Indo. J. Chem. Sci. 2 (1) (2013) Indonesian Journal of Chemical Science

dokumen-dokumen yang mirip
Indo. J. Chem. Sci. 2 (1) (2013) Indonesian Journal of Chemical Science

PRODUCTION PROCESS OF LIQUID FERTILIZER FROM BANANA TRUNK PROSES PEMBUATAN PUPUK CAIR DARI BATANG POHON PISANG

PENINGKATAN NPK PUPUK ORGANIK CAIR LIMBAH TAHU DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG TULANG AYAM

Pupuk organik cair termasuk dalam salah satu pupuk organik yang memiliki manfaat memperbaiki sifat fisik tanah, membantu pembentukan klorofil daun,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Maret Juni 2012 bertempat di Bendungan Batu

I. PENDAHULUAN. Perkembangan pertanian di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Selain

Indo. J. Chem. Sci. 4 (1) (2015) Indonesian Journal of Chemical Science

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

Nur Rahmah Fithriyah

KAJIAN PEMANFAATAN LIMBAH NILAM UNTUK PUPUK CAIR ORGANIK DENGAN PROSES FERMENTASI

Oleh: Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Sri Rachmania Juliastuti, M. Eng. Ir. Nuniek Hendrianie, M. T.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari Bulan Januari sampai dengan bulan Juni 2015

PENDAHULUAN. padat (feses) dan limbah cair (urine). Feses sebagian besar terdiri atas bahan organik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak

KAJIAN PEMANFAATAN LIMBAH NILAM UNTUK PUPUK CAIR ORGANIK DENGAN PROSES FERMENTASI

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara di wilayah tropika basah yang sebagian besar

Lampiran 1. Prosedur Analisis

PEMBUATAN KOMPOS DARI AMPAS TAHU DENGAN ACTIVATOR STARDEC

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan instalasi pengolahan limbah dan operasionalnya. Adanya

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah dan di Laboratorium Limbah

PERANGKAT UJI PUPUK ORGANIK (PUPO) (ORGANICFERTILIZER TEST KIT )

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

BAB III METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan

BAB I PENDAHULUAN. tempe gembus, kerupuk ampas tahu, pakan ternak, dan diolah menjadi tepung

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data penetapan kadar larutan baku formaldehid dapat dilihat pada

PEMBUATAN PUPUK ORGANIK

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah sampah cair dari suatu lingkungan masyarakat dan

TINJAUAN PUSTAKA. Fosfor yang ada di dalam tanah dalam bentuk organik dan anorganik. Bentuk

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

BAB I PENDAHULUAN. Industrialisasi menempati posisi sentral dalam ekonomi masyarakat

BIOEDUKASI Jurnal Pendidikan Biologi e ISSN Universitas Muhammadiyah Metro p ISSN

PUPUK KANDANG MK : PUPUK DAN TEKNOLOGI PEMUPUKAN SMT : GANJIL 2011/2011

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR DARI LIMBAH CAIR ETANOL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di

Air dan air limbah Bagian 31 : Cara uji kadar fosfat dengan spektrofotometer secara asam askorbat

BAB I PENDAHULUAN. membawa dampak yang tidak baik bagi manusia. Tumpukan sampah. tersebut jika dibiarkan dapat menimbulkan pencemaran, penyakit serta

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Tanah Jurusan Agroteknologi

PENERAPAN IPTEKS. Pemanfaatan Limbah Usaha Pemotongan Ayam dan Pertanian Untuk Penyediaan Pupuk Organik Cair dan Produksi Tanaman Organik

P e r u n j u k T e k n i s PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman yang berasal

HASIL DAN PEMBAHASAN

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS TAWAS DAN FeCl 3 SEBAGAI KOAGULAN DALAM MENURUNKAN KADAR FOSFAT LIMBAH CAIR INDUSTRI LAUNDRY SKRIPSI

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Ultisol

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang berskala besar seperti limbah industri rokok, industri kertas, dan industri

BAB I PENDAHULUAN. Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan

Nama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M.

