UJI MASA SIMPAN KUALITAS MINYAK HASIL EKSTRAKSI BIJI BUAH BINTARO (Cerbera manghas L) SEBAGAI BAHAN BAKU BIODIESEL

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan a. Bahan Baku b. Bahan kimia 2. Alat B. METODE PENELITIAN 1. Pembuatan Biodiesel

4 Pembahasan Degumming

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN

PENGARUH STIR WASHING, BUBBLE WASHING, DAN DRY WASHING TERHADAP KADAR METIL ESTER DALAM BIODIESEL DARI BIJI NYAMPLUNG (Calophyllum inophyllum)

BAHAN DAN METODE. Laboratorium Teknologi Pangan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,

BAB III METODA PENELITIAN. yang umum digunakan di laboratorium kimia, set alat refluks (labu leher tiga,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Pendahuluan (Pembuatan Biodiesel)

III. METODOLOGI A. Bahan dan Alat 1. Alat 2. Bahan

PEMBUATAN MINYAK KELAPA SECARA ENZIMATIS MENGGUNAKAN RIMPANG JAHE SEBAGAI KATALISATOR

: Muhibbuddin Abbas Pembimbing I: Ir. Endang Purwanti S., MT

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian, Jurusan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari Februari 2014.

III. METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Lampiran 1. Prosedur analisis sifat fisikokimia minyak dan biodiesel. 1. Kadar Air (Metode Oven, SNI )

II. TINJAUAN PUSTAKA. sawit kasar (CPO), sedangkan minyak yang diperoleh dari biji buah disebut

PEMBUATAN DAN PEGUJIAN BIODIESEL MINYAK NYAMPLUNG (Calophyllum Inophyllum. L) DENGAN VARIASI JENIS KATALIS MENGGUNAKAN GC-MS

Proses Pembuatan Biodiesel (Proses Trans-Esterifikasi)

ESTERIFIKASI MINYAK LEMAK [EST]

Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu

UJI PENGARUH SUHU PEMANASAN BIJI KEMIRI DENGAN MENGGUNAKAN OIL PRESS TIPE ULIR TERHADAP RENDEMEN DAN MUTU MINYAK YANG DIHASILKAN

BABffl METODOLOGIPENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Jurnal Flywheel, Volume 3, Nomor 1, Juni 2010 ISSN :

Gambar 7 Desain peralatan penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN PENAMBAHAN RAGI ROTI DAN PERBANDINGAN VOLUME STARTER DENGAN SUBSTRAT TERHADAP RENDEMEN DAN MUTU VIRGIN COCONUT OIL (VCO) ABSTRAK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab IV Hasil dan Pembahasan

OPTIMASI KONVERSI BIODIESEL DARI MINYAK BIJI KARET MENGGUNAKAN KATALIS ZEOLIT

3 METODOLOGI PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Mulai. Dihaluskan bahan. Ditimbang bahan (I kg) Pemanasan alat sesuai dengan suhu yang ditentukan. Dioperasikan alat. Dimasukkan bahan dan dipress

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian Teknologi Hasil

Desikator Neraca analitik 4 desimal

BAB III RANCANGAN PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April September 2013 bertempat di

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli September 2013 bertempat di

UJI ALAT PENGEPRES MINYAK (OIL PRESS) PADA BEBERAPA KOMODITI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGARUH STIR WASHING

MATERI DAN METODE. Daging Domba Daging domba yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging domba bagian otot Longissimus thoracis et lumborum.

