MEDICA MAJAPAHIT. Vol 5. No. 2 Oktober Sri Sudarsih 1, Pipit Bayu Wijayanti 2 *)

dokumen-dokumen yang mirip
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAJAPAHIT MOJOKERTO Jurnal Kesehatan

PENGARUH PERILAKU IBU DALAM MEMBERIKAN MAKANAN PENDAMPING ASI TERHADAP STATUS GIZI BAYI USIA 7-12 BULAN. Kolifah *), Rizka Silvia Listyanti

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Status GIzi Pada Balita di Desa Papringan 7

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terpadu kepada masyarakat dalam upaya untuk mengatasi masalah kesehatan serta

GAMBARAN PERKEMBANGAN BALITA GIZI KURANG DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CUKIR KABUPATEN JOMBANG

HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MP-ASI DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA BULAN DI DESA TAMANMARTANI KALASAN SLEMAN YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini

HUBUNGAN ANTARA PERAN IBU BALITA DALAM PEMBERIAN MAKANAN BERGIZI DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA. Kata Kunci: Peran, ibu balita, gizi, status gizi.

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG POSYANDU TERHADAP STATUS GIZI ANAK BALITA

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI KURANG PADA BALITA TERHADAP KEJADIAN GIZI KURANG DI DESA PENUSUPAN TAHUN 2013

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG POSYANDU DENGAN MOTIVASI KUNJUNGAN KE POSYANDU. Titiek Idayanti

TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KELUARGA SADAR GIZI DI DESA SILEBO-LEBO KECAMATAN KUTALIMBARU KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2015

TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMENUHAN GIZI PADA ANAK SEKOLAH DASAR KELAS 1-6 DI SD MOJOROTO II KOTA KEDIRI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

PENATALAKSANAAN TUGAS KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN STATUS GIZI PENDERITA TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GAYAMAN MOJOANYAR MOJOKERTO

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA HARJOBINANGUN PURWOREJO GITA APRILIA ABSTRAK

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI BAIK DAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2014

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI BALITA DENGAN STATUS GIZI BALITA DI POSYANDU DESA JOTOSANUR KECAMATAN TIKUNG TAHUN 2008

PERAN IBU TERHADAP PEMBERIAN GIZI PADA ANAK USIA 1 5 TAHUN DI DESA SUMURGENENG WILAYAH KERJA PUSKESMAS JENU KABUPATEN TUBAN

Oleh : Suharno, S.Kep.,Ners ABSTRAK

GAMBARAN FACTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI BALITA DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

HUBUNGAN PEKERJAAN IBU BALITA TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI POSYANDU PRIMA SEJAHTERA DESA PANDEAN KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2009

BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

KUESIONER HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN PRAKTEK KADARZI DI KECAMATAN TRIENGGADENG KABUPATEN PIDIE JAYA

Jurnal Care Vol 3 No 3 Tahun 2015

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI DENGAN STATUS GIZI BALITA DI KELURAHAN BALEDONO, KECAMATAN PURWOREJO, KABUPATEN PURWOREJO

GAMBARAN KARAKTERISTIK KELUARGA BALITA DENGAN STATUS GIZI KURANG DAN BURUK DI KELURAHAN LANDASAN ULIN TENGAH KECAMATAN LIANG ANGGANG KOTA BANJARBARU

BAB 1 PENDAHULUAN. makanan (Anonim, 2008). Sementara masalah gizi di Indonesia mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. penting yaitu memberikan air susu ibu kepada bayi segera dalam waktu 30

DAFTAR PUSTAKA. Anonim. (2009). Solusi Alternatf Tanggulangi Gizi Buruk di Indonesia.

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU IBU DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI ANAK BATITA MALNUTRISI DI POSYANDU DESA SEMBUNGAN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan

HUBUNGAN FAKTOR MAKANAN DENGAN KADAR GULA DARAH PRA LANSIA DI DESA PESUDUKUH KECAMATAN BAGOR KABUPATEN NGANJUK

EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PHBS DI MTS MIFTAHUL ULUM KECAMATAN KEMLAGI KABUPATEN MOJOKERTO. Dwi Helynarti Syurandari*)

BAB 1 PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu masalah utama dalam tatanan kependudukan dunia.

