KOMUNIKASI SIMBOLIK DALAM UPACARA AGNIHOTRA DI ASHRAM VEDA POSHANA DESA PAKRAMAN SADING KECAMATAN MENGWI KABUPATEN BADUNG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dijumpai di masyarakat. Karya sastra ini mengandung banyak nilai dan persoalan

JURNAL PENELITIAN AGAMA HINDU 62

BAB I PENDAHULUAN. keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa

BAB I PENDAHULUAN. di Bali, perlu dimengerti sumbernya. Terdapat prinsip Tri Hita Karana dan Tri Rna

TUGAS AGAMA DEWA YADNYA

BHAKTI MARGA JALAN MENCAPAI KEBAHAGIAAN. Om Swastyastu, Om Anobadrah Krtavoyantu visvatah, (Semoga pikiran yang baik datang dari segala penjuru)

PEMBELAJARAN AGAMA HINDU

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: RIAK KEHIDUPAN. PENCIPTA : IDA AYU GEDE ARTAYANI. S.Sn, M. Sn

I Ketut Sudarsana. > Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar. Menerapkan Ajaran-Ajaran Tri Kaya Parisudha Dalam Kehidupan Sehari-Hari

IMPLEMENTASI AJARAN TRI HITA KARANA PADA SEKAA TARUNA PAGAR WAHANA DI DESA ADAT PELAGA KECAMATAN PETANG, KABUPATEN BADUNG

BAB IV ANALISIS DATA. A. Deskripsi aktivitas keagamaan menurut pemikiran Joachim Wach

TRADISI NYAKAN DI RURUNG DALAM PERAYAAN HARI RAYA NYEPI DI DESA PAKRAMAN BENGKEL KECAMATAN BUSUNGBIU KABUPATEN BULELENG (Kajian Teologi Hindu)

KOMUNIKASI SIMBOLIK DALAM TRADISI CARU PALGUNA DI DESA PAKRAMAN KUBU KECAMATAN BANGLI KABUPATEN BANGLI

NILAI PENDIDIKAN AGAMA HINDU DALAM PENEMPATAN PATUNG GANESHA DI DESA MANISTUTU KECAMATAN MELAYA KABUPATEN JEMBRANA

Oleh Ni Putu Ayu Putri Suryantari Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

OLEH : I NENGAH KADI NIM Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar. Pembimbing I

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman

BAB V KESIMPULAN. 5.1 Alasan Kehadiran Rejang Sangat Dibutuhkan dalam Ritual. Pertunjukan rejang Kuningan di Kecamatan Abang bukanlah

BHAKTI ANAK TERHADAP ORANG TUA (MENURUT AJARAN AGAMA HINDU) Oleh Heny Perbowosari Dosen Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

PENDIDIK DAN PESERTA DIDIK : ANALISIS TERHADAP PERAN GURU DALAM MEMBANGUN KARAKTER ANAK DIDIK MELALUI REVITALISASI PENDIDIKAN AGAMA HINDU DI SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. Negara menjamin setiap warga untuk memeluk agama masing-masing dan

Oleh I Gusti Ayu Sri Utami Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

BAB V ANALISA DATA. A. Upacara Kematian Agama Hindu Di Pura Krematorium Jala Pralaya

Om bhur bhuvah svah, tat savitur varenyam, bhargo devasya dhimahi, dhiyo yo nah pracodayat

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

Implikasi Kondisi Ekonomi Orang Tua Terhadap Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Oleh:

INTEGRASI KEARIFAN LOKAL DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK SEKOLAH DASAR

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL

EKSISTENSI PURA TELEDU NGINYAH PADA ERA POSMODERN DI DESA GUMBRIH KECAMATAN PEKUTATAN KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

LANDASAN PENDIDIKAN PENDIDIKAN YANG BERLANDASKAN CATUR PURUSA ARTHA DALAM MEMBENTUK KARAKTER PESERTA DIDIK

I. PENDAHULUAN. Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. Musik dipergunakan untuk memuja dewa-dewi yang mereka percaya sebagai. acara-acara besar dan hiburan untuk kerajaan.