METODOLOGI PENELITIAN

PERBANDINGAN HASIL ANALISIS BEBERAPA PARAMETER MUTU PADA CRUDE PALM OLEIN YANG DIPEROLEH DARI PENCAMPURAN CPO DAN RBD PALM OLEIN TERHADAP TEORETIS

BAB III METODE PENELITIAN

PROSES PEMBUATAN BIODIESEL MINYAK JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) DENGAN TRANSESTERIFIKASI SATU DAN DUA TAHAP. Oleh ARIZA BUDI TUNJUNG SARI F

PEMBUATAN BIODIESEL DARI ASAM LEMAK JENUH MINYAK BIJI KARET

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V METODELOGI. 5.1 Pengujian Kinerja Alat. Produk yang dihasilkan dari alat pres hidrolik, dilakukan analisa kualitas hasil meliputi:

BAB 3 METODE PENELITIAN. 1. Neraca Analitik Metter Toledo. 2. Oven pengering Celcius. 3. Botol Timbang Iwaki. 5. Erlenmayer Iwaki. 6.

PROSES TRANSESTERIFIKASI MINYAK BIJI KAPUK SEBAGAI BAHAN DASAR BIODIESEL YANG RAMAH LINGKUNGAN

METANOLISIS MINYAK KOPRA (COPRA OIL) PADA PEMBUATAN BIODIESEL SECARA KONTINYU MENGGUNAKAN TRICKLE BED REACTOR

BAB 3 BAHAN DAN METODE

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V METODOLOGI. Dalam percobaan yang akan dilakukan dalam 3 tahap, yaitu:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Konsumsi Bahan Bakar Diesel Tahunan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Erlenmeyer 250 ml Pyrex. Kondensor kolom hempel

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada Desember 2016 April 2017 di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lemak dan minyak adalah golongan dari lipida (latin yaitu lipos yang

BAB V METODOLOGI. Dalam percobaan yang akan dilakukan dalam 2 tahap, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB V METODOLOGI. Dalam percobaan yang akan dilakukan dalam 3 tahap, yaitu :

I. PENDAHULUAN. produksi biodiesel karena minyak ini masih mengandung trigliserida. Data

PEMBUATAN BIODIESEL DARI MINYAK BIJI NYAMPLUNG DENGAN PROSES TRANSESTERIFIKASI DALAM KOLOM PACKED BED. Oleh : Yanatra NRP.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH PENGGUNAAN BERULANG MINYAK GORENG TERHADAP PENINGKATAN KADAR ASAM LEMAK BEBAS DENGAN METODE ALKALIMETRI

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB V METODOLOGI. 5.1 Alat yang digunakan: Tabel 3. Alat yang digunakan pada penelitian

LAMPIRANA DIAGRAM ALIR METODE PENELITIAN

Sintesis Metil Ester dari Minyak Goreng Bekas dengan Pembeda Jumlah Tahapan Transesterifikasi

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Prarancangan Pabrik Metil Ester Sulfonat dari Crude Palm Oil berkapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR

Blanching. Pembuangan sisa kulit ari

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Potensi PKO di Indonesia sangat menunjang bagi perkembangan industri kelapa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

LAMPIRAN A DATA PENGAMATAN. 1. Data Pengamatan Ekstraksi dengan Metode Maserasi. Rendemen (%) 1. Volume Pelarut n-heksana (ml)

III. METODOLOGI PENELITIAN

Bab III Metodologi Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN UKDW. teknologi sekarang ini. Menurut catatan World Economic Review (2007), sektor

HASIL DAN PEMBAHASAN A. ANALISIS GLISEROL HASIL SAMPING BIODIESEL JARAK PAGAR

LAMPIRAN 1 DATA BAHAN BAKU

PEMBUATAN BIODIESEL DARI CRUDE PALM OIL (CPO) SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF MELALUI PROSES TRANSESTERIFIKASI LANGSUNG

METODE. Bahan dan Alat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan November 2009

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah Minyak goreng bekas

Transkripsi:

UJI MASA SIMPAN KUALITAS MINYAK HASIL EKSTRAKSI BIJI BUAH BINTARO (Cerbera manghas L) SEBAGAI BAHAN BAKU BIODIESEL TRIAL STORAGE TIME FROM QUALITY OF BINTARO (Cerbera manghas L) SEEDS EXTRACTION OIL AS BIODIESEL MATERIAL Ponco Prabowo 1, Rudianda Sulaeman 2, Evi Sri Budiani 2 Forestry Departement, Agriculture Faculty, University of Riau Address Bina Widya, Pekanbaru, Riau (Poncoprabowo92@gmail.com) ABSTRACT Saving bintaro oil can make damage because hidrolysis and oxidation process. Demage oil could know by increasing of free fatty acid degree and water content degree. Storage time influence quality of bintaro seeds extraction oil for biodiesel material. This research using Randomized Complete Block Design (RCBD) consist of five (5) treatmens and three (3) replication. The result of research showed quality of bintaro oil is influenced by storage time. If storage time is longer, quality of bintaro oil will be low. During storage time, free fatty acid degree of bintaro oil had increased. The oil with A0 treatment including refined oil, the oil with A1 treatment including low free fatty acid oil and the oil with A2 (14 days), A3 (21 days), A4 (28 days) treatment including high free fatty acid oil. Keywords : storage time, bintaro seeds extraction, biodiesel material PENDAHULUAN Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan salah satu energi yang digunakan oleh masyarakat Indonesia. Keterbatasan sumber daya alam dan meningkatnya permintaan konsumen mengharuskan pengembangan energi alternatif. Salah satu sumber energi terbaharukan yang memiliki banyak kelebihan adalah bioenergi, salah satunya adalah biodiesel. Biodiesel didefinisikan sebagai bahan bakar mesin diesel yang berasal dari minyak nabati terbaharukan. Biodiesel diproduksi dari minyak murni melalui proses transesterifikasi. Reaksi transesterifikasi dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal merupakan kondisi yang berasal dari minyak, seperti kandungan air dan Asam Lemak Bebas (ALB), sedangkan faktor eksternal merupakan kondisi yang tidak berasal dari minyak meliputi rasio molar methanol terhadap minyak, jenis katalis, suhu reaksi, waktu reaksi dan kecepatan pengadukan. Kadar ALB maksimum yang memungkinkan proses dapat dihindari adalah 2-3% (Prakoso, 2005). Salah satu sumber minyak nabati yang potensial untuk dijadikan biodiesel adalah tanaman bintaro (Cerbera manghas L). Tanaman bintaro bukan merupakan tanaman pangan sehingga penggunaannya sebagai sumber energi tidak akan bersaing dengan kebutuhan pangan, selain itu bintaro sudah banyak dikultivasi sehingga mudah dalam 1 Mahasiswa Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Riau 2 Staf Pengajar Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Riau Jom Faperta Vol. 3 No. 2 Oktober 2016 1

