PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian berkelanjutan merupakan suatu program yang mutlak dilakukan dalam upaya pemenuhan kebutuhan pangan, memperluas lapangan kerja dan pengentasan masyarakat dari kemiskinan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS 2009), jumlah penduduk miskin Indonesia tercatat 32,53 juta jiwa. Dari jumlah tersebut sekitar 20,65 juta jiwa berada di perdesaan dengan mata pencaharian utama pada sektor pertanian. Umumnya petani di perdesaan berada pada skala usaha mikro yang memiliki luas lahan lebih kecil dari 0,3 hektar. Kemiskinan di perdesaan merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya menjadi prioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan kesejahteraan sosial. Pembangunan ekonomi nasional berbasis pertanian dan perdesaan secara langsung maupun tidak langsung akan berdampak pada pengurangan penduduk miskin. Permasalahan mendasar yang dihadapi petani adalah kurangnya akses kepada sumber permodalan, pasar dan teknologi, serta organisasi tani yang masih lemah (Kementan 2010). Upaya mendukung pencapaian program pembangunan pertanian, Kementerian Pertanian (Kementan) telah menetapkan empat sukses pembangunan pertanian yaitu : 1) Swasembada dan swasembada berkelanjutan, 2) Diversifikasi pangan, 3) Nilai tambah, daya saing dan ekspor serta 4) Peningkatan kesejahteraan petani. Kementerian Pertanian mulai tahun 2008 telah melaksanakan program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) dibawah koordinasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM-Mandiri) dan berada dalam kelompok program pemberdayaan masyarakat. Pemberian penguatan modal dalam bentuk Bantuan Langsung Masyarakat (BLM), yaitu Program PUAP sebesar maksimal Rp. 100.000.000 per Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) yang langsung ditransfer ke rekening Gapoktan. Dana tersebut selanjutnya akan dikelola sebagai suntikan modal pengembangan usaha agribisnis di lokasi PUAP. Fasilitasi bantuan permodalan ini diharapkan dapat menjangkau jumlah petani yang semakin banyak, sehingga salah satu pendekatannya diupayakan untuk menggulirkan bantuan tersebut diantara sesama petani atau Gapoktan. Gapoktan dapat mengelola permodalan tersebut
2 dengan menginisiasi pertumbuhan dan pengembangan Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) di perdesaan. Keberhasilan Gapoktan PUAP menciptakan LKM-A menjadi pintu gerbang perputaran ekonomi perdesaan menuju peluang investasi, kemakmuran dan kesejahteraan bersama (Kementan 2008). Tentang manfaat realisasi Program PUAP, hasil penelitian Caesarion (2011) menunjukkan bahwa setelah adanya bantuan Program PUAP, kinerja usaha kecil pertanian di Kabupaten Lampung Selatan menjadi lebih efektif. Hal tersebut ditandai dengan penyaluran dan pemanfaatan bantuan yang telah sesuai dengan perencanaan, berkembangnya usaha pertanian anggota kelompok dengan meningkatnya hasil produksi pertanian, diversifikasi produk hasil pertanian, terjadinya peningkatan modal kelompok dan peran serta dari penyuluh pendamping dan PMT dalam membina Gapoktan. Kabupaten Halmahera Barat Provinsi Maluku Utara merupakan salah satu kabupaten penerima dana Program PUAP. Menurut hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) BPS Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (Kementerian PDT 2010), Kabupaten Halmahera Barat dikategorikan sebagai kabupaten tertinggal dengan persentase penduduk miskin sebesar 13,31 persen dari penduduk Provinsi Maluku Utara. Terkait dengan hal tersebut, pada tahun 2008 Provinsi Maluku Utara memperoleh alokasi dana PUAP sebesar 14,4 miliar yang tersebar di 144 desa pada enam kabupaten. Ditambah lagi pada tahun 2009 dengan kucuran dana PUAP sebesar 12,9 miliar di 129 desa, enam kabupaten dan satu Kota Tidore Kepuluan. Pada tahun 2008, Kabupaten Halmahera Barat memperoleh bantuan dana PUAP dan diberikan kepada 25 Gapoktan. Tahun 2009 disalurkan dana kepada 19 Gapoktan, tahun 2010 untuk 12 Gapoktan dan pada tahun 2011, hanya diberikan kepada 10 Gapoktan. Seluruh Gapoktan hanya berhak menerima dana bantuan PUAP sekali selama Program PUAP dikucurkan. Permasalahan yang dihadapi di Kabupaten Halmahera Barat adalah dari sejumlah Gapoktan penerima dana PUAP, secara keseluruhan belum menunjukkan adanya perkembangan yang signifikan sesuai dengan tujuan dari Program PUAP. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa hal diantaranya, minimnya pendampingan yang dilakukan, petani kurang mengetahui dan memahami tentang bantuan Program PUAP, petani telah memiliki sumber