BAB I PENDAHULUAN. memasuki era globalisasi karena harus bersaing dengan negara-negara lain dalam

STUDI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN IBU HAMIL DALAM MENGKONSUMSI TABLET BESI DI POLINDES BENDUNG JETIS MOJOKERTO.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Balita di Kelurahan Jayaraksa Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBIASAAN BERPANTANG MAKANAN PADA IBU NIFAS SELAMA MASA PURPUERIUM DINI. Nuris Kushayati

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental

GAMBARAN STATUS GIZI BALITA UMUR 3-5 TAHUN DI DESA PUTON KECAMATAN DIWEK KABUPATEN JOMBANG

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG GIZI DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA DI KELURAHAN SIDOHARJO RW 1 RT 2 DAN 4 KECAMATAN LAMONGAN

PERBEDAAN STATUS GIZI DAN KARAKTERISTIK KELUARGA PADA SISWA SD ANTARA PROGRAM FULL DAY SCHOOL

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG ASI EKSKLUSIF TERHADAP PEMBERIAN PASI PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI BPS NY. DIYAH SIDOHARJO SRAGEN

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KADARZI DENGAN ASUPAN ENERGI DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI DESA JAGAN KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG GIZI DENGAN KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI) PADA BALITA DESA CIKONENG

PENGETAHUAN IBU DALAM PEMENUHAN GIZI TERHADAP TUMBUH KEMBANG BALITA DI PUSKESMAS LAK-LAK KUTACANE ACEH TENGGARA

BAB III METODE PENELITIAN. penerapan 5 indikator kadarzi dan status gizi balita umur 6-59 bulan di Desa. Tanjung Kecamatan Klego Kabupaten Boyolali.

e-journal Boga, Volume 04, Nomor 09, Edisi Yudisium Periode Maret 2015, hal 71-75

GAMBARAN KARAKTERISTIK KELUARGA BALITA PENDERITA GIZI BURUK DI KABUPATEN BENGKULU SELATAN TAHUN 2014

Sosial Ekonomi Keluarga Dengan Status Gizi Balita ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama pembangunan nasional menurut Radiansyah (dalam

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan desain penelitian deskriptif korelatif yaitu untuk

Rina Harwati Wahyuningsih Akademi Kebidanan Giri Satria Husada Wonogiri ABSTRAK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Pasar Kliwon yang berada di wilayah Kota Surakarta.

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN PADA IBU HAMIL TENTANG ANEMIA TERHADAP PERILAKU PENCEGAHAN ANEMIA SELAMA KEHAMILAN. Kiftiyah

Widi Apriani Putri 1) Ai Sri Kosnayani, dan Lilik Hidayanti 2)

GAMBARAN PERKEMBANGAN BAYI YANG TIDAK DIBERIKAN ASI EKSKLUSIF DI DESA KADEMANGAN DAN DESA MIAGAN KECAMATAN MOJOAGUNG KABUPATEN JOMBANG

METODE PENELITIAN. d 2. dimana n : Jumlah sampel Z 2 1-α/2 : derajat kepercayaan (1.96) D : presisi (0.10) P : proporsi ibu balita pada populasi (0.

ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI PADA BAYI USIA 6-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BINTUHAN KABUPATEN KAUR

BAB III METODE PENELITIAN

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI PADA ANAK USIA 0-11 BULAN

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian balita dalam kurun waktu 1990 hingga 2015 (WHO, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2025 adalah

PENGETAHUAN IBU DALAM PENATALAKSANAAN GIZI SEIMBANG PADA KELUARGA DI DESA SIBORBORON KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

PENDAHULUAN. Setiap manusia mengalami siklus kehidupan mulai dari dalam. kandungan (janin), berkembang menjadi bayi, tumbuh menjadi anak,

HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Pulo Brayan Kota Medan dengan

HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI, DURASI MENYUSUI DENGAN BERAT BADAN BAYI DI POLIKLINIK BERSALIN MARIANI MEDAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu masalah gizi di Indonesi adalah gizi kurang yang disebabkan

I. PENDAHULUAN. suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan. terjangkau dan aman dikonsumsi bagi setiap warga untuk menopang

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA USIA 1-5 TAHUN DI PUSKESMAS CANDI LAMA KECAMATAN CANDISARI KOTA SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan termasuk dalam hal gizi. Hal ini terbukti dari

BAB I PENDAHULUAN. lebih dramatis dikatakan bahwa anak merupakan penanaman modal sosial

HUBUNGAN PERAN KADER DENGAN CAKUPAN PROGRAM IMUNISASI CAMPAK PADA BALITA. Kiftiyah

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TERHADAP KEJADIAN KEKURANGAN ENERGI KRONIS (KEK) Abstrak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan

HUBUNGAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA DI DESA KANIGORO, SAPTOSARI, GUNUNG KIDUL

BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS PENELITIAN DAN RANCANGAN PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah jenis penelitian

STUDI PERBANDINGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRA SEKOLAH PADA IBU BEKERJA DAN TIDAK BEKERJA di TK TUNAS HARAPAN JETIS MOJOKERTO. Sarmini Moedjiarto *)

Kata kunci : Peran Keluarga Prasejahtera, Upaya Pencegahan ISPA pada Balita

HUBUNGAN PELATIHAN PEMBERIAN MAKANAN PADA BAYI DAN ANAK (PMBA) DENGAN KETERAMPILAN KONSELING PADA BIDAN DI WILAYAH KAWEDANAN PEDAN TAHUN 2014

