HUBUNGAN STATUS GIZI BAWAH NORMAL DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA BALITA USIA 6-60 BULAN SRI SUHARTININGSIH, MEGA ARIANTI PUTRI
|
|
- Utami Hermawan
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 HUBUNGAN STATUS GIZI BAWAH NORMAL DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA BALITA USIA 6-6 BULAN SRI SUHARTININGSIH, MEGA ARIANTI PUTRI Program Studi S1 Keperawatan, Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun ABSTRAK Status gizi merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk menentukan derajat kesehatan. Pada tahun 21 prevalensi gizi kurang mencapai 17,9%. berdasarkan studi pendahuluan di Puskesmas Kasreman tahun 213 terdapat 4 anak mengalami gizi kurang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara Status Gizi Berat Badan Bawah Normal Dengan Perkembangan Motorik Kasar Pada Balita Usia 6-6 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Kasreman Kecamatan Kasreman Kabupaten Ngawi. Jenis penelitian adalah analitik dengan desain penelitian Cross Sectional. Variabel independen dalam penelitian ini adalah status gizi bawah normal, sedangkan variabel dependen adalah perkembangan motorik kasar balita usia 6-6 bulan. Populasi dalam penelitian ini 6 balita dengan status gizi kurang dan gizi buruk. Teknik sampling yang digunakan adalah Purposive Sampling, sehingga didapatkan jumlah sampel 6 balita gizi kurang dan gizi buruk. Pengumpulan data dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS) dan lembar Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP). Uji statistik yang digunakan yaitu uji Chi Square dengan α =,. Dari tabulasi silang didapatkan balita gizi kurang yang perkembangannya sesuai 14 balita, menyimpang 1 balita, dan yang meragukan 1 balita. Balita gizi buruk yang mengalami perkembangan sesuai 6 balita, menyimpang 4 balita, dan yang meragukan 7 balita. Hasil uji analisa Chi Square dikatakan bahwa hipotesis penelitian diterima, artinya ada hubungan antara status gizi bawah normal dengan perkembangan motorik kasar pada balita usia 6-6 bulan. Karena diperoleh hasil x 2 hitung = 1,499 dengan taraf signifikansi % atau, yaitu x 2 tabel =,9. Artinya x 2 hitung x 2 tabel, maka H ditolak dan H 1 diterima. Kesimpulan ada hubungan status gizi bawah normal dengan perkembangan motorik kasar pada balita usia 6-6 bulan, sesuai hasil penelitian disarankan sebagai masukan bagi petugas kesehatan dalam program gizi dan KIA, sehingga dapat meningkatkan cakupan dalam mendeteksi perkembangan anak. Kata Kunci : Status Gizi, Perkembangan Motorik Kasar, Balita 6-6 bulan. Halaman 1
2 PENDAHULUAN Status gizi merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk menentukan derajat kesehatan, dimana kondisi gizi seseorang sangat erat kaitannya dengan permasalahan kesehatan. Karena disamping merupakan faktor predisposisi yang dapat memperparah penyakit infeksi, kondisi gizi juga secara langsung dapat menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan pada individu. Untuk itu dilakukan pemantauan terhadap status gizi bayi dan balita karena masa tersebut merupakan masa emas perkembangan kecerdasan dan pertumbuhan fisiknya (dinkes.jatimprov. 28). Balita adalah anak yang berumur -9 bulan,pada masa ini ditandai dengan proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Disertai dengan perubahan yang memerlukan zat-zat gizi yang jumlahnya lebih banyak dengan kwalitas tinggi. Akan tetapi, balita termasuk kelompok rawan gizi, mereka mudah menderita kelainan gizi karena kekurangan makanan yang dibutuhkan (Waryana, 21). Perkembangan diartikan sebagai perubahan yang progresif dan kontinyu (berkesinambungan) dalam diri individu dari mulai lahir sampai mati. Perkembangan fisik merupakan dasar bagi kemajuan perkembangan berikutnya. Untuk perkembangan fisik anak sangat diperlukan gizi yang cukup, baik protein, vitamin dan mineral, dan karbohidrat. Kekurangan gizi dapat mengakibatkan kecacatan tubuh, dan kelemahan mental. Perkembangan fisik anak ditandai dengan berkembangannya kemampuan atau keterampilan motorik, baik motorik kasar maupun halus. Kemampuan motorik kasar dapat dideskripsikan sebagai berikut : anak usia 3-4 tahun dapat naik dan turun tangga, meloncat dengan dua kaki, dan melempar bola. Pada anak usia 4-6 tahun dapat meloncat, mengendarai sepeda anak, menangkap bola, dan bermain olahraga (Yusuf, 211). Masalah gizi di Indonesia yang belum selesai adalah masalah gizi kurang dan pendek (stunting). Pada tahun 21 prevalensi anak stunting 3,6 %, artinya 1 diantara tiga anak kemungkinan besar pendek. Sementara prevalensi gizi kurang mencapai 17,9%. Tabel 1. Jumlah Kasus Kurang Gizi per tahun Kab Ngawi Tahun Status Gizi Gizi Buruk Gizi kurang Marasmus 1 1 Kwarshiorkhor 1 Marasmus 1 1 kwarshiorkhor Total Sumber: Dinkes Kab Ngawi tahun 21,211,212 Data dari Puskesmas Kasreman jumlah balita ada 147 anak, sedangkan yang mengalami gizi kurang ada 4 anak sampai bulan Agustus 213, yang seharusnya tidak ada anak yang menderita gizi kurang sesuai dengan target pencapaian dari Dinkes Kabupaten Ngawi. Masalah gizi kurang pada umumnya disebabkan oleh kemiskinan, kurangnya persediaan pangan, kurang baiknya kualitas lingkungan (sanitasi), kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi, menu seimbang dan kesehatan, dan adanya daerah miskin gizi (iodium) (Almatsier, 29). Selain itu, beberapa hal yang merupakan penyebab terjadinya gangguan gizi baik secara langsung maupun tidak langsung. Sebagai penyebab langsung gangguan gizi pada bayi dan anak usia dibawah lima tahun (balita) adalah tidak sesuainya jumlah gizi yang mereka peroleh dari makanan dengan kebutuhan tubuh mereka. Sedangkan penyebab tidak langsung yang mendorong terjadinya kurang gizi adalah ketidaktahuan akan hubungan makanan dan kesehatan, prasangka buruk terhadap bahan makanan tertentu, adanya kebiasaan atau pantangan yang merugikan, kesukaan yang berlebihan terhadap jenis makanan tertentu, serta jarak kelahiran yang terlalu rapat (Marimbi, 21). Akibat kekurangan gizi ini akan menyebabkan beberapa efek serius seperti kegagalan pertumbuhan fisik serta tidak optimalnya perkembangan dan kecerdasan. Akibat lain adalah terjadinya penurunan produktifitas, menurunnya daya tahan tubuh terhadap penyakit yang akan meningkatkan resiko kesakitan dan kematian (Waryana, Halaman 11