mendapatkan sampel karena tanaman ini dijadikan tanaman reboisasi dan penghias pada pinggir jalan raya. Penyimpanan minyak hasil ekstraksi biji buah bintaro memungkinkan terjadinya kerusakan minyak akibat proses hidrolisis dan oksidasi. Kerusakan minyak dapat diketahui dengan kadar ALB minyak dan kadar air minyak yang meningkat. Kandungan air dan ALB yang terdapat pada minyak dapat berpengaruh terhadap pembentukan sabun yang akan mengurangi kebasaan katalis dan membentuk gel yang dapat mempersulit pemisahan dan pengendapan gliserol. Semakin baik kualitas minyak hasil ekstraksi biji buah bintaro, produksi biodiesel lebih ekonomis dan efisien. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh masa simpan minyak hasil ekstraksi biji buah bintaro terhadap kualitas asam lemak bebas minyak bintaro dan untuk mengetahui kadar asam lemak bebas minyak bintaro. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan Laboratorium Kimia Fisika Universitas Riau. Penelitian ini dilakukan selama satu bulan yaitu pada bulan Oktober - November 2015. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah parang, kempa hidrolik, kain saring, neraca analitik, botol 100 ml, oven, erlenmeyer, gelas ukur, desikator, magnetic stirrer, hot plate, pipet tetes, buret, cawan penguap, kertas saring, corong, gelas baker, alat tulis, kamera. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu air, alkohol, larutan KOH 0,1 N, H 3 PO 4, isopropil, indikator PP (phenolphtealin), dan buah bintaro dengan tingkat kematangan yang matang yaitu berwarna merah. Penelitian dilakukan secara eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 5 perlakuan dan 3 kali ulangan, total unit percobaan berjumlah 15. Pelaksanaan penelitian meliputi pengumpulan dan persiapan bahan baku, ekstraksi bahan baku, degumming, penyimpanan bahan baku, perhitungan kadar asam lemak bebas, perhitungan kadar air minyak, perhitungan rendemen minyak. Data hasil pengamatan dianalisa secara statistik dengan sidik ragam dan apabila hasilnya berbeda nyata dilanjutkan dengan Duncan s New Multiple Range Test (DNMRT) pada taraf 5%. Model linear sidik ragam sebagai berikut : Y ij = µ + T i + Ɛ ij Keterangan : Y ij = Hasil pengamatan pada suatu percobaan dalam perlakuan penyimpanan minyak ke-i yang mendapat ulangan ke-j µ = Nilai tengah umum T i = Pengaruh lama penyimpanan ke-i Ɛ ij = Galat percobaan pada masa simpan ke-i dan pada ulangan ke-j HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Pembuatan Minyak Biji Buah Bintaro Proses pembuatan minyak biji bintaro dilakukan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Universitas Riau. Proses pembuatan minyak dari biji buah bintaro menggunakan metode ekstraksi. Metode yang digunakan sangat tergantung oleh bahan yang diekstrak. Bahan yang keras dan memiliki kandungan minyak yang relatif tinggi (diatas 20%) cocok diekstraksi menggunakan metode pengepresan Jom Faperta Vol. 3 No. 2 Oktober 2016 2

karena pengepresan menggunakan tekanan memungkinkan sel-sel yang mengandung minyak akan pecah dan minyak keluar dari bahan baku (Anisa, 2011). Buah bintaro matang yaitu berwarna merah dipisahkan dari kulit dan serabut menggunakan parang, selanjutnya biji dikeringkan menggunakan oven selama dua hari dengan suhu 40 o C. Pengeringan bertujuan untuk menghilangkan kadar air yang terkandung dalam biji. Biji kering dicacah menjadi bagian yang lebih kecil untuk memperluas permukaan bidang keluarnya minyak dari sel-sel biji bintaro pada proses pengepresan. Buah bintaro matang dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Buah bintaro matang Minyak biji bintaro yang didapatkan dari hasil ekstraksi masih berupa minyak kotor dimana terdapat kotoran dan senyawa pengotor minyak seperti gum, air, fosfatida dan resin sehingga perlu dilakukan proses pemurnian untuk mendapatkan minyak murni. Proses degumming dengan larutan asam fosfat sebanyak 0,3% dari bahan baku merupakan tahapan awal untuk memisahkan minyak dari komponen pengotor minyak (Anita, 2011). Proses degumming dengan menambahkan asam fosfat adalah proses yang paling banyak dilakukan dalam industri karena biayanya yang lebih murah dan penanganannya lebih mudah (Anita, 2011). Karakteristik minyak biji buah bintaro dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Karakteristik minyak biji buah bintaro sebelum dan sesudah proses degumming. Uji Minyak Biji Bintaro Kadar Asam Lemak Bebas (%) Kadar Air (%) Sebelum Degumming Setelah Degumming 6,82 1,24 0,08 0,06 Berdasarkan hasil karakteristik pada Tabel 1, dapat dilihat bahwa kadar asam lemak bebas minyak biji bintaro setelah proses degumming lebih rendah yaitu 1,24% jika dibandingkan dengan kadar asam lemak bebas minyak sebelum proses degumming sebesar 6,82%. Karakterisasi tersebut menunjukkan bahwa minyak sebelum degumming memiliki mutu yang kurang baik karena memiliki kadar asam lemak bebas minyak yang lebih besar jika dibandingkan dengan minyak sesudah proses degumming. Selain itu, kadar air minyak sebelum proses degumming tinggi jika dibandingkan dengan kadar air minyak setelah proses degumming. Tingginya kadar asam lemak bebas minyak dan kadar air minyak sebelum proses degumming dipengaruhi zatzat pengotor minyak seperti getah dan lendir yang ikut terbawa minyak pada saat pengepressan. Hal ini sesuai dengan pendapat Endriana (2007) yang menyatakan proses penyaringan yang kurang baik saat pengepresan menyebabkan masih banyaknya getah maupun lendir serta partikel partikel kotoran yang ikut terbawa ke dalam minyak hasil saringan. Minyak yang telah melalui proses degumming merupakan minyak yang sudah terpisah dari zatzat pengotor minyak. Minyak hasil Jom Faperta Vol. 3 No. 2 Oktober 2016 3