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG ANC DENGAN KETERATURAN ANC

TINGKAT PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG POSYANDU DENGAN TINGKAT PARTISIPASI IBU BALITA BERKUNJUNG DI POSYANDU

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG VITAMIN A DENGAN PEMBERIAN VITAMIN A PADA BALITA DI POSYANDU MEKARSARI KROYO KARANGMALANG SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita adalah masa yang membutuhkan perhatian lebih dari

1 Universitas Indonesia

HUBUNGAN STATUS GIZI BAWAH NORMAL DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA BALITA USIA 6-60 BULAN SRI SUHARTININGSIH, MEGA ARIANTI PUTRI

STUDI PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI DESA KOTARAYA BARAT

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN GIZI KURANG BURUK PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS AIR DINGIN KOTA PADANG TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 11 BANDA ACEH TAHUN 2013

Hubungan Tingkat Ekonomi Keluarga Dengan Status Gizi Pada Lansia Di Posyandu Bina Keluarga Karang Wreda Kusuma Kecamatan Mojoroto Kota Kediri

HUBUNGAN ANTARA STATUS PEKERJAAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 6-12 BULAN DI BIDAN PRAKTIK MANDIRI (BPM) NOOR DWI LESTARI

BAB III METODE PENELITIAN

Nisa khoiriah INTISARI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN KELUARGA DENGAN STATUS GIZI BALITA USIA 36-60 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GONDANG KECAMATAN GONDANG KABUPATEN MOJOKERTO Sri Sudarsih 1, Pipit Bayu Wijayanti 2 *) Abstrak Masalah gizi merupakan masalah yang multidimensi dipengaruhi oleh berbagai faktor. Pendapatan keluarga menjadi salah satu faktor penting dalam tercapainya status gizi yang baik, karena ketidakmampuan dalam keuangan menyebabkan kurangnya kemampuan keluarga untuk memenuhi asupan gizi balita sesuai dengan standar kesehatan. Kondisi ini menyebabkan status gizi balita cenderung menurun dan menghambat proses pertumbuhan dan perkembangan balita.tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pendapatan keluarga dan pengetahuan ibu tentang gizi balita dengan status gizi balita. Desain penelitian yang digunakan adalah korelasional dengan pendekatan Retrospektif Study. Responden dalam penelitian ini adalah ibu balita dan balita yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Gondang Kabupaten Mojokerto. Teknik sampling yang digunakan purposive sampling. Pengumpulan data menggunakan lembar kuesioner dan pengukuran status gizi menggunakan timbangan, KMS. Data diolah menggunakan analisis bivariat dengan uji statistik Pearson correlation didapatkan nilai p = 0,187 dan ( p > 0,05) berarti tidak ada hubungan antara pendapatan keluarga dengan status gizi balita.berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Gondang Kabupaten Mojokerto, dapat disimpulkan bahwa dari 17 responden yang pendapatan keluarganya < UMK sebagian besar status gizinya baik sebesar 10 balita (33,4%). Sedangkan dari 13 responden yang pendapatan keluarganya UMK sebagian besar status gizinya buruk sebesar 5 balita (16,5%) kata kunci : Pendapatan keluarga, pengetahuan ibu, status gizi balita 1) Penulis adalah Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Majapahit Mojokerto 2) Penulis adalah Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Majapahit Mojokerto 1

A. PENDAHULUAN Usia balita merupakan masa pertumbuhan, disini pertumbuhan terjadi dengan cepat terutama pada pertumbuhan otak yang dapat mencapai 80% dari total pertumbuhan, kondisi ini menyebabkan balita memerlukan kebutuhan gizi paling banyak dan status gizi optimal dibandingkan pada masa-masa berikutnya (Supariasa, 2002). Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat zat gizi yang digunakan secara efisien sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat tinggi. Masalah gizi merupakan masalah yang multidimensi dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti faktor ekonomi, pendidikan, sosial budaya, pertanian, kesehatan dan lain-lain (Mitayani dan Sartika, 2010). Faktor yang lain adalah pengetahuan, dan lingkungan (Sibagariang, 2010). Keadaan ini memberikan petunjuk bahwa pada hakikatnya gizi yang buruk atau kurang akan berdampak pada menurunnya kualitas sumber daya manusia. Pendapatan keluarga dan pengetahuan ibu menjadi salah satu faktor penting dalam tercapainya status gizi yang baik, karena ketidakmampuan dalam keuangan dan ketidaktahuan akan menyebabkan kurangnya kemampuan keluarga untuk memenuhi asupan gizi balita sesuai dengan standar kesehatan. Kondisi ini menyebabkan status gizi balita cenderung menurun dan menghambat proses pertumbuhan dan perkembangan balita (Tarigan, 2009). Menteri Kesehatan RI mengatakan pada tahun 2007, prevalensi nasional gizi buruk pada balita adalah 5,4 % dan gizi kurang pada balita adalah 13 %. Keduanya menunjukkan target rencana pembangunan jangka menengah untuk pencapaian perbaikan gizi (20%) maupun target Millenium Develompment Goals pada tahun 2015, (18,5%) telah tercapai pada tahun 2007. Target paling menentukan adalah prevalensi gizi kurang dan gizi buruk. Prevalensi gizi kurang telah menurun secara signifikan, dari 31% pada tahun 1989 menjadi 17,9 % pada tahun 2010. Pada prevalensi itu gizi buruk turun dari 12,8% pada tahun 1995 menjadi 4,9 % pada tahun 2010. Padahal target pencapaian penurunan prevalensi gizi kurang dan gizi buruk adalah sebesar 15,0 % dan 3,5 % pada tahun 2015 (Depkes RI, 2011). Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar 2010, mengatakan bahwa prevalensi gizi buruk di Pulau Jawa tertinggi adalah Banten dan Jatim 2