3 21). Karakteristik perilaku anak yang gizinya kurang menyebabkan penurunan interaksi dengan lingkungannya, dan keadaan ini akan menimbulkan outcome perkembangan yang buruk. Anak yang berat badannya kurang, bertumbuh pendek (stunted), mengalami defisiensi besi, bertubuh kecil menurut usia gestationalnya (SGA, small for gestational age) dapat menyebabkan perubahan perilaku. Anak-anak ini memperlihatkan aktivitas yang menurun, lebih rewel dan tidak merasa bahagia, serta tidak begitu menunjukkan rasa ingin tahu jika dibandingkan dengan anak yang gizinya baik. Gizi kurang mengakibatkan perubahan struktural dan fungsional pada otak. Anakanak dengan malnutrisi berat mempunyai kepala yang lebih kecil dan hasil pemeriksaan auditory-evoked potentials yang abnormal. Hal ini dapat memprediksi nilai IQ pada perkembangan usia kanak-kanak selanjutnya (Helen dkk, 29). Upaya untuk menekan gizi buruk yang ada di Kabupaten Ngawi adalah peningkatan keluarga sadar gizi (KADARZI) di masyarakat yaitu : menimbang berat badan secara teratur, makan beraneka ragam, menggunakan garam beryodium, mengkonsumsi suplemen gizi seperti vitamin A dosis tinggi (birohumas.jatimprov. 211). Selain itu, untuk memperbaiki status gizi balita kurang gizi ini dibutuhkan pemberian makanan pada balita atau anak usia dibawah tahun yang sesuai. Dengan memberikan penyuluhan kepada ibuibu balita bahwa anak harus mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama, serta memperoleh makanan pendamping ASI yang berkualitas dan ASI lanjutan mulai usia 6 bulan hingga 2 tahun. Dengan penyusunan menu dan cara mengatur makanan yang tepat diharapkan asupan makanan balita maksimal, yang akan menghasilkan status gizi yang baik. Dengan demikian pertumbuhan dan perkembangan akan maksimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara Status Gizi Berat Badan Bawah Normal Dengan Perkembangan Motorik Kasar Pada Balita Usia 6-6 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Kasreman Kecamatan Kasreman Kabupaten Ngawi. DESAIN PENELITIAN Jenis penelitian adalah analitik dengan desain penelitian Cross Sectional. Variabel independen dalam penelitian ini adalah status gizi bawah normal, sedangkan variabel dependen adalah perkembangan motorik kasar balita usia 6-6 bulan. Populasi dalam penelitian ini 6 balita dengan status gizi kurang dan gizi buruk. Teknik sampling yang digunakan adalah Purposive Sampling, sehingga didapatkan jumlah sampel 6 balita gizi kurang dan gizi buruk. Pengumpulan data dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS) dan lembar Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP). Uji statistik yang digunakan yaitu uji Chi Square dengan α =,. HASIL PENELITIAN 1. Status gizi Bawah Garis Normal Pada Balita Usia -6 Bulan Tabel 2. Distribusi Frekuensi Status Gizi Balita usia 6-6 Bulan. Di Wilayah Kerja Puskesmas Kasreman Kec. Kasreman Kab. Ngawi Tahun 214 Status Gizi Frekuensi (%) Gizi Buruk 17 3,3 Gizi Kurang 39 69,6 Jumlah 6 1 Berdasarkan hasil penelitian status Bawah Normal pada balita usia 6-6 Bulan di dapatkan hasil sebagai berikut yang termasuk kategori status gizi Bawah Normal dengan gizi buruk ada 17 anak (3,3%) dan yang status gizi Bawah Garis Normal dengan gizi kurang ada 39 anak (69,6%). 2. Status Perkembangan Motorik Kasar Pada Balita Usia 6-6 Bulan Tabel 3 Distribusi Frekuensi Perkembangan Motorik Kasar Balita Usia 6-6 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Kasreman Kec.Kasreman Klab. Ngawi Tahun 214 Status Perkembangan Frekuensi (%) Sesuai 2 3,72 Menyimpang 19 33,93 Meragukan 17 3,3 Jumlah 6 1 Berdasarkan dari hasil penelitian status perkembangan motorik kasar balita usia 6-6 bulan di dapatkan hasil dari balita dengan jumlah 6 balita, yang perkembangannya sesuai / normal sebanyak 2 balita (3,72%), yang menyimpang sebanyak 19 balita (33,93%), sedangkan yang meragukan sebanyak 17 balita (3,3%). Halaman 12
4 3. Hubungan antara status gizi bawah garis normal dengan perkembangan motorik kasar pada balita usia 6-6 bula Tabel 4. Hubungan antara status gizi bawah garis normal dengan perkembangan motorik kasar pada balita usia -6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Kasreman Kec.Kasreman Kab. Ngawi tahun 214 Statu s Gizi Gizi Kura ng Gizi Buru k Juml ah Perkembangan Motorik Kasar Jumlah Menyimpa Sesuai Sesuai ng F % F % F % 1 4 3, ,3 2 3, , , , ,6 7 41, ,3 Dari tabulasi silang yang telah dilakukan menunjukkan bahwa balita yang status gizinya, gizi kurang sebanyak 39 balita. Dengan balita yang mengalami perkembangan motorik kasar menyimpang sebanyak 1 balita (38,46%), dan yang perkembangannya meragukan sebanyak 1 balita (2,6%). Sedangkan balita yang status gizinya, gizi buruk sebanyak 17 balita. Dengan balita yang mengalami perkembangan motorik kasar menyimpang sebanyak 4 balita (23,3%), dan yang perkembangannya meragukan sebanyak 7 balita (41,17%). Hasil uji Chi Square menunjukkan hitung = 1,499 dengan taraf signifikan % yaitu tabel =,9. Artinya hitung tabel, maka H O ditolak dan H 1 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara status gizi bawah normal dengan perkembangan motorik kasar pada balita usia 6-6 bulan. Sedangkan untuk menentukan keeratan hubungan dengan menggunakan rumus koefisien contingency. Karena diperoleh hasil korelasi sebesar,9 maka nilai terletak pada tingkat hubungan sangat kuat. PEMBAHASAN 1. Status Gizi Bawah Normal Di Wilayah Puskesmas Kasreman Kecamatan Kasreman Kabupaten Ngawi Tahun 214 Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah balita usia 6-6 bulan yang menderita status gizi bawah normal dengan gizi kurang ada 39 balita (69,64%) sedangkan gizi buruk 17 balita (3,3%). Menurut teori, anak yang dilahirkan ibu yang kurang gizi dan hidup di lingkungan miskin akan mengalami hambatan pertumbuhan otak, kurang gizi dan mudah terkena infeksi, serta akan menghasilkan wanita dewasa yang berat dan tinggi badan yang kurang (Soetjiningsih,27). Menurut persagi (1999) dalam Supariasa dkk (212), faktor penyebab gizi kurang karena adanya krisis ekonomi langsung berdampak pada terjadinya kemiskinan, kurangnya pendidikan, kurangnya keterampilan. Hal ini akan berpengaruh terhadap persediaan makanan di rumah, perawatan anak dan ibu hamil dan pelayanan kesehatan yang merupakan penyebab tidak langsung. Persediaan makanan di rumah mempengaruhi asupan asupan makanan dan pelayanan kesehatan berdampak terhadap terjadinya penyakit infeksi yang merupakan penyebab langsung. Asupan makanan dan penyakit infeksi inilah yang menyebabkan terjadinya gizi kurang. Banyaknya balita yang mengalami gizi kurang dan gizi buruk ini bisa karena faktor masyarakat/orang tua yang pendidikannya rendah, sehingga untuk menerima informasi dari luar tentang mengasuh anak kurang. Faktor pekerjaan orang tua juga mempengaruhi status gizi dan tumbuh kembang balita. Rendahnya pendapatan dalam keluarga maka dalam menyediakan semua kebutuhan anak juga kurang. Kemampuan keluarga untuk membeli bahan makanan tergantung pada besar kecilnya pendapatan keluarga. Apabila pendapatannya rendah atau terbatas kemungkinan besar untuk memenuhi kebutuhan zat gizi juga kurang. Terjadinya balita kurang gizi dan gizi buruk bisa juga disebabkan karena petugas kesehatan setempat kurang memberikan pelayanan yang memadai. Hal ini terjadi karena kurangnya tenaga kesehatan setempat. Sehingga untuk pemantauan program gizi balita dan mengadakan kunjungan ke posyandu posyandu jarang dilakukan. Kurangnya penyuluhan tentang gizi di posyandu yang diberikan pada ibu ibu balita, sehingga mengakibatkan orang tua tidak mengerti pentingnya pemenuhan status gizi balita. Halaman 13
