HUBUNGAN KOMPETENSI SEMANTIS DAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS X SMAN 1 LENGAYANG

dokumen-dokumen yang mirip
ABSTRACT. Kata kunci: membaca, membaca apresiatif cerpen, menulis teks cerpen

HUBUNGAN KEMAMPUAN MEMBACA SASTRA DENGAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 LUBUK BASUNG

KONTRIBUSI KEMAMPUAN MENGAPRESIASI CERPEN TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS XI SMAN 16 PADANG

HUBUNGAN MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN MENULIS WACANA EKSPOSISI SISWA KELAS X SMAN 5 PADANG

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK MEMBUAT KERANGKA TULISAN ARTIKEL ILMIAH

KORELASI KETERAMPILAN MEMAHAMI TEKS EKSPOSISI DENGAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS EKSPOSISI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 PAINAN

HUBUNGAN KETERAMPILAN MEMBACA APRESIATIF DENGAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS X SMA PEMBANGUNAN LABOLATORIUM UNP

PENGARUH PENGUASAAN KOMPETENSI SINTAKSIS TERHADAP PRODUKSI KALIMAT EFEKTIF PADA KARANGAN EKSPOSISI

PENGARUH MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DI SMPN 19 PADANG

HUBUNGAN KEMAMPUAN MEMBACA KRITIS DENGAN KEMAMPUAN MENULIS ARGUMENTASI SISWA KELAS XI SMAN 1 KINALI

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA KOMIK STRIP TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 TANJUNG RAYA KABUPATEN AGAM

HUBUNGAN KETERAMPILAN MEMAHAMI TEKS CERITA PENDEK DENGAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS CERITA PENDEK SISWA KELAS XI SMA SEMEN PADANG

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS X SMA NEGERI 15 PADANG MENGGUNAKAN TEKNIK AUTOBIOGRAFI ARTIKEL ILMIAH MIZA ELVAYANTI NIM.

KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SUGESTIF DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK MENYELESAIKAN CERITA SISWA KELAS X SMA NEGERI 9 SIJUNJUNG

KONTRIBUSI PENGUASAAN KOSAKATA TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 IV NAGARI BAYANG UTARA KABUPATEN PESISIR SELATAN ABSTRACT

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR BERSERI TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 SIPORA UTARA KABUPATEN MENTAWAI

HUBUNGAN KEMAMPUAN MEMAHAMI UNSUR INTRINSIK CERPEN DENGAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 18 PADANG ARTIKEL ILMIAH

HUBUNGAN KEMAMPUAN MENYIMAK PARAGRAF EKSPOSISI DENGAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF EKSPOSISI SISWA KELAS X SMA TAMANSISWA PADANG ARTIKEL ILMIAH

PENGARUH PENGGUNAAN TEKNIK COPY THE MASTER TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 SUNGAI TARAB E- JURNAL ILMIAH

PENGARUH PENGGUNAAN TEKNIK REFLEKTIF TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS X SMA NEGERI 15 PADANG ABSTRACT

HUBUNGAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF EKSPOSISI KELAS X SMA NEGERI 2 KOTO XI TARUSAN KABUPATEN PESISIR SELATAN

Keterampilan Menulis Naskah Drama Berdasarkan Novel Populer Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Batang Kapas Kabupaten Pesisir Selatan ARTIKEL ILMIAH

PERBEDAAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN MENGGUNAKAN TEKNIK KERANGKA TULISAN DAN TEKNIK MENYELESAIKAN CERITA SISWA KELAS X SMA NEGERI 15 PADANG

HUBUNGAN PENGUASAAN KOSAKATA DENGAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 GUGUAK KABUPATEN 50 KOTA

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS X SMA NEGERI 9 SIJUNJUNG DENGAN TEKNIK MENYELESAIKAN CERITA JURNAL ILMIAH

KORELASI KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN TEKS EKSPOSISI DENGAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS EKSPOSISI

HUBUNGAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN DENGAN KETERAMPILAN MENULIS RANGKUMAN SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 11 PADANG

KETERAMPILAN MENULIS PUISI BEBAS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 BATANG KAPAS KABUPATEN PESISIR SELATAN BERDASARKAN TEKNIK MENGEMBANGKAN KATA KUNCI

PENGARUH PENGGUNAAN METODE LATIHAN/DRILL TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII MTsN TAPAN KABUPATEN PESISIR SELATAN ARTIKEL ILMIAH

KEMAMPUAN MENULIS SINOPSIS NOVEL REMAJA MENGGUNAKAN TEKNIK PEMODELAN SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN JURNAL

KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 20 PADANG DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA CERPEN E JURNAL

KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN EKSPOSISI SISWA KELAS X SMA NEGERI 11 PADANG BERDASARKAN KERANGKA KARANGAN ARTIKEL ILMIAH RIRIN SEPRIWINNI NPM

KEMAMPUAN MENGIDENTIFIKASI UNSUR INTRINSIK NOVEL DENGAN TEKNIK INKUIRI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 5 PADANG

KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA KELAS X SMA N 1 KECAMATAN BASA AMPEK BALAI KABUPATEN PESISIR SELATAN DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI MIND MAPPING E JURNAL

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR BERSERI TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS X SMA NEGERI 12 SIJUNJUNG ARTIKEL ILMIAH

PERBANDINGAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF PERSUASI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA BACAAN DAN MEDIA POSTER SISWA KELAS KELAS X SMAN 1 RANAH PESISIR

KETERAMPILAN MENULIS TEKS EKSPOSISI SISWA KELAS X MAN I KINALI KABUPATEN PASAMAN BARAT

ARTKEL ILMIAH diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (Strata 1) NURJANIL NPM

PENGARUH TEKNIK MENULIS PUISI BERDASARKAN CERITA TERHADAP MENULIS PUISI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 14 PADANG ARTIKEL ILMIAH