sebesar 4,8 %. Di kabupaten Mojokerto gizi buruk mengalami peningkatan dari 102 balita pada tahun 2010 menjadi 299 balita pada tahun 2011 (Dinkes Mojokerto, 2011). Berdasarkan hasil studi pendahuluan di Wilayah Kerja Puskesmas Gondang Kabupaten Mojokerto pada bulan juni tahun 2011 terdapat 964 balita yang ditimbang diperoleh 4 balita (0,13 %) dengan gizi buruk, 370 balita (12,50 %) dengan gizi kurang, 2529 balita (85,32 %) dengan gizi baik dan 61 balita (2,05 %) dengan gizi lebih. Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi diantaranya adalah masalah sosial ekonomi, budaya keluarga, pola asuh keluarga, pendidikan, pengetahuan, kurangnya persediaan pangan dan lingkungan. Gizi kurang secara langsung disebabkan oleh kurangya konsumsi makanan dan adanya penyakit infeksi. Makin bertambah usia anak maka makin bertambah pula kebutuhannya. Konsumsi makanan dalam keluarga dipengaruhi jumlah dan jenis pangan yang dibeli, pemasakan, distribusi dalam keluarga dan kebiasaan makan secara perorangan. Konsumsi juga tergantung pada pendapatan, agama, adat istiadat, dan pendidikan keluarga yang bersangkutan (Almatsier, 2001). Kurangnya Pendapatan keluarga dan pengetahuan ibu juga mempengaruhi kemampuan individu atau keluarga untuk membeli atau menyediakan bahan makanan yang akan diolah tidak dapat dipenuhi karena keterbatasan dana (Mitayani dan sartika 2010). Begitu juga dengan pendapatan yang cukup tetapi pengetahuan yang kurang tentang kebutuhan gizi juga akan mempengaruhi kecukupan gizi yang seimbang. Akibatnya dapat menyebabkan merosotnya mutu kehidupan terganggunya pertumbuhan, gangguan perkembangan mental anak serta merupakan salah satu sebab dari angka kematian yang tinggi pada anak-anak (Tarigan, 2009). Apabila anak kekurangan zat gizi terutama makanan sumber energi dan protein serta zat besi, maka perkembangan fisik dan kemampuan menyerap rangsangan dari luar juga terhambat. Agar kebutuhan tubuh akan gizi dapat terpenuhi secara lengkap, anak harus dibiasakan makan makanan yang beraneka ragam. Jika makanan anak beraneka ragam, maka zat gizi yang tidak terkandung atau kurang dalam satu jenis makanan akan dilengkapi oleh zat gizi dari makanan jenis yang lainnya. Agar makanan yang dimakan anak itu beraneka ragam, maka harus selalu diingat bahwa makanan yang dimakan oleh anak itu mengandung zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur. Ketiga zat ini dapat berasal dari karbohidrat, 3

