untuk belajar sebelum ujian. Kebiasaan seperti itu akan membuat tubuh merasa lelah di keesokan harinya karena mengurangi waktu istirahat yang seharusnya dipersiapkan untuk hari ujian esok hari dan kebiasaan belajar seperti ini akan merusak badan (Slameto, 2013). Selain terpakainya waktu istirahat, stressor yang dialami mahasiswa esok hari menambah kondisi fisik menjadi tidak sehat. Kondisi yang tidak sehat dapat membuat konsentrasi menjadi buruk dan meningkatkan resiko kesalahan saat melakukan ujian OSCE. 2. Gambaran Tingkat Kecemasan Mahasiswa Berdasarkan tabel 4.3 didapatkan bahwa tingkat kecemasan antara mahasiswa PSIK UMY angkatan 2013 dengan 2016 mayoritas adalah tingkat kecemasan sedang. Apabila dilihat pada tabel 4.3, tingkat kecemasan sedang pada mahasiswa 2013 dengan 2016 berbeda 1

65 responden, mahasiswa angkatan 2016 memiliki responden tertinggi daripada angkatan 2013 walaupun hanya berbeda 1 responden saja. Menurut Mighwar (2006) dalam Ratih (2012) mengatakan bahwa secara psikologis kecemasan dapat disebabkan karena kurangnya pengetahuan sehingga kurang mampu menyesuaikan diri dengan pertumbuhan dan perkembangannya serta tidak mampu menerima apa yang dialaminya. Seperti hasil penelitian Iskandar (2017), didapatkan bahwa pengetahuan dan kemampuan menerapkan pengetahuan merupakan factor yang dominan dalam meningkatkan konsep diri tentang keterampilan yang akan meningkatkan kinerja (Katowa- Mukwato & Banda, 2014). Selain pengetahuan, dukungan juga dapat menyebabkan kecemasan. Kurangnya dukungan dari orangtua, teman sebaga ataupun lingkungan masyarakat sekitar. Disamping itu dinamika kecemasan dalam menghadapi ujian dapat ditinjau dari kognitif, yang dapat terjadi karena adanya persepsi negatif tentang kemampuan ujian (Nurlaila, 2011). Nurlaila (2011) mengungkapkan bila individu memiliki keyakinan didalam dirinya mengenai kemampuan yang ia miliki dalam menghadapi kecemasan, maka tubuh akan menghasilkan obat yang alami dan aman untuk menurunkan kecemasan dan meningkatkan prestasi. Orang yang memiliki keyakinan didalam dirinya akan mampu dalam menghadapi lingkungannya dan ketika situasi ataupun lingkungan yang sedang dihadapi menekan individu

66 tersebut, maka ia akan tetap merasa tenang dan tidak khawatir dan dapat berpikir secara jernih. Selain kenyakinan, seseorang juga harus memiliki efikasi diri. Efikasi diri ialah suatu penilaian individu terhadap kemampuan dan kompetensinya dalam melaksanakan suatu tugas dan dalam mencapai suatu tujuan, atau ketika mengatasi suatu masalah. Efikasi diri selalu berhubungan dan berdampak pada perilaku, motivasi, dam keteguhan seseorang dalam menghadapi suatu masalah. Efikasi diri dapat memberikan pengaruh terhadap motivasi, sikap, afektif dan kognitif (Mailina, 2015). Mahasiswa yang memiliki pengalaman mengikuti ujian OSCE lebih dari satu kali tidak mengurangi kecemasan yang dirasakannya, tetapi apabila mahasiswa sadar akan kecemasannya maka ia akan lebih meningkatkan efikasi dirinya dalam menghadapi OSCE. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kecemasan mayoritas adalah tingkat kecemasan sedang, maka kemungkinan responden mengalami kecemasan sedang dikarenakan efikasi diri yang mereka miliki tingkat efikasi diri sedang hingga tinggi. Efikasi diri yang sedang hingga tinggi menunjukkan bahwa responden penelitian ini memiliki keyakinan dalam menyelesaikan masalah ataupun stressor yang ia alami. Penelitian Nobelina, dkk (2011) menyatakan bahwa semakin tinggi efikasi diri maka semakin tinggi self-regulated learning, dan berlaku sebaliknya.

