BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan globalisasi di dunia dalam bidang ekonomi, bisnis dan perdagangan telah memberikan pengaruh pada perkembangan model transaksi bisnis yang menggunakan teknologi tinggi (e-commerce). Pendekatan model transaksi bisnis ini telah diterapkan juga dalam bidang pemerintahan untuk meningkatkan perkembangan sistem informasi layanan pemerintah (e-government (egov) ) [1] [3]. Tranformasi informasi melalui layanan secara online dalam bidang pemerintahan memungkinkan pertukaran data dan informasi dapat dilakukan secara realtime dan cepat [4]. Layanan e-government (egov) dapat memberikan efisiensi bagi masyarakat dan pemerintah, diantaranya berupa kontribusi dalam penghematan waktu karena tidak perlu bertemu secara langsung, tidak ada kendala dalam masalah transportasi dan kegiatan administrasi menjadi lebih baik [1], [5]. Layanan e-government (egov) juga dapat mengurangi birokrasi dan kerumitan sistem perpajakan dan dapat meningkatkan kepatuhan pajak serta mengurangi biaya administrasi perpajakan [1]. Penerapan e-government (egov) memang dirasakan sangat efisien bagi instansi yang menerapkannya, namun layanan e-government (egov) yang menggunakan jaringan koneksi publik (internet) akan rentan terhadap gangguan keamanan, kegagalan dalam menjaga kerahasiaan, serta penyalahgunaan data dan informasi [6], [7]. Kurangnya keamanan dan lambatnya ketersediaan data merupakan hal yang dapat mempengaruhi kepercayaan masyarakat pada lembaga dan aparatur pemerintah untuk tetap menggunakan layanan e-government (egov) secara online [8]. Direktorat Jenderal Pajak (DJP) merupakan salah satu instansi pemerintah yang menggunakan layanan e-government (egov) secara online. Penerapan sistem ini dilakukan dalam rangka peningkatan layanan kepada Wajib Pajak (WP) dengan cara melakukan reformasi sistem perpajakan. Salah satu program reformasi sistem perpajakan yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP) adalah dengan memperkenalkan program penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak 17
Penghasilan (PPh) melalui aplikasi online yang dikenal dengan nama e-filing. Sistem e-filing di DJP merupakan salah satu penerapan full automation karena cara penyampaian SPT dilakukan melalui sistem online dan realtime yang membuat kegiatan administrasi menjadi cepat, mudah, akurat dan paperless [9]. Penerapan sistem e-filing di DJP, dapat meningkatkan efisiensi dalam sistem perpajakan dan perbaikan kinerja lembaga serta aparatur pajak, namun di pihak lain muncul permasalahan terkait dengan kepercayaan Wajib Pajak (WP) terhadap DJP. Kasus korupsi pajak, keamanan data, jaminan keaslian (authenticity) data, kerahasiaan data dan dokumen (privacy) merupakan hal-hal yang dapat mempengaruhi kepercayaan Wajib Pajak pada aparatur pajak dan sistem perpajakan [6], [7]. Kekhawatiran Wajib Pajak terhadap tingkat keamanan data yang disampaikan melalui sistem e-filing menjadi pertimbangan Wajib Pajak untuk menggunakan sistem e-filing [2], [7], [9], [10]. Wajib Pajak yang sebelumnya patuh secara sukarela dapat saja kehilangan rasa percaya pada aparatur pajak dan kepatuhan Wajib Pajak menjadi hanya sekedar karena paksaan atau tekanan tanpa adanya kepercayaan kepada aparatur pajak Menurunnya kepercayaan wajib pajak terhadap aparatur pajak yang mengakibatkan rendahnya kepatuhan wajib pajak untuk membayar pajak, akan menurunkan jumlah pendapatan pemerintah melalui sektor pajak, hingga akhirnya dapat berujung pada rendahnya alokasi anggaran untuk penyediaan fasilitas publik dari pemerintah untuk masyarakat. Rendahnya dampak positif dari penerapan