BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyebabkan anak balita ini rawan gizi dan rawan kesehatan antara lain : sehingga perhatian ibu sudah berkurang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang

BAB II TINJAUAN TEORI. dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR) dan Angka Kematian Ibu (AKI).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. B. PENILAIAN STATUS GIZI Ukuran ukuran tubuh antropometri merupakan refleksi darik pengaruh 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masa kanak-kanak dibagi menjadi dua periode yang berbeda, yaitu masa awal

BAB I PENDAHULUAN. tergantung orang tua. Pengalaman-pengalaman baru di sekolah. dimasa yang akan datang (Budianto, 2009).

anak yang berusia di bawahnya. Pada usia ini pemberian makanan untuk anak lakilaki dan perempuan mulai dibedakan.

B A B II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyusun makanan yang memenuhi persyaratan gizi dibandingkan orang lain yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pendekatan penanggulangnya harus melibatkan berbagai sektor terkait.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan gizinya serta aktif dalam olahraga (Almatsier, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan kecerdasan anak. Pembentukan kecerdasan pada masa usia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

frekuensi kontak dengan media massa (Suhardjo, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Anak prasekolah adalah anak berusia dua sampai lima tahun. Rentang usia

KUESIONER POLA MAKAN, KECUKUPAN GIZI DAN STATUS GIZI BALITA PADA KELUARGA MISKIN DI PERUMNAS MANDALA, KELURAHAN KENANGAN BARU

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Almatsier (2002), zat gizi (nutrients) adalah ikatan kimia yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Untuk

BAB 1 : PENDAHULUAN. Millenuim Development Goals (MDGs) adalah status gizi (SDKI, 2012). Status

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan sosial yang ada di masyarakat umum di luar rumah. Seorang anak TK

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. lainnya gizi kurang, dan yang status gizinya baik hanya sekitar orang anak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

kekurangan energi kronik (pada remaja puteri)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Karakteristik Anak Sekolah Dasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengasuhan berasal dari kata asuh(to rear) yang mempunyai makna

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. usia dini sangat berdampak pada kehidupan anak di masa mendatang. Mengingat

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

67,3 54,5 43,6 32,7 1,8 0. Kategori umur orangtua contoh. Gambar 3 Sebaran umur orangtua contoh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dan dewasa yaitu

NASKAH PENJELASAN SEBELUM PERSETUJUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrient (Beck 2002 dalam Jafar

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas dicirikan dengan fisik yang tangguh, kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya dan pembangunan masyarakat seluruhnya. Untuk menciptakan sumber daya

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia.

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Cara Pemilihan Contoh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Konsep Batita atau Tooddler

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tetapi pada masa ini anak balita merupakan kelompok yang rawan gizi. Hal ini

SATUAN ACARA PENYULUHAN. : Gizi Seimbang Pada Lansia. : Wisma Dahlia di UPT PSLU Blitar di Tulungagung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kedekatan dengan anak, memberikan makan, merawat, kebersihan, memberi kasih

PENINGKATAN PENGETAHUAN GIZI MASYARAKAT MELALUI PENDIDIKAN DAN LATIHAN

METODE PENELITIAN. n= z 2 1-α/2.p(1-p) d 2

Oleh : Seksi Gizi Dinas Kesehatan Provinsi Bali

GAMBARAN ASUPAN ZAT GIZI, STATUS GIZI DAN PRODUKTIVITAS KARYAWAN CV. SINAR MATAHARI SEJAHTERA DI KOTA MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. Survei Antar Sensus BPS 2005 jumlah remaja di Indonesia adalah 41 juta jiwa,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing, maka

KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun oleh : AGUSTINA ITRIANI J

METODE PENELITIAN. Sedep n = 93. Purbasari n = 90. Talun Santosa n = 69. Malabar n = 102. n = 87. Gambar 3 Teknik Penarikan Contoh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA Anak Sekolah Dasar Karakteristik Siswa Besar uang saku

PENGETAHUAN IBU DALAM PENATALAKSANAAN GIZI SEIMBANG PADA KELUARGA DI DESA SIBORBORON KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lanjut usia adalah tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18

TINJAUAN PUSTAKA. Makanan Bayi

BAB I PENDAHULUAN. bagi kelangsungan hidup suatu bangsa. Status gizi yang baik merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

METODE. n = Z 2 P (1- P)