BAB I PENDAHULUAN. sayur yang paling diminati oleh masyarakat Indonesia. Harga tanaman

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Materi Prosedur Pembuatan MOL Tapai dan Tempe Pencampuran, Homogenisasi, dan Pemberian Aktivator

HASIL DA PEMBAHASA. Tabel 5. Analisis komposisi bahan baku kompos Bahan Baku Analisis

EFEKTIFITAS DOSIS EM4 (Effective Microorganism) DALAM PEMBUATAN PUPUK CAIR DARI SAMPAH ORGANIK

Info Artikel. Etik Isman Hayati *), Eko Budi Susatyo dan Wisnu Sunarto

ANALISIS PENCEMARAN LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT BERDASARKAN KANDUNGAN LOGAM, KONDUKTIVITAS, TDS DAN TSS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. bidang preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan), rehabilitatif maupun

Pupuk tripel super fosfat plus-zn

TINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan

Munawar Raharja POLTEKKES BANJARMASIN Jurusan Kesehatan Lingkungan Banjarbaru

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

PEMANFAATAN LIMBAH CAIR INDUSTRI TEMPE SEBAGAI PUPUK CAIR PRODUKTIF (PCP) DITINJAU DARI PENAMBAHAN PUPUK NPK

BAB I PENDAHULUAN. dibudidayakan di air tawar dan disukai oleh masyarakat karena rasanya yang

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai

BAB I PENDAHULUAN. Tanah mengandung fosfat (P) sebagai salah satu unsur hara makro yang

PEMBUATAN SUSU DARI BIJI BUAH SAGA ( Adenanthera pavonina ) SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI NUTRISI PROTEIN SUSU SAPI DAN SUSU KEDELAI

Jurnal Biology Education Vol. 4 No. 1 April 2015 PENGARUH PENAMBAHAN EM BUATAN DAN KOMERSIL PADA FERMENTASI PUPUK CAIR BERBAHAN BAKU LIMBAH KULIT BUAH

Lampiran 1. Analisis serapan P tanaman. Tahap I. Ekstraksi destruksi basah. A. Alat. Tabung reaksi. Penangas listrik. Corong. Labu ukur 50 ml.

PEMANFAATAN LIMBAH LUMPUR (SLUDGE) WASTEWATER TREATMENT PLANT PT.X SEBAGAI BAHAN BAKU KOMPOS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. karena itu air berperan penting dalam berlangsungnya sebuah kehidupan. Air

Pupuk SP-36 SNI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pupuk super fosfat tunggal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Indo. J. Chem. Sci. 2 (3) (2013) Indonesian Journal of Chemical Science

BIOGAS. Sejarah Biogas. Apa itu Biogas? Bagaimana Biogas Dihasilkan? 5/22/2013

BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA. A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMANFAATAN LIMBAH DISTILASI BIOETANOL DENGAN PENAMBAHAN EFFECTIVE MICROORGANISM

BAB I PENDAHULUAN. selain memproduksi tahu juga dapat menimbulkan limbah cair. Seperti

BAB I PENDAHULUAN. mengurangi pemakaian pestisida. Limbah padat (feses) dapat diolah. menjadi pupuk kompos dan limbah cair (urine) dapat juga diolah

I. PENDAHULUAN. tanaman, baik untuk pertumbuhan vegetatif maupun generatif. Unsur hara P pada

4. Jenis pupuk. Out line. 1. Definisi pupuk 2. Nutrien pada tanaman dan implikasinya 3. Proses penyerapan unsur hara pada tanaman

ANALISIS PROTEIN. Free Powerpoint Templates. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih Page 1

MATERI DAN METODE. Prosedur Penelitian

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman

PEMANFAATAN TANAMAN ENCENG GONDOK SEBAGAI PUPUK CAIR PENELITIAN

Transkripsi:

Indo. J. Chem. Sci. 2 (1) (2013) Indonesian Journal of Chemical Science http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ijcs PEMANFAATAN TULANG IKAN KAKAP UNTUK MENINGKATKAN KADAR FOSFOR PUPUK CAIR LIMBAH TEMPE Miz Mazaya*), Eko Budi Susatyo dan Agung Tri Prasetya Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang Gedung D6 Kampus Sekaran Gunungpati Telp. (024)8508112 Semarang 50229 Info Artikel Sejarah Artikel: Diterima Desember 2012 Disetujui Desember 2012 Dipublikasikan Mei 2013 Kata kunci: tulang ikan pupuk cair limbah tempe Abstrak Telah dilakukan penelitian tentang pemanfaatan limbah cair pabrik tempe sebagai pupuk organik cair dengan penambahan fosfor hasil isolasi tulang ikan kakap. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui kadar fosfor hasil isolasi tulang ikan kakap merah, banyaknya EM4 yang perlu ditambahkan pada limbah cair, mengetahui besar peningkatan kadar fosfor pupuk cair setelah penambahan hasil isolasi. Proses isolasi fosfor dari tulang ikan kakap menggunakan pelarut H 2 30 % pada suhu 95 o C selama 100 menit. Pupuk induk dibuat dari limbah pabrik tempe yang ditambah dengan EM4 variasi 1; 2 dan 3 % dan difermentasi selama 12 hari. Fosfor hasil isolasi ditambahkan pada pupuk cair induk kadar fosfor paling tinggi, volume hasil isolasi divariasi 10, 20, 30 dan 40 %. Kadar fosfor hasil isolasi tulang sebesar 0,838 %, kadar fosfor pupuk cair variasi EM4 paling tinggi pada penambahan EM4 2 % yaitu 0,033 %. Penambahan hasil isolasi sebesar 10 % meningkatkan kadar fosfor sebesar 278,4; 251,3; 278,4 dan 819 %. Peningkatan kadar fosfor paling tinggi pada penambahan 40 % yaitu sebesar 818,9 %. Kadar fosfor dari semua penambahan hasil isolasi pada pupuk induk memenuhi standar mutu pupuk organik cair bedasarkan Peraturan Menteri Pertanian No. 28/ Pementan/ OT. 140/ 2 / 2009 yaitu sebesar < 2%. Abstract A study on the utilization of soybean plant effluent as a liquid organic fertilizer with phosphorus addition of the isolated bone snapper. The research objective was to determine the isolated bone phosphorus levels of red snapper, EM4 number to be appended to the liquid waste, knowing the increased levels of phosphorous liquid fertilizer after the addition of the results of isolation. The process of isolation of phosphorus from bone snapper using a solvent of 30 % H 2 at 95 o C for 100 minutes. Fertilizer made from waste plant stem tempe supplemented with EM4 variation of 1; 2 and 3 % and fermented for 12 days. Phosphorus fertilizer was added to the isolated liquid holding the highest phosphorus levels, volume of isolation varied 10, 20, 30 and 40 %. Phosphorus levels for the isolated bone 0.838 %, the variation of liquid fertilizer phosphorus levels EM4, EM4 highest in the addition of 2 % is 0.033 %. The addition of a 10 % isolated yield increased phosphorus levels at 278.4; 251.3; 278.4 and 819 %. Elevated levels of phosphorus was highest in the 40% increase in the amount of 818.9 %. Phosphorus levels of all the isolated addition to the stem meets the quality standard fertilizer liquid organic fertilizer bedasarkan Regulation of Minister of Agriculture 28/Pementan/OT. 140/2/2009 which amounted to <2% 2013 Universitas Negeri Semarang Alamat korespondensi: E-mail: murukyu@gmail.com ISSN NO 2252-6951