5 2. Status Perkembangan Motorik Kasar Pada Balita Usia 6-6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kasreman Kabupaten Ngawi Tahun 214 Dari hasil penilaian perkembangan motorik kasar menunjukkan bahwa dari 6 balita usia 6-6 bulan yang mengalami perkembangan motorik kasar sesuai/normal sebanyak 3,72%, yang mengalami penyimpangan sebanyak 33,93%, sedangkan yang perkembangan motorik kasarnya meragukan sebanyak 3,3%. Perkembangan bayi dan anak di kemudian hari seiring dengan tambahnya umur maka kemampuan motorik anak akan meningkat (Husaini M.A dkk,22). Apabila keadaan kurang gizi diperbaiki dengan pemberian suplemen makanan, maka perkembangan motorik akan bertambah baik. Anak yang mendapat stimulasi yang tearah dan teratur akan lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang atau tidak mendapat stimulasi (Marimbi, 21). Dalam perkembangan, otak anak akan lebih terbuka untuk belajar dan diperkaya serta lebih peka terhadap lingkungan. Maka anak harus mendapat perhatian yang serius pada awal kehidupannya. Jika hal ini diabaikan maka akan berdampak pada keterlambatan perkembangan anak yang akhirnya akan berpengaruh tingkat kecerdasan anak. Kurangnya pemahaman orang tua mengenai stimulasi perkembangan pada anak yang menyebabkan perkembangan motorik kasar anak terhambat. Perkembangan memerlukan rangsangan atau stimulasi, khususnya dalam keluarga misalnya penyediaan alat mainan, sosialisasi anak, keterlibatan ibu dan anggota keluarga lain yang melakukan pemantauan terhadap perkembangan anak. Demikian juga penelitian Siegel et al, (2) menunjukkan bahwa status gizi yang baik, tanpa adanya anemia dan diet yang baik, merupakan prediktor independent terhadap capaian status perkembangan motorik kasar. Hal tersebut juga didukung oleh penelitian yang telah dilakukan Rindu yang melakukan penelitian dengan judul Kaitan Antara Status Gizi, Perkembangan Kognitif, Dan Perkembangan Motorik Kasar Pada Anak Usia Prasekolah yang mengatakan bahwa setiap penambahan satu bulan usia balita, akan menambah tingkat perkembangan motorik kasar balita sebesar,46 %. Selain itu, setiap penambahan 1 % tingkat perkembangan kognitif balita akan menambah tingkat perkembangan motorik kasar balita sebesar,26 %. Sementara setiap penambahan 1 % tingkat perkembangan motorik halus balita, akan menambah tingkat perkembangan motorik kasar balita sebesar,46 %. 3. Hubungan status gizi bawah normal dengan perkembangan pada balita usia 6-6 bulan. Hasil uji hipotesis dengan Chi Square menunjukkan x 2 hitung = 1,499 dengan taraf signifikan % atau, yaitu x 2 tabel =,9. Artinya x 2 hitung x 2 tabel, maka H ditolak dan H 1 diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara Status Gizi Bawah Normal Dengan Perkembangan Motorik Kasar Pada Balita Usia 6-6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kasreman Kecamatan Kasreman Kabupaten Ngawi. Terbuktinya hubungan antara status gizi bawah normal dengan perkembangan motorik kasar pada balita tersebut berarti sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa gizi merupakan faktor yang mempengaruhi perkembangan anak. (Marimbi, 21). Masa anak dibawah lima tahun merupakan periode penting dalam tumbuh kembang anak karena pertumbuhan dasar yang berlangsung pada masa balita akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Dalam pertumbuhan dan perkembangan anak memerlukan zat gizi agar proses pertumbuhan dan perkembangan berjalan dengan baik. Zat-zat gizi yang dikonsumsi balita akan berpengaruh pada status gizi balita. Perbedaan status gizi balita memiliki pengaruh yang berbeda pada setiap perkembangan anak, apabila gizi seimbang yang dikonsumsi tidak terpenuhi, pencapaian perkembangan anak terutama perkembangan motorik yang baik akan terhambat. Hasil penelitian menunjukkan balita dengan status gizi kurang 69,6% dan gizi buruk 3,3%, hal ini didominasi oleh latar belakang pendidikan ibu dengan pendidikan rendah, yang mempengaruhi status gizi balitanya. Sedangkan hasil gangguan perkembangan pada penelitian Halaman 14
6 ini yang menyimpang sebanyak 33,93%. Hampir sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Desmika yaitu sebanyak 23,31% balita mengalami status gizi tidak normal dan perkembangan menyimpang. Pendidikan orang tua berpengaruh terhadap perkembangan anak terutama pendidikan ibu. Pendidikan ibu yang rendah mempunyai resiko untuk terjadinya keterlambatan perkembangan anak. Disebabkan ibu belum tahu cara memberikan stimulasi perkembangan anaknya. Ibu dengan pendidikan lebih tinggi lebih terbuka untuk mendapat informasi dari luar tentang cara pengasuhan anak yang baik dan menjaga kesehatan. Dalam penelitian ini sebanyak 8,93% pendidikan ibu adalah SD yang merupakan salah satu faktor penyebab adanya hubungan status gizi bawah normal dengan perkembangan motorik kasar pada balita usia 6-6 bulan. Status ekonomi atau pekerjaan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan anaknya. Karena keterbatasan keluarga dalam menyediakan berbagai fasilitas bermain sehingga anak kurang mendapat stimulasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa status ekonomi keluarga kurang yaitu pekerjaan ibu terbanyak adalah sebagai buruh tani sebanyak 46,42%, yang mendukung adanya hubungan status gizi bawah normal dengan perkembangan motorik kasar pada balita usia 6-6 bulan. KESIMPULAN Dari hasil penelitian, dapat ditarik beberapa kesimpulan antara lain : 1. Status gizi bawah normal pada balita usia 6-6 bulan di Puskesmas Kasreman Kecamatan Kasreman Kabupaten Ngawi, sebagian besar didominasi oleh 39 balita (69,6%) dengan status gizi kurang 2. Status perkembangan motorik kasar pada balita usia 6-6 bulan di Puskesmas Kasreman Kecamatan Kasreman Kabupaten Ngawi terdapat 19 balita (33,93%) yang perkembangannya menyimpang. 