Judul : Penerapan Metode Capital Asset Pricing Model (CAPM) sebagai Dasar Pertimbangan dalam Pengambilan Keputusan Investasi Saham pada Perusahaan-Perusahaan Sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi di BEI. Nama : Made Dwi Mahendra Putra NIM : 1315251079 Abstrak Investasi di pasar modal memang menjanjikan tingkat pengembalian yang lebih tinggi, akan tetapi ketika investasi yang dijalankan menghasilkan tingkat pengembalian yang diharapkan semakin tinggi maka tingkat risiko juga semakin tinggi, dan sebaliknya. Dalam dunia investasi para investor harus mampu untuk melihat peluang investasi yang menjanjikan, sehingga investasi tersebut dapat menghasilkan tingkat pengembalian yang optimal dengan tingkat risiko yang minimal. Tujuan penelitian ini adalah menerapkan metode Capital Asset Pricing Model (CAPM) untuk mengetahui jenis saham yang tergolong undervalued dan overvalued, berdasarkan tingkat pengembalian saham berserta risikonya, sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi. Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia periode Agustus 2015 Juli 2016 pada saham perusahaan-perusahaan sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari BEI, Yahoo Finance, dan BI. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 20 saham perusahaan, dengan metode porvosive sampling. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan pengolahan datanya menggunakan Microsoft Excel 2011. Berdasarkan hasil analisis yang didapat dari 20 saham perusahaan sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi diperoleh sebanyak 15 saham yang tergolong undervalued, masing-masing dari saham ini memiliki tingkat pengembalian saham individu lebih besar dari tingkat pengembalian yang diharapkan, keputusan yang diambil untuk saham undervalued adalah membeli saham tersebut. Saham yang tergolong overvalued sebanyak 5 saham, karena saham ini memilki tingkat pengembalian saham individu lebih kecil dari tingkat pengembalian yang diharapkan, keputusan yang diambil untuk saham yang overvalued adalah menjual saham tersebut. Kata kunci : investasi, CAPM, tingkat pengembalian saham, risiko.
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN ORISINALITAS... KATA PENGANTAR... ABSTRAK... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman i ii iii iv v vi viii ix x BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1 1.2 Rumusan Masalah Penelitian... 5 1.3 Tujuan Penelitian... 6 1.4 Kegunaan Penelitian... 6 1.5 Sistematika Penulisan... 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Investasi... 8 2.2 Pasar Modal... 9 2.3 Tingkat Pengembalian Saham... 11 2.4 Tingkat Pengembalian Pasar... 11 2.5 Tingkat Pengembalian Bebas Risiko... 12 2.6 Beta... 12 2.7 Capital Asset Pricing Model (CAPM)... 13 2.7.1 Garis Pasar Sekuritas... 15 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian... 19 3.2 Lokasi Penelitian... 20 3.3 Obyek Penelitian... 20 3.4 Identifikasi Variabel... 20 3.5 Definisi Operasional Variabel... 21 3.6 Jenis dan Sumber Data... 24 3.7 Populasi, Sampel dan Metode Penentuan Sampel... 24 3.8 Metode Pengumpulan Data... 25 3.9 Teknik Analisis Data... 25 BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan... 29 4.2 Pembahasan Hasil Penelitian... 41 4.2.1 Perhitungan Tingkat Pengembalian Saham Individu... 42 4.2.2 Perhitungan Tingkat Pengembalian Pasar... 43 4.2.3 Perhitungan Tingkat Pengembalian Bebas Risiko... 44 4.2.4 Perhitungan Risiko Sistematis... 45 4.2.5 Perhitungan Tingkat Pengembalian yang diharapkan... 47
4.2.6 Keputusan Investasi Saham Berdasarkan Metode CAPM... 48 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan... 51 5.2 Saran... 51 DAFTAR RUJUKAN... 54 LAMPIRAN-LAMPIRAN... 58
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang (Tandelilin, 2010:2). Perkembangan dunia investasi di Indonesia saat ini semakin pesat, banyak masyarakat yang tertarik untuk melakukan investasi di pasar modal. Situs resmi BEI, melansir perkembangan pasar modal Indonesia di sepanjang 2014 menunjukkan pencapaian positif yang disertai dengan tercatatnya sejumlah rekor baru. Pertumbuhan IHSG secara year to date tersebut, tercatat sebagai yang tertinggi keempat jika dibandingkan dengan bursa-bursa utama di kawasan regional dan dunia. Peluang dan keuntungan dari berinvestasi di pasar modal Indonesia semakin meningkatkan daya tarik pasar modal Indonesia di mata investor asing. Tercatat di periode Januari hingga 29 Desember 2014 investor asing membukukan beli bersih (net buying) yang mencapai rekor tertinggi sepanjang sejarah sebesar Rp 40,102 triliun. Bahkan pada 8 September 2014, IHSG telah berhasil mencatatkan rekor indeks tertinggi sepanjang sejarah dengan ditutup pada level 5.246,489 poin, sedangkan nilai kapitalisasi pasar saham meningkat sebesar 22,76% dari Rp 4.219 triliun pada akhir Desember 2013 menjadi Rp 5.179 triliun pada 29 Desember 2014 (Afandi, 2015). Menurut Tandelilin (2010:26) Pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas.