KEMAMPUAN MENULIS SINOPSIS NOVEL SISWA KELAS VIII SMP N 1 SUNGAI RUMBAI KABUPATEN DHARMASRAYA DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PEMODELAN ARTIKEL E JURNAL

PENGARUH PENGGUNAAN TEKNIK OBJEK LANGSUNG TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 SUTERA ARTIKEL ILMIAH

HUBUNGAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN NASKAH DRAMA DENGAN KETERAMPILAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 13 PADANG

KEMAMPUAN MENGUBAH TEKS WAWANCARA MENJADI KARANGAN NARASI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 LEMBAH MELINTANG KABUPATEN PASAMAN BARAT JURNAL

ABSTRACT. Kata kunci: korelasi, keterampilan membaca pemahaman teks laporan hasil observasi, dan keterampilan menulis teks laporan hasil observasi

KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF EKSPOSISI BERDASARKAN TEKS WAWANCARA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 RANAH PESISIR KABUPATEN PESISIR SELATAN ARTIKEL ILMIAH

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS X SMA SEMEN PADANG DENGAN MENERAPKAN TEKNIK MIND MAPPING ARTIKEL ILMIAH ISKAMIMI JEKRI NPM

KEMAMPUAN MENENTUKAN FAKTA DAN OPINI DALAM TAJUK RENCANA DENGAN TEKNIK INKUIRI SISWA KELAS XI SMAN 1 SUNGAI RUMBAI KABUPATEN DHARMASRAYA

KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR BERSERI SISWA KELAS X SMA NEGERI 7 PADANG ARTIKEL ILMIAH

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS TEKS DISKUSI SISWA KELAS VIII MTsN LUBUK BUAYA PADANG ABSTRACT

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS X SMA SEMEN PADANG DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PEMODELAN JURNAL ILMIAH

PENGARUH PENGGUNAAN METODE SUGESTI IMAJINASI TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS X SMA AL-ISTIQAMAH SIMPANG EMPAT KABUPATEN PASAMAN BARAT

KEMAHIRAN MENULIS CERPEN DITINJAU DARI UNSUR INTRINSIK SISWA KELAS X SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 4 TANJUNGPINANG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS TEKS DESKRIPSI

KEMAMPUAN MENULIS NARASI EKSPOSITORIS DALAM BENTUK AUTOBIOGRAFI SISWA KELAS X SMA ADABIAH PADANG DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PEMODELAN E JURNAL

KEMAMPUAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 35 PADANG MENULIS KEMBALI DONGENG YANG DIPERDENGARKAN E- JURNAL ILMIAH NUZUL FITRIA NIM.

HUBUNGAN PENGUASAAN KOSAKATA DENGAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 BATANG KAPAS ARTIKEL ILMIAH

KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII SMP N 13 PADANG DENGAN BERBANTUAN MEDIA FILM Oleh

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL INKUIRI BERBANTUAN MEDIA GAMBAR TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 27 PADANG ABSTRACT

HUBUNGAN PENGUASAAN KOSAKATA DENGAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 19 PADANG ARTIKEL ILMIAH

HUBUNGAN KETERAMPILAN MENYIMAK TEKS CERPEN DENGAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS CERPEN SISWA KELAS VII SMP KARTIKA 1-6 PADANG JURNAL ILMIAH

WINDA YULIA PUTRI NPM

KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMAN 1 PASAMAN DENGAN TEKNIK PEMODELAN E-JURNAL ILMIAH LINDA OKTAVIA SARI NPM

KEMAMPUAN PENGGUNAAN EJAAN YANG DISEMPURNAKAN SISWA KELAS VIII SMP N 20 PADANG DALAM MENULIS SURAT DINAS E JURNAL ILMIAH

KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF EKSPOSISI SISWA KELAS X SMAN 1 2X11 ENAM LINGKUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN BERDASARKAN MEDIA GAMBAR ARTIKEL ILMIAH

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 PARIAMAN

KEMAMPUAN MENULIS NARASI BERDASARKAN TEKS WAWANCARA SISWA KELAS VII SMPNEGERI 1 SIBERUT SELATAN KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI ARTIKEL ILMIAH

KEMAMPUAN MENENTUKAN FAKTA DAN OPINI PADA TEKS BERITA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 15 PADANG DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PEMODELAN E JURNAL ILMIAH

HUBUNGAN MINAT BACA DENGAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF EKSPOSISI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 ENAM LINGKUNG PARIT MALINTANG ARTIKEL ILMIAH

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN LIGHTENING THE LEARNING CLIMATE TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 KOTO XI TARUSAN

HUBUNGAN KEMAMPUAN MEMAHAMI CERPEN DENGAN KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 9 SIJUNJUNG

KEMAMPUAN MENGIDENTIFIKASI UNSUR INSTRINSIK NASKAH DRAMA MENGGUNAKAN TEKNIK INKUIRI SISWA KELAS VIII MTs TI BATANG KABUNG KOTA PADANG E-JURNAL ILMIAH

HUBUNGAN PENGUASAAN KOSAKATA DENGAN KEMAMPUAN MENULIS BERITA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 IV JURAI KABUPATEN PESISIR SELATAN JURNAL

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA LAGU TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 25 MUKOMUKO ARTIKEL ILMIAH

PENGARUH SEARCH REWRITE AND TEST (SRT) TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS VII SMPN 8 PADANG

HUBUNGAN MINAT BACA FIKSI DENGAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS CERITA MORAL/FABEL SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 7 SIJUNJUNG

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE

KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF EKSPOSISI SISWA KELAS X SMA NEGERI 8 PADANG DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK OBJEK LANGSUNG ARTIKEL ILMIAH