67 Berdasarkan dari rentang usia responden yaitu 18 dan 21 tahun yang merupakan kategori remaja akhir menuju dewasa pada penelitian ini didapatkan tidak terlalu signifikan perbedaannya, maka tidak dapat disimpulkan bahwa usia muda atau usia tua yang memiliki tingkat kecemasan yang lebih banyak. Kecemasan pada remaja akhir menuju dewasa tergantung pada jenis masalah dan respon dalam menghadapi masalah tersebut. Semakin sulit masalah yang dihadapi maka semakin tinggi tingkat kecemasan yang dialami (Ratih, 2012). Penelitian ini memiliki penyebaran usia responden tidak merata yang menyebabkan kelompok usia memiliki jumlah yang tidak seimbang dan rata-rata responden memiliki kategori usia remaja akhir. Gejala kecemasan dapat timbul di berbagai kalangan usia, tergantung faktor-faktor yang mencetuskan gejala kecemasan pada seseorang tersebut (Yuhelrida, 2016). Jenis kelamin perempuan memiliki jumlah tingkat kecemasan sedang hingga tinggi lebih banyak daripada jenis kelamin laki-laki baik itu di mahasiswa PSIK UMY angkatan 2013 maupun 2016. Berdasarkan penelitian Brizendine (2006) menyatakan bahwa remaja perempuan hampir dua kali lebih mungkin menderita depresi dan kecemasan dibanding laki-laki. Hal ini biasanya dipengaruhi oleh gen, estrogen, progesteron, dan fenomena biologis otak. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Eaton (2012) mengatakan bahwa perbedaan jenis kelamin sangat berhubungan dengan pengolahan

68 emosi. Perempuan cenderung lebih menarik diri dan mengolah emosinya secara internal ketika sedang menghadapi masalah sedangkan laki-laki akan mencari cara untuk menghadapi rasa kekhawatiran atau rasa cemasnya. Selain itu perempuan juga lebih peka dengan emosinya, yang pada akhirnya peka juga dengan cemasnya. Tidak hanya dari faktor emosi saja tetapi dapat dipengaruhi oleh faktor kognitif. Perempuan lebih cenderung melihat lebih detail maka dari itu perempuan lebih banyak memiliki informasi yang membuatnya benar-benar tertekan dari yang mereka dapatkan. Hal tersebutlah yang menyebabkan wanita sering mengalami depresi atau gangguan cemas. Berdasarkan tabel 4.4 mayoritas mahasiswa yang memiliki kondisi sehat pada saat ujian memilki jumlah terbanyak pada tingkat kecemasan sedang hingga rendah dikedua angkatan. Berbeda dengan mahasiswa yang memiliki kondisi fisik yang kurang sehat, dilihat dari tabel 4.4 dikedua angkatan memiliki tingkat kecemasan yang tinggi. Kondisi fisik mahasiswa yang kurang sehat akan menurunkan tingkat konsentrasi saat mahasiswa tersebut melakukan ujian. Pada penelitian Yuhelrida (2016) mengatakan bahwa kondisi fisik yang lelah atau kurang sehat terbukti memiliki tingkat kecemasan yang tinggi dibandingkan dengan mahasiswa yang tidak lelah. Selain itu menurut Tavia (2014), kondisi kesehatan yang baik sangat dibutuhkan baik