3. Ada hubungan antara status gizi bawah normal dengan perkembangan motorik kasar pada balita usia 6-6 bulan. SARAN 1. Bagi peneliti Hendaknya ada penelitian lebih lanjut meneliti aspek perkembangan yang lebih luas. 2. Bagi institusi kesehatan Hendaknya bidan dan instansi yang terkait perlu meningkatkan penyuluhan kepada masyarakat khususnya orang tua tentang peningkatan status gizi dan perkembangan balita. 3. Bagi orang tua/masyarakat Sebaiknya orang tua dapat memperhatikan asupan makanan yang dapat mempengaruhi status gizi pada balita. DAFTAR PUSTAKA Almatsier, Sunita. 29. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama Andriyanto, D. 21. Tumbuh Kembang Anak. Dalam Simposium Sehari Birohumas jatimprov. go. id (pdf). Diakses tanggal 24 september 213 Depkes RI, 2, Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang anak ditingkat Pelayanan Dasar. Jakarta Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Desmika Wantika Sari,dkk Hubungan Status Gizi Dengan Perkembangan Motorik Anak Usia 1- Tahun di Posyandu Buah Hati Ketelan Banjarsari Surakarta. Program Studi Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Diakses tanggal 19 Juni 214 Dinkes jatimprov. 28. Waspada Gizi Buruk. (pdf). Diakses tanggal 7 November 213 Hartini Hubungan Kepatuhan Kunjungan Ibu ke Posyandu Melati dengan Pertumbuhan Balita di Desa Milangsari Kecamatan Panekan Kabupaten Magetan. Progaram Studi D III Kebidanan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun. Halaman 1
7 Helen Baker-Henningham dan Sally Grantham-Mc Gregor. (29). Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta : EGC Hidayat, Aziz Alimul. (29). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika. (29). Kamus Gizi Pelengkap Kesehatan Keluarga. Jakarta : PT Kompas Media Nusantara Marimbi, Hanum. (21). Tumbuh Kembang, Status Gizi, dan Imunisasi Dasar Pada Balita. Yogyakarta : Nuha Medika Murti. B. (21). Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kualitatif dan Kualitatif di Bidang Kesehatan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Nia Azmita Dewi Faktor Dominan Karakteristik Ibu Yang Berhubungan Dengan Pertumbuhan Dan Perkembangan Balita Usia 2- Tahun Di Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Kota Padang. Fakultas Keperawatan Universitas Andalas. Diakses pada tanggal 19 juni 214 Siti Zulaikhah. 21. Hubungan Status Gizi Dengan Perkembangan Anak Usia 2 Sampai 3 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Gambirsari Kota Surakarta. Program Studi D IV Kebidanan Fakultas Kadokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta pdf. Diakses pada tanggal 29 november 213. Sugiyono. (212). Statistika untuk penelitian, Bandung : Alfabeta Supariasa, I Dewa Nyoman, Bachyar Bakri, Ibnu Fajar. (212). Penilaian Status Gizi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Soetjiningsih. (1997). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC Soetjiningsih. (27). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC Waryana.(21). Gizi Reproduksi.Yogyakarta : Pustaka Rihama Yusuf, Syamsu. (211). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung : PT Remaja Putra Rindu Dwi Malateki,dkk Kaitan Antara Status Gizi, Perkembangan Kognitif, Dan Perkembangan Motorik Pada Anak Usia Prasekolah. Program Magister Ilmu Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor Dramaga Bogor. Diakses tanggal 19 juni 214 Sediaoetama. (21). Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa Dan Profesi. Jakarta : Dian Rakjat Halaman 16
BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah bagian dari membangun manusia seutuhnya yang diawali dengan pembinaan kesehatan anak mulai sejak dini. Pembinaan kesehatan anak sejak awal
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI BAIK DAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2014
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI BAIK DAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2014 Klemens STIKes Prima Jambi Korespondensi penulis :kornelis.klemens@gmail.com
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI KURANG PADA BALITA TERHADAP KEJADIAN GIZI KURANG DI DESA PENUSUPAN TAHUN 2013
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI KURANG PADA BALITA TERHADAP KEJADIAN GIZI KURANG DI DESA PENUSUPAN TAHUN 2013 Nur Afita Rahmawati 1, Novi Anding Suciati 2, Istichomah 3 Program Studi D III
Lebih terperinciMEDICA MAJAPAHIT. Vol 5. No. 2 Oktober Sri Sudarsih 1, Pipit Bayu Wijayanti 2 *)
HUBUNGAN ANTARA PENDAPATAN KELUARGA DENGAN STATUS GIZI BALITA USIA 36-60 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GONDANG KECAMATAN GONDANG KABUPATEN MOJOKERTO Sri Sudarsih 1, Pipit Bayu Wijayanti 2 *) Abstrak
Lebih terperinciPENGARUH PERILAKU IBU DALAM MEMBERIKAN MAKANAN PENDAMPING ASI TERHADAP STATUS GIZI BAYI USIA 7-12 BULAN. Kolifah *), Rizka Silvia Listyanti
Prosiding Seminar Nasional Fakultas Ilmu Kesehatan ISSN 2460-4143 PENGARUH PERILAKU IBU DALAM MEMBERIKAN MAKANAN PENDAMPING ASI TERHADAP STATUS GIZI BAYI USIA 7-12 BULAN Kolifah *), Rizka Silvia Listyanti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap individu sangat mendambakan kesehatan karena hal itu merupakan modal utama dalam kehidupan, setiap orang pasti membutuhkan badan yang sehat, baik jasmani maupun
Lebih terperinciHubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Status GIzi Pada Balita di Desa Papringan 7
Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Status GIzi Pada Balita di Desa Papringan 7 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA DI DESA PAPRINGAN KECAMATAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. depan bangsa, balita sehat akan menjadikan balita yang cerdas. Balita salah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Balita adalah penerus masa depan kita, balita juga menentukan masa depan bangsa, balita sehat akan menjadikan balita yang cerdas. Balita salah satu golongan
Lebih terperinciFaktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi Siti Hardianti, Sri Janatri janatrisri@yahoo.co.id Abstrak Periode penting dalam tumbuh
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PERAN IBU BALITA DALAM PEMBERIAN MAKANAN BERGIZI DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA. Kata Kunci: Peran, ibu balita, gizi, status gizi.