Pendahuluan Kesuburan tanah merupakan kemampuan tanah menyediakan hara dalam jumlah cukup untuk mendukung perkembangbiakan tanaman. Saat ini penggunaan pupuk anorganik yang sering dipakai dalam pertanian sangat memprihatinkan. Penggunaan pupuk anorganik tidak dapat memperbaiki struktur tanah namun dapat menyebabkan kerusakan tanah, sehingga perlu adanya penggantian pupuk anorganik dengan pupuk yang lebih ramah lingkungan. Tempe merupakan salah satu makanan yang banyak disukai oleh masyarakat Indonesia. Selain murah, tempe juga banyak mengandung protein karena bahan dasarnya yang berupa biji kedelai. Limbah cair tempe biasanya berupa limbah padat dan cair. Limbah padat dimanfaatkan sebagai makanan hewan ternak, sedangkan limbah cair hanya dibuang ke aliran sungai. Pabrik tempe yang biasanya merupakan usaha rumah tangga berpotensi menyebabkan pencemaran. Dilihat dari kadar BOD untuk air rebusan kedelai sebesar 13002,03 mg/l, COD 4188,27 mg/l, TDS 25060 mg/l, TTS 4012 mg/l dan untuk air rendaman kedelai rata-rata BOD 131380,87 mg/l, COD 35398,87 mg/l, TDS 25254 mg/l TTS 4551 mg/l. Data tersebut membuktikan bahwa limbah tempe berpotensi menyebabkan pencemaran (Wiryani, 2007). Limbah pengolahan tempe sampai saat ini masih belum dimanfaatkan secara tepat dan efisien. Dengan adanya pengolahan limbah menjadi pupuk akan mengurangi pencemaran. Pupuk organik merupakan pupuk yang terbuat dari bahan alam yang memiliki ciri kandungan haranya banyak tetapi dalam jumlah sedikit. Penggunaan pupuk organik pada tanaman tidak hanya memberikan unsur-unsur yang dibutuhkan tanaman, tetapi juga dapat memperbaiki struktur tanah. Pupuk organik memiliki dua jenis yaitu pupuk organik cair dan pupuk organik cair. Untuk memudahkan unsur hara dapat diserap tanah dan tanaman bahan organik dapat dbuat menjadi pupuk cair. Menurut Suprihatin (2011) tanaman tidak hanya menyerap hara terutama melalui akar, namun daun juga memiliki kemampuan menyerap hara. Sehingga pupuk cair bermanfaat tidak hanya disekitar tanaman tetapi di atas daun. Penggunaan pupuk cair sangat bermanfaat sebagai: memupuk tanaman, menyiram tanaman, dan mengobati tanaman. Pembuatan pupuk organik membutuhkan bioaktivator sebagai bahan mempercepat proses fermentasi. EM4 merupakan salah satu bioaktivator yang banyak digunakan. Bioaktivator ini mengandung berbagai macam mikro organisme pemecah bahan organik menjadi hara dan humus. Banyaknya penambahan EM4 mempengaruhi konsentrasi hara yang dihasilkan oleh pupuk. Pada waktu fermentasi tertentu dalam keadaan anaerob, bakteri dapat memecah bahan organik dengan baik. Tulang memiliki kandungan fosfor yang tinggi sehingga menjadi sumber utama fosfor, tetapi penggunaannya sampai saat ini terbatas untuk campuran pupuk, makanan ternak, gelatin dan lem. Akibatnya banyak tulang yang begitu saja sebagai limbah yang dapat mencemari lingkungan (Haekal, 2009). Fosfor dalam tulang biasanya berbentuk kalsium fosfat (Ca( ) 2 ) yang sukar larut dalam air, sehingga perlu proses penguraian agar fosfor lebih tersedia bagi tanaman. Salah satu metode penguraian tersebut adalah dengan mengisolasi tulang ikan menggunakan pelarut H 2. Tempe yang bahan dasarnya terbuat dari biji kedelai mengandung sedikit unsur fosfor. Dengan adanya pemanfaatan tulang ikan yang merupakan sumber utama fosfor diharapkan dapat meningkatkan kadar fosfor pupuk cair limbah tempe tersebut. Metode Penelitian Populasi penelitian limbah cair pabrik tempe yang diambil dari pabrik tempe daerah jalan Kelinci Semarang. Sampel merupakan bagian dari cuplikan limbah cair tempe yang sudah difermentasi dan ditambah fosfor dari tulang. Variabel bebas yaitu volume EM-4 yang ditambahkan, banyaknya fosfor dari tulang ikan kakap yang ditambahkan. Sedangkan variabel terikat konsentrasi fosfor pada pupuk organik cair sebelum dan sesudah penambahan fosfor hasil isolasi tulang ikan kakap. Variabel terkontrol volume sampel limbah cair pabrik tempe sebanyak 1 liter, waktu fermentasi pupuk induk selama 12 hari, waktu pemanasan dan suhu saat pembuatan fosfor hasil isolasi tulang ikan kakap adalah 100 menit dan ± 95 o C. Penelitian ini dilakukan secara eksperimen melalui beberapa tahapan yaitu pengubahan tulang menjadi tepung tulang, proses isolasi fosfor, proses fermentasi limbah tempe dengan variasi penambahan EM4. Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah tempe, EM4, tulang ikan, H 2. Proses analisis fosfor menggunakan alat spektrofoto 8