KEMAMPUAN MENULIS KEMBALI BERITA YANG DIPERDENGARKAN MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL SISWA KELAS VII SMP N 1 SITIUNG KABUPATEN DHARMASRAYA

KEMAMPUAN MENYUSUN TEKS CERITA FABEL SISWA SMP NEGERI 1 PAINAN KABUPATEN PESISIR SELATAN DENGAN MENGUNAKAN TEKNIK PEMODELAN ARTIKEL ILMIAH

KEMAMPUAN MEMPROSAKAN PUISI KEPADA ADIK-ADIKKU KARYA ARIFIN C. NOOR SISWA SMA. Oleh

HUBUNGAN KEMAMPUAN MENULIS PENGALAMAN PRIBADI DENGAN KEMAMPUAN BERCERITASISWA KELAS VII SMP N 1 LENGAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN ARTIKEL ILMIAH

HUBUNGAN PENGUASAAN KOSAKATA BIDANG LINGKUNGAN DENGAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS EKSPLANASI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 8 PADANG

ABSTRACT. Kata kunci: Pengaruh, Media Objek Langsung, Menulis, Teks Laporan Hasil Observasi

HUBUNGAN KETERAMPILAN MEMBACA KRITIS DENGAN KETERAMPILAN MENULIS ARTIKEL POPULER SISWA KELAS XI SMA NEGERI 5 PADANG

Keywords: Writing Skills, Expository Narrative Paragraphs, Visual Media

HUBUNGAN PENGUASAAN KOSAKATA DENGAN KETERAMPILAN MENULIS ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 6 PADANG

HUBUNGAN KEMAMPUAN MEMAHAMI TEKS WAWANCARA DENGAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF NARASI EKSPOSITORIS SISWA KELAS VII SMP N 1 V KOTO TIMUR PARIAMAN

HUBUNGAN MINAT BACA DENGAN KEMAMPUAN MENENTUKAN UNSUR INSTRINSIK CERPEN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 GUNUNG TALANG JURNAL SKRIPSI

HUBUNGAN PENGUASAAN GAYA BAHASA TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS TEKS CERITA PENDEK SISWA KELAS VII SMP N 1 RAO ARTIKEL ILMIAH

KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF NARASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 SIPORA KABUPATEN KEPULAUAN MENTAWAI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA PETA KONSEP

Kontribusi Penguasaan Semantik terhadap Kemampuan Membaca Pemahaman Mahasiswa IIPK Universitas Negeri Padang

PENINGKATAN PENGUASAAN KOSAKATA MELALUI TEKNIK PERMAINAN TEKA-TEKI SILANG DI KELAS VII.A SMPN 2 SUNGAI PENUH

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL NUMBERED HEAD TOGETHER

PENGARUH TEKNIK COPY THE MASTER TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS TEKS PROSEDUR SISWA KELAS VII MTsN LUBUK BUAYA KOTA PADANG

HUBUNGAN KEBIASAAN MEMBACA KARYA SASTRA DENGAN KEMAMPUAN SISWA MENGAPRESIASI CERPEN DI SMP

HUBUNGAN MEMBACA KRITIS DENGAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF EKSPOSISI SISWA KELAS X SMA N 3 LENGAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN ARTIKEL ILMIAH

Kata kunci: pengaruh, model problem based learning berbantuan media gambar berseri, menulis kembali dongeng.

KEMAMPUAN MENANGGAPI PEMBACAAN CERPEN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 LINGGO SARI BAGANTI KABUPATEN PESISIR SELATAN MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL

KONTRIBUSI KETERAMPILAN MENYIMAK DONGENG TERHADAP KETERAMPILAN MENULISKAN KEMBALI DONGENG

Transkripsi:

HUBUNGAN KOMPETENSI SEMANTIS DAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS X SMAN 1 LENGAYANG Oleh: Nasri Mega 1, Emidar 2, Nursaid 3 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS Universitas Negeri Padang email: nasri_mega@yahoo.com ABSTRACT The purpose of research is to describes: (1) semantic competenty, (2) writing short story ability, and (3) the relationship between semantic and students class X SMAN 1 Lengayang, regency ability in writing short story. This research is quantitative research by using descriptive method. Population in this research is class X SMAN 1 Lengayang about 290 students. Sample is 15% from 290 students is 42 students by using random sampling technique. Based on the result of the research can be concluded: (1) semantic competency 66-75 % is more than enough. (2) writing short story ability about 66-75 % is more than enough. (3) there is positive relationship and significant between semantic competency and students ability in writing short story of class X SMAN 1 Lengayang. Kata kunci: cerpen; kemampuan; kompetensi; menulis; semantis A. Pendahuluan Salah satu dari empat keterampilan berbahasa dan bersastra, yang harus dikuasai oleh siswa adalah keterampilan menulis. Menulis merupakan media komunikasi yang efektif. Melalui menulis, seseorang dapat merekam, meyakinkan, melaporkan, atau memberitahukan sesuatu kepada orang lain serta dapat pula mempengaruhinya. Menurut Tarigan (2008:22), menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafis yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu. Semi (2009:6) menyatakan bahwa menulis merupakan suatu proses kreatif, ia harus mengalami suatu proses yang secara sadar dilalui dan secara sadar pula dilihat hubungan satu dengan yang lain sehingga berakhir pada suatu tujuan yang jelas. Salah satu bentuk keterampilan menulis yang diajarkan kepada siswa di sekolah adalah menulis cerpen. Cerpen adalah cerita pendek yang singkat dan padat serta tidak membutuhkan waktu yang lama untuk menyelesaikan bacaannya. Oleh sebab itu, cerpen merupakan karya sastra fiksi yang banyak digemari oleh siswa. Pembelajaran menulis cerpen sangat penting bagi siswa, sebab cerpen dapat dijadikan sebagai sarana untuk berimajinasi dan menuangkan pikiran atau ide-ide kreatif siswa. Semi (1988:34) menyatakan bahwa cerpen memuat penceritaan yang memuat pada suatu peristiwa pokok. Peristiwa pokok itu tidak sendirian tetapi dibantu oleh 1 Mahasiswa penulis skripsi Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, wisuda periode September 2012 2 Pembimbing I, Dosen FBS Universitas Negeri Padang 3 Pembimbing II, Dosen FBS Universitas Negeri Padang 434