HUBUNGAN ANTARA PERAN IBU BALITA DALAM PEMBERIAN MAKANAN BERGIZI DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA Erwin Kurniasih, Nurul Hidayah Akademi Keperawatan Pemkab Ngawi ABSTRAK Latar belakang: Gizi bagi balita
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menggembirakan. Berbagai masalah gizi seperti gizi kurang dan gizi buruk,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keadaan gizi masyarakat Indonesia pada saat ini masih belum menggembirakan. Berbagai masalah gizi seperti gizi kurang dan gizi buruk, kurang Vitamin A, anemia gizi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. balita yang cerdas. Anak balita salah satu golongan umur yang rawan. masa yang kritis, karena pada saat itu merupakan masa emas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak balita adalah penerus masa depan kita, anak balita juga menentukan masa depan bangsa, anak balita sehat akan menjadikan anak balita yang cerdas. Anak balita salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan perkembangan anak saat ini. Akan tetapi pelaksanaan untuk meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak sebagai generasi penerus bangsa berkaitan erat dengan pertumbuhan dan perkembangan anak saat ini. Akan tetapi pelaksanaan untuk meningkatkan kualitas tumbuh kembang
Lebih terperinciHUBUNGAN LINGKAR KEPALA DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK USIA 1-24 BULAN DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PERTIWI MAKASSAR
HUBUNGAN LINGKAR KEPALA DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK USIA 1-24 BULAN DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PERTIWI MAKASSAR Wa Ode Sri Asnaniar 1, Magfira B. Lasini 2 1 Program Studi Ilmu Keperawatan FKM UMI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yakni gizi lebih dan gizi kurang. Masalah gizi lebih merupakan akibat dari
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini negara Indonesia sedang menghadapi masalah gizi ganda, yakni gizi lebih dan gizi kurang. Masalah gizi lebih merupakan akibat dari kemajuan jaman pada latar
Lebih terperinciGAMBARAN PERKEMBANGAN BALITA GIZI KURANG DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CUKIR KABUPATEN JOMBANG
GAMBARAN PERKEMBANGAN BALITA GIZI KURANG DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CUKIR KABUPATEN JOMBANG GROWTH OF LESS NUTRITION AT BALITA AT CUKIR HEALTH PRIMERY JOMBANG Rini Hayu L 1, Amalia R 2, Effy Kurniati 3
Lebih terperinciBAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan,
Lebih terperinciTINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KELUARGA SADAR GIZI DI DESA SILEBO-LEBO KECAMATAN KUTALIMBARU KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2015
TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KELUARGA SADAR GIZI DI DESA SILEBO-LEBO KECAMATAN KUTALIMBARU KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2015 Erwin Silitonga Dosen Akbid Dewi Maya Medan ABSTRAK Keluarga disebut Sadar
Lebih terperinciHUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MP-ASI DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA BULAN DI DESA TAMANMARTANI KALASAN SLEMAN YOGYAKARTA
HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MP-ASI DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA 12-24 BULAN DI DESA TAMANMARTANI KALASAN SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : NANING MASRURI 0502R00317 PROGRAM STUDI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadi pada pertengahan tahun 2008 karena penurunan ekonomi global.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi gelombang II setelah krisis ekonomi tahun 1997 kembali terjadi pada pertengahan tahun 2008 karena penurunan ekonomi global. Krisis ekonomi tersebut
Lebih terperinciVolume 4 No. 2, September 2013 ISSN :
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAAN IBU TENTANG TAHAPAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU NUSA INDAH DESA PELEMKEREP KECAMATAN MAYONG KABUPATEN JEPARA Ita Rahmawati 1, dan Devi Rosita 2 INTISARI Dari data BKKBN
Lebih terperinciGAMBARAN KARAKTERISTIK KELUARGA BALITA DENGAN STATUS GIZI KURANG DAN BURUK DI KELURAHAN LANDASAN ULIN TENGAH KECAMATAN LIANG ANGGANG KOTA BANJARBARU
Al Ulum Vol.60 No.2 April 2014 halaman 33-38 33 GAMBARAN KARAKTERISTIK KELUARGA BALITA DENGAN STATUS GIZI KURANG DAN BURUK DI KELURAHAN LANDASAN ULIN TENGAH KECAMATAN LIANG ANGGANG KOTA BANJARBARU Rusmini
Lebih terperinciHUBUNGAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 4-5 TAHUN DI DESA TAWANREJO BARENG KLATEN
HUBUNGAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 4-5 TAHUN DI DESA TAWANREJO BARENG KLATEN Nur Aini Rahmawati ABSTRAK Perkembangan anak usia dini di Jawa Tengah masih sangat belum optimal
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu masalah utama dalam tatanan kependudukan dunia.
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu masalah utama dalam tatanan kependudukan dunia. Jumlah penderita kurang gizi di dunia mencapai 104 juta anak dan keadaan kurang gizi merupakan
Lebih terperinciHUBUNGAN USIA PENYAPIHAN DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DUKUH PUNDONG SRIHARDONO BANTUL YOGYAKARTA TAHUN INTISARI
HUBUNGAN USIA PENYAPIHAN DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DUKUH PUNDONG SRIHARDONO BANTUL YOGYAKARTA TAHUN 2009 1 Fatimatuzzahra 2, Evi Nurhidayati 3, Dewi Rokhanawati 4 INTISARI Banyak faktor yang menyebabkan
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI BALITA DENGAN STATUS GIZI BALITA DI POSYANDU DESA JOTOSANUR KECAMATAN TIKUNG TAHUN 2008
STATUS GIZI BALITA DI POSYANDU DESA JOTOSANUR TAHUN 2008 Laily Zainur Rahmawati, Amirul Amalia Korespondensi: Amirul Amalia d/a : STiKes Muhammadiyah Lamongan. Jl. Raya Plalangan Plosowahyu Lamongan Telp./Fax.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diulang lagi, maka masa balita disebut sebagai masa keemasan (golden period),
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa lima tahun pertama kehidupan merupakan masa yang sangat peka terhadap lingkungan dan masa ini berlangsung sangat pendek serta tidak dapat diulang lagi, maka masa
Lebih terperinciHUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK UMUR 1 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAKUAN BARU KOTA JAMBITAHUN 2013
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK UMUR 1 TAHUN 1* Marinawati, 2 Rosmeri Bukit 1 STIKes Prima Prodi D III Kebidanan 2 Akademi Kebidanan Dharma Husada Pekan Baru *Korespondensi penulis
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KADARZI DENGAN ASUPAN ENERGI DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI DESA JAGAN KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KADARZI DENGAN ASUPAN ENERGI DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI DESA JAGAN KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI Skripsi ini Disusun untuk memenuhi Salah Satu Syarat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting yaitu memberikan air susu ibu kepada bayi segera dalam waktu 30
