1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami pengeluaran feses secara terus menerus lebih dari tiga kali dalam satu hari dan memiliki karakteristik feses yang lembek atau cair (Depkes, 2011; Kemenkes, 2011). Pengetahuan ibu mengenai diare meliputi pengertian, penyebab, tanda dan gejala, pencegahan dan penatalaksanaan yang tepat dari penyakit diare pada balita berperan penting dalam penurunan angka morbiditas dan mortalitas yang disebabkan oleh diare (Kumala, 2013). Tingkat pengetahuan ibu tentang penanganan diare sebagaian besar berada pada tingkat rendah sampai sedang (Handayani, 2008). Adanya kepercayaan ibu bahwa diare bukanlah suatu penyakit dan dianggap sebagai tahap perkembangan normal balita yang menandakan peningkatan kepandaian balita (Mustaida, 2014; Rahmawati, 2008). Selain itu, sebagaian ibu setuju jika penyakit diare disebabkan oleh proses pertumbuhan gigi balita (Merga & Alemayehu, 2015; Moa, 2011; Silah, et al., 2013). Keadaan tersebut dapat memperburuk keadaan balita, karena masyarakat menilai penyakit diare merupakan hal yang biasa terjadi dan dapat sembuh sendiri (Rahmawati, 2008). Balita yang menderita diare biasanya dirawat terlebih dahulu oleh ibu dirumah sebelum dibawa berobat ke pelayanan kesehatan. Dimana ibu memegang peranan penting dalam keberhasilan penatalaksanaan diare. Akan tetapi, pengetahuan ibu tentang penyebab, tanda dan bahaya, pencegahan dan 1
2 penatalaksanaan diare belum memadai (Merga & Alemayehu, 2015). Pengetahuan ibu tentang tatalaksana diare yang masih kurang seperti penggunaan antibiotik, fungsi obat anti diare, oralit dan tablet zinc (Dwiningsih, 2012). Hal ini berdampak pada ketidakmampuan ibu merawat anak diare, karena ibu dapat memberikan penatalaksanaan dengan tepat jika memiliki pengetahuan yang baik (Kapti, 2013). Penatalaksanaan diare apabila tidak dilakukan dengan benar dapat menimbulkan dampak buruk seperti dehidrasi, kekurangan gizi, dan resiko kematian (Sulisnadewi, et al., 2012). Selain disebabkan oleh pengetahuan ibu tentang penatalaksanaan diare yang kurang, komplikasi diare juga dikarenakan keterlambatan ibu untuk membawa anaknya berobat ke pelayanan kesehatan. Penelitian Mustaida (2014), menyebutkan bahwa terdapat budaya pengambilan keputusan untuk membawa balita berobat ke pelayanan kesehatan dengan mempertimbangkan keluarga besar. Hal tersebut membutuhkan waktu yang lama dan memperparah kondisi balita hingga balita mengalami dehidrasi. Penelitian Rahmawati (2008), menjelaskan hal yang berbeda bahwa sebagaian respondennya akan membawa ke sarana kesehatan setelah muncul tanda-tanda dehidrasi pada balitanya. Padahal, penyakit diare membutuhkan penanganan yang cepat dan tepat agar balita terhindar dari dehidrasi. Oleh karena itu, pemahaman ibu tentang penatalaksanaan diare sangat penting, agar durasi, tingkat keparahan, dan terulangnya kejadian diare pada balita dapat berkurang. Selain itu, diharapkan sebelum berobat ke pelayanan kesehatan balita tidak mengalami dehidrasi, karena sudah ditangani ibu di rumah dengan baik (Malikhah, et al., 2012).