Hubungan Kompetensi Semantis dan Kemampuan Menulis Cerpen Nasri Mega, Emidar, dan Nursaid peristiwa lain yang sifatnya mendukung. Kalau didalam novel, krisis jiwa pelaku mengakibatkan perubahan nasib pelaku maka dalam cerpen tidak perlu mesti menyebabkan perubahan nasib pelakunya. Cerpen tersusun atas unsur-unsur pembangun cerita yang saling berkaitan erat antara yang satu dengan yang lainnya. Keterkaitan antara unsur pembangun cerita tersebut membentuk sebuah totalitas yang menentukan keberhasilan dalam menulis sebuah cerpen. Menurut Semi (1988:35), Unsur intrinsik cerpen terdiri atas penokohan, alur (plot), latar, sudut pandang, tema, dan gaya bahasa. Selanjutnya, Muhardi dan Hasanuddin WS (1992:20) menyatakan bahwa fiksi secara umum mempunyai unsur-unsur yang membangunnya. Unsur-unsur yang membangun fiksi dari dalam disebut unsur intrinsik, dan unsur yang mempengaruhi penciptaan fiksi itu dari luar disebut dengan unsur ekstrinsik. Kemudian unsur intrinsik dapat dibedakan menjadi dua yaitu unsur utama dan penunjang. Unsur utama adalah semua hal yang berkaitan dengan pemberian makna melalui bahasa seperti penokohan, alur, latar, tema, dan amanat sedangkan unsur penunjang adalah segala upaya yang digunakan dalam memanfaatkan bahasa seperti sudut pandang dan gaya bahasa. Jadi, dapat disimpulkan bahwa struktur yang membangun cerpen dari dalam disebut intrinsik. Dalam penelitian ini, struktur cerpen yang dijelaskan adalah semua hal yang berkaitan dengan unsur intrinsik cerpen. Kemampuan menulis cerpen yang dimiliki siswa tidaklah sama. Sebagian siswa mampu menulis cerpen dengan baik dan sebagian siswa yang lain masih belum mampu menulis cerpen dengan baik. Ada beberapa yang mampu menulis cerpen dengan baik belum tentu dapat menjelaskan adanya makna-makna yang terkandung dari setiap satuan bahasa berupa makna kata, frasa, klausa, dan kalimat yang tertera dalam cerpen yang ditulisnya. Oleh sebab itu, perlunya penguasaan makna satuan bahasa. Penguasaan makna satuan bahasa dapat dikatakan sebagai kompetensi semantis. Menurut Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:719), kompetensi adalah kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan atau memutuskan sesuatu. Selain itu, Tim Penyusun KBBI (2008:720) juga menyatakan bahwa kompetensi merupakan kemampuan menguasai gramatika suatu bahasa secara abstrak atau batiniah. Ashan (dalam Sanjaya, 2008:6) menyatakan bahwa komptensi itu adalah suatu pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan atau kapabilitas yang dimiliki oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya sehingga mewarnai perilaku kognitif, afektif, dan psikomotoriknya. Selanjutnya, menurut Johnson (dalam Sanjaya, 2008:145), kompetensi merupakan perilaku rasional guna mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa kompetensi pada dasarnya merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Pada dasarnya, makna kompetensi tergantung kepada acuannya atau pemakaiannya. Istilah semantik dalam bahasa Indonesia dan semantik dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Yunani sema yang berarti tanda. Kata sema berkelas nomina. Semaino yang berarti menandai merupakan bentuk verba dari kata sema (Chaer (dalam Manaf, 2010:1). Sebagai istilah teknis, semantik mengandung pengertian studi tentang makna. Dalam hal ini, Aristoteles (dalam Aminuddin, 2008:15) menyatakan bahwa makna kata itu dapat dibedakan antara makna yang hadir dari kata itu sendiri secara otonom, serta makna kata yang hadir akibat tejadinya hubungan gramatikal. Sejalan dengan itu, Plato (dalam Aminuddin, 2008:15) mengungkapkan bahwa bunyi-bunyi bahasa itu secara implisit mengandung makna-makna tertentu. Berdasarkan pendapat para ahli dan uraian tentang asal usul kata semantik, dapat didefinisikan sebagai ilmu makna suatu tanda bahasa. Secara lebih terjabar, dapat dirumuskan definisi semantik secara umum adalah cabang ilmu bahasa yang membahas makna satuan bahasa. Satuan bahasa itu dapat berupa kata, frasa, klausa, dan kalimat. Berdasarkan definisi semantik secara umum itu, dapat dirumuskan pengertian semantik bahasa Indonesia. Semantik 435