sistem e-filing yang diterapkan oleh DJP, mengindikasikan bahwa sistem informasi yang telah dibuat masih kurang efektif, namun sejak sistem ini diluncurkan pada tahun 2005, perkembangan sistem e-filing terus mengalami kemajuan yang pesat. Perkembangan sistem e-filing yang diterapkan di DJP terus mengalami kemajuan, hal ini dapat dilihat dari data Departemen Teknologi Informasi Perpajakan (TIP) Direktorat Jenderal Pajak yang menyatakan bahwa jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP) yang menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) secara e-filing terus mengalami peningkatan yang signifikan hingga tahun 2014. Pada Tabel 1.1 akan ditampilkan data jumlah SPT yang disampaikan melalui e- Filing dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2014. 18
Tabel 1. 1 Jumlah SPT yang Disampaikan Melalui e-filing Tahun Penyampaian Jumlah Wajib Pajak Yang Terdaftar e-filing ASP e-filing Website DJP 2005 4.358.014 1.204-2006 4.805.209 8.112-2007 7.137.023 18.261-2008 10.682.099 24.776-2009 15.911.576 51.852-2010 19.112.590 101.521-2011 22.319.073 231.042-2012 25.000.000 319.584 7.507 2013 72.980 24.474 2014 813.000 Sumber : Departemen Teknologi Informasi Perpajakan (TIP) - Direktorat Jenderal Pajak Berdasarkan Tabel 1.1 terlihat bahwa minat WPOP yang menyampaikan SPT tahunannya secara e-filing masih begitu kecil dibandingkan dengan jumlah WPOP yang terdaftar di DJP. Hal ini mengindikasikan bahwa minat wajib pajak untuk melaporkan SPT tahunannya melalui e-filing masih rendah, walaupun jumlah wajib pajak yang menggunakan sistem e-filing untuk pelaporan SPT tahunannya terus mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun 2005 hingga tahun 2014. Pada tahun 2013 jumlah wajib pajak yang menggunakan sistem e-filing sempat mengalami penurunan. Penurunan tersebut terjadi akibat adanya kebocoran kerahasiaan data Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan (PPh) tahun pajak 2011 milik keluarga mantan Presiden Republik Indonesia Bapak Susilo Bambang Yudhoyono, dimana hal ini ternyata mempengaruhi kepercayaan masyarakat terhadap penggunaan e-filing dalam menyampaikan SPT tahunannya [11], [12]. Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan pada paragraf di atas, menunjukkan bahwa kepercayaan wajib pajak terhadap aparatur pajak (DJP) merupakan salah satu faktor penentu kepatuhan wajib pajak untuk membayar pajak. Kepercayaan (trust) merupakan faktor yang sangat berpengaruh secara signifikan pada penggunaan layanan sistem e-filing [13]. Kepercayaan dibangun atas tiga dimensi, yaitu kemampuan (ability), kebaikan hati (benevolence), dan integritas (integrity) penyedia layanan [14]. Ketiga dimensi ini menjadi dasar penting untuk membangun kepercayaan wajib pajak agar dapat mempercayai DJP sebagai institusi yang 19
bertugas untuk memungut pajak dari wajib pajak. Kepercayaan yang telah terbentuk dengan baik antara wajib pajak dengan DJP, diharapkan dapat meningkatkan minat wajib pajak untuk menggunakan layanan e-filing dalam pelaporan penghasilan tahunannya kepada institusi DJP. Direktorat Jenderal Pajak (DJP) selaku institusi yang memungut serta mengelola dana pajak dari wajib pajak, sudah seharusnya mengetahui minat wajib pajak atas penggunaan sistem e-filing yang diterapkan oleh DJP dalam pelaporan penghasilan tahunan wajib pajak. Minat wajib pajak atas penggunaan sistem e- Filing ini dapat diukur dengan teori Technology Acceptance Model (TAM). TAM merupakan teori pemodelan untuk memprediksi penerimaan atau minat seseorang terhadap sistem informasi atas dasar kegunaan serta kemudahan yang dirasakan pengguna ketika menggunakan