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang sangat luas yang masyarakatnya terdiri

TRISATYA DASADARMA PRAMUKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGANTAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU

21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB - E)

UPACARA NGADEGANG NINI DI SUBAK PENDEM KECAMATAN JEMBRANA KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Nilai Pendidikan Agama Hindu)

BAB IV ANALISIS DATA. pada orang tua dengan anak dan berdasarkan data-data yang telah. disajikan dalam Bab III didapatkan, sebagai berikut:

27. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SD

IMPLEMENTASI METODE DHARMA WACANA DALAM MENINGKATKAN BUDAYA KERJA PEGAWAI HINDU KEMENTERIAN AGAMA DI KABUPATEN GIANYAR

Kata Kunci: Lingga Yoni., Sarana Pemujaan., Dewi Danu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. keragaman aktivitas musik pada kelompok agama dan etnis di dunia. Musik tidak

JURNAL PENELITIAN AGAMA HINDU 68

Budaya (kearifan local) Sebagai Landasan Pendidikan Indonesia Untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa

KOMUNIKASI SIMBOLIK DALAM UPACARA BULU GELES DI PURA PENGATURAN DESA PAKRAMAN BULIAN KECAMATAN KUBUTAMBAHAN KABUPATEN BULELENG

Nirwana dan Cara Pencapaiannya dalam Agama Hindu

Penyusunan Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar. Menunjukkan contoh-contoh ciptaan Sang Hyang Widhi (Tuhan)

BAB VI KESIMPULAN. Pada dasarnya Keraton Yogyakarta dibangun berdasarkan. kosmologi Jawa, yang meletakkan keseimbangan dan keselarasan

Judul Buku : Keagungan Sapi Menurut Weda

PENGANTAR ILMU KOMUNIKASI BENTUK DAN JENIS-JENIS KOMUNIKASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENGARAH

UPACARA NGAJAGA-JAGA DI PURA DALEM DESA ADAT TIYINGAN KECAMATAN PETANG KABUPATEN BADUNG (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

MAKALAH : MATA KULIAH ACARA AGAMA HINDU JUDUL: ORANG SUCI AGAMA HINDU (PANDHITA DAN PINANDITA) DOSEN PEMBIMBING: DRA. AA OKA PUSPA, M. FIL.

REALISASI TOLERANSI ANTAR UMAT HINDU DAN BUDDHA DI PURA PUSERING JAGAT PANCA TIRTA DESA PAKARAMAN

UPACARA NGEREBEG DI PURA DUUR BINGIN DESA TEGALLALANG, KECAMATAN TEGALLALANG KABUPATEN GIANYAR (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

SOP Pelayanan Kedukaan Tradisi Veda (Vaisnava)

PERAN ORANG TUA DALAM MENANAMKAN NILAI-NILAI KEAGAMAAN BAGI ANAK USIA DINI DALAM KELUARGA. Oleh Ni Wayan Restiti Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

DESKRIPSI KARYA SARADPULAGEMBAL THE SYMBOL OF TRI LOKA

BAB V KESIMPULAN. Penelitian lapangan ini mengkaji tiga permasalahan pokok. tentang bunyi-bunyian pancagita yang disajikan dalam upacara

BAB I PENDAHULUAN. rangkaian kata-kata untuk mempertegas ritual yang dilakukan.