protein, lemak, vitamin, mineral, dan air (Latifah, 2008). Oleh karena itu untuk mencapai status gizi yang optimal dibutuhkan keseimbangan antara pendapatan dan pengetahuan orang tua tentang pemenuhan kebutuhan gizi anak balita. Untuk upaya penanggulangan yang dilakukan adalah dengan Pendidikan (penyuluhan) gizi melalui promosi kadarzi, Revitalisasi posyandu, Pemberian suplementasi gizi, Pemberian MP-ASI bagi balita gakin (Suparyanto, 2010). Berdasarkan fenomena diatas peneliti ingin mengetahui hubungan antara pendapatan keluarga dengan status gizi balita usia 36-60 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Gondang Kabupaten Mojokerto. B. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini menggunakan rancangan (desain) penelitian korelasional dengan pendekatan Retrospektif Study yaitu merupakan jenis penelitian yang mengungkapkan pada hubungan korelatif antar variabel dengan mengidentifikasi efek pada saat ini, kemudian faktor resiko diidentifikasi ada atau terjadinya pada waktu yang lalu (Notoatmodjo, 2010). Rancangan (desain) penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan hubungan antara pendapatan keluarga dan pengetahuan ibu tentang gizi balita dengan status gizi balita di Wilayah Kerja Puskesmas Gondang Kabupaten Mojokerto. Menurut Zainnudin (2000), Rancangan penelitian untuk pendapatan keluarga adalah sebagai berikut : Pendapatan keluarga Causa Status Gizi < UMK UMK Gizi lebih A balita E balita Gizi baik B balita F balita Gizi kurang C balita G balita Gizi buruk D balita H balita Kerangka kerja merupakan bagan kerja terhadap rancangan kegiatan penelitian yang akan dilakukan, meliputi siapa yang akan diteliti (subjek penelitian), variabel yang mempengaruhi dalam penelitian (Hidayat, 2003). kerangka kerja penelitian dalam keperawatan dapat digambarkan sebagai berikut : 4

Pendapatan keluarga Status Gizi Gambar Kerangka kerja hubungan antara pendapatan keluarga tentang gizi balita dengan status gizi balita di Wilayah Kerja Puskesmas Gondang Kabupaten Mojokerto Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara pendapatan keluarga tentang gizi balita dengan status gizi balita di Wilayah Kerja Puskesmas Gondang Kabupaten Mojokerto dan variabel yang digunakan adalah variable independen dan variable dependen. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh balita yang ditimbang di Wilayah Kerja Puskesmas Gondang Kabupaten Mojokerto Tahun 2011 sebanyak 964 balita. Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah sesuai dengan kriteria inklusi sebanyak 30 balita. Penentuan sampel diambil dari teori Gabriel yang menyatakan bahwa untuk penelitian jenis korelasional menggunakan minimal 30 sampel (Silalahi, 2003). Kriteria inklusi merupakan karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti, Pertimbangan ilmiah harus menjadi pedoman saat menentukan kriteria inklusi (Nursalam, 2008). Kriteria inklusi dalam penelitian ini sebagai berikut : Balita usia 36-60 bulan dan bisa berdiri untuk ditimbang Ibu yang mempunyai balita di Wilayah kerja puskesmas Gondang Kabupaten Mojokerto 3. Ibu yang bersedia menjadi responden dalam penelitian ini Kriteria eksklusi merupakan Kriteria dimana subjek penelitian tidak dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian (Hidayat, 2008). Kriteria eksklusi dalam penelitian ini sebagai berikut : Balita usia 0-12 bulan dan 13-35 bulan Terdapat keadaan yang tidak memungkinkan untuk dilakukan penelitian 3. Terdapat keadaan atau penyakit yang mengganggu pengukuran maupun interpretasi hasil penelitian 5

4. Ibu yang menolak untuk dijadikan responden dalam penelitian ini Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling adalah suatu teknik penetapan sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti (tujuan/masalah dalam penelitian), sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya (Nursalam, 2008).Teknik Pengolahan Data meliputi editing, coding, scoring dan tabulating setelah itu dilakukan analisa data dengan menggunakan uji korelasi Pearson. 6

C. HASIL PENELITIAN Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur Tabel Distribusi frekuensi responden (ibu balita) berdasarkan umur di Wilayah Kerja Puskesmas Gondang Kabupaten Mojokerto No. Umur Prosentase 28 tahun > 28 tahun 53,33 46,67 Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden (ibu balita) berumur 28 tahun yaitu 53,33 % dan yang berumur > 28 tahun memiliki proporsi yang paling kecil yaitu 46,67 %. Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan Tabel Distribusi frekuensi responden (ibu balita) berdasarkan tingkat pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas Gondang Kabupaten Mojokerto No. Tingkat Pendidikan Prosentase 3. 4. SD SMP SMA Perguruan Tinggi 10,00 46,67 33,33 10,00 Tabel 2 menunjukkan bahwa responden (ibu balita) yang paling banyak berpendidikan SMP yaitu 46,67% dan responden yang berpendidikan perguruan tinggi dan SD mempunyai proporsi paling kecil yaitu masing-masing 10%. 3. Distribusi frekuensi responden berdasarkan pekerjaan Tabel 3. Diagram batang distribusi frekuensi responden (ibu balita) berdasarkan pekerjaan di Wilayah Kerja Puskesmas Gondang Kabupaten Mojokerto 7