sistem tersebut [15]. Teori pemodelan TAM yang diadaptasi dari Theory of Reason Action (TRA), merupakan model yang paling banyak diterima secara luas oleh para peneliti sistem informasi, hal ini dikarenakan TAM merupakan model yang sederhana namun memiliki hasil yang valid serta menghasilkan kekayaan empiris atas objek yang akan diteliti [16]. Para peneliti sitem informasi telah melakukan investigasi serta replikasi TAM yang hasilnya menunjukkan bahwa TAM dapat memprediksi dengan valid tingkat penerimaan seseorang atas penerapan suatu teknologi informasi [15]. Davis (1989) menyatakan bahwa variable TAM tidak dapat sepenuhnya mencerminkan pengaruh spesifik teknologi dan faktor-faktor penggunaannya [17]. Penelitian mengenai penerimaan teknologi masa depan perlu mengidentifikasi variable lainnya yang mempengaruhi daya guna (usefulness), kemudahan penggunaan (ease of use) dan penerimaan pengguna (user acceptance). Faktorfaktor yang mempengaruhi penerimaan teknologi informasi baru cenderung berbeda dalam hal teknologi, target pengguna, serta konteksnya. Penjelasan-penjelasan yang telah diuraikan di atas menjadi dasar ketertarikan penulis untuk meneliti model kepercayaan yang kuat dan handal. Secara lebih rinci penulis akan membahas tentang bagaimana kepercayaan masyarakat yang dalam hal ini adalah wajib pajak terhadap pemerintah, penggunaan internet, serta e- 20
Government (egov) melalui analisis model Technology Acceptance Model (TAM) dalam sistem e-filing. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan pada sub bab 1.1. maka dapat ditarik sebuah rumusan masalah yaitu untuk mengetahui pengaruh kepercayaan Wajib Pajak pada egov terhadap minat menggunakan e-filing. 1.3 Keaslian Penelitian Penulis telah melakukan studi literatur dari peneliti peneliti terdahulu yang telah meneliti mengenai konsep kepercayaan pada e-government. Latar belakang sebagian besar peneliti menelaah secara mendalam konsep ini adalah masih rendahnya minat wajib pajak di negaranya masing-masing untuk melaporkan SPT tahunan PPh nya melalui sistem online, tingkat kepercayaan akan sistem pengamanan terutama untuk data wajib pajak merupakan alasan sebagian besar wajib pajak enggan untuk menggunakan sistem e-filing dalam pelaporan pajak tahunanannya. Wu & Liang (2005) melakukan studi empiris mengenai pengembangan model kepercayaan dan TAM dengan menambahkan Theory of Planned Behavior (TPB) dalam inisiatif penerapan pajak online yang dilakukan di negara Taiwan [18]. Responden yang digunakan pada penelitian ini merupakan responden yang belum berpengalaman dan baru pertama kali menggunakan layanan pajak online. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa isu teknologi yang berbasis kepercayaan merupakan hal yang penting dalam meningkatkan niat perilaku warga negara untuk menggunakan layanan pajak online. Pengguna pemula dari layanan pajak online di Taiwan lebih mengandalkan kepercayaan dengan fitur nonteknologi dan usefulness perception (PU), dengan kata lain, kepercayaan lebih penting dalam menentukan sikap pengguna dari perceived ease of use (PEOU) dan usefulness perception (PU) layanan pajak online. Hussein et al. (2009) telah melakukan penelitian yang sama seperti yang dilakukan oleh Wu & Liang (2005) mengenai penerapan sistem Government to Citizen (G2C) di Malaysia dengan mengadopsi teori Technology Acceptance Model (TAM) sebagai kerangka kerja, serta meneliti faktor-faktor yang diprediksi dapat 21