meter Genesys 20. Proses isolasi menggunakan alat yang ada pada Gambar 1 dan alat fermentasi ada pada Gambar 2. yang dihasilkan. Proses fermentasi pada bahan organik menjadi pupuk adalah: Gambar 1. Alat isolasi Keterangan gambar, (1) Pendingin balik, (2) Labu leher tiga, (3) Hot Plat, (4) Termometer, (5) Pengaduk, (6) Motor pengaduk, (7) Statif penjepit. Gambar 2. Reaktor pembuatan pupuk Keterangan gambar: (1) Reaktor, (2) Keran, (3) Tutup reaktor, (4) Selang plastik, (5) Wadah berisi air. Hasil dan Pembahasan Pupuk organik atau pupuk alam merupakan hasil akhir dari perubahan bagianbagian atau sisa tanaman dan binatang. Pupuk organik dapat berasal dari binatang dan kompos yang dapat diubah dalam tanah menjadi bahanbahan organik tanah. Pupuk yang terbuat dari bahan alam membutuhkan proses fermentasi agar kandungan yang dimiliki bahan tersebut dapat diserap oleh tanaman. Pupuk organik memliki kelarutan unsur hara yang rendah dalam tanah. Pupuk dalam bentuk cair akan lebih memudahkan tanaman mendapatkan unsur-unsur yang dibutuhkan. Proses fermentasi dibantu oleh mikro organisme biasanya berupa bioaktivator EM4 yang mengurai bahan-bahan organik menjadi hara dan humus pada keadaan anaerob. Fermentasi secara anaerob lebih dilakukan agar proses fermentasi berjalan lebih cepat karena dalam keadaan aerob bakteri pengurai berkerja dengan lambat. EM4 dalam proses pembuatan pupuk organik selain dapat mempercepat proses fermentasi tetapi juga dapat menambah hara atau nutrisi pada pupuk (Balai Besar Litbang Pertanian, 2006) Sumber daya Lahan Manfaat pupuk cair adalah lebih mudah terserap oleh tanaman karena unsur-unsur didalamnya sudah terurai. Tanaman tidak hanya mendapatkan sumber makanan dari akar akan tetapi daun juga memiliki kemampuan menyerap makanan. Bentuk pupuk yang berupa pupuk cair dapat diaplikasikan tidak hanya pada akar tetapi juga pada daun. Selain dapat melakukan dua hal sekaligus yaitu memupuk dan menyiram, penggunaan pupuk cair yang diaplikasikan pada daun tanaman dapat berfungsi mengobati tanaman dari hama penyakit. Penelitian ini menggunakan limbah cair tempe sebagai bahan utama pembuatan pupuk organik. Karena bahan dasarnya yang berupa cairan, maka tidak perlu adanya perlakuan yang diberikan agar pupuk yang dihasilkan berupa pupuk cair. Limbah tempe yang diambil difermentasi dalam rektor selama 12 hari dengan variasi penambahan EM4. Limbah yang digunakan dalam penelitian merupakan limbah perebusan, pencucian dan pengepresan biji kedelai. Analisis fosfor secara kuantitatif kadar fosfor pada penelitian ini menggunakan metode spektrofotometer. Metode ini harus menggunakan larutan berwarna dan bening agar kadar fosfor dapat diketahui. Sampel yang berupa larutan berwarna dan keruh harus didestruksi dahulu agar didapatkan larutan yang siap untuk dianalisis. Sampel berupa pupuk didestruksi dengan menggunakan larutan HNO 3 dan HClO 4 sebagai larutan pengoksidasi. Terdapat dua jenis destruksi yaitu basah dan kering. Pada penelitian ini destruksi yang digunakan adalah destruksi basah. Destruksi basah merupakan proses perombakan oksidatif sampel organik menggunakan asam pengoksidasi seperti asam nitrat, asam perklorat, asam sulfat atau campuran asamasam tersebut. Kandungan ion-ion dalam sampel dapat mengganggu proses analisis metode spektrofotometer, sehingga dapat mengganggu akurasi dalam pembacaan sampel. Proses destruksi menghilangkan kandungan ion lain sehingga kesalahan dalam pembacaan saat analisis dapat ditekan seminimal mungkin. Pada 9