No. Pekerjaan Prosentase Bekerja Tidak bekerja 66,67 33,33 Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar responden (ibu balita) adalah bekerja yaitu 66,67% dan responden yang tidak bekerja memiliki proporsi yang paling kecil yaitu 33,33%. 4. Distribusi frekuensi responden berdasarkan pengalaman mengikuti penyuluhan tentang gizi balita Tabel 4. Diagram batang distribusi frekuensi responden (ibu balita) berdasarkan pengalamn yang pernah diikuti di Wilayah Kerja Puskesmas Gondang Kabupaten Mojokerto No. Pengalaman Prosentase Pernah Tidak pernah 50 50 Tabel 4 menunjukkan bahwa responden (ibu balita) yang pernah mengikuti penyuluhan yaitu 50 % dan responden yang tidak pernah mengikuti penyuluhan yaitu 50%. 5. Distribusi frekuensi ayah balita berdasarkan pendidikan Tabel 5. Distribusi frekuensi ayah balita berdasarkan tingkat pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas Gondang Kabupaten Mojokerto No. Pendidikan Prosentase 3. 4. SD SMP SMA Perguruan Tinggi 16,7 40,0 33,3 10,0 8

Tabel 5 menunjukkan bahwa responden (Ayah balita) yang paling banyak berpendidikan SMP yaitu 40% dan responden yang berpendidikan perguruan tinggi mempunyai proporsi paling kecil yaitu 10%. 6. Distribusi frekuensi responden berdasarkan pekerjaan Tabel 6. Diagram batang distribusi frekuensi responden (Ayah balita) berdasarkan pekerjaan di Wilayah Kerja Puskesmas Gondang Kabupaten Mojokerto No. Pekerjaan Prosentase 3. PNS/ ABRI Swasta Tani/ Buruh Tani 10 30 60 Tabel 6 menunjukkan bahwa responden (Ayah balita) yang paling banyak bekerja sebagai tani/buruh tani yaitu 60% dan responden yang bekerja sebagai PNS/ABRI memiliki proporsi proporsi paling kecil yaitu 10%. 7. Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur Tabel 7. Distribusi frekuensi responden (Balita) berdasarkan umur di Wilayah Kerja Puskesmas Gondang Kabupaten Mojokerto No. Umur Balita Prosentase 49,5 bulan > 49,5 bulan 50 50 Tabel 7 Menunjukkan bahwa responden (Balita) berumur 49,5 bulan dan yang berumur > 49,5 bulan memiliki proporsi yang sama. 8. Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin 9

Tabel 8. Diagram batang distribusi frekuensi responden (Balita) berdasarkan jenis kelamin di Wilayah Kerja Puskesmas Gondang Kabupaten Mojokerto No. Jenis Kelamin Balita Prosentase Laki-laki Perempuan 40 60 Tabel 8 menunjukkan bahwa sebagian besar responden (Balita) berjenis kelamin laki-laki. 9. Distribusi frekuensi responden berdasarkan Pendapatan Keluarga Tabel 9. Diagram batang distribusi frekuensi Pendapatan keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Gondang Kabupaten Mojokerto No. Pendapatan Keluarga Prosentase UMK < UMK 43 57 Tabel 9 Menunjukkan bahwa sebagian besar keluarga responden berpendapatan <UMK yaitu 17 responden (57%) dan yang berpendapatan UMK memiliki proporsi yang paling kecil yaitu 13 responden (43 %). 10. Distribusi frekuensi responden berdasarkan Pengetahuan ibu Tabel 10. Diagram batang distribusi pengetahuan ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Gondang Kabupaten Mojokerto No. Pengetahuan Ibu Prosentase 3. Baik Cukup Kurang 43,3 30,0 26,7 Tabel 10 Menunjukkan bahwa sebagian responden yang paling banyak memiliki pengetahuan baik yaitu 13 responden (43,3 10

%), dan yang memiliki proporsi paling kecil pengetahuan kurang yaitu 8 responden (26,7 %). 1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan status gizi balita Tabel 1 Distribusi status gizi balita di Wilayah Kerja Puskesmas Gondang Kabupaten Mojokerto No. Status gizi balita Prosentase 3. Baik Kurang Buruk 46,7 23,3 30,0 Tabel 11 Menunjukkan bahwa sebagian responden paling banyak memiliki status gizi baik yaitu 13 balita (46,7 %), dan yang memiliki proporsi paling kecil status gizi kurang yaitu 7 responden (23,3 %). 1 Tabulasi silang pendapatan keluarga dengan status gizi balita Tabel 1 Tabulasi silang antara pendapatan keluarga dengan status gizi balita di Wilayah Kerja Puskesmas Gondang Kabupaten Mojokerto Pendapatan Keluarga Total VARIABEL < UMK UMK Status Gizi Balita f % f % f % Gizi buruk 4 13,3 5 16,7 9 30 Gizi kurang 3 10 4 13,3 7 23,3 Gizi baik 10 33,4 4 13,3 14 46,7 Gizi lebih 0 0 0 0 0 0 Jumlah 17 57 13 43 30 100 Berdasarkan tabel 12 di atas dapat diketahui bahwa responden (balita) yang status gizinya baik sebagian besar pendapatan keluarganya adalah <UMK yaitu sebanyak 10 keluarga (33,4%). Sedangkan responden yang status gizinya buruk memiliki 5 keluarga (16,7%) yang pendapatan keluarganya UMK. Sedangkan berdasarkan hasil uji statistik Pearson correlation dengan taraf 11