mempengaruhi niat warga negara untuk menggunakan sistem G2C [19]. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa kepercayaan wajib pajak memiliki hubungan positif dengan niat penggunaan e-filing. Faktor internal dan eksternal politik juga memiliki hubungan positif terhadap kepercayaan wajib pajak atas pemerintah. Pada tahun berikutnya Hussein et al. (2010) melakukan penelitian lanjutan melalui pendekatan kuantitatif melalui kuisioner, dan sebelumnya telah dilakukan pretest. Pretest pada penelitian tersebut menggunakan 22 orang responden ahli yang berprofesi sebagai dosen dan guru besar, 22 responden tersebut diminta untuk mengevaluasi sistem e-filing. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Wu & Liang (2005) dimana responden yang digunakan adalah responden yang belum berpengalaman menggunakan e-filing, penelitian yang dilakukan oleh Hussein et al. (2010) menggunakan 500 orang responden yang berprofesi sebagai dosen dan staf administrasi lima universitas yang ada di Malaysia, dan ke 500 responden tersebut ada yang merupakan pengguna pertama sistem e-filing dan ada juga yang sudah berpengalaman menggunakan sistem e-filing, namun tidak ada pemisahan dalam hasil penelitian (yang sudah berpengalaman menggunakan e-filing maupun yang belum berpengalaman). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepercayaan pada pemerintah dan kualitas layanan berbasis web, merupakan faktor yang signifikan untuk mempengaruhi minat wajib pajak menggunakan sistem e-filing. Temuan ini memperkuat temuan penelitian yang sebelumnya telah dilakukan oleh Wu & Liang (2005). Penelitian ini juga ingin melihat pengaruh kepercayaan pada e-government (egov) terhadap minat responden untuk menggunakan e-filing [6], namun kedua dimensi dari kepercayaan pada e-government (egov) (kepercayaan pada internet dan kepercayaan pada pemerintah) digabungkan (tidak dipisahkan), hal ini yang menjadi pembeda antara penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan penelitian yang dilakukan oleh Hussein et.al., (2010). Selanjutnya dalam penelitian ini juga menguji hubungan antara persepsi kemudahan dalam menggunakan e-filing & persepsi kemanfaatan e-filing terhadap minat responden dalam menggunakan e- Filing [6], hal ini juga dilakukan dalam penelitian yang akan dilakukan oleh penulis. Perbedaan lainnya antara penelitian penulis dengan penelitian ini adalah 22
penelitian yang penulis lakukan tidak memasukkan variabel image, result demonstrability, compatibility, social influence, service quality, dan perceived risk sebagai variabel yang mempengaruhi minat responden dalam penggunaan e-filing, sementara penelitian yang dilakukan oleh Hussein et.al (2010) memasukkan semua variabel tersebut sebagai variabel yang mempengaruhi minat responden dalam menggunakan e-filing [6]. Wang & Lu (2010) di akhir penelitiannya menyarankan agar pengukuran nilai dari ke dua variabel (kepercayaan pada internet dan kepercayaan pada pemerintah) yang merupakan pembentuk kepercayaan e-government (egov), di ukur secara terpisah agar dapat diketahui variabel mana yang pengaruhnya paling signifikan dalam membentuk kepercayaan pada e-government (egov) [20]. Penelitian ini tidak menganalisa hubungan lebih lanjut antara kepercayaan pada e- Government (egov) dengan minat responden untuk menggunakan e-filing, hal ini yang membedakannya dengan penelitian yang dilakukan penulis [20]. Carter, Schaupp, & Mc-Bride (2011) telah melakukan penelitian yang sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Wu & Liang (2005) serta Hussein et al (2010), namun penelitian ini menelaah faktor-faktor yang mempengaruhi minat wajib pajak untuk menggunakan sistem online secara lebih spesifik dibandingkan dua peneliti sebelumnya. Hasil dari penelitian ini, menunjukkan bahwa performance