proses destruksi terjadi perombakan organologam menjadi bentuk anorganik yang siap dianalisis. Destruksi dikatakan berhasil apabila didapatkan larutan akhir yang jernih. Pada peneitian ini, analisis fosfor menggunakan larutan pembangkit warna terbuat dari campuran (NH 4 ) 6 Mo 7 O 24.4H 2 O (amoniummolibdat), K(SbO)C 4 H 4 O 6.0,5H 2 O (kalium antimonil tartrat), H 2, C 6 H 8 O 6 (asam askorbat). Campuran larutan pembangkit warna dan fosfor tersebut akan membentuk larutan berwarna biru yang dapat diukur dengan rentan panjang gelombang antara 650 700 nm. Analisis menggunakan selain sederhana, cepat dan akurat, metode ini dapat digunakan untuk berbagai macam sampel dan mengalami gangguan yang lebih sedikit dibandingkan dengan metode SnCl 2. Reaksi yang terjadi pada analisis menggunakan asam askorbat yaitu: (Walinga, dkk. 1989) Dalam medium asam, ortofosfat (PO -3 4 ) membentuk kompleks berwarna kuning dengan ion molibdat (MoO -2 4 ). Dengan adanya asam askorbat dan antimon, kompleks fosfomolibdat (H 7 [P(Mo 2 O 7 ) 6 ]) membentuk warna biru. Antimon ditambahkan untuk melengkapi reduksi kompleks fosfomolibdenum kuning menjadi kompleks fosfomolibdenum biru. Antimon meningkatkan intensitas warna biru dan menyebabkan pengukuran serapan lebih sensitif (Walinga, dkk. 1989). Hasil anslisi variasi penambahan EM4 sebanyak 1, 2 dan 3 % ditunjukkan pada Gambar 3. Gambar 3. Hubungan konsentrasi fosfor dan banyak penambahan EM4 Kadar fosfor yang paling banyak pupuk yang ditambah EM4 sebanyak 2 % yaitu sebesar 0,033 %. Pada penambahan sebanyak 1 % EM4, bakteri dalam EM4 yang ditambahkan lebih sedikit dibandingkan dengan limbah yang harus difermentasi sehingga sebelum semua 10 limbah habis terfermentasi mikro organisme yang berperan sebagai pengurai fosfor telah mencapai pertumbuhan maksimum sebelum waktu yang telah ditentukan. Pada penambahan EM4 sebanyak 3 % jumlah mikro organisme lebih banyak dibandingkan dengan limbah, karena itu proses fermentasi berjalan cepat. Limbah dalam reaktor keseluruhannya sudah terurai sebelum mikro organisme pengurai mencapai titik pertumbuhan maksimum. Dikarenakan kompos sudah matang sebelum waktu yang ditentukan, mikro organisme semakin banyak kesempatan untuk menghisap sebagian fosfor dalam kompos yang sudah matang untuk membentuk zat putih telur dalam tubuhnya (Murbandono, 2000). Hasil penentuan kadar optimum penambahan EM4 pada limbah digunakan untuk mengetahui persentase kenaikan kadar fosfor. Sebelum dan sesudah penambahan hasil isolasi tulang ikan kakap. Tulang merupakan sumber utama fosfor, namun fosfor dalam tulang berbentuk Ca 2 yang sukar larut dalam air, apalagi dicampurkan dalam pupuk organik cair. Pengisolasian tulang dilakukan agar fosfor dalam tulang berubah menjadi bentuk yang lebih mudah larut. Menurut Sembodo, dkk (2005) hasil isolasi tergantung pada beberapa faktor, yaitu: (1) waktu reaksi, makin lama waktu kontak antara reaktan akan diperoleh hasil yang semakin besar, (2) konsentrasi asam sulfat, bila digunakan konsentrasi asam sulfat semakin tinggi maka kecepatan reaksi semakin besar dan diperoleh hasil yang besar, konsentrasi relatif baik antara 30-40 %, (3) pengadukan, pengadukan diperlukan untuk memperbanyak kesempatan kontak antara zat pereaksi dengan memperbesar tumbukan yang terjadi, (4) suhu, semakin tinggi suhu semakin cepat reaksi berlangsung karena memperbesar pula harga konstanta kecepatan reaksi. Isolasi fosfor tulang dengan adanya pelarut asam sulfat akan didapatkan fosfor berupa Ca(H 2 ) 2, H 3 dan Ca 2 (gips). Pada penelitian ini isolasi menggunakan pelarut H 2 30 %. Proses ini kalsium akan terpisah dengan fosfor dan membentuk kalsium fosfat berbentuk padatan putih. Berdasarkan penelitian didapatkan kadar fosfor hasil isolasi tulang sebesar 0,838 %. Hasil ini kurang memuaskan mengingat bahwa tulang merupakan sumber utama fosfor. Kemungkinan fosfor yang dihasilkan masih banyak yang terbawa oleh gips, sehingga perlu adanya