PATULANGAN BAWI SRENGGI DALAM PROSESI NGABEN WARGA TUTUAN DI DESA GUNAKSA, KABUPATEN KLUNGKUNG (Kajian Estetika Hindu)

Sambutan Presiden RI pada Perayaan Hari Raya Nyepi tahun Baru Saka 1935, Jakarta, 7 April 2013 Minggu, 07 April 2013

UPACARA BAYUH OTON UDA YADNYA DI DESA PAKRAMAN SIDAKARYA KECAMATAN DENPASAR SELATAN KOTA DENPASAR

INSTITUT SENI INDONESIA

Oleh Wayan Suprapta Institut HinduDharmaNegeri Denpasar

16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)

WACANA KECANTIKAN DALAM TEKS INDRANI SASTRA

Keindahan Desain Tamiang, Menghiasi Hari Raya Kuningan di Desa Penarungan

17. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

RESPON MASYARAKAT DESA ADAT KUTA TERHADAP PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DI DISCOVERY KARTIKA PLAZA HOTEL

Pengertian Komunikasi

DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A. Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Pelestarian Kesenian Wayang Kulit Tradisional Bali di Kabupaten Badung 1

TINJAUAN PENANGANAN SURAT MASUK PADA PT PLN (PERSERO) UNIT INDUK PEMBANGUNAN II MEDAN

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. hari suci tersebut seperti yang dikemukakan Oka (2009:171), yaitu. Hal ini didukung oleh penjelasan Ghazali (2011:63) bahwa dalam

Awal beliau menekuni bidang Aura tentu saja dikarenakan karena Bakat Lahir yang beliau miliki dalam melihat dan merasakan Aura seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. (blackberry massanger), telepon, maupun jejaring sosial lainnya. Semua itu

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN PURA AGUNG BESAKIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

FILSAFAT SAMKHYA AJARAN DINAMISME DALAM HINDU

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. terhadap api dan segala bentuk benda tajam. Seni dan budaya debus kini menjadi

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di Indonesia berbeda dengan yang ada di India, ini disebabkan oleh

CARU PANGALANG SASIH DI DESA ADAT MENGWI KECAMATAN MENGWI KABUPATEN BADUNG ( Kajian Filosofis Hindu )

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LAMBANG DAERAH KABUPATEN JEMBRANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

BAB III DESKRIPSI HASIL PENELITIAN. Secara geografis lokasi penelitian ini berada di Jl. Ketintang Wiyata

ESTETIKA SIMBOL UPAKARA OMKARA DALAM BENTUK KEWANGEN

16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)

RITUAL MEKRAB DALAM PEMUJAAN BARONG LANDUNG DI PURA DESA BANJAR PACUNG KELURAHAN BITERA KECAMATAN GIANYAR

TATA IBADAH HARI MINGGU. Minggu TRINITAS

RELIEF TANTRI DI PERTAPAAN GUNUNG KAWI BEBITRA DESA BITERA, GIANYAR. I Putu Yogi Sudiana Program Studi Arkeologi

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN. hasil penelitian sebelumnya. Kajian pustaka bersifat mutakhir yang memuat teori,

Sambutan Presiden RI pada Peresmian Pesta Kesenian Bali ke-35, Denpasar, 15 Juni 2013 Sabtu, 15 Juni 2013

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipandang sebagai faktor yang menentukan proses-proses perubahan.

Oleh Pande Wayan Setiawati Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

DISKRIPSI KARYA. Pameran Keragaman Seni Budaya Sebagai Pemersatu Bangsa Judul Karya: Keharmonisan

Transkripsi:

KOMUNIKASI SIMBOLIK DALAM UPACARA AGNIHOTRA DI ASHRAM VEDA POSHANA DESA PAKRAMAN SADING KECAMATAN MENGWI KABUPATEN BADUNG Oleh Ni Gusti Made Sulastri Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar Abstract Bhakti yoga is one of ways to realize the power of God. Bhakti yoga implementation can be done through Yajna, with intention on moksa and creat jagadhita based on dharma. Yajna is a form of Veda implamantatiion. One of the form of Yajna is Agnihotra ritual as Yajna for the god of fire (Agni Dev) in kunda. This ritual is a legacy as the highest Yajna and has done by Rshi. Based on those background, the problems of this research were: (1) How is the form of symbolic communication used in Agnihotra ritual at Ashram Veda Poshana?, (2) What are the functions of symbolic communication in Agnihotra ritual at Ashram Veda Poshana?, (3) What are the meaning of symbolic communication in Agnihotra ritual at Ashram Veda Poshana in Sading villange, Mengwi subdistrict, Badung Regency? Specifically, the purposes of this research were: (1) To describe the symbolic communication in Agnihotra ritual, (2) to describe the function of symbolic communication in Agnihotra ritual, (3) and to explore the symbolic communication meaning in Agnihotra ritual. This research used theory of structural functional and symbolic interactionism. The data were collected through literature review, documentation, observation, and interview. And the data were analyzed by qualitative descriptive technique, and presented narratively. Based on the data analysis of this research entitled Symbolic Communication in Agnihotra Ritual at Ashram Veda Poshana, the verbal and non-verbal communication includes the ritual means preparation, Agnihotra ritual execution, praying etiquette, and time and place of the Agnihotra ritual execution. The function of symbolic communication in Agnihotra ritual involves purification function, as Yajna essence, as communication means between prayers and God, as energy source, as homatheraphy. The meaning of symbolic communication in Agnihotra ritual at Ashram Veda Poshana is: Philosophical meaning gives understanding about symbols in the Agnihotra ritual means, Spiritual meaning improves concentration and jnana, and Harmony meaning builds harmonious relationship between people and God, between people, and between people and environment. Keywords: Agnihotra Ritual, Yajna, Symbolic Communication I. PENDAHULUAN Hakikat beragama adalah percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Salah satu unsur dalam kepercayaan adanya Tuhan adalah dengan cara bhakti. Bhakti dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti yang dinyatakan dalam Bhagavata Purana yang disebut dengan Navavidam Bhakti. Di antara berbagai proses untuk menginsafi kebenaran mutlak (Tuhan), adalah bhakti yoga yang merupakan salah satu jalan yang tertinggi. Bhakti berarti menyalurkan atau mencurahkan, cinta 521