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Pengetahuan Gizi Ibu Gizi mempunyai peranan yang sangat penting dalam membantu dan membangun proses pertumbuhan yang baik dan optimal. Keadaan gizi tergantung dari tingkat konsumsi yang ditentukan dari kualitas dan kuantitas zat gizi yang diperlukan oleh tubuh. Pengetahuan adalah sejumlah informasi yang dikumpulkan, yang dipahami dan pengenalan terhadap sesuatu hal atau benda-benda secara objektif. Pengetahuan juga berasal dari pengalaman tertentu yang pernah dialami dan yang diperoleh dari hasil belajar secara formal, nonformal (Mangindaan, 1996) dalam Toruntju (2005). Menurut Sarwono (1997), dalam Toruntju (2005) pengetahuan lebih bersifat pengenalan lebih bersifat pengenalan terhadap sesuatu benda atau hal secara objektif. Pengetahuan berhubungan dengan masalah kesehatan terutama status gizi akan mempengaruhi terjadinya gangguan kesehatan pada kelompok tertentu. Seseorang yang berpengetahuan kesehatan baik dapat mengetahui berbagai macam gangguan kesehatan yang memungkinkan terjadinya serta dapat dicari pemecahannya (Suhardjo dalam Himawan, 2006). Bila pengetahuan tentang bahan makanan yang bergizi masih kurang maka pemberian makanan untuk keluarga biasa dipilih bahan-bahan makanan yang hanya dapat mengeyangkan perut saja tanpa memikirkan apakah itu bergizi atau tidak, sehingga kebutuhan energi dan zat gizi masyarakat dan anggota keluarga tidak tercukupi (Suhardjo, 2003). 10

Kurangnya pengetahuan dan salah konsepsi tentang kebutuhan pangan dan nilai pangan adalah umum di setiap negara di dunia. Kemiskinan dan kekurangan persediaan pangan yang bergizi merupakan faktor penting dalam masalah kurang gizi. Lain sebab yang penting dari gangguan gizi adalah kurangnya pengetahuan tentang gizi atau kemampuan untuk menerapkan informasi tersebut dalam kehidupan sehari-hari (Suhardjo, 1996) Pengetahuan yang baik akan menuntut individu untuk mengambil tindakan yang baik pula dalam usaha meningkatkan status gizi individu maupun keluarga. pentingnya pengetahuan gizi didasarkan pada tiga kenyataan yaitu 1. Status gizi yang cukup adalah penting bagi kesehatan dan kesejahteraan 2. Setiap orang hanya akan cukup gizi makanan yang dimakannya mampu menyediakan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan tubuh yang optimal, pemeliharaan dan energi 3. Ilmu gizi memberikan fakta-fakta yang perlu sehingga dapat belajar menggunakan pangan dengan baik bagi perbaikan gizi. Tingkat pendidikan juga mempunyai hubungan yang bermakna dengan tingkat kesehatan. Semakin tinggi tingkat pendidikan semakin mudah menerima konsep hidup sehat secara mandiri, kreatif dan berkesinambungan. Latar belakang pendidikan seseorang berhubungan dengan tingkat pengetahuan, jika tingkat pengetahuan gizi ibu baik, maka diharapkan status gizi ibu dan balitanya juga baik (Siswanto, 2010). Hasil penelitian Wahyuni (2009) menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan status gizi balita. Faktor yang mempengaruhi

pengetahuan adalah tingkat pendidikan, semakin tinggi pendidikan seseorang akan semakin baik cara pandang terhadap diri dan lingkungannya, maka seseorang makin mudah menerima informasi dan semakin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya (Soekanto, 2005). Seseorang yang hanya tamatan sekolah dasar belum tentu kurang mampu menyusun makanan yang memenuhi persyaratan gizi dibandingkan orang lain yang pendidikannya tinggi, karena sekalipun pendidikannya rendah jika orang tersebut rajin mendengarkan penyuluhan gizi bukan mustahil pengetahuan gizinya akan lebih baik. Hanya saja tetap harus dipertimbangkan bahwa faktor tingkat pendidikan turut pula menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan gizi yang mereka peroleh (Apriadji, 1989) Pendidikan merupakan penuntun manusia untuk berbuat dapat digunakan untuk mendapatkan informasi sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Ibu yang memiliki pendidikan tinggi cenderung mempunyai pengetahuan gizi, kesehatan dan pengasuhan anak yang baik (Madanijah, 2003). Masalah gizi, pada hakekatnya disebabkan pada masalah perilaku, khususnya pengetahuan tentang gizi, sedangkan pengetahuan itu sendiri berkorelasi positif dengan tingkat pendidikan. Dengan demikian, upaya untuk mengatasi masalah ini dilakukan dengan pemberian informasi tentang perilaku gizi yang baik dan benar disamping dengan pendekatan lainnya (Depkes RI, 2006). Hasil penelitian Anggraini (2008) menunjukkan ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang makanan bergizi dengan status gizi balita usia 1-3 tahun di desa Lencoh di Wilayah Kerja Puskesmas Selo Boyolali. Agar dapat menyusun menu