3 pendapatan lain sebelum adanya Program PUAP dan keberadaan fasilitas penunjang seperti pasar, sumber penyedia Saprodi dan fasilitas transportasi yang belum memadai. Diduga bila petani mengetahui dan memahami tentang bantuan Program PUAP dengan baik, akan mempengaruhi sikap dan perilaku mereka terhadap Program PUAP. Hal ini berkaitan dengan efektivitas komunikasi yang dilakukan dalam Program PUAP. Penelitian tentang efektivitas komunikasi telah dilakukan sebelumnya oleh Agung (2001), Manjar (2002), Suwanda (2003), Djunaedi (2003), Anas (2003), Salampessy (2003), Rahmani (2006), Saleh et al. (2009) dan Indra (2011). Hasil kajian literatur terhadap penelitian yang dilakukan oleh Agung (2001), Manjar (2002), Suwanda (2003), Djunaedi (2003), Rahmani (2006), Saleh et al. (2009) dan Indra (2011), menunjukkan bahwa terdapat hubungan nyata antara karakteristik individu dan efektivitas komunikasi. Karakteristik individu yang dimaksud adalah umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan formal, pendidikan non formal, luas lahan, status kepemilikan lahan, pendapatan, jenis pekerjaan, status dalam kelompok, motivasi, pengalaman bertani, kekosmopolitan. Efektivitas komunikasi yang diukur yaitu menyangkut aspek pengetahuan, sikap dan tindakan. Hasil penelitian Anas (2003) dan Salampessy (2003) menyebutkan bahwa tidak terdapat hubungan nyata antara karakteristik individu dengan efektivitas komunikasi. Menurut Anas karakteristik yang dimaksud adalah umur, pendidikan formal, pendidikan nonformal, jenis usaha, dan ukuran keluarga, sedangkan Salampessy mencatat karakteristik tersebut adalah umur dan lama keanggotaan. Efektivitas komunikasi juga dipengaruhi oleh variabel lain, seperti yang diteliti oleh Yusmasari (2003), Wahyudi (2004), dan Nugraha (2012). Yusmasari membuktikan bahwa perilaku komunikasi (keterdedahan terhadap saluran interpersonal, media cetak dan media massa) berhubungan dengan tingkat pengetahuan. Sikap masyarakat terhadap rehabilitasi mangrov pada umumnya positif, namun tidak berhubungan dengan tingkat pengetahuan masyarakat tentang manfaat dan pelestarian mangrov. Wahyudi (2004) melalui hasil penelitiannya menunjukkan bahwa perilaku komunikasi (kontak dengan sesama petani, kontak dengan pembina, kontak dengan media massa dan partisipasi sosial) berhubungan
4 dengan tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan anggota masyarakat terhadap pelestarian hutan. Penelitian lain yang dilakukan Nugraha (2012) menunjukkan bahwa persepsi pemuda terhadap pertanian di masa depan berhubungan nyata dengan sikap pemuda terhadap pekerjaan di bidang pertanian. Berdasarkan hasil kajian terhadap penelitian-penelitian sebelumnya, maka penelitian tentang efektivitas komunikasi pada Program PUAP di Kabupaten Halmahera Barat perlu dilakukan dengan variabel-variabel yang berhubungan erat dengan efektivitas komunikasi seperti karakteristik individu, persepsi dan perilaku komunikasi. Penelitian yang akan dilakukan, mengangkat variabel yang sama namun, tidak untuk semua indikator. Hanya indikator yang relevan dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat di lokasi penelitian. Perbedaannya adalah sebagian besar penelitian terdahulu dilakukan di kawasan Indonesia Barat dimana memiliki karakteristik individu yang berbeda dengan kawasan Timur Indonesia. Penelitian yang akan dilakukan di Provinsi Maluku Utara khususnya Kabupaten Halmahera Barat, akan mengkaji hubungan karakteristik individu sebagai salah satu variabel penelitian dengan efektivitas komunikasi. Pada penelitian tentang hubungan perilaku komunikasi dengan efektivitas komunikasi terdahulu, masih menggunakan teori dengan pendekatan komunikasi linear (top down) dan objek kajiannya pada bidang kehutanan. Variabel penelitian tentang perilaku komunikasi yang diangkat dalam penelitian ini, sama dengan penelitian sebelumnya tetapi perbedaannya adalah perilaku komunikasi yang dimaksudkan adalah perilaku komunikasi partisipatif, sehingga pengukurannya juga tidak menggunakan pendekatan linear saja, tetapi menggabungkan antara model linier dan konvergen (bottom up). Variabel persepsi yang diteliti sebelumnya mengkaji tentang persepsi pemuda tentang pertanian masa depan, sedangkan objek kajian yang akan diteliti yaitu pada Program PUAP dan objek kajian ini baru pernah dilakukan di Kabupaten Halmahera Barat Provinsi Maluku Utara. Upaya penelitian ini dimaksudkan untuk pengembangan Program PUAP yang lebih baik di masa yang akan datang khususnya pada Kabupaten Halmahera Barat.
5 Perumusan Masalah 1. Bagaimana tingkat efektivitas komunikasi anggota Gapoktan dalam Program PUAP? 2. Faktor-faktor apa saja yang berhubungan nyata dengan efektivitas komunikasi anggota Gapoktan dalam Program PUAP? Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menganalisis tingkat efektivitas komunikasi anggota Gapoktan dalam Program PUAP 2. Menganalisis hubungan karakteristik anggota Gapoktan dengan persepsi mereka tentang Program PUAP 3. Menganalisis hubungan karakteristik anggota Gapoktan dengan efektivitas komunikasi pada Program PUAP 4. Menganalisis hubungan persepsi anggota Gapoktan dengan efektivitas komunikasi pada Program PUAP 5. Menganalisis hubungan perilaku komunikasi dengan efektivitas komunikasi pada Program PUAP Kegunaan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian maka penelitian ini berguna untuk: 1. Memberikan masukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya disiplin Ilmu Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan. 2. Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi Pemerintah Kabupaten Halmahera Barat khususnya Dinas Pertanian, dalam upaya menentukan kebijakan dalam program kerjanya yang berhubungan dengan Program PUAP. 3. Menjadi referensi untuk penelitian lanjutan yang berhubungan dengan efektivitas komunikasi khususnya pada Program PUAP.