yang tulus dan luhur kepada Tuhan Yang Maha Esa, melalui pelayanan dan pengabdian yang sungguh- sungguh untukmemuja-nya. (Tim Penyusun, 1996:78). Bhakti dapat diwujudkan melalui berbagai yajña (korban suci) yang dilaksanakan oleh umat Hindu dimaksudkan untuk mencapai moksa (kebahagian yang kekal dan abadi) dan menciptakan jagadhita (kesejahteraan) berdasarkan dharma (kebenaran). Makna dan tujuan pelaksanaan yajña yaitu pertama sebagai pengejawantahan ajaran Veda, yang kedua sebagai cetusan rasa terimakasih atas pengorbanan suci atau yajña yang telah diterima dalam kehidupan ini melalui yajña pula. Yang ketiga untuk meningkatkan kualitas diri (Ngurah, dkk, 2005:149-154). Upacara Agnihotra merupakan salah satu bentuk yajña yang bersumber dari Veda yang merupakan persembahan kepada Dewa Agni. Agnihotra merupakan salah satu warisan dalam jalan raya kuno dan sudah dijalankan oleh para Rshi (pendeta) di Bali (Aripta Wibawa, dkk, 2006:61). Agnihotra memiliki kemampuan luar biasa jika dilaksanakan penuh keyakinan dan kesungguhan. Sebagai personifikasi api suci Ilahi, Dewa Agni adalah mulut dari para Dewa, penerang semua kegelapan termasuk kegelapan hati dan pikiran manusia, penghubung antara dunia jasmani (dunia materi, alam fana, bumi), dan dunia rohani (alam rohani, alam baka, swargaloka), pengangkut semua persembahan kepada Tuhan. Upacara Agnihotra menggunakan beraneka ragam sarana dan simbol- simbol antara lain: mantra, yantra, mudra, saa, kunda, linggam, banten pejati, prayascita, byokaon, biji- bijian (beras, ketan, kacang), panca amrtam (madu,susu, ghee,yogurt, gula merah), daun mangga, kayu,mangga daun tulasi,benang tridatu, nasi kepelan, ujung alang- alang (Jendra dan Titib, 1999:55). Pelaksanaan Upacara Agnihotra tidak terlepas dari adanya interaksi orang dan orang lain untuk bekerjasama untuk mencapai tujuan serta terlaksananya upacara tersebut dengan baik. Pada pelaksanaan upacara pasti terdapat komunikasi baik komunikasi verbal maupun non verbal. Komunikasi merupakan pihak yang berinisiatif atau mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi. Berkomunikasi memungkinkan komunikator bisa menjadi komunikan dan komunikan bisa menjadi komunikator untuk saling bertukar informasi. Tidak kalah pentingnya dalam aktivitas komunikasi pasti menggunakan simbol-simbol yang berupa verbal maupun Non-verbal. Komunikasi verbal adalah bentuk komunikasi yang disampaikan komunikator kepada komunikan dengan cara tertulis atau lisan. Komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang mengunakan simbol (Mulyana, 2007:87). Bentuk komunikasi nonverbal diantaranya adalah, bahasa isyarat, ekspresi wajah, sandi, simbol-simbol, warna dan intonasi suara. Pada upacara Agnihotra juga mengunakan simbol-simbol yang bermakna untuk menyampaikan pesan. II. PEMBAHASAN a. Bentuk Komunikasi Simbolik pada Upacara Agnihotra di Ashram Veda Poshana Desa Komunikasi simbolik pada upacara Agnihotra memiliki beberapa bentuk yaitu:1)bentuk Komunikasi verbal. Komunikasi verbal adalah suatu kegiatan komunikasi antara individu atau kelompok yang mempergunakan bahasa sebagai alat penghubung bahasa itu sendiri, interaksi dan transmisi informasi. Komunikasi verbal terjadi pada saat persiapan upacara dan juga saat berlangsungnya upacara. Komunikasi itu terjadi pada saat persiapan sarana upacara berupa bahan seperti : kayu bakar, air, buah, bunga, samagree (biji-bijian), nasi kepel, mentega, Panca Amrtam (susu, madu, gula merah, yogurt, ghee), jajan manis, minyak, kunda, dan bebantenan, persiapan penyelenggara upacara yaitu pelaku upacara meliputi: Hotri sebagai pemimpin upacara yang melantunkan mantra-mantra, Hotrika sebagai orang yang membantu Hotri, sang yajamana sebagai penyelenggara upacara, peserta upacara sebagai pendukung dan Manusa Saksi, waktu dan tempat 522