yang bergizi, seseorang perlu memiliki pengetahuan mengenai bahan makanan dan zat gizi, kebutuhan gizi seseorang serta pengetahuan hidangan dan pengolahan. Pendidikan pangan dan gizi berarti pendidikan agar yang di didik melalukan cara-cara praktek yang lebih baik seperti yamg diharapkan. Pengetahuan saja belum mampu membuat seseorang mangubah perilakunya. Untuk itu masih diperlukan motivasi dan perhatian agar individu mau mengubah pola hidupnya. Orang yang mempunyai pengetahuan mengenai zat gizi dan bahan makanan bergizi, namun tidak diterapkan dalam memilih hidangan untuk keluarganya (Suhardjo, 2003). Pendidikan kesehatan gizi diperlukan untuk membentuk perilaku positif dalam hal memenuhi kebutuhan gizi sebagai salah satu unsur penting yang mendukung status kesehatan seseorang. Pendidikan dilakukan untuk menghasilkan perilaku yang dibutuhkan untuk memelihara, mempertahankan, ataupun meningkatkan keadaan gizi yang baik. Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata). Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan yaitu :

a. Tahu (know) Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Misalnya: tahu bahwa buah tomat banyak mengandung vitamin C.untuk mengetahui atau mengukur bahwa orang tahu sesuatu dapat menggunakan pertanyaan-pertayaan, misalnya: apa tanda-tanda anak kurang gizi. b. Memahami (comprehension) Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut. c. Aplikasi (application) Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain. d. Analisis (analysis) Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan/atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat membedakan, atau memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut.

e. Sintesis (synthesis) Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada. Misalnya, dapat membuat atau meringkas dengan kata-kata atau kalimat sendiri tentang hal-hal yang telah dibaca atau didengar, dapat membuat kesimpulan tentang artikel yang telah dibaca. f. Evaluasi (evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku di masyarakat. Misalnya, seorang ibu dapat menilai atau menentukan seorang anak menderita malnutrisi atau tidak. 2.2. Pola Pemberian Makan Pola pemberian makan adalah gambaran mengenai jumlah, jenis, dan frekuensi bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang dan merupakan ciri khas dari suatu kelompok masyarakat tertentu. Pola pemberian makan yang baik mengandung makanan yang merupakan energi, zat pembangun, dan zat pengatur, karena semua zat gizi diperlukan untuk pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh serta serta perkembangan otak dan produktifitas kerja, serta dimakan dalam jumlah yang cukup sesuai dengan kebutuhan. Dengan pola makan sehari-hari yang seimbang,

berguna untuk mencapai dan mempertahankan status gizi dan kesehatan yang optimal (Almatsier, S. Dkk.2011) Bahaya kekurangan gizi masih mungkin pada masa prasekolah, maka harus diperhatikan kualitas maupun kuantitas makanan yang dimakan. Pada masa ini sebagian besar energi digunakan untuk aktifitas. Anak masa prasekolah mempunyai kapasitas lambung lebih kecil dan nafsu makan yang bervariasi. Sebaiknya anak diberi makan dengan porsi kecil dan sering. Kebanyakan anak diberi makan 4-5 kali per hari. Pemberian makanan kecil sangat bermanfaat untuk melengkapi kebutuhan total zat makanan per hari. Pemilihan makanan kecil harus hati-hati, dipilih yang bergizi, padat nutrient dan tidak menggangu nafsu makan anak. Suasana makan harus diperhatikan, alat makan yang digunakan harus menarik, tidak mudah pecah dan ringan. Berikan anak cukup istirahat sebelum makan, sebab jika mereka lelah dapat mengakibatkan mereka malas makan. Pada umumnya anak mau makan dengan baik bila berkelopok. Pengaruh dari teman sebaya dalam kelompok dapat mendorong anak untuk berusaha menghabiskan porsi makanannya. Hal ini bentuk pendidikan gizi. Pengalaman makanan baru, berpartisipasi menyiapkan makanan sederhana adalah hal positif dalam membina kebiasaan makanan anak. Jadwal pemberian makan sama yaitu : 1. 3x makanan utama (pagi, siang dan malam) 2. 2x makanan selingan (diantara 2x makanan utama) Pola hidangan sehari yang dianjurkan adalah makanan yang seimbang yang terdiri dari : 1. Sumber zat tenaga (nasi, roti, mie, jagung, tepung-tepungan, gula, minyak)