signifikasi (α=0,05), didapatkan p = 0,187 sehingga (p > α) artinya H 0 ditolak. Ini menunjukan bahwa Tidak ada hubungan antara pendapatan keluarga dengan status gizi balita usia 36-60 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Gondang tahun 201 D. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Pendapatan keluarga Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar responden mempunyai pendapatan keluarga yang < UMK yaitu sebanyak 17 responden (57%). Banyaknya responden yang pendapatan keluarganya < UMK ini bisa disebabkan karena dari 17 responden didapatkan mempunyai pekerjaan sebagai buruh tani sebanyak 9 responden (30%) dan 8 responden (27%) bekerja sebagai karyawan swasta dengan mayoritas pendidikan ayah 4 responden SD dan 10 responden SMP. Rendahnya pendidikan yang mereka miliki mempengaruhi keterbatasan kemampuan dan keterampilan yang dimiliki sehingga kesempatan kerja yang diperoleh masyarakat kurang, selain itu sebagian besar masyarakat masih menggantungkan hidup pada sektor pertanian sehingga mayoritas mata pencaharian penduduk setempat adalah petani dan buruh tani dimana pendapatan yang diperoleh tidak tetap dan relatif kurang. Dan sebagian besar mereka yang bekerja swasta bekerja seadanya. Hal tersebut menyebabkan rendahnya usaha tidak dapat mempertinggi pendapatan keluarga mereka. Menurut Emil Salim (dalam Hartomo, 2004) kemampuan keluarga dalam memenuhi kebutuhan pangan baik jumlah maupun mutu gizinya sangat berpengaruh terhadap status gizi. Tingkat pendapatan keluarga yang tinggi sangat berhubungan dengan ketersediaan dan tercukupnya pangan guna pemenuhan gizi keluarga. Keluarga yang mempunyai pendapatan yang tinggi akan mampu memenuhi semua kebutuhan keluarganya dengan demikian diharapkan status gizi anaknya lebih baik dibanding keluarga yang kurang mampu. Salah satu akibat dari kurangnya kesempatan kerja adalah rendahnya pendidikan masyarakat. Kurangnya kesempatan kerja yang tersedia tidak lepas dari struktur perekonomian Indonesia yang sebagian besar masih tergantung pada sektor pertanian termasuk 12

masyarakat pedesaan yang sebagian besar hidup dari hasil pertanian (agraris) dan pekerjaan-pekerjaan yang bukan agraris hanya bersifat sambilan sebagai pengisi waktu luang. Status Gizi Balita Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian balita paling banyak memiliki status gizi baik yaitu sebanyak 14 balita (46,7%). Hal ini bisa disebabkan karena dari 14 balita tersebut didapatkan pengetahuan ibu baik sebanyak 9 responden dan keaktifan ibu dalam mengikuti penyuluhan sebanyak 11 responden. Hal ini sesuai dengan pendapat Ahmad Djaeni (2001) yang menyatakan bahwa pengetahuan ibu sangat berperan terhadap pemberian menu yang baik untuk dikonsumsi anaknya. Semakin baik pengetahuan gizi seseorang maka ia akan semakin memperhitungkan jenis dan jumlah makanan yang diperolehnya untuk dikonsumsi. Pengalaman dalam mengikuti penyuluhan-penyuluhan tentang status gizi juga dapat meningkatkan pengetahuan ibu untuk dapat menyusun menu yang adekuat dengan bahan makanan yang seimbang, zat gizi dan kebutuhan gizi seseorang serta hidangan dan pengolahanya. 3. Analisis hubungan antara pendapatan keluarga dengan status gizi balita usia 36-60 bulan Hasil penelitian di atas dapat diketahui bahwa dari 14 responden (balita) yang status gizinya baik sebanyak 10 keluarga (33,4%) yang pendapatan keluarganya < UMK. Sedangkan dari 9 responden balita (29,9%) yang status gizinya buruk memiliki 5 keluarga (16,7%) yang pendapatan keluarganya UMK. Dari teori yang ada seharusnya dengan pendapatan keluarga < UMK diperoleh status gizi yang kurang atau buruk tetapi dalam penelitian ini justru sebaliknya yaitu yang mempunyai pendapatan UMK memiliki status gizi yang buruk. Sedangkan dari hasil analisis uji statistik Pearson correlation dengan taraf signifikasi (α=0,05), didapatkan ρ = 0,187 sehingga (ρ > α ) artinya tidak ada hubungan antara pendapatan keluarga dengan status gizi balita di Wilayah Kerja Puskesmas Gondang tahun 201 Hal ini sesuai dengan pendapat Almatsier (2001) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi diantaranya adalah masalah sosial ekonomi, budaya keluarga, pola 13