upacara, waktu pelaksanaan dilakukan pada saat sandya, artinya pertemuan antara siang menuju malam pada pukul 18:15 wita, dan pertemuan antara malam menuju pagi sekitar pukul 06:00 wita. Tempat pelaksanaan upacara dilakukan di merajan, pura maupun pekarangan rumah. tata cara pelaksanaan upacara Agnihotra adalah : diawali dengan Ritvigvaram, penyucian untuk Hotri, Yajamana, dan semua peserta upacara, ganesha Puja, Raksa Sutra, Tilak, Acamana, Angasparsa Mantrah, Isvara Stuti, Prarthano Pasana-mantrah, Svasti Vacanam, Santi Prakaranam, penyalaan api suci yajña, Agni Samindhana Mantra, Samidadhanam, Mantra, Agharavajyahuti, Ajyabhagahuti, Vyarti, Svistakridahuti, Mauna Prajapatyahuti, Pavahanahutayah, Astajyahutayah, Ubhayakalik Mantrah, Purna Ahuti, Yajña Gita, Sarve Bhavantu, Tvam-Eva, Santih mantra, penutup/parama Santih Bentuk Komunikasi Non Verbal. Komunikasi non verbal adalah komunikasi yang menggunakan pesan-pesan non verbal. Istilah non verbal biasanya digunakan untuk melukiskan semua peristiwa komunikasi di luar kata-kata terucap dan tertulis.. Pada pelaksanaan upacara Agnihotra di Ashram Veda Poshana dalam mengkomunikasikan suatu tindakan yang terjadi menggunakan komunikasi non verbal. Komunikasi non verbal terjadi dalam mengiringi upacara Agnihotra yaitu untuk mengkomunikasikan suatu pesan dengan menyanyikan kidung bhajan dengan iringan suara musik sakral, pada saat hotri mengucapkan mantra- mantra dengan iringan suara gentha. Gentha merupakan salah satu simbol maupun sarana non verbal yang digunakan oleh hotri untuk memohon agar para Dewa yang dipuja senantiasa turun memberkati. b. Fungsi Komunikasi Simbolik pada Upacara Agnihotra di Ashram Veda Poshana Desa Komunikasi Simbolik pada Upacara Agnihotra di Ashram Desa Pakraman Sading Kabupaten Badung terdapat beberapa fungsi. Pemahaman api sebagai lambang manifestasi Dewa Agni memiliki fungsi sebagai berikut: 1) Agnihotra sebagai penyucian. Upacara Agnihotra merupakan salah satu jalan mencapai kesucian secara rohani dan jasmani. 2) Agnihotra Sebagai Inti Yajña, pada ajaran Agama Hindu Pemujaan kepada Dewa Agni mendapat tempat yang sangat utama serta dipuja dalam banyak mantra setelah mantra kepada Dewa Indra. Pemujaan kepada Dewa Agni menduduki posisi utama, (Jendra dan Titib, 1999:29). Agnihotra Sebagai Media Komunikasi Pemuja dengan yang dipuja, setiap orang memiliki tingkat spiritualitas yang berbeda antara yang satu dengan yang lain. Bagi orang yang memiliki jnana yang tinggi, mungkin tidak memerlukan sarana sebagai perantara dalam memuja Tuhan, tetapi pada umumnya simbol- simbol dan sarana- sarana perantara masih banyak ditemui. Api (Dewa Agni ) khususnya dalam upacara Agnihotra memiliki posisi sebagai perantara untuk menghadirkan para yang puja. Api atau Dewa Agni mampu menghadirkan para Dewa yang dipuja. Inilah sebabnya Dewa Agni disebut sebagai media komunikasi antara pemuja dengan yang dipuja. 4) Agnihotra sebagai sumber energi, Sebagaimana api dalam Agnihotra merupakan sumber energi atau kekuatan yang menunjang spiritual seseorang, dengan pembangkitan energi spiritual tersebut akan menambah peningkatan kesadaran seseorang. 5) Agnihotra Sebagai Homatherapy, tindakan therapy dilakukan seseorang karena ada bagian dari tubuhnya menderita sakit atau merasa dalam keadaan tidak seimbang. Baik sakit secara fisik maupun sakit secara psikis, walaupun seiring bertambah canggihnya teknologi di era globalisasi ini serta sudah ada obat untuk penyembuhan, tetapi dewasa ini Agnihotra juga sering dijadikan alternatif therapy penyembuhan karena diyakini pada upacara Agnihotra banyak terdapat pemujaan terhadap Dewa- Dewa, sehingga energi dalam pemujaan diyakini bisa menyembuhkan berbagai penyakit. 523