3 Menurut Budiman dan Agus Riyanto (2013), terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang antara lain, informasi atau media massa, pendidikan, lingkungan, pengalaman, usia, sosial budaya dan ekonomi. Hal tersebut tidak sejalan dengan penelitian Nisa (2015), bahwa sebagaian besar responden pernah mendapat informasi tentang tatalaksana diare. Akan tetapi, hasil uji statistik sebelum diberikan intervensi menunujukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara pemberian informasi dengan perubahan skor pengetahuan ibu yakni dengan p>0,05 sebesar 0,62. Media massa seperti televisi dan radio juga dianggap kurang memberikan kenyamanan dalam memberikan informasi kesehatan. Hal tersebut disebabkan karena perlunya intensitas yang besar saat menggunakannya (Rahmawati, 2008). Intervensi sudah banyak dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang penatalaksanaan diare. Pendekatan terbaik adalah melalui pendidikan kesehatan kepada ibu (Merga & Alemayehu, 2015; Silah, et al., 2013). Pemahaman masyarakat yang membagi diare sebagai penyakit dan bukan penyakit, membuktikan bahwa pendidikan kesehatan yang dilakukan selama ini belum berhasil menghilangkan kesenjangan dan anggapan yang kurang tepat (Rahmawati, 2008). Salah satu metode yang akan dilakukan penelitian ini adalah edukasi peer group yang dilakukan oleh peer educator. Peer educator dapat memberikan informasi antar kelompok sebaya (peer groups) yang memiliki hubungan lebih akrab, menggunakan bahasa yang sama dan dengan cara penyampaian yang santai. Sehingga, sasaran lebih nyaman dalam berdiskusi tentang permasalahan yang dihadapi termasuk masalah yang sensitif. Proses
4 belajar dengan peer educator juga melibatkaredn peran peserta secara aktif, sehingga diharapkan lebih memberikan manfaat untuk meningkatkan pengetahuan (Blankhart, 2002 cit. Murti, 2006). Penelitian pendidikan kesehatan peer group oleh peer educator sudah dilakukan sebelumnya mengenai pencegahan bahaya rokok. Hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa terdapat peningkatan pengetahuan dan sikap peer group setelah pemberian intervensi (Manurung, 2004). Selain itu, penelitian Murti (2006) juga menjelaskan bahwa promosi kesehatan melalui peer educator lebih efektif dalam meningkatkan pengetahuan dan perilaku ibu terhadap upaya penemuan tersangka penderita TB paru dibandingkan dengan promosi kesehatan melalui metode ceramah. Komponen pembelajaran seperti media dapat mempengaruhi keberhasilan pendidikan kesehatan (Setiawati dan Dermawan, 2008). Media pendidikan kesehatan yang diinginkan masyarakat adalah edukasi dengan media tertulis yang dapat dibawa pulang seperti booklet. Masyarakat menilai dengan menggunakan media tetulis dapat digunakan sebagai panduan dan mempermudah mereka jika ingin mempelajarinya kembali (Rahmawati, 2008). Tulisan dalam booklet dibuat sedemikan rupa sehingga dapat menarik perhatian pembaca. Selain itu, gambar yang terdapat dalam booklet digunakan untuk menstimulus pembaca sehingga dapat lebih cepat menangkap pengetahuan yang tersedia (Adawiyani, 2013). Penelitian Mintarsih (2007) menyebutkan bahwa booklet lebih efektif dapat meningkatkan pengetahuan dibandingkan dengan poster. Kefektifan booklet sebagai salah satu media pendidikan kesehatan telah dibuktikan dalam penelitian Hutasoit (2016) dan Mustaida (2014) yaitu mampu
5 meningkatkan pengetahuan ibu dibandingkan kelompok yang tidak diberikan booklet. Selain itu, penelitian Yu, et al., (2015) menyatakan bahwa terjadi peningkatan status kesehatan dan rasa ingin tahu pasien tentang penyakit pada kelompok yang diberi pendidikan kesehatan menggunakan booklet. Hal tersebut didukung oleh penelitian Mayasari, et al., (2016), bahwa pengetahuan ibu tentang Pneumonia pada balita dapat bertambah dengan adanya penyuluhan kesehatan dengan media booklet. Kejadian Luar Biasa (KLB) diare di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun 2013 ke tahun 2014. Pada tahun 2013, jumlah kasus KLB diare sebanyak 646 orang dan menyebabkan kematian pada 7 orang. Sedangkan, jumlah kasus KLB diare tahun 2014 sebanyak 2.549 orang dan menyebabkan kematian pada 29 orang (Kemenkes, 2014). Studi pendahuluan yang dilakukan di Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menunjukkan bahwa kasus diare terus meningkat setiap tahunnya dan termasuk ke dalam 10 besar penyakit yang paling banyak ditemukan. Salah satu Kabupaten di Provinsi DIY yang memiliki jumlah penderita diare paling tinggi yaitu Kabupaten Kulon Progo. Berdasarkan data bulan Januari-Desember 2015, total kasus diare di Kabupaten Kulon Progo sebesar 2.171 (Dinkes, 2016). Pada tahun 2015, jumlah penderita diare tertinggi terdapat pada Kecamatan Sentolo dibandingkan dengan 11 kecamatan lain yang terdapat di Kabupaten Kulon Progo. Insiden diare paling banyak dialami oleh balita daripada orang
6 dewasa (Riskesdas, 2013; SDKI, 2012). Hal tersebut serupa dengan rerata usia yang banyak mengalami diare di Kecamatan Sentolo yaitu kelompok balita. Upaya yang sudah dilakukan Puskesmas Sentolo 1 untuk mengatasi penyakit diare seperti memberikan penyuluhan melalui media leaflet. Akan tetapi, kejadian diare di Kecamatan Sentolo masih cukup tinggi dan belum terdapat penilaian dari pemberian edukasi menggunakan leaflet tersebut. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh edukasi peer group menggunakan booklet terhadap pengetahuan ibu pada balita di kecamatan Sentolo. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumsan masalah yang diajukan pada penelitian ini adalah apakah edukasi peer group menggunakan booklet berpengaruh terhadap pengetahuan ibu tentang penatalaksanaan diare pada balita di Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulon Progo?. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui pengaruh edukasi peer group menggunakan booklet terhadap pengetahuan ibu tentang penatalaksanaan diare pada balita di Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulon Progo. 2. Tujuan Khusus Mengetahui gambaran pengetahuan ibu tentang penatalaksanaan diare pada balita sebelum dan sesudah diberikan intervensi.