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tumbuh kembang anak dapat dicapai secara optimal melalui empat hal penting yaitu memberikan air susu ibu kepada bayi segera dalam waktu 30 menit setelah bayi
Lebih terperinci: Lingkar Kepala, Perkembangan Anak
HUBUNGAN LINGKAR KEPALA DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 12 24 BULAN DI POSYANDU TLOGOWATU KEMALANG KLATEN Anna Uswatun Q.S 1), Annisa Wulandari 2) Abstrak : Berdasarkan hasil pelayanan Stimulasi Deteksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Wong, 2009). Usia pra sekolah disebut juga masa emas (golden age) karena pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia pra sekolah merupakan anak yang berusia antara 3-6 tahun (Wong, 2009). Usia pra sekolah disebut juga masa emas (golden age) karena pada usia ini pertumbuhan
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. Millenuim Development Goals (MDGs) adalah status gizi (SDKI, 2012). Status
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu indikator kesehatan yang dinilai keberhasilannya dalam Millenuim Development Goals (MDGs) adalah status gizi (SDKI, 2012). Status gizi adalah ekspresi
Lebih terperinciHUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK AISYIYAH BANJARMASIN ABSTRAK
HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK AISYIYAH BANJARMASIN Anggrita Sari 1, RR Dwi Sogi Sri Redjeki 2, Rizky Puteri Anggarani 2 1 Akademi Kebidanan Sari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa bayi dan balita merupakan periode emas dalam kehidupan sehingga menjadi masa yang sangat penting dan perlu perhatian serius, karena pada masa ini berlangsung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang baik. Menciptakan sumber daya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa berkaitan erat dengan kualitas sumber daya manusia yang baik. Menciptakan sumber daya manusia yang bermutu perlu ditata sejak dini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Usia toddler merupakan usia anak dimana dalam perjalanannya terjadi
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Usia toddler merupakan usia anak dimana dalam perjalanannya terjadi pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan selanjutnya dari seorang anak,
Lebih terperinciPERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL
PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN ANAK PRA SEKOLAH USIA 5 TAHUN DI TK KARTINI DESA TOTO SELATAN KECAMATAN KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO Oleh MELISRIAWATI GANI (NIM.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stunting adalah keadaan tubuh yang sangat pendek hingga melampaui defisit 2 SD dibawah median panjang atau tinggi badan populasi yang menjadi referensi internasional
Lebih terperinciJurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN PEMBERIAN STIMULASI IBU DENGAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU
PENELITIAN HUBUNGAN PEMBERIAN STIMULASI IBU DENGAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU Yusari Asih* *Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Tanjungkarang Yusariasih@gmail.com Masa balita adalah masa keemasan (golden
Lebih terperinciKEBIASAAN MINUM TABLET FE SAAT MENSTRUASI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS XI DI SMA MUHAMMADIYAH 7 YOGYAKARTA TAHUN 2016
KEBIASAAN MINUM TABLET FE SAAT MENSTRUASI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS XI DI SMA MUHAMMADIYAH 7 YOGYAKARTA TAHUN 2016 NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: Iffah Indri Kusmawati 201510104258 PROGRAM
Lebih terperinciSerambi Saintia, Vol. IV, No. 2, Oktober 2016 ISSN :
Serambi Saintia, Vol. IV, No. 2, Oktober 2016 ISSN : 2337-9952 50 HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF, PENGETAHUAN, PENDAPATAN DAN POLA ASUH DENGAN TUMBUH KEMBANG ANAK BALITA DI DESA MEUDHEUN KECAMATAN JAYA
Lebih terperinciGAMBARAN PERKEMBANGAN BAYI YANG TIDAK DIBERIKAN ASI EKSKLUSIF DI DESA KADEMANGAN DAN DESA MIAGAN KECAMATAN MOJOAGUNG KABUPATEN JOMBANG
GAMBARAN PERKEMBANGAN BAYI YANG TIDAK DIBERIKAN ASI EKSKLUSIF DI DESA KADEMANGAN DAN DESA MIAGAN KECAMATAN MOJOAGUNG KABUPATEN JOMBANG (GROWTH NEONATAL WHICH NO ASI EKSLUSIF AT KADEMANGAN AND MIAGAN MOJOAGUNG
Lebih terperinciHUBUNGAN POLA ASUH DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK KARTIKA X-9 CIMAHI 2012
46 HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK KARTIKA X-9 CIMAHI 2012 Oleh : Siti Dewi Rahmayanti dan Septiarini Pujiastuti STIKES Jenderal Achmad Yani Cimahi ABSTRAK Pola asuh orang
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG POSYANDU DENGAN MOTIVASI KUNJUNGAN KE POSYANDU. Titiek Idayanti
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG POSYANDU DENGAN MOTIVASI KUNJUNGAN KE POSYANDU Titiek Idayanti Program Studi Kebidanan, STIKES Dian Husada Mojokerto E-mail : tik.nurul@gmail.com ABSTRAK Seorang
Lebih terperinciHUBUNGAN STIMULASI ORANG TUA TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK PRASEKOLAH BERUSIA 4-5 TAHUN
HUBUNGAN STIMULASI ORANG TUA TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK PRASEKOLAH BERUSIA 4-5 TAHUN M. Ikhwan Kosasih, Ludfi Nur Farida Akademi Keperawatan Pamenang Pare Kediri Perkembangan adalah
Lebih terperinciKeluarga Sadar Gizi (KADARZI)
Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Apa latarbelakang perlunya KADARZI? Apa itu KADARZI? Mengapa sasarannya keluarga? Beberapa contoh perilaku SADAR GIZI Mewujudkan keluarga cerdas dan mandiri Mengapa perlu
Lebih terperinciHikmatul Khoiriyah Akademi Kebidanan Wira Buana ABSTRAK
HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN PERKEMBANGAN BAYI USIA 6-12 BULAN DI KELURAHAN SUMBERSARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUMBERSARI BANTUL METRO SELATAN PERIODE FEBRUARI-APRIL TAHUN 2017 ABSTRAK Hikmatul
Lebih terperincie-journal Boga, Volume 04, Nomor 09, Edisi Yudisium Periode Maret 2015, hal 71-75
71 PENDAHULUAN Pada saat ini dan masa yang akan datang pembangunan di Indonesia memerlukan sumberdaya manusia yang berkualitas, yaitu sumberdaya manusia yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang kuat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tantangan utama dalam pembangunan suatu bangsa adalah membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk mencapainya, faktor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Almatsier (2002), zat gizi (nutrients) adalah ikatan kimia yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Almatsier (2002), zat gizi (nutrients) adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan dalam pembangunan kesehatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi kurang menjadi salah satu masalah gizi utama di Indonesia sehingga pemerintah menekankan Program Indonesia Sehat dengan sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan
Lebih terperinciHUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN ANAK PRASEKOLAH DI TK AL-MUSTAQIM LUWUK TAHUN Juwita dan Erni Yusnita Lalusu
Jurnal KesMas Untika Vol. Nomor Juni ISSN. 8- HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN ANAK PRASEKOLAH DI TK AL-MUSTAQIM LUWUK TAHUN ABSTRAK Juwita dan Erni Yusnita Lalusu Perkembangan merupakan hasil