69 sebelum maupun saat menghadapi OSCE, karena akan mempengaruhi persiapan dan performa saat ujian. Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa tahun ke 4 dan pada mahasiswa tahun ke 1 yaitu angkatan 2013 dan 2016 apabila dilihat dari tabel 4.3 tidak ada perbedaan tingkat kecemasan yang berarti pada kedua angkatan. Hasil penelitian Yuhelrida (2016) mengatakan bahwa pada mahasiswa yang pertama kali mengikuti OSCE dengan mahasiswa yang berkali-kali telah menggikuti OSCE tidak memiliki perbedaan yang signifikan pada tingkat kecemasannya. Sebagian besar responden mengalami kecemasan sedang, kemudian alasan ketidakcemasan sebagian peserta ujian OSCE ini dapat dipengaruhi oleh persiapan yang dilakukan oleh peserta ujian yang rata-rata telah mempersiapkan ujian jauh-jauh hari hingga sehari sebelumnya dan memaksimalkan performa saat hari ujian tiba. Persiapan yang dilakukan oleh peserta ujian telah dibahas pada penelitian Fidment (2012) yang membuktikan bahwa persiapan sebelum ujian entah berapa lama yang disiapkan peserta seperti yang dilakukan responden penelitian ini yaitu jauh-jauh hari ataupun sehari sebelumnya merupakan kunci dari strategi coping yang dilakukan peserta ujian dalam beradaptasi dengan kecemasan yang dialaminya. Apabila strategi coping yang digunakan dapat efektif maka seseorang dapat mengatasi rasa cemasnya. Peserta ujian yang memiliki strategi coping yang efektif akan mempertahankan dirinya dari segala

70 kemungkinan yang akan terjadi saat ujian tiba dan menyelesaikan rasa cemasnya sehingga dengan begitu performa mahasiswa akan lebih baik dalam ujian, dikarenakan telah terbiasa dalam menghadapi kondisi tersebut, sebaliknya apabila peserta ujian tidak memiliki strategi coping yang tidak efektif maka ia akan melarikan diri dan tidak peduli dengan rasa cemasnya sebagai contoh pada responden penelitian ini sebanyak 3 mahasiswa PSIK UMY angkatan 2016 dan 11 mahasiswa PSIK UMY angkatan 2013 yang menghadapi ujian OSCE dengan tidak belajar (Asmadi, 2008). 3. Perbedaan Tingkat Kecemasan Mahasiswa PSIK UMY angkatan 2013 dengan angkatan 2016. Penelitian Furlong (2005) dalam Mailina (2015) menyatakan bahwa 90% mahasiswa merasa OSCE adalah peristiwa yang penuh tekanan (stressfull), walaupun mahasiswa sudah mempersiapkan dengan baik. Keadaan penuh tekanan dialami baik itu oleh mahasiswa yang baru sekali menghadapi OSCE maupun yang sudah berkali-kali menghadapi OSCE. Kecemasan akademik adalah hasil dari proses biokimia dalam tubuh dan otak yang meningkatkan dan membutuhkan perhatian. Kecemasan menghadapi ujian atau akademik dipicu oleh kondisi pikiran, perasaan dan perilaku motorik yang tidak terkendali. Manifestasi kognitif yang tidak terkendali menyababkan pikiran menjadi tegang, manifestasi afektif yang tidak terkendali mengakibatkan timbulnya perasaan akan terjadi hal buruk, dan

71 perilaku motorik yang tidak terkendali menyebabkan mahasiswa menjadi gugup dan gemetar saat menghadapi ujian (Syarifah, 2013). Hasil tabel 4.5 diperoleh hasil Mann-Whitney sebesar 2640,500 dengan nilai p-value 0,925. Nilai p lebih besar dari 0,05 yaitu 0,925 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat kecemasan mahasiswa PSIK UMY angkatan 2013 dengan 2016. Kecemasan mahasiswa yang tidak memiliki perbedaan yang signifikan kemungkinan dapat dipengaruhi pula oleh Adversity Quotient (AQ). AQ berhubungan dengan bagaimana seseorang menghadapi dan berjuang dalam menghadapi masalahnya, dalam hal ini menghadapi ujian merupakan stressor bagi mahasiswa. Menurut Sugihartono (2007), hasil pembelajaran atau evaluasi dalam belajar dipengaruhi oleh faktor psikologis yaitu meliputi kecerdasan dalam diri seseorang, maka dalam hal ini AQ sebagai salah satu bentuk kecerdasan yang dapat memberikan pengaruh pada hasil ujian OSCE. Menurut Stoltz (2007) menyatakan bahwa seseorang yang memiliki AQ tinggi akan lebih mudah menghadapi kesulitan dengan tepat sehingga bisa bertahan dengan berbagai kondisi sulit yang dialami. Tidak terdapat perbedaan disebabkan oleh cara belajar atau gaya belajar dari mahasiswa itu sendiri. Gaya belajar setiap orang yang unik berpengaruh dalam merencanakan strategi pembelajaran.