2. Sumber zat pembangun (ikan, telur, ayam, daging, susu, kacang dan lainnya ) 3. Sumber zat pengatur (sayuran dan buah-buahan berwarna hijau dan kuning) Kebutuhan zat gizi yang dibutuhkan anak prasekolah yaitu : 1. Kebutuhan energi sekitar 90-95 kkal/kg BB 2. Kebutuhan protein 0,81 gr/kg BB atau 1,01 gr protein susu atau telur/kg BB/hari 3. Kebutuhan lemak 20% energi total harus berasal dari lemak 4. Kebutuhan Hidrat Arang 50% energi total berasaldari hidrat arang 5. Kebutuhan vitamin dan mineral relatife menurun sampai dicapainya masa pubertas. Makanan anak prasekolah adalah makanan yang dihidangkan untuk anak prasekolah dari hari ke hari yang dapat memberikan gambaran mengenai jumlah. Frekuensi, dan jenis makanan. Lengkap tidaknya sumber makanan anak prasekolah tergantung keluarga khususnya ibu untuk menyusun makanan yang diperlukan, serta adat istiadat dan pengetahuan ibu dalam menyusun makanannya. Pola pemberian makan disuatu daerah dapat berubah-ubah sesuai dengan perubahan beberapa faktor atau kondisi setempat, yaitu : a. Faktor yang berhubungan dengan persediaan bahan makanan termasuk faktor geografis, kesuburan tanah berkaitan dengan produksi bahan makanan, daya perairan, kemajuan teknologi, transportasi, distribusi, dan persediaan suatu derah. b. Faktor sosial-ekonomi dan kebiasaan yang berhubungan dengan konsumen yang memegang peranan penting dalam program konsumsi penduduk. c. Bantuan atau subsidi terhadap bahan-bahan tersebut.

2.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pola Pemberian Makan 2.3.1. Pengetahuan Gizi ibu Bila pengetahuan tentaang bahan makanan yang bergizi masih kurang maka pemberian makanan untuk keluarga biasa dipilih bahan-bahan makanan yang hanya dapat mengeyangkan perut saja tanpa memikirkan apakah makanan itu bergizi atau tidak, sehingga kebutuhan energi dan zat gizi masyarakat dan anggota keluarga tidak tercukupi. Menurut Suhardjo (2003), bila ibu rumahtangga memiliki pengetahuan gizi yang baik maka ia akan mampu memilih makanan-makanan yang bergizi untuk dikonsumsi. 2.3.2. Pendidikan ibu Pendidikan ibu sangat penting dalam penyediaan makanan bagi anak-anaknya, dan sangat menentukan dalam pemilihan makanan dan jenis makanan yang dikonsumsi oleh anak dan anggota keluarga. Pendidikan gizi ibu berperan untuk meningkatkan penggunaan sumber daya makanan yang tersedia. Hal ini dapat diasumsikan bahwa tingkat kecukupan zat gizi pada anak tinggi bila pendidikan ibu tinggi (Depkes RI, 2000). 2.3.3. Keluarga Pada anak prasekolah keluarga adalah faktor utama yang berpengaruh terhadap kebiasaan makan anak. Orang tua dan saudara yang lebih tua merupakan modal bagi anak yang lebih muda terhadap kebiasaan makannya. Kebiasaan makan, makanan favorit dan makanan yang tidak disukai anak sejak dini akan terbawa sampai dewasa dan sulit dihilangkan. Suasana pada waktu makan mempengaruhi nafsu makan anak. Harapan orang tua yang berlebihan terhadap kebiasaan makan