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia. Berbagai penelitian mengungkapkan bahwa kekurangan gizi, terutama pada usia dini akan berdampak pada
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI BAYI DENGAN PERTUMBUHAN PERKEMBANGAN BAYI USIA 6-12 BULAN DI DESA MANGGUNG SUKOREJO MUSUK BOYOLALI
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI BAYI DENGAN PERTUMBUHAN PERKEMBANGAN BAYI USIA 6-12 BULAN DI DESA MANGGUNG SUKOREJO MUSUK BOYOLALI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai
Lebih terperinciHUBUNGAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA DI DESA KANIGORO, SAPTOSARI, GUNUNG KIDUL
HUBUNGAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA DI DESA KANIGORO, SAPTOSARI, GUNUNG KIDUL Rr. Dewi Ngaisyah INTISARI Kejadian stunting muncul sebagai akibat dari keadaan yang berlangsung lama
Lebih terperinciHUBUNGAN JARAK KELAHIRAN DAN JUMLAH BALITA DENGAN STATUS GIZI DI RW 07 WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIJERAH KOTA BANDUNG
HUBUNGAN JARAK KELAHIRAN DAN JUMLAH BALITA DENGAN STATUS GIZI DI RW 07 WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIJERAH KOTA BANDUNG Nunung Nurjanah * Tiara Dewi Septiani** Keperawatan Anak, Program Studi Ilmu Keperawatan,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Balita Balita adalah kelompok anak yang berumur dibawah 5 tahun. Umur balita 0-2 tahun merupakan tahap pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat, terutama yang penting adalah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia meningkat dengan pesat dalam 4 dekade
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di Indonesia meningkat dengan pesat dalam 4 dekade terakhir ditandai dengan perbaikan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Pada tahun 2010, pendapatan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU IBU DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI ANAK BATITA MALNUTRISI DI POSYANDU DESA SEMBUNGAN BOYOLALI
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU IBU DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI ANAK BATITA MALNUTRISI DI POSYANDU DESA SEMBUNGAN BOYOLALI Anisa Dewati 1, Irdawati 2 1 Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi salah satu indikator penting. dalam menentukan derajat kesehatan masyatakat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi salah satu indikator penting dalam menentukan derajat kesehatan masyatakat. AKI menggambarkan jumlah wanita yang meninggal dari
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG STIMULASI DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 0-24 BULAN DI DESA TRIGUNO KECAMATAN PUCAKWANGI KABUPATEN PATI
Jurnal Ilmu Kebidanan dan Kesehatan (Journal of Midwifery Science and Health) Akbid Bakti Utama Pati ISSN: 2087-4154 Vol. 7 No. 2 Juli 2016 On-line http://akbidbup.ac.id/jurnal-2/ HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN
Lebih terperinciJurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume IV No.1 Edisi Juni 2011, ISSN: X
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI WANITA USIA SUBUR DI LAMPUNG UTARA TAHUN 2010 Lisa Suarni *), Dewi Sri Sumardilah**) Abstrak. Angka Kematian Perinatal di Lampung Utara menduduki peringkat
Lebih terperinciSKRIPSI. Skripsi Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun Oleh : SINTIA DEWI J
HUBUNGAN ANTARA POLA PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN DAN MORBIDITAS DENGAN STATUS GIZI BALITA DI KELURAHAN GEMOLONG KECAMATAN GEMOLONG KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI Skripsi Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah
Lebih terperinciVol. 2. No. 1 Juli 2015 ISSN
Vol.. No. 1 Juli 015 ISSN 338 5375 HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI BALITA DENGAN STATUS GIZI BALITA BERDASARKAN BERAT BADAN / UMUR DI BIDAN PRAKTEK MANDIRI ERNAWATI Amd.Keb DESA TRIAGAN KECAMATAN
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDAPATAN KELUARGA DAN POLA ASUH DENGAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI DESA BONGKUDAI KECAMATAN MODAYAG BARAT Rolavensi Djola*
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDAPATAN KELUARGA DAN POLA ASUH DENGAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI DESA BONGKUDAI KECAMATAN MODAYAG BARAT Rolavensi Djola* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi
Lebih terperinciGAMBARAN TUMBUH KEMBANG ANAK USIA 6-24 BULAN YANG MENDAPAT ASI EKSKLUSIF DI DESA GASOL KECAMATAN CUGENANG KABUPATEN CIANJUR ABSTRAK
GAMBARAN TUMBUH KEMBANG ANAK USIA 6-24 BULAN YANG MENDAPAT ASI EKSKLUSIF DI DESA GASOL KECAMATAN CUGENANG KABUPATEN CIANJUR Ranti Lestari 1, H. Amin Amsyari 2, Rini Pakpahan 1 1 Akademi Kebidanan Cianjur
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anak Balita Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang pesat sehingga memerlukan zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini justru
Lebih terperinciKUESIONER HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN PRAKTEK KADARZI DI KECAMATAN TRIENGGADENG KABUPATEN PIDIE JAYA
94 KUESIONER HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN PRAKTEK KADARZI DI KECAMATAN TRIENGGADENG KABUPATEN PIDIE JAYA KARAKTERISTIK KELUARGA Nomor Responden : Nama Responden (Inisial)
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA HARJOBINANGUN PURWOREJO GITA APRILIA ABSTRAK
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA HARJOBINANGUN PURWOREJO GITA APRILIA ABSTRAK Data dari profil kesehatan kabupaten/ kota di Propinsi Jawa Tengah
Lebih terperinciPENGETAHUAN IBU DALAM PENATALAKSANAAN GIZI SEIMBANG PADA KELUARGA DI DESA SIBORBORON KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN
PENGETAHUAN IBU DALAM PENATALAKSANAAN GIZI SEIMBANG PADA KELUARGA DI DESA SIBORBORON KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN Emmi Silitonga* Lufthiani** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2025 adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2025 adalah meningkatnya kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. indeks pembangunan manusia, oleh karena itu menjadi suatu keharusan bagi semua
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus merupakan investasi sumber daya manusia serta memiliki kontribusi yang besar untuk meningkatkan indeks pembangunan
Lebih terperinciPERBANDINGAN STATUS GIZI BALITA BERDASARKAN INDEXS ANTROPOMETRI BB/ U DAN BB/TB PADA POSYANDU DI WILAYAH BINAAN POLTEKKES SURAKARTA
PERBANDINGAN STATUS GIZI BALITA BERDASARKAN INDEXS ANTROPOMETRI BB/ U DAN BB/TB PADA POSYANDU DI WILAYAH BINAAN POLTEKKES SURAKARTA Siti Handayani ¹, Sri Yatmihatun ², Hartono ³ Kementerian Kesehatan Politeknik
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dimulai dengan perhatian utama pada proses tumbuh kembang sejak. pembuahan sampai mencapai dewasa muda. Pada masa tumbuh kembang
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Upaya peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) tersebut dimulai dengan perhatian utama pada proses tumbuh kembang sejak pembuahan sampai mencapai dewasa muda.