expectancy, social influence, computer anxiety, optimism bias dan trust of the government memiliki dampak yang signifikan terhadap minat wajib pajak untuk menggunakan sistem e-filing dalam pelaporan pajaknya. Penelitian ini dilakukan dengan sistem online pada 260 responden. Goswami (2014) juga melakukan penelitian dengan topik yang sama, dengan menambahkan perceived risk sebagai variabel yang mempengaruhi penerimaan teknologi model TAM dalam konteks pajak e-filing [9]. Selanjutnya, penelitian ini juga merekomendasikan cara-cara yang dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada layanan pemerintah. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa efek positif dari kepercayaan, persepsi, serta persepsi risiko, memberikan pengaruh pada sikap pembelian online, pada situs web pemerintah, orang biasanya memiliki kepercayaan yang lebih tinggi terhadap informasi dan pelayanan online. 23
Tan, Pan, dan Lim (2005) juga melakukan penelitian mengenai proses membangun kepercayaan pada techno-structure dalam rangka peningkatan penerimaan pengguna e-filing (keberhasilan sistem e-filing) [21]. Pengumpulan data dilakukan dengan Focus Grup Discussion (FGD) yang terdiri dari anggota organisasi terkait, yaitu anggota Chief Information Officer (CIO), tim desain sistem e-filing, tim implementasi sistem e-filing serta kelompok administratif e-filing di Singapura. Hasil yang diperoleh menjadi implikasi untuk pengembangan e- Government (egov) dalam rangka mengembalikan kepercayaan publik pada pemerintah. Pada penelitian ini responden akan dibagi ke dalam dua kelompok responden, responden pertama adalah wajib pajak yang belum berpengalaman menggunakan e- Filing dalam melaporkan SPT tahunannya, sedangkan responden yang kedua adalah wajib pajak yang sudah pernah menggunakan e-filing dalam melaporkan SPT tahunannya. Pengelompokan responden ini ditujukan untuk melihat perbedaan kepercayaan responden, serta minat penggunaan e-filing berdasarkan tingkat pengalaman wajib pajak, dan pengelompokan ini didukung oleh teori yang dikemukakan oleh McKnight et al., (1998) dan Karahanna et al., (1999) [22], [23]. Penelitian-penelitian sebelumnya tidak membedakan responden berdasarkan pengalamannya (hanya ada satu kelompok). Penelitian ini menggunakan Model Adopsi Sistem Informasi Extention Technology Acceptance Model (TAM2) yang diperbarui dan dimodifikasi yaitu dengan menghilangkan variabel subjective norm, image, job relevance, output quality, result demonstrability, experience, voluntariness dan usage behaviour dari model ini dan menambah variabel laten yaitu kepercayaan pada internet, kepercayaan pada pemerintah dan kepercayaan pada e-government. Penelitian ini dilakukan untuk menelaah bagaimana kepercayaan pada e-government (trust in e- Government) mempengaruhi minat responden (wajib pajak) terhadap penggunaan e-filing dalam melaporkan SPT tahunannya. Kepercayaan pada e-government (egov) pada penelitian ini mengacu pada teori yang dikemukakan oleh Srivastava & Teo (2005) yang menyatakan bahwa kepercayaan pada e-government (egov) terdiri dari dua dimensi kepercayaan, yaitu kepercayaan pada pemerintah dan kepercayaan pada internet [24]. Kepercayaan pada pemerintah dan kepercayaan 24