Pasar modal bagi investor dapat membantu dalam menentukan pilihan investasi terbaik yang nantinya akan memberikan tingkat pengembalian yang tinggi dengan tingkat risiko yang rendah. Menurut temuan hasil survei yang dilakukan Manulife Asset Management bertajuk Manulife Investor Sentiment Index (MISI) Saham merupakan salah satu instrumen pasar modal yang paling banyak dipilih dan diminati oleh investor terutama investor domestik. Hal ini dipengaruhi oleh keuntungan-keuntungan dalam investasi saham yang semakin menjanjikan seperti dividen dan capital gain (Seftyanda, Darminto, dan Saifi, 2014), sehingga membuat investor termotivasi untuk melakukan investasi dengan jumlah tertentu dan mampu memperkirakan tingkat keuntungan yang akan didapat kedepannya. Investasi di pasar modal memang menjanjikan tingkat pengembalian yang lebih tinggi, akan tetapi ketika investasi yang dijalankan menghasilkan tingkat pengembalian yang diharapkan semakin tinggi maka tingkat risiko yang akan didapat juga akan semakin tinggi, dan sebaliknya apabila tingkat pengembalian yang diharapkan semakin rendah maka tingkat risiko yang akan didapat juga semakin rendah. Dalam dunia investasi para investor harus mampu melihat peluang investasi yang menjanjikan, sehingga nantinya investasi tersebut dapat menghasilkan tingkat pengembalian yang optimal dengan tingkat risiko yang minimal. Cara yang dapat membantu investor dalam menentukan investasi di pasar modal, salah satunya dengan menggunakan model-model keseimbangan dalam menentukan risiko dan tingkat pengembalian yang diharapkan suatu aset. Menurut Tandelilin (2010:187), CAPM merupakan salah satu model yang dapat menghubungkan tingkat return harapan dari suatu aset berisiko dengan risiko dari
aset tersebut pada kondisi pasar yang seimbang. Selain itu menurut Lemiyana (2015), dan Candra, dan Madyan (2004), model CAPM lebih akurat dibandingkan dengan model keseimbangan lainnya, yaitu Arbitrage Pricing Theory (APT) dalam memprediksi tingkat pengembalian saham. Berdasarkan uraian mengenai perkembangan investasi saham tersebut, maka tertarik diteliti mengenai investasi di pasar modal Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah menerapkan metode CAPM untuk mengetahui jenis saham yang tergolong undervalued dan overvalued, berdasarkan tingkat pengembalian saham berserta risikonya, sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi. Penelitian ini akan dilakukan pada saham perusahaanperusahaan sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode Agustus 2015 - Juli 2016. Pemilihan obyek tersebut dikarenakan mengingat berbagai kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah yang menekankan untuk melakukan pembaharuan dan pengembangan di bidang infrastruktur, utilitas dan transportasi yang bertujuan untuk terciptanya kelancaran kegiatan perekonomian. Kebijakan tersebut seperti, pemerintah baru-baru ini mengeluarkan berbagai kebijakan guna mendorong para investor untuk berinvestasi, salah satunya, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) meluncurkan kemudahan proses izin investasi selama 3 jam untuk investasi di bidang infrastruktur. BKPM membuka layanan itu untuk 4 sektor utama, yakni perhubungan, ESDM, pekerjaan umum dan perumahan rakyat, serta komunikasi dan informatika. Bidang proyek infrastruktur ESDM, ada 6 usaha yang akan dilayani, yakni pengusahaan tenaga panas bumi, pembangkitan tenaga listrik,
transmisi tenaga listrik, distribusi tenaga listrik, penjualan tenaga listrik, penunjang tenaga listrik, dan izin usaha sementara hilir minyak dan gas bumi. Sektor proyek infrastruktur perhubungan, ada 3 usaha yang akan dilayani, yakni perkeretaapian, kepelabuhan, dan kebandarudaraan. Adapun di sektor pekerjaan umum adalah pengusahaan jalan tol, usaha sumber daya air dan irigasi, usaha air minum, usaha pengelolaan limbah, dan sistem pengelolaan persampahan. Di bidang komunikasi dan informatika, usaha yang dilayani adalah usaha penyelenggaraan jaringan telekomunikasi dan bidang usaha penyelenggaraan jaringan telekomunikasi yang terintegrasi dengan jasa telekomunikasi (Setiawan, 2016). Dengan mengantongi izin tersebut, investor sudah bisa langsung