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesempatan Indonesia untuk memperoleh bonus demografi semakin terbuka dan bisa
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesempatan Indonesia untuk memperoleh bonus demografi semakin terbuka dan bisa menjadi suatu peluang yang menguntungkan bagi Indonesia bila diikuti dengan peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gizi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia. Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan dapat pula menyebabkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan yaitu meningkatnya kesadaran,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan Indonesia diselenggarakan dalam upaya mencapai visi Indonesia Sehat 2010. Tujuan pembangunan kesehatan 2005 2009 diarahkan untuk mencapai tujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan SDM yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang kuat, kesehatan
Lebih terperinciANALISIS PENGETAHUAN GIZI IBU BALITA DI DESA PASIRLANGU CISARUA BANDUNG BARAT
60 ANALISIS PENGETAHUAN GIZI IBU BALITA DI DESA PASIRLANGU CISARUA BANDUNG BARAT Vera Susanti 1, Sri Subekti 2, dan Ai Nurhayati 3 Program penyuluhan gizi di desa Pasirlangu, Cisarua, Bandung Barat diberikan
Lebih terperinciOleh : Aat Agustini ABSTRAK
HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR EKSTERNAL TERHADAP KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS CIGASONG DINAS KESEHATAN KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2014 Oleh : Aat Agustini ABSTRAK ibu yang mengalami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masih berada dalam kandungan. Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Status gizi yang baik untuk membangun sumber daya manusia yang berkualitas pada hakekatnya harus dimulai sedini mungkin yakni sejak manusia itu masih berada dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa balita adalah masa yang membutuhkan perhatian lebih dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa balita adalah masa yang membutuhkan perhatian lebih dari orang tua. Perhatian harus diberikan pada pertumbuhan dan perkembangan balita, status gizi sampai pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Periode pembangunan sekarang ini Indonesia masih menghadapi beban besar dalam masalah gizi, ganguan gizi kurang seperti Kurang Energi Protein (KEP) dan Kurang Energi
Lebih terperinciABSTRAK. Faktor - Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Ibu Hamil Trimester I di RSIA Pertiwi Makassar
ABSTRAK Faktor - Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Ibu Hamil Trimester I di RSIA Pertiwi Makassar Maya Felistine Fanghoy 1, Erfina 2, Sri Syatriani 1 1 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIK) Makassar,
Lebih terperinciHUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR BALITA DI KELURAHAN BRONTOKUSUMAN KECAMATAN MERGANGSAN YOGYAKARTA
HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR BALITA DI KELURAHAN BRONTOKUSUMAN KECAMATAN MERGANGSAN YOGYAKARTA Ulfa Farrah Lisa 1 1 Tenaga Pengajar pada STIKES Ubudiyah Banda Aceh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. perkembangan fase selanjutnya (Dwienda et al, 2014). Peran pengasuhan tersebut
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan kualitas kesejahteraan anak menduduki posisi sangat strategis dan sangat penting dalam pembangunan masyarakat Indonesia, sehingga anak prasekolah merupakan
Lebih terperinciWoro Rahmanishati* STIKES Kota Sukabumi ABSTRAK
Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Gizi Ibu Hamil Dengan Kejadian Kekurangan Energi Kronis (KEK) Di Wilayah Kerja Puskesmas Sukakarya Kota Sukabumi Woro Rahmanishati* wororahmanishati@yahoo.com STIKES
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan perkembangannya (Hariweni, 2003). Anak usia di bawah lima tahun (Balita) merupakan masa terbentuknya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan Nasional jangka panjang menitikberatkan pada kualitas sumber daya manusia (SDM) yang tangguh dan produktif. Tujuan tersebut dapat tercapai dengan upaya mengusahakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan gizi masih menjadi masalah yang serius. Kekurangan gizi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan gizi masih menjadi masalah yang serius. Kekurangan gizi menjadi penyebab dari sepertiga kematian anak di dunia. Gizi buruk dan juga gizi lebih masih menjadi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORITIS
BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Balita Balita didefinisikan sebagai anak dibawah lima tahun dan merupakan periode usia setelah bayi dengan rentang 0-5 tahun (Gibney, 2009). Menurut Sutomo dan Anggraeni (2010),
Lebih terperinciPROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG, 2012
HUBUNGAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA DENGAN TINGGI BADAN ANAK BARU MASUK SEKOLAH (TBABS) DI PUSKESMAS PASAR BARU KECAMATAN BAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN TAHUN 2012 Usulan Penelitian Skripsi Diajukan ke
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang tidak seimbang menimbulkan masalah yang sangat sulit sekali
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan derajat kesehatan masyarakat sangat diperlukan dalam mengisi pembangunan yang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia. Salah satu upaya peningkatan derajat kesehatan
Lebih terperinciKARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun oleh : AGUSTINA ITRIANI J
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN IBU BALITA DENGAN POLA PEMBERIAN MP-ASI PADA ANAK USIA 6-24 BULAN DI POSYANDU MENUR IV KELURAHAN JEBRES KECAMATAN JEBRES SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Anak balita merupakan salah satu golongan penduduk yang rawan terhadap masalah gizi. Mereka mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat sehingga membutuhkan suplai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa balita merupakan periode penting dalam proses. tumbuh kembang manusia. Pertumbuhan dan perkembangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa balita merupakan periode penting dalam proses tumbuh kembang manusia. Pertumbuhan dan perkembangan di masa itu menjadi penentu keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan
Lebih terperinciHUBUNGAN PELATIHAN PEMBERIAN MAKANAN PADA BAYI DAN ANAK (PMBA) DENGAN KETERAMPILAN KONSELING PADA BIDAN DI WILAYAH KAWEDANAN PEDAN TAHUN 2014
HUBUNGAN PELATIHAN PEMBERIAN MAKANAN PADA BAYI DAN ANAK (PMBA) DENGAN KETERAMPILAN KONSELING PADA BIDAN DI WILAYAH KAWEDANAN PEDAN TAHUN 2014 Endang Wahyuningsih Latar Belakang Penelitian, Asupan makanan
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci: anak balita, perkembangan, indeks antropometri, pertumbuhan, motorik kasar
OPTIMALISASI PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR DAN UKURAN ANTROPOMETRI ANAK BALITA DI POSYANDU BALITAKU SAYANG KELURAHAN JANGLI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG Ali Rosidi, Agustin Syamsianah Prodi S1 Gizi Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan sukses di masa depan, demikian juga setiap bangsa menginginkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang tua menginginkan mempunyai anak yang sehat, cerdas, sholeh, berkualitas dan sukses di masa depan, demikian juga setiap bangsa menginginkan mempunyai generasi
Lebih terperinciJURNAL ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA DI POSYANDU
JURNAL ILMU KESEHATAN MASYARAKAT VOLUME 3 Nomor 03 November 2012 Tinjauan Pustaka PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA DI POSYANDU MONITORING THE GROWTH OF INFANTS IN POSYANDU Fatmalina Febry Fakultas Kesehatan
Lebih terperinci