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol. 1 No. 1 September 2012; Seri F 426-514 bahasa Indonesia adalah cabang ilmu bahasa yang secara khusus membahas makna satuan bahasa Indonesia. Kurangnya pemahaman siswa dalam kompetensi semantis dan kemampuan siswa dalam menulis cerpen disebabkan oleh tiga faktor. Pertama, siswa kesulitan dalam menuangkan ide, pikiran, dan gagasan ke dalam tulisan fiksi khususnya cerpen. Ini terlihat dari hasil karya siswa dalam menulis cerpen masih asal-asalan atau tidak sesuai dengan yang diinginkan seperti cerpen pada umumnya. Kedua, siswa kesulitan dalam menjelaskan adanya makna yang terkandung pada setiap satuan bahasa seperti makna kata, frasa, klausa, dan kalimat dalam cerpen. Ini terlihat dari jawaban siswa yang asal-asalan kalau ditanya tentang makna satuan bahasa yang terkandung dalam cerpen yang ditulisnya. Ketiga, ketidakseriusan siswa dalam proses pembelajaran. Sebagian besar siswa melakukan kegiatan lain ketika guru sedang menerangkan materi, seperti mengerjakan tugas mata pelajaran lain atau bermain telepon genggam. Berdasarkan alasan tersebut, penulis merasa penting melakukan penelitian ini dengan judul Hubungan Kompetensi Semantis dan Kemampuan Menulis Cerpen Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Lengayang. Penelitian ini memiliki tiga tujuan. Pertama, mendeskripsikan kompetensi semantis siswa kelas X SMA Negeri 1 Lengayang. Kedua, mendeskripsikan kemampuan menulis cerpen siswa kelas X SMA Negeri 1 Lengayang. Ketiga, mendeskripsikan hubungan kompetensi semantis dan kemampuan menulis cerpen siswa kelas X SMA Negeri 1 Lengayang. B. Metode Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode deskriptif. Sugiyono (2009:14) mengemukakan bahwa penelitian kuantitatif adalah penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Penelitian ini berusaha mendeskripsikan hubungan kompetensi semantis dan kemampuan menulis cerpen siswa kelas X SMA Negeri I Lengayang. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu data kompetensi semantis diperoleh dari tes objektif dan data kemampuan menulis cerpen dengan unjuk kerja siswa menulis cerpen. Kedua data tersebut akan dikumpulkan dan diolah sesuai dengan teknik pengumpulan data dan teknik analisis data. Objek penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri I Lengayang. Sampel dalam penelitian ini 15% dari 290 orang adalah 42 orang yang dipilih melalui teknik random sampling. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini ada 2, yaitu tes objektif dan tes tertulis. Pertama, tes dalam bentuk objektif dengan pilihan jawaban (A, B, C, dan D) untuk mengukur penguasaan kompetensi semantis. Uji coba instrumen perlu dilakukan pada tes objektif. Penyekoran dilakukan dengan melihat kunci jawaban yang ditetapkan berdasarkan soal yang dirancang sesuai dengan kisi-kisi soal kompetensi semantis. Uji coba instrumen dimaksudkan untuk menentukan validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda tes, sehingga data yang dikumpulkan dapat dipertanggungjawabkan keabsahannya. Kedua, tes unjuk kerja yaitu menulis cerpen untuk mengukur kemampuan siswa kelas X SMAN 1 Lengayang dalam menulis cerpen. Melalui tes tersebut, siswa diminta menulis cerpen dengan memperhatikan unsur pembangun cerpen. Tes unjuk kerja tidak perlu diujicobakan. C. Pembahasan 1. Kemampuan Menulis Cerpen Siswa Kelas X SMAN 1 Lengayang Langkah yang dilakukan untuk mengetahui gambaran mengenai kemampuan menulis cerpen siswa kelas X SMA Negeri 1 Lengayang adalah dengan menghitung skor mentah dari jawaban yang benar kemudian skor tersebut diubah menjadi nilai dengan menggunakan rumus persentase. Kemudian, nilai tersebut dimasukkan ke dalam tabel nilai kemampuan menulis 436

Hubungan Kompetensi Semantis dan Kemampuan Menulis Cerpen Nasri Mega, Emidar, dan Nursaid cerpen secara keseluruhan. Setelah itu, Hasil analisis dan nilai rata-rata tiap sampel secara keseluruhan dimasukkan ke dalam tabel konversi skala 10 berikut. Tabel 1. Persentase Kemampuan Menulis Cerpen secara Keseluruhan No. Kualifikasi Rentangan Nilai Frekuensi Persentase 1 2 3 4 5 1 Sempurna 96 100 0 0 2 Baik Sekali 86 95 5 11,90 3 Baik 76 85 11 26,19 4 Lebih dari Cukup 66 75 10 23,81 5 Cukup 56 65 2 4,76 6 Hampir Cukup 46 55 11 26,19 7 Kurang 36 45 3 7,14 8 Kurang Sekali 26 35 0 0 9 Buruk 16 25 0 0 10 Buruk Sekali 0 15 0 0 Jumlah 42 100% Deskripsi tingkat penguasaan kemampuan menulis cerpen siswa kelas X SMAN 1 Lengayang secara keseluruhan berdasarkan Tabel 1 diuraikan sebagai berikut. Pertama, kemampuan menulis cerpen yang berada pada kualifikasi baik sekali (BS) dengan kisaran nilai antara 86 95 berjumlah 5 orang (11,90%). Kedua, kemampuan menulis cerpen yang berada pada kualifikasi baik (B) dengan kisaran nilai antara 76 85 berjumlah 11 orang (26,19%). Ketiga, kemampuan menulis cerpen yang berada pada kualifikasi lebih dari cukup (LdC) dengan kisaran nilai 66-75 berjumlah 10 orang (23,81%). Keempat, Kemampuan menulis cerpen yang berada pada kualifikasi cukup (C) dengan kisaran nilai 56 65 berjumlah 2 orang (4,76%). Kelima, Kemampuan menulis cerpen yang berada pada kualifikasi hampir cukup (HC) dengan kisaran nilai 46 55 berjumlah 11 orang (26,19%). Keenam, Kemampuan menulis cerpen yang berada pada kualifikasi hampir cukup (K) dengan kisaran nilai 36 45 berjumlah 3 orang (7,14%). Langkah berikutnya adalah menafsirkan kemampuan menulis cerpen siswa berdasarkan rata-rata hitung. Untuk itu, data pada Tabel 1 dimasukkan dalam tabel distribusi frekuensi berikut ini. Tabel 2. Distribusi Frekuensi Kemampuan Menulis Cerpen secara Keseluruhan No. X F FX 1 88,89 5 444,45 1 2 3 4 2 77,78 11 855,58 3 66,67 10 666,7 4 61,11 2 122,22 5 55,56 11 611,16 6 44,44 3 133,32 N=42 FX = 2833,43 M = M = M = 67,46 437