72 Terdapat 2 macam cara belajar atau gaya belajar yaitu pembelajaran individual dan pembelajaran kelompok. Pembelajaran individual diperlukan data setiap peserta didik untuk menyeleksi alternatif aktivitas dan sumber belajar yang sesuai, sedangkan pembelajaran kelompok diperlukannya karakteristik akademik dan sosial peserta didik tentang rata-rata kemampuan, ketertarikan, dan tingkat kebutuhan (Syarifah, 2013). Pada responden penelitian ini, kebanyakan responden mengaku cara belajar atau gaya belajar menggunakan pembelajaran kelompok. Pembelajaran kelompok biasanya dilakukan satu hari sebelum hari ujian berlangsung. Pembelajaran kelompok ini dapat membantu mahasiswa yang kesulitan atau kebingungan akan ujian esok hari. pada pembelajaran kelompok akan ada satu orang atau lebih yang mempunyai pemahaman lebih mengenai materi yang akan berguna pada mahasiswa lain yang kurang memahami materi. Setiap mahasiwa diharapkan memiliki motivasi belajar. Motivasi belajar adalah keinginan, perhatian, kemauan individu dalam belajar. Motivasi belajar merupakan arah yang tercermin melaluui ketekunan yang tidak mudah goyah untuk mencapai sukses, meskipun menghadapi banyak kesulitan. Motivasi mahasiswa dapat dilihat dari perilakunya. Seorang mahasiswa yang memiliki motivasi yang tinggi dapat dilihat dari minat, perhatian, dan kemauan yang kuat dalam prooses belajar. Sedangkan mahasiswa yang memiliki motivasi yang

73 rendah maka ia kurang minat, kurang perhatian, dan kurang kemauan untuk ikut serta dalam proses belajar (Milfayetty, 2014). D. Kekuatan dan Kelemahan Penelitian 1. Kekuatan dalam penelitian a. Penelitian yang memanding antara tingkat kecemasan mahasiswa PSIK 2013 dengan PSIK 2016 belum pernah diteliti sebelumnya sehingga penelitian ini dapat menambah literatur dalam membandingkan tingkat kecemasan mahasiswa yang memiliki karakteristik yang sedikit berbeda seperti usia, angkatan masuk menjadi mahasiswa, kondisi fisik, dan persiapan sebelum ujian. b. Pengukuran kecemasan mahasiswa digunakan kuesioner TAI-G yang telah terbukti valid, reliabel, dan baku. c. Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti sendiri dan saat pengisian kuesioner dilakukan pada satu hari pada saat mahasiswa menghadapi ujian OSCE dan jawaban kuesioner tidak ada yang direkayasa. 2. Keterbatasan dalam penelitian a. Kelemahan penelitian ini terdapat pada saat pengambilan data. Sebanyak 15 responden pada mahasiswa angkatan 2016 dan 6 reponden dari angkatan 2013 mengisi kuesioner setelah memasuki ruang ujian sehingga tingkat kecemasan menghadapi ujian OSCE nya mungkin berbeda.

74 b. Belum menetapkan waktu yang seragam untuk kriteria menghadapi ujian.