pada internet masing-masing dilihat pengaruhnya terhadap kepercayaan pada e- Government (egov), selanjutnya kepercayaan pada e-government (egov) dilihat pengaruhnya terhadap penggunaan e-filing wajib pajak dalam melaporkan SPT tahunannya. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya terletak pada pengukuran secara terpisah pengaruh kepercayaan pada internet & pemerintah terhadap kepercayaan pada e-government (egov) yang dilakukan berdasarkan saran dari penelitian sebelumnya telah dilakukan oleh Wang & Lu (2010) dan mengacu pada teori yang dikemukakan oleh Srivastava & Teo (2005) [20], [24]. 1.4 Tujuan Penelitian Penelitian ini dimaksudkan untuk menguji sekaligus mengembangkan hasil penelitian yang sebelumnya telah dilakukan oleh Hussein et.al., (2010) dan Wang & Lu (2010) [6], [20] yaitu mengenai pengaruh kepercayaan terhadap minat wajib pajak dalam menggunakan e-filing dengan menggunakan technology acceptance model (TAM). Penelitian ini akan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi minat wajib pajak untuk menggunakan sistem e-filing melalui integrasi indikator dari kepercayaan pada e-government (egov) yaitu kepercayaan pada pemerintah dan kepercayaan pada internet dengan menggunakan pendekatan Technology Acceptance Model (TAM). Selanjutnya, penelitian ini juga akan mengidentifikasi apakah kepercayaan pada internet, kepercayaan pada pemerintah dan kepercayaan pada e-government (egov) berpengaruh positif terhadap minat menggunakan sistem e-filing. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi Direktorat Jenderal Pajak (DJP), hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk pembuatan kebijakan, perbaikan, peningkatan pelayanan, keamanan dan kerahasiaan administrasi perpajakan kepada wajib pajak dan peningkatan sosialisasi penggunaan e- 25
Filing kepada wajib pajak sehingga berguna bagi pengembangan dan mendorong pertumbuhan pengguna e-filing di Indonesia. 2. Bagi wajib pajak dan masyarakat dapat memberikan masukan tentang pentingnya pemahaman mengenai pemanfaatan teknologi informasi dan mendorong mereka memanfaatkan e-filing secara lebih optimal. 3. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat memberikan masukan sebagai bahan informasi guna melihat, mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan masalah sejenis, melakukan pengujian dengan menambahkan variabel lainnya sebagai bahan pertimbangan peneliti yang sejenis atau penelitian pada masa yang akan datang dan memperkaya serta memperbaharui kepustakaan dalam bidang penelitian e-filing di Indonesia. 1.6 Batasan Penelitian Permasalahan penelitian selanjutnya akan akan dibatasi agar pemecahan masalah yang dilakukan tidak menyimpang dari ruang lingkup sehingga penelitian tetap fokus. Pembatasan dari masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut : Pengukuran dilakukan pada wajib pajak orang pribadi yang terdaftar di Kota Medan dan Pematang Siantar yang menggunakan maupun yang belum menggunakan aplikasi e-filing saat melaporkan SPT Tahunan Pajak Penghasilan (Pph) untuk tahun pajak 2013 yang lalu. Penelitian ini tidak meneliti proses adopsi teknologi e-filing secara keseluruhan melainkan hanya fokus pada proses adopsi teknologi e-filing yaitu tahap penggunaan berdasarkan faktor-faktor persepsi kemanfaatan, persepsi kemudahan penggunaan, minat menggunakan, kepercayaan pada pemerintah, kepercayaan pada internet dan kepercayaan pada egov yang dirasakan oleh responden. TAM merupakan suatu pemodelan yang lebih menekankan kepada penerimaan secara sukarela (voluntary). Sedangkan dalam bidang perpajakan kepatuhan perpajakan dapat bersifat sukarela (voluntary) atau paksaan (mandatory). Namun dalam penerapan sistem e-filing sejak pertama dikeluarkan (pada tahun 2004) hingga saat ini (pada tahun 2014) masih diberlakukan kebijakan penggunaan secara sukarela (voluntary) bagi Wajib Pajak. Wajib Pajak masih 26
dapat memilih menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan (SPT Pph) secara offline atau online menggunakan e-filing. 27