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol. 1 No. 1 September 2012; Seri F 426-514 Nilai rata-rata kemampuan menulis cerpen siswa secara keseluruhan 67,46 adalah dengan kualifikasi lebih dari cukup (LdC). Jika dideskripsikan dalam bentuk histogram, maka penyajian data tersebut adalah sebagai berikut. Frekuensi 12 10 8 6 4 2 0 Brk KS K HC C Ld C B BS S Gambar 1. Histogram Kemampuan Menulis Cerpen secara Keseluruhan Keterangan: S : sempurna HC : hampir cukup BS : baik sekali K : kurang B : baik KS : kurang sekali LdC : lebih dari cukup Brk : buruk C : cukup Brk S : buruk sekali Kualifikasi Menulis cerpen adalah suatu proses penciptaan karya sastra untuk mengungkapakan ide, gagasan, dan bahasa yang dikuasai seseorang dalam bentuk cerpen yang ditulis dengan memenuhi unsur-unsur pembangun cerpen berupa alur, penokohan, latar, tema dan amanat, sudut pandang dan gaya bahasa. Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh dari kemampuan siswa dalam menulis cerpen, terdapat enam kategori yaitu baik sekali (BS), baik (B), lebih dari cukup (LdC), cukup (C), hampir cukup (HC), dan kurang (K). Pada penelitian ini, ditemukan bahwa rata-rata kemampuan menulis cerpen siswa kelas X SMA Negeri 1 Lengayang berada pada kualifikasi lebih dari cukup (LdC) dengan nilai rata-rata 67,64 yang berada pada tingkat penguasaan 66-75. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata kemampuan menulis cerpen siswa kelas X SMA Negeri 1 Lengayang adalah 67,64 dengan kualifikasi lebih dari cukup (LdC), telah melebihi standar kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditentukan yaitu 65. Ditinjau dari indikator yang digunakan dalam menilai kemampuan menulis cerpen siswa terdapat 6 indikator yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut. Pertama, menentukan alur. Kedua, menentukan penokohan. Ketiga, menentukan latar. Keempat menentukan sudut pandang. Kelima, menentukan tema. Keenam, menentukan gaya bahasa. Nilai tertinggi yang dikuasai siswa dalam menulis cerpen adalah pada indikator 1 (menentukan alur) yaitu 69,84 dengan kualifikasi lebih dari cukup (LdC). Hal ini terlihat dari karya siswa mengenai menentukan alur sudah lebih runtut. Alur yang dikemukakan siswa juga sudah relevan dengan judul karangan yang dibuatnya, sehingga pembaca tidak bingung saat membaca karya tersebut. Sebaliknya, nilai terendah siswa dalam menulis cerpen adalah pada indikator 3 (menentukan latar) yaitu 63,49 dengan kualifikasi cukup (C). Hal ini terlihat dari penjabaran siswa dalam menentukan latar pada sebuah karya 438

Hubungan Kompetensi Semantis dan Kemampuan Menulis Cerpen Nasri Mega, Emidar, dan Nursaid sastra. Pada dasarnya, latar dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu tempat, suasana dan sosial. Ketiga latar ini biasanya harus tergambar dalam sebuah karya sastra. Sementara itu, yang tergambar pada karya siswa lebih dominan pada latar tempat, sedangkan latar suasana dan sosial siswa sering kali mengabaikannya. Hal-hal tersebut yang mendorong peneliti menyatakan bahwa penguasaan konsep siswa mengenai latar ini masih rendah. 2. Kompetensi Semantis Siswa Kelas X SMAN 1 Lengayang Langkah yang dilakukan untuk mengetahui gambaran mengenai kompetensi semantis siswa kelas X SMA Negeri 1 Lengayang adalah dengan menghitung skor mentah dari jawaban yang benar kemudian skor tersebut diubah menjadi nilai dengan menggunakan rumus persentase. Kemudian, nilai tersebut dimasukkan ke dalam tabel nilai kemampuan menulis cerpen secara keseluruhan. Setelah itu, Hasil analisis dan nilai rata-rata tiap sampel secara keseluruhan dimasukkan ke dalam tabel konversi skala 10 berikut. Tabel 3. Persentase Kompetensi Semantis secara Keseluruhan No. Kualifikasi Rentangan Nilai Frekuensi Persentase 1 Sempurna 96 100 0 0 2 Baik sekali 86 95 5 11,90 3 Baik 76 85 6 14,29 4 Lebih dari Cukup 66 75 15 35,71 5 Cukup 56 65 9 21,43 6 Hampir Cukup 46 55 7 16,67 7 Kurang 36 45 0 0 8 Kurang Sekali 26 35 0 0 9 Buruk 16 25 0 0 10 Buruk Sekali 0 15 0 0 Jumlah 42 100 Deskripsi tingkat penguasaan kompetensi semantis siswa kelas X SMAN 1 Lengayang secara keseluruhan berdasarkan Tabel 3 di atas, diuraikan sebagai berikut. Pertama, kompetensi semantis siswa yang berada pada kualifikasi baik sekali (BS) dengan kisaran nilai antara 86-95 berjumlah 5 orang (11,90%). Kedua, kompetensi semantis siswa yang berada pada kualifikasi baik (B) dengan kisaran nilai antara 76-85 berjumlah 6 orang (14,29%). Ketiga, kompetensi semantis siswa yang barada pada kualifikasi lebih dari cukup (LdC) dengan kisaran nilai antara 66-75 berjumlah 15 orang (35,71%). Keempat, kompetensi semantis siswa yang barada pada kualifikasi cukup (C) dengan kisaran nilai antara 56-65 berjumlah 9 orang (21,43%). Kelima, kompetensi semantis siswa yang barada pada kualifikasi hampir cukup (HC) dengan kisaran nilai 46-55 berjumlah 7 orang (17,5%). Langkah berikutnya adalah menafsirkan kompetensi semantis siswa berdasarkan rata-rata hitung. Untuk itu, data pada Tabel 3 dimasukkan dalam tabel distribusi frekuensi berikut ini. Tabel 4. Distribusi Frekuensi Kompetensi Semantis secara Keseluruhan Siswa Kelas X SMAN 1 Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan No. F X FX 1 92 3 276 2 88 2 176 3 80 1 80 4 76 5 380 439