melakukan investasi, hal-hal inilah yang akan menarik minat masyarakat untuk berinvestasi. Adapun beberapa-beberapa contoh nyata yang sudah dilakukan pemerintah dalam pembaharuan dan pengembangan di bidang infrastruktur, utilitas dan transportasi, seperti proyek infrastruktur yang mangkrak dari pemerintah sebelumnya dan diteruskan adalah, jalan tol Cikopo-Palimanan di Provinsi Jawa Barat, yang selesai pembangunannya dan resmi beroperasi pada 12 Juni 2015, jembatan DR. Ir Soekarno di Provinsi Sulawesi Utara, yang selesai pekerjaannya dan diresmikan pada 28 Mei 2015, jembatan Merah Putih di Provinsi Maluku, yang hingga saat ini telah menunjukkan perkembangan 90,8%, bendungan Jatigede di Provinsi Jawa Barat, yang sudah mulai diisi air pada 31 Agustus 2015, bendungan Nipah di Provinsi Jawa Timur, yang siap digenangi November 2015, Bendungan Bajul Mati di Provinsi Jawa Timur, dan pembangunan Jembatan tayan di Provinsi Kalimantan Barat, dengan
perkembangan konstruksi fisik yang sudah mencapai 96%. Selain itu, pada tahun 2015 ada berbagai proyek infrastruktur baru, mulai dari pembangunan 13 bendungan baru, Program Sejuta Rumah, Jalan Tol Trans Jawa, Jalan Tol Trans Sumatera, jalan Perbatasan, jalan Kawasan di Indonesia Timur, dan Kawasan Perbatasan Papua (Aditiasari, 2015). Selain itu, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional melansir data proyek infrastruktur apa yang akan dibangun selama 5 tahun pemerintahan Jokowi, yaitu diantaranya adalah waduk dan irigasi, kilang dan pembangkit listrik, teknologi komunikasi dan informatika, perumahan, penyediaan air bersih serta pembangunan sistem air limbah dan tpa (Gustiawati, 2014), hal-hal inilah yang akan menarik minat para investor untuk berinvestasi pada saham perusahaanperusahaan sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi. Berdasarkan alasan di atas, maka akan diteliti lebih lanjut mengenai Penerapan Metode Capital Asset Pricing Model (CAPM) sebagai Dasar Pertimbangan dalam Pengambilan Keputusan Investasi Saham pada Perusahaan-Perusahaan Sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi di BEI. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas maka adapun rumusan masalah yang didapat adalah Bagaimanakah mengambil keputusan investasi saham dengan menggunakan metode CAPM pada perusahaanperusahaan sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi di BEI?
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah menerapkan metode CAPM untuk mengetahui jenis saham yang tergolong undervalued dan overvalued, berdasarkan tingkat pengembalian saham berserta risikonya, sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi saham pada perusahaan-perusahaan sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi di BEI. 1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti empiris mengenai penerapan metode CAPM sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi saham. 1.4.2 Kegunaan Praktis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai pedoman bagi para investor yang ingin memilih investasi saham, dengan menggunakan metode CAPM. 1.5 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan skripsi ini terdapat 5 (lima) bab yang disusun secara terperinci dan sistematis sehingga antara bab satu dengan bab lainnya mempunyai hubungan yang erat.
Bab I : Pendahuluan Menguraikan berbagai hal yang melatar belakangi masalah penelitian, kemudian merumuskan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan disajikan dengan sistematika penelitian. Bab II : Kajian Pustaka Menyajikan teori-teori yang berhubungan dengan masalah yang ada sehingga dapat digunakan sebagai dasar dalam pembahasan selanjutnya. Bab III : Metode Penelitian Menguraikan tentang desain penelitian, lokasi penelitian, obyek penelitian, identifikasi variabel, jenis dan sumber data, populasi, sampel dan metode penentuan sampel, metode pengumpulan data, serta teknik analisis data. Bab IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan Menguraikan mengenai gambaran umum perusahaan dan pembahasan hasil penelitian. Bab V : Simpulan dan Saran Mengemukakan simpulan mengenai hasil dari pembahasan dan saran yang diberikan sebagai masukan.