anak,dengan disertai teguran dan paksaan untuk menghabiskan porsi makan yang disediakan, menjadikan acara makan sebagai hal yang tidak menyenangkan dan berakibat menurunkan nafsu makan anak. Sebaliknya lingkungan yang menyenangkan seperti suasana yang rileks, sambil bercakap-cakap, dan toleransi kalau anak menumpahkan makanan, dapat meningkatkan nafsu makan anak. Pada saat ini dimana banyak ibu yang bekerja, mengakibatkan makanan anak sangat tergantung pada pembantu atau makanan di TPA (tempat penitipan anak/sekolah), dengan segala konsikuensinya terhadap kualitas, kuantitas serta kebiasaan dari makanan tersebut. 2.3.4. Jumlah Anggota Keluarga Banyaknya anggota keluarga akan mempengaruhi konsumsi pangan keluarga. Jumlah anggota keluarga yang besar tanpa diimbangi dengan meningkatnya pendapatan akan menyebabkan konsumsi pangan akan semakin tidak merata. Suhardjo (2003) mengatakan bahwa ada hubungan yang sangat nyata antara banyaknya jumlah anggota keluarga dan kurang gizi. Menurut Hurlock 1998 dalam Gabriel 2008, jumlah anggota keluarga dikelompokkan menjadi tiga yaitu (1) kelompok kecil 3-4 orang, (2) kelompok sedang 5-6 orang dan kelompok besar 5-6 orang. Harper (1988), menghubungkan antara keluarga besar dan konsumsi pangan, diketahui bahwa keluarga miskin dengan jumlah anak yang banyak akan lebih sulit untuk memenuhi kebutuhan pangannya, jika dibandingkan keluarga yang jumlah anak sedikit.lebih lanjut dikatakan bahwa keluarga dengan konsumsi pangan yang kurang, anaknya lebih sering menderita gizi kurang.

2.3.5. Penyakit Penyakit dapat menurunkan nafsu makan dan asupan makanan. Penyakit akut walaupun berlangsung singkat dapat meningkatkan kebutuhan air, protein dan zat makanan lainnya. Sedangkan pada penyakit kronis seperti asma atau penyakit jantung bawaan, sulit untuk menentukan kebutuhan zat makanan agar pertumbuhan anak optimal. Demikian pula dengan anak yang menderita diabetes memerlukan makanan khusus, pengaturan dan pembatasan makanan padahal anak masih dalam masa pertumbuhan. 2.4. Status Gizi Status gizi adalah keadaan kesehatan individu-individu atau kelompokkelompok yang ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik akan energi dan zat-zat energi lain yang belum diperoleh. Dari pangan dan makanan yang dampak fisiknya dapat diukur secara antropometri (Suhardjo, 2003). Sedangkan menurut Supariasa, status gizi adalah keadaan akibat dari keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan zat gizi dan penggunaan zat-zat gizi dalam seluler tubuh. Status gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu. Status gizi merupakan suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh keseimbangan antara asupan zat gizi dengan kebutuhan. Keseimbangan tersebut dapat dilihat dari variabel pertumbuhan, yaitu berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, lingkar lengan, dan panjang tungkai (Gibson, 1990). Jika keseimbangan tadi terganggu, misalnya pengeluaran energi dan protein lebih banyak dibandingkan pemasukan maka akan terjadi kekurangan energi protein, dan jika berlangsung lama

akan timbul masalah yang dikenal dengan KEP berat atau gizi buruk (Depkes RI, 2000). Status gizi dipengaruhi oleh konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi di dalam tubuh. Bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi dan digunakan secara efisien akan tercapai status gizi optimal yang memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin (Almatsir, 2001). 2.4.1. Penilaian Status Gizi Status gizi anak prasekolah diukur berdasarkan umur, berat badan (BB), dan tinggi badan (TB). Variabel BB dan TB anak disajikan dalam tiga indikator antropometri, yaitu : berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur ( TB/U), dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). 2.4.2. Sifat-Sifat Indikator Status Gizi 1. Penilaian Secara Langsung dengan Metode Antropometri Indikator BB/U memberikan indikasi masalah gizi secara umum. Indikator ini tidak memberikan indikasi tentang masalah gizi yang sifatnya kronis ataupun akut karena berat badan berkorelasi positif dengan umur dan tinggi badan. Dengan kata lain, berat badan yang rendah dapat disebabkan karena anaknya pendek (kronis) atau karena diare atau penyakit infeksi lain (akut). Indikator TB/U memberikan indikasi masalah gizi yang sifatnya kronis sebagai akibat dari keadaan yang berlangsung lama, misalnya : kemiskinan, perilaku hidup sehat dan pola asuh/pemberian makan yang kurang baik dari sejak anak dilahirkan yang mengakibatkan anak menjadi pendek.