7 D. Manfaat Penelitian 1. Bagi penyedia pelayanan kesehatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi atau masukan sebagai salah satu metode dan media yang dapat memperbaiki serta mengoptimalkan penatalaksanaan diare. 2. Bagi keluarga Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk meningkatkan pengetahuan keluarga khususnya ibu tentang penatalaksanaan diare, sehingga mampu mengaplikasikan dengan tepat dalam kehidupan sehari hari. 3. Bagi kader Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi metode yang tepat bagi kader dalam membagi dan meneruskan ilmu tentang penatalaksanaan diare yang tepat untuk masyarakat. 4. Bagi pukesmas Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan yang bermanfaat untuk membantu menetapkan strategi dan kebijakan yang tepat, serta menurunkan angka kejadian diare pada balita. 5. Bagi pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah kontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan dijadikan sebagai salah satu evidence based practice keperawatan.
8 E. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian terkait yang pernah dilakukan antara lain sebagai berikut: 1. Hutasoit (2016) yang berjudul Pengaruh Penambahan Media Edukasi Booklet tentang Pencegahan Diare dan Pneumonia secara Terpadu Terhadap Pengetahuan Ibu di Kulon Progo. Penelitian ini menggunakan desain eksperimental semu dengan rancangan pretest-posttest non equivalent kontrol group design. Subjek penelitian adalah ibu balita usia 0-59 bulan sebanyak 167 responden. Kelompok intervensi diberikan pendidikan kesehatan dengan tambahan booklet, sementara kelompok kontrol hanya pendidikan kesehatan denagan ceramah. Pemilihan sampel secara random dengan teknik cluster sampling. Uji Wilcoxon Sign Rank dan Uji Mann Whitney digunakan untuk analisis statistik bivariat dengan tingkat kemaknaan 0,05 dan interval kepercayaan sebesar 95%. Hasil penelitian ini pengetahuan ibu pada kelompok yang diberikan booklet lebih tinggi dibandingkan pada kelompok penyuluhan tanpa booklet. Persamaan penelitian terletak pada topik penelitian, subjek penelitian dan media pendidikan kesehatan yang digunakan. Sedangkan, perbedaannya terdapat pada desain penelitian, teknik pemilihan sampel, instrument dan metode pendidikan kesehatan yang digunakan. 2. Mustaida (2014) yang berjudul Efektivitas Pendidikan Kesehatan terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu dalam Merawat Pasien Anak Diare di Dua Rumah Sakit di Wonosobo. Jenis penelitian ini adalah quasi experimental design dengan rancangan penelitian non randomized control group pre test post test. Responden adalah ibu dari balita penderita diare di dua rumah sakit di
9 Wonosobo berjumlah 33 orang untuk masing-masing kelompok. Pendidikan kesehatan menggunakan media booklet dan video dari MTBS. Analisis data menggunakan Paired T test dan T test independent. Hasil penelitian ini ratarata peningkatan nilai pengetahuan dan sikap antara kelompok intervensi dan kontrol menunjukkan perbedaan yang bermakna (p=0,000;α=0,05). Persamaan penelitian terletak pada topik penelitian, subjek penelitian dan media pendidikan kesehatan yang digunakan. Sedangkan, perbedaannya terdapat pada desain penelitian, teknik pemilihan sampel, lokasi penelitian, dan metode pendidikan kesehatan yang digunakan. 3. Penelitian Kumala (2014) yang berjudul CBIA-Diare untuk Meningkatkan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Ibu dalam Tatalaksana Diare pada Balita di Bina Keluarga Balita (BKB) Desa Banguntapan Kabupaten Bantul. Jenis penelitian ini adalah eksperimental semu dengan rancangan pre test-post test control group design. Masing-masing 40 responden untuk kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Hubungan antara variable penelitian dianalisis dengan Wilcoxon dan Mann-Whitney. Hasil penelitian ini pengetahuan, sikap dan perilaku ibu mengalami peningkatan setelah dilakukan intervensi dengan metode Cara Belajar Ibu Aktif-Diare (CBIA-Diare). Persamaan penelitian terletak pada topik penelitian. Sedangkan, perbedaannya terdapat pada desain penelitian, teknik pemilihan sampel, lokasi penelitian dan metode pendidikan kesehatan yang digunakan.
10 4. Manurung (2004) yang berjudul Pendidikan Kesehatan oleh Peer Education sebagai Upaya Pencegahan Bahaya Merokok pada Peer Group. Penelitian ini menggunakan quasi experiment dengan rancangan non-equivalent control group design with pre-test and post-test. Sampel adalah 33 siswa SMP yang membentuk peer group. Pemilihan sampel secara purposive. Analisis menggunakan uji statistic paired t-test dan uji t-test independent dengan taraf signifikansi p=0,05. Hasil penelitian ini ada pengaruh yang bermakna terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap peer group setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang pencegahan bahaya rokok oleh peer educator. Persamaan penelitian terletak pada metode yang digunakan. Sedangkan, perbedaannya terdapat pada topik penelitian, desain penelitian, subjek penelitian dan media pendidikan kesehatan yang digunakan.