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol. 1 No. 1 September 2012; Seri F 426-514 1 2 3 4 5 72 9 648 6 68 6 408 7 64 1 64 8 60 5 300 9 56 3 168 10 52 4 208 11 48 3 144 FX = 2852 M = M = M = 67,90 Nilai rata-rata kemampuan kompetensi semantis siswa secara keseluruhan adalah 67,90 dengan kualifikasi baik lebih dari cukup (LdC). Jika dideskripsikan dalam bentuk histogram, maka penyajian data tersebut adalah sebagai berikut. Frekuensi 16 14 12 10 8 6 4 2 0 Brk KS K HC C Ld C B BS S Kualifikasi Gambar 2. Histogram Kompetensi Semantis secara Keseluruhan Keterangan: S : sempurna HC : hampir cukup BS : baik sekali K : kurang B : baik KS : kurang sekali LdC : lebih dari cukup Brk : buruk C : cukup Brk S : buruk sekali Kompetensi semantis merupakan penguasaan terhadap ilmu makna suatu tanda bahasa. Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh dari tes kompetensi semantis siswa, terdapat lima kategori yaitu baik sekali (BS), baik (B), lebih dari cukup (LdC), cukup (C) dan hampir cukup (HC). Rata-rata nilai siswa 68,9 dengan kualifikasi lebih dari cukup (LdC) dan berada pada rentangan 66-75. Pada indikator 1 (menentukan relasi makna (sinonim, antonim, homonim, homograf, hiponim dan polisemi) berjumlah 16 butir soal, yaitu nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 440

Hubungan Kompetensi Semantis dan Kemampuan Menulis Cerpen Nasri Mega, Emidar, dan Nursaid 14, 15 dan 16. Perhitungan tingkat kompetensi semantis siswa diuraikan sebagai berikut. Pertama, siswa yang mendapatkan nilai tertinggi berjumlah 1 orang (2,38%), yaitu berada pada kualifikasi sempurna (S). Kedua, siswa yang mendapatkan nilai yang berkisar dari 86-95 berjumlah 5 orang (11,91%), yaitu berada pada kualifikasi baik sekali (BS). Ketiga, siswa yang mendapatkan nilai yang berkisar dari 76-85 berjumlah 3 orang (714,5%), yaitu berada pada kualifikasi baik (B). Keempat, siswa yang mendapatkan nilai yang berkisar dari 66-75 berjumlah 11 orang (26,19%), yaitu berada pada kualifikasi lebih dari cukup (LdC). Kelima, siswa yang mendapatkan nilai yang berkisar dari 56-65 berjumlah 16 orang (38,1%), yaitu berada pada kualifikasi cukup (C). Keenam, siswa yang mendapatkan nilai yang berkisar dari 46-55 berjumlah 2 orang (4,76%), yaitu berada pada kualifikasi hampir cukup (HC). Ketujuh, siswa yang mendapatkan nilai yang terendah berjumlah 4 orang (9,52%), yaitu berada pada kualifikasi kurang (K). Nilai rata-rata kompetensi semantis siswa dilihat dari indikator menentukan relasi makna (sinonim, antonim, homonim, homograf, hiponim, dan polisemi) adalah 66,96 dengan kualifikasi lebih dari cukup (LdC). Pada indikator 2 (menentukan jenis makna (makna sempit, makna meluas, makna mengalus, makna mengasar, makna denotatif dan makna konotatif) berjumlah 9 butir soal, yaitu nomor 17,18,19,20,21,22,23,24 dan 25. Perhitungan tingkat kompetensi semantis diuraikan sebagai berikut. Pertama, siswa yang mendapatkan nilai tertinggi berjumlah 1 orang (2,38%), yaitu berada pada kualifikasi sempurna (S). Kedua, siswa yang mendapatkan nilai yang berkisar dari 86-95 berjumlah 10 orang (23.81%), yaitu berada pada kualifikasi baik sekali (BS). Ketiga, siswa yang mendapatkan nilai yang berkisar dari 76-85 berjumlah 8 orang (19.05%), yaitu berada pada kualifikasi baik (B). Keempat, siswa yang mendapatkan nilai yang berkisar dari 66-75 berjumlah 12 orang (28.57%), yaitu berada pada kualifikasi lebih dari cukup (LdC). Kelima, siswa yang mendapatkan nilai yang berkisar dari 46-55 berjumlah 5 orang (11.91%), yaitu berada pada kualifikasi cukup (HC). Keenam, siswa yang mendapatkan nilai yang berkisar dari 36-45 berjumlah 3 orang (7.14%), yaitu berada pada kualifikasi kurang (K). ketujuh, siswa yang mendapatkan nilai yang berkisar dari 26-35 berjumlah 2 orang (4.76%), yaitu berada pada kualifikasi kurang sekali (KS). Kedelapan, siswa yang mendapatkan nilai yang berkisar dari 16-25 berjumlah 1 orang (2.38%), yaitu berada pada kualifikasi buruk (B). Nilai rata-rata kompetensi semantis siswa dilihat dari indikator 2 (menentukan jenis makna (makna sempit, makna meluas, makna mengalus, makna mengasar, makna denotatif dan makna konotatif) adalah 68,78 dengan kualifikasi lebih dari cukup (LdC). Berdasarkan uraian tersebut, disimpulkan bahwa nilai rata-rata kemampuan kompetensi semantis siswa secara keseluruhan adalah 67,90 dengan kualifikasi baik lebih dari cukup (LdC). Ditinjau dari 2 indikator tersebut, yang tertinggi dikuasai siswa adalah indikator 2 (menentukan jenis makna (makna sempit, makna meluas, makna mengalus, makna mengasar, makna denotatif dan makna konotatif) adalah 68,78 dengan kualifikasi lebih dari cukup (LdC). Penguasaan siswa yang paling rendah adalah indikator 1 menentukan relasi makna (sinonim, antonim, homonim, homograf, hiponim, dan polisemi) adalah 66,96 dengan kualifikasi lebih dari cukup (LdC). Kriteria ketuntasan minimum (KKM) siswa kelas X SMAN 1 Lengayang untuk mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia adalah 65. Hasil nilai rata-rata tersebut jika dibandingkan dengan KKM maka dapat diketahui bahwa nilai kompetensi semantis lebih dari KKM. Dilihat dari jarak rentangan nilai pada indikator 1 dengan indikator 2 tidak begitu jauh. Namun, dilihat dari hasil perhitungan nilai kompetensi semantis siswa, indikator 2 lebih tinggi daripada indikator 1. Pada umumnya, siswa banyak terkecoh pada indikator 1 yaitu menentukan relasi makna (sinonim, antonim, homonim, homograf, hiponim dan polisemi). Siswa banyak menganggap bahwa pada indikator 1 tersebut, soal yang diberikan tidak begitu sulit. Namun pilihan jawaban yang hampir sama membuat siswa bingung menentukan yang benar dan salah, sehingga hasil jawaban siswa banyak yang salah. 441