pencucian gips dengan air panas. M Mazaya / Indonesian Journal of Chemical Science 2 (1) (2013) Gambar 4. Hubungan kadar fosfor dan banyak penambahan hasil isolasi tulang Pada Gambar 4 menunjukkan kadar fosfor setelah ditambah hasil isolasi sebesar 10, 20, 30 dan 40 % mengalami kenaikan yang sangat signifikan. Analisis kadar fosfor pada pupuk awal didapatkan konsentrasi sebesar 0,034 %. Setelah ditambah dengan fosfor tulang ikan variasi 10, 20, 30 dan 40 % secara berurutan yaitu sebesar 0,14; 0,23; 0,30 dan 0,34 %. Dengan ini maka kadar fosfor pupuk cair mengalami kenaikan sebesar 278, 522, 711 dan 819 %. Kadar fosfor setelah penambahan hasil isolasi tulang paling tinggi menunjukkan peningkatan yang besar. Pada penambahan hasil isolasi sebanyak 40 % mengalami kenaikan 819 % yaitu dari kadar pupuk awal sebesar 0,037 % menjadi 0,34 %. Kadar ini sesuai dengan kadar fosfor pupuk organik yang terbuat dari tanaman kedelai (Tan, 1994). Komposisi hara dalam pupuk organik sangat tergantung dari sumbernya. Setiap bahan organik yang dibuat kompos akan menghasilkan kadar hara berbeda. Pupuk induk yang terbuat dari fermentasi limbah cair pabrik tempe manghasilkan pupuk dengan kadar fosfor yang rendah, sedangkan ketersediaan fosfor bagi tanaman sangat kurang. Pengaplikasian pupuk organik dengan komposisi hara rendah hanya akan memperbaiki struktur tanah tanpa bisa dimanfaatkan tanaman. Indonesia yang curah hujannya tinggi, ketersediaan hara bagi tanaman sangat minim karena sebagian besar ikut terbawa oleh aliran air. Kadar fosfor yang besar bukan berarti dapat langsung digunakan karena untuk pupuk organik cair harus memenuhi ketentuan bedasarkan Peraturan Menteri Pertanian No. 28/Pementan/OT. 140/2/2009 yaitu kandungan fosfornya < 2 %. Berdasarkan hasil penambahan hasil isolasi ke dalam pupuk cair, seluruh komposisi memiliki kadar fosfor < 2 % sehingga dapat dikatakan telah memenuhi ketentuan. Semua kompsisi dapat digunakan sebagai pupuk 11 organik cair. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa kadar fosfor yang didapat pada variasi penambahan EM4 paling tinggi adalah penambahan 2 % yaitu sebesar 0,033 %. Kadar fosfor hasil isolasi tulang sebesar 0,838% memberikan persentase peningkatan kadar fosfor paling tinggi sebesar 819 %. Dilihat dari kenaikan kadar fosfor dalam pupuk cair yang sangat besar, maka dapat dikatakan penambahan hasil isolasi tulang ikan dapat digunakan untuk meningkatkan kadar fosfor pupuk limbah tempe. Besar kadar fosfor dalam pupuk cair sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian No. 28/Pementan/OT. 140/2/2009. Daftar Pustaka Haekal, M. Husein. 2009. Pemanfaatan Tulang Keong untuk Produksi Asam Phospat: Optimasi Menggunakan Response Surface Methodology. Jurnal Teknik Kimia. Tersedia di www.eprints.undip.ac.id/940/1/makalahk u_ haykal_l2c605157_p_pdf [diakses tangal 6 Januari 2012]. Murbandono, L. 2000. Membuat Kompos. Ed. Rev. Jakarta: Penebar Swadaya. Sembodo, Bregas., Uddy Kumiaji dan Marjito. 2005. Kinetika Reaksi Pembuatan Asam Fosfat dari Serbuk Tulang Ayam dan Asam Sulfat. Ekuilibrium, Vol. 4 No. 1, Hal. 18-20. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknis UNS. Suprihatin. 2011. Production Process of Liquid Fertilizer from Banana Trunk. Jurnal Teknik Kimia Vol. 5, No. 20. April 2011. Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, UPN Veteran Tan, K.H. 1994. Enviromental Soil Science. Manual Dekker INC. New York 10016.USA. Walinga, I., Van-VEAK,. V. W. Houba, V. I. G. dan Van-der lee (1989). Plant Analysis Procedurs. Part 7. Netherlands: Waganingen Agricultural University. Page 138-139. Wiryani, E. 2007. Analisis Kandungan Limbah Cair Pabrik Tempe. Semarang: Lab. Ekologi dan Biosistematik Jurusan Biologi, FMIPA, UNDIP.