c. Makna Komunikasi Simbolik pada Upacara Agnihotra di Ashram Veda Poshana Desa Setiap aktivitas upacara keagamaan yang dilaksanakan dipandang memiliki makna amat penting bagi kehidupan manusia dan segala isi alam semesta. Upacara yang dilaksanakan tidak saja dimaknai ketika umat melaksanakan persembahan berupa banten, namun suatu juga dimaknai dari segala sarana yang dipergunakan, dari bentuk-bentuk banten, tempat pelaksanaan, dan tatacara pelaksanaan suatu upacara. Keseluruhan itu dipandang memiliki fungsi dan makna simbolik terutama dari sarana-sarana yang digunakan Upacara Agnihotra dapat bermakna sebagai komunikasi simbolik sebab dalam pelaksanaan upacara Agnihotra masyarakat banyak melakukan interaksi. Sehingga interaksi tersebut menghasilkan makna - makna yang berimplementasi dalam upacara Agnihotra. Berdasarkan pendapat diatas melaksanakan yajña akan selalu bermakna bagi kehidupan semua umat manusia agar tercipta keharmonisan. Upacara Agnihotra menggunakan berbagai macam sarana upacara sebagai simbol persembahan dan permohonan agar terwujudnya suatu tujuan. Persembahan dan permohonan dengan melaksanakan upacara Agnihotra, yang dilakukan terimplementasi dalam bentuk simbol komunikasi melalui doa-doa, puja dan puji, serta permohonan. Adapun makna simbolik dalam upacara Agnihotra adalah: Makna Filosofis adalah: upacara Agnihotra menggunakan berbagai perlengkapan baik itu berupa sarana upacara, tanda-tanda baik dalam bentuk bahasa seperti teks, mantra-mantra yang tergabung dalam komponen penyelenggaraan upacara Agnihotra. Sarana atau bahan upacara yang dipakai akan memberi makna filosofis, dan pemaknaan ini mengandung nilai yang berpengaruh terhadap keyakinannya serta hal inilah yang nantinya banyak memberi motivasi dalam tatanan hidupnya sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Makna Spiritual adalah: api dilambangkan sebagai ilmu pengetahuan yang membakar kayu (lambang kebodohan) sehingga secara spiritual manusia menjadi lebih bijaksana (peningkatan kesadaran jati diri) dalam melihat, menyikapi makna hidup yang dianugrahkan Tuhan kepadanya. Upacara Agnihotra juga merupakan upacara yang mengembangkan kasih terhadap material dan spiritualitas alam. Hal ini bisa dilihat pada bentuk persembahan yang bebas dari himsa karma (tidak membunuh binatang), tetapi hanya menggunakan persembahan bahan-bahan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Kasih sayang merupakan landasan utama dalam penyelenggaraan upacara Agnihotra sehingga memiliki makna peningkatan spiritual. Makna Keharmonisan adalah: pada ajaran Agama keserasian secara horizontal, manusia berada pada sentral vibrasi harmonisasi. Ajaran ini disebut Tri Hita Karana yaitu tiga penyebab kebahagiaan atau kesejahteraan (Titib, 2005: 2). Harmonis vertikal ke atas adalah harmonisasi hubungan manusia dengan Tuhan sebagai asal semua makhluk, sedangkan harmonis horizontal adalah wujud harmonisasi hubungan manusia dengan sesamanya, dan harmonis vertikal ke bawah merupakan wujud harmonisasi hubungan manusia dengan lingkungannya (alam, bumi, binatang, air, dan udara). Aktualisasi Tri Hita Karana dalam upacara Agnihotra mewujudkan penataan kehidupan sehingga setiap umat memiliki kesempatan yang seimbang untuk mendekatkan diri dengan para Dewa (Tuhan), dengan sesama, dan menyejahterakan alam. III. SIMPULAN Komunikasi terjadi sejak pelaksanaan rapat dilakukan dengan komunikasi verbal dan non verbal. Dari segi persiapan upacara ini terdiri dari: 1) Komponen penyelenggara, yaitu pelaku upacara meliputi Hotri sebagai pemimpin upacara yang melantunkan mantra-mantra, Hotrika sebagai orang yang membantu Hotri, sang yajamana sebagai penyelenggara upacara, peserta upacara sebagai pendukung dan Manusa Saksi. Sarana pada upacara Agnihotra adalah berupa bahan seperti : kayu bakar, air, buah, bunga, samagree (biji-bijian), nasi kepel, mentega, Panca 524