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol. 1 No. 1 September 2012; Seri F 426-514 3. Hubungan Kompetensi Semantis dan Kemampuan Menulis Cerpen Siswa Kelas X SMAN 1 Lengayang Berdasarkan hasil analisis data antara variabel kompetensi semantis dan kemampuan menulis cerpen siswa kelas X SMA Negeri 1 Lengayang, diperoleh data masing-masing variabel yaitu untuk kompetensi semantis adalah 67,90 dengan kualifikasi lebih dari cukup (LdC) dan kemampuan menulis cerpen adalah 67,46 dengan kualifikasi lebih dari cukup (LdC). Setelah dua variabel tersebut dikorelasikan, diperoleh r hitung 0,80 lebih besar dari r tabel sebesar 0,312. Selanjutnya, nilai r hitung dianalisis dengan menggunakan rumus uji-t dengan perolehan t- hitung sebesar 8,43 lebih besar dari t-tabel dengan derajat kebebasan 40 pada taraf signifikan 0,05 yaitu sebesar 2,021. Dengan demikian, disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kompetensi semantis dan kemampuan menulis cerpen siswa kelas X SMAN 1 Lengayang. Jadi, siswa yang mempunyai tingkat kompetensi semantis yang baik, cenderung memiliki kemampuan menulis cerpen yang baik pula. D. Simpulan dan Saran Berdasarkan hasil pengolahan data dan pembahasan hasil penelitian mengenai hubungan kompetensi semantis dan kemampuan menulis cerpen siswa kelas X SMAN 1 lengayang, maka diperoleh hasil sebagai berikut. Pertama, nilai rata-rata kompetensi semantis siswa berada pada kualifikasi lebih dari cukup (67,90). Kedua, nilai rata-rata menulis cerpen yang diperoleh siswa juga berada pada kualifikasi lebih dari cukup (67,46). Ketiga, terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kompetensi semantis dan kemampuan menulis cerpen siswa kelas X SMAN 1 Lengayang. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, saran penulis adalah sebagai berikut. Pertama, untuk lebih meningkatkan kompetensi semantis siswa, diharapkan kepada guru bidang studi Bahasa dan Sastra Indonesia agar lebih memperdalam materi yang diberikan kepada siswa terkait jenis makna dan relasinya. Kedua, untuk lebih meningkatkan kemampuan menulis siswa, maka guru bidang studi Bahasa dan Sastra Indonesia agar lebih sering memberikan latihan menulis khususnya menulis cerpen guna melatih dan meningkatkan kemampuan siswa. Ketiga, kepada siswa diharapkan agar lebih memperdalam pemahaman mengenai jenis makna dan relasi makna dan memperbanyak latihan menulis khususnya menulis cerpen. Catatan: artikel ini disusun berdasarkan hasil penelitian untuk penulisan skripsi penulis dengan Pembimbing I Dra. Emidar, M.Pd., dan Pembimbing II Drs. Nursaid, M.Pd. Daftar Rujukan Aminuddin. 2008. Semantik. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Manaf, Ngusman Abdul. 2010. Semantik Bahasa Indonesia. Padang: UNP Press. Muhardi dan Hasanuddin WS. 1992. Prosedur Analisis Fiksi. Padang: IKIP Padang Press. Sanjaya, Wina. 2008. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Semi, Atar. 1988. Anatomi Sastra. Padang: Sridharma. Semi, Atar. 2009. Menulis Efektif. Padang: UNP. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Tarigan, Hendri Guntur. 2008. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Tim Penyusun. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 442