asuh keluarga, pendidikan, pengetahuan, kurangnya persediaan pangan dan lingkungan. Namun dalam penelitian ini lebih dari 50% responden yang pendapatannya UMK memiliki pola asuh yang salah dimana orang tua kurang memperhatikan waktu makan anaknya dan apa yang dimakan oleh anaknya. Perhatian cukup dan pola asuh yang tepat akan memberi pengaruh yang besar dalam memperbaiki status gizi. E. PENUTUP Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pendapatan keluarga balita di Wilayah Kerja Puskesmas Gondang Kabupaten Mojokerto sebagian besar adalah lebih rendah dari UMK (pendapatan rendah), Status gizi balita di Wilayah Kerja Puskesmas Gondang Kabupaten Mojokerto paling banyak adalah memiliki status gizi baik dan tidak ada hubungan antara pendapatan keluarga dengan status gizi balita usia 36-60 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Gondang Kabupaten Mojokerto. Oleh sebab itu diharapkan keluarga yang mempunyai balita agar memberikan makanan yang bergizi bagi anaknya. Makanan yang bergizi tidak harus diperoleh dari makanan yang mahal tetapi bisa dari makanan sederhana dengan prinsip gizi seimbang. Oleh karena itu untuk keluarga yang mempunyai pendapatan keluarga yang lebih besar dari UMK diharapkan lebih mementingkan dan memperhatikan asupan nutrisi anaknya dari pada materi sehingga anaknya bisa mempunyai status gizi yang baik. Selain itu keluarga harus rajin mencari informasi dengan mengikuti penyuluhanpenyuluhan tentang masalah gizi balita. Sedangkan bagi tenaga kesehatan terutama bidan desa setempat diharapkan lebih sering melakukan penyuluhan tentang gizi seimbang pada balita dan memberikan contoh menu seimbang dari bahan makanan yang murah, tapi mengandung gizi yang cukup serta dapat menambah pengetahuan dan keterampilan sehingga dapat memberikan pelayanan yang optimal untuk masyarakat. Selain itu tenaga kesehatan harus rajin melakukan pemantauan gizi balita melalui posyandu setiap bulan sehingga dapat mendeteksi secara dini bila terdapat masalah dalam pertumbuhan dan perkembangan balita. 14

DAFTAR PUSTAKA Anonim.(2009). Pola makan 4 sehat 5 sempurna. http://www.koleksiweb.com.diakses 2 April 201 Creasoft. (2008). Referensi kesehatan status gizi. http://creasoft.wordpress.com. Diakses 2 April 2011 Hidayat, Alimul Aziz.(2008). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta : Salemba Medika..(2005). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I. Jakarta : Salemba Medika..(2003). Riset Keperawatan Dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta : Salemba Medika. Intan. (2010). Hubungan pengetahuan, sikap dan persepsi ibu Dengan pemenuhan kecukupan gizi balita. http://digilib.unej.ac.id.. Diakses 16 Maret 2011 Latifah.(2008). Gizi dan Tumbuh kembang anak. http://www.tumbuhkembang-anak.blogspot.com. Diakses 16 Maret 201 Mitayani dan Sartika. (2010). Buku Saku Ilmu Gizi. Jakarta : CV Trans Info Media Notoamodjo. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta.. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta. Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.(2008).Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Nurzannah.(2010). Metodologi penelitian. Jakarta : CV.Trans info media Proverawati, A dan S Asfuah.(2009). Gizi Untuk Kebidanan.Jogjakarta : Nuha Medika. Riskesdas. (2010). Badan penelitian dan pengembangan kesehatan departemen kesehatan, republik indonesia desember 2010. http://www.menegpp.go.id/index. Diakses 20 Maret 201 Sediaoetama, DA. (2010). Ilmu Gizi. Jakarta : Dian Rakyat. Sibagariang, EE. (2010). Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta : CV Trans Info Media. Soetjiningsih. (2002). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC. 15

Supariasa, I.D.N, (2002). Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC Suparyanto.(2010).Penanggulangan Gizi Buruk.Dari Error! Hyperlink reference not valid. Diakses 9 Mei 201.(2010). Kemiskinan dan pendapatan. http://drsuparyanto.blogspot.com. Diakses 9 Mei 201 Sutomo dan Anggraini. (2010). Sajian Sehat Lezat Makanan Sehat Pendamping Asi.Jakarta : Agromedia Pustaka. Yohana. (2009).Hubungan Sosial ekonomi dengan status gizi balita. http://kuecingitem.wordpress.com. Diakses 2 April 201 Wikipedia. (2011). Konsep balita. http://balita.wordpress.com. Diakses 2 April 201 16