Indikator BB/TB dan IMT/U memberikan indikasi masalah gizi yang sifatnya AKUT sebagai akibat dari peristiwa yang terjadi dalam waktu yang tidak lama (singkat), misalnya : terjadi wabah penyakit dan kekurangan makan (kelaparan) yang mengakibatkan anak menjadi KURUS. Disamping untuk identifikasi masalah kekurusan dan indikator BB/TB dan IMT/U dapat juga memberikaan indikasi kegemukan. Masalah kekurusan dan kegemukan pada usia dini dapat berakibat pada rentannya terhadap berbagai penyakit degenerative pada usia dewasa (teori Barker). Masalah gizi Akut-Kronis adalah masalah gizi yang memiliki sifat masalah gizi Akut dan Kronis. Sebagai indeks antropometri, untuk menginterpretasinya dibutuhkan ambang batas. Penentuan ambang batas yang paling umum digunakan dengan memakai standar devisi unit (SD) atau disebut juga Z-Skor. Rumus perhitungan Z-Skor adalah : Z-Skor = Nilai individu subjek Nilai median Baku Rujukan Nilai Simpang Baku Rujukan 2. Penilaian Secara Tidak Langsung dengan Metode Survei Konsumsi Makanan Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. Metode survei konsumsi makanan untuk individu antara lain : a). Metode recall 24 jam b). Metode frekuensi makanan (food frequency)

2.5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Status gizi menurut Husaini (1977) ditentukan oleh banyak faktor, yangsering dikelompokkan kedalam penyebab langsung dan tidak langsung. Secaralangsung dapat disebabkan oleh kurangnya konsumsi makanan dan infeksi,sedangkan secara tidak langsung dapat disebabkan oleh rendahnya daya beliterutama untuk konsumsi pangan yang dipengaruhi oleh tingkat pendapatan,tingkat pendidikan, pemeliharaan kesehatan dan lingkungan serta berbagai factor lainnya. Faktor tidak langsung yang dapat mempengaruhi status gizi pada anakyang merupakan faktor resiko yaitu pendidikan orang tua yang rendah,pendapatan yang rendah, terlalu banyak jumlah anggota keluarga, anak menderitainfeksi yang akut atau kronis seperti diare dan sanitasi di dalam dan di luar rumah yang tidak cukup baik, sedangkan penyebab mendasar atau akar masalah gizi adalah terjadinya krisis ekonomi, politik, dan sosial termasuk bencana alam, yang mempengaruhi ketidakseimbangan antara asupan makanan dan adanya penyakit infeksi, yang pada akhirnya mempengaruhi status gizi balita (Soekirman, 2000).

2.6. Kerangka Konsep Berdasarkan pada masalah dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian, maka kerangka konsep dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut : PENGETAHUAN GIZI IBU POLA PEMBERIAN MAKAN Jenis makanan Frekuensi makan Tingkat Kecukupan Energi dan Protein STATUS GIZI ANAK PRASEKOLAH Jumlah makanan Berdasarkan kerangka konsep di atas maka dapat dilihat bahwa pengetahuan gizi ibu mempengaruhi pola pemberian makan meliputi jenis makanan, frekuensi makan, dan jumlah makanan yang dikonsumsi, sedangkan pola pemberian makan menentukan kecukupan energi dan protein yang dikonsumsi sehingga dapat mempengaruhi status gizi anak prasekolah, karena ibu terlibat langsung dalam kegiatan penyelenggaraan makan. 2.7. Hipotesis 1. Ho : Tidak ada hubungan pengetahuan gizi ibu dengan tingkat konsumsi zat gizi energi dan protein anak usia prsekolah di Kelurahan Mata Halasan Lingkungan 1 tanjung Balai Tahun 2013.

2. Ha : Ada hubungan pengetahuan gizi ibu dengan tingkat konsumsi zat gizi energi dan protein anak usia prasekolah di Kelurahan Mata Halasan Lingkungan 1 Tanjung Balai Tahun 2013. 3. Ho : Tidak ada hubungan pengetahuan gizi ibu dengan status gizi anak usia prasekolah di Kelurahan Mata Halasan Lingkungan 1 Tanjung Balai Tahun 2013. 4. Ha : Ada hubungan pengetahuan gizi ibu dengan status gizi anak usia prasekolah di Kelurahan Mata Halasan Lingkungan 1 Tanjung Balai Tahun 2013. 5. Ho : Tidak ada hubungan tingkat konsumsi zat gizi energi dan protein dengan status gizi anak usia prasekolah di Kelurahan Mata Halasan Lingkungan 1 Tanjung Balai Tahun 2013. 6. Ha : Ada hubungan tingkat konsumsi zat gizi energi dan protein dengan status gizi anak usia prasekolah di Kelurahan Mata Halasan Lingkungan 1 Tanjung Balai Tahun 2013