Amrtam (susu, madu, gula merah, yogurt, ghee), jajan manis, minyak, kunda, dan bebantenan. 2) Waktu dan tempat penyelenggaraan upacara yaitu waktu pelaksanaan dilakukan pada saat sandya, artinya pertemuan antara siang menuju malam pada pukul 18:15 wita, dan pertemuan antara malam menuju pagi sekitar pukul 06:00 wita. Tempat pelaksanaan upacara dilakukan di merajan, pura maupun pekarangan rumah. Dimana kunda itu berada, disanalah sebagai pusatnya alam semesta. 3) tata cara pelaksanaan upacara Agnihotra adalah : diawali dengan Ritvigvaram, penyucian untuk Hotri, Yajamana, dan semua peserta upacara. Fungsi upacara Agnihotra dapat dilihat dari fungsi api secara sederhana antara lain : 1) fungsi upacara Agnihotra sebagai inti yajña. Ini dilihat dari fungsi api sebagai pendeta utama dan pelaksanaan yajña. 2) kapasitas api sebagai perantara pemuja dengan yang dipuja. 3) membersihkan diri (batin, pikiran), dan membersihkan lingkungan, sehingga upacara Agnihotra berfungsi sebagai penyucian. 4) upacara Agnihotra berfungsi sebagai penerangan, selain api sebagai salah satu sumber cahaya, upacara Agnihotra juga merupakan simbol pelepasan diri dari kebodohan. 5) sebagai sumber energi yang melindungi atmosfer Makna Komunikasi Simbolik pada Upacara Agnihotra: 1) Makna Filosofis yang meningkatkan pemahaman terhadap tatwa agama, serta melalui simbol- simbol meningkatkan sradha bhakti kepada Tuhan. 2) Makna Spiritual meningkatkan konsetrasi dan jnana. 3) Makna keharmonisan menyeimbangkan gelombang makrokosmos dan mikrokosmos sehingga tercipta keharmonisan antara manusia dengan Tuhan, antara sesama manusia, dan manusia dengan alam lingkungan. DAFTAR PUSTAKA Aripta Wibawa, Made. 2006. Ayurweda. Denpasar. Bali Aga Jendra dantitib. 1999. Agihotra Raja Upacara Multifungsi dan Efektif. Surabaya.Paramita. Mulyana, Deddy, 2007. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosda karya Ngurah, dkk. 2005. Buku Pendidikan Agama Hindu Untuk Perguruan Tinggi. Surabaya: Paramita. Sudarsana, I. K. (2016, April). Meningkatkan Perilaku Kewirausahaan Wanita Hindu melalui Pemberian Pelatihan Upakara. In Seminar Nasional (No. ISBN : 978-602-72630-5-5, pp. 79-85). Pusat Studi Gender dan Anak LP2M IHDN Denpasar. Sudarsana, I. K. (2015, September). Inovasi Pembelajaran Agama Hindu di Sekolah Berbasis Multikulturalisme. In Seminar Nasional (No. ISBN : 978-602-71567-3-9, pp. 94-101). Fakultas Dharma Acarya IHDN Denpasar. Sudarsana, I. K. (2015, June). Pentingnya Kearifan Lokal dalam Pendidikan Karakter bagi Remaja Putus Sekolah. In Seminar Nasional (No. ISBN : 978-602-71567-1-5, pp. 343-349). Fakultas Dharma Acarya IHDN Denpasar. Sudikan Setya Yuwana. 2001. Metode Penelitian Kebudayaan. Surabaya : Citra Wacana. Titib, I Made. 2003. Teologi Simbol-Simbol Dalam Agama Hindu. Surabaya : Paramita. Tim Penyusun. 1996. Buku Pendidikan Agana Hindu Untuk Perguruan Tinggi.Jakarta 525