degumming memiliki warna yang lebih cerah dibandingkan dengan minyak sebelum proses degumming. Minyak sebelum dan sesudah proses degumming dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Minyak biji bintaro sebelum proses degumming (a) dan sesudah proses degumming (b) Minyak bintaro hasil pemurnian selanjutnya disimpan. Proses penyimpanan minyak bintaro dapat dilihat pada Gambar 3. sehingga menyulitkan minyak keluar dari biji dan pada saat pengepresan masih terdapat minyak yang tertinggal di bungkil dan alat kempa. Selain itu, rendahnya rendemen minyak disebabkan oleh proses pengeringan biji bintaro menggunakan oven yang memungkinkan minyak keluar dari biji, kemudian penggunaan alat pengempa yang sederhana berupa hydraulic press menggunakan tenaga manusia sehingga biji tidak tertekan seluruhnya. Rendemen minyak selama proses penyimpanan mengalami penurunan. Penurunan rendemen minyak dapat dilihat dari Gambar 4. Gambar 3. Penyimpanan minyak bintaro 2. Rendemen Minyak Bintaro Rendemen minyak merupakan perbandingan bobot minyak setelah mengalami proses penyimpanan terhadap bobot minyak awal. Hasil pengepresan biji bintaro diperoleh rendemen minyak sebanyak 32,14% dari bobot biji kering. Hasil rendemen minyak lebih sedikit jika dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan Anita (2011) bahwa biji bintaro dapat menghasilkan rendemen minyak mencapai (54,33%). Rendahnya rendemen minyak dianalisis karena metode ekstraksi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya sifat biji dari bahan baku. Hal ini didukung pendapat Anita (2011) yang menyatakan biji bintaro mengandung gum yang kental Gambar 4. Grafik rendemen minyak bintaro selama penyimpanan. Hasil pengamatan terhadap rendemen minyak biji buah bintaro dengan masa simpan 28 hari memiliki rendemen minyak yang paling rendah yaitu 98,82%. Semakin lama minyak disimpan, rendemen minyak mengalami penurunan. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa masa simpan berbeda tidak nyata terhadap rendemen minyak. Hasil uji lanjut DNMRT pada taraf 5% dapat dilihat pada Tabel 2. Jom Faperta Vol. 3 No. 2 Oktober 2016 4

Tabel 2. Rerata rendemen minyak bintaro selama penyimpanan Perlakuan Rendemen (%) A0 100,00 a A1 99,68 ab A2 99,97 b A3 98,86 b A4 98,82 b Angka-angka pada setiap baris pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf kecil yang tidak sama adalah berbeda nyata menurut uji DNMRT 5%. Tabel 2 menunjukkan bahwa rerata rendemen minyak biji bintaro tanpa masa simpan (A0) yaitu 100% berbeda nyata untuk semua masa simpan masa kecuali masa simpan 7 hari (A1) yaitu 99,68%. Masa simpan minyak selama 7 hari (A1) berbeda tidak nyata dengan masa simpan selama 14 hari (A2), 21 hari (A3) dan 28 hari (A4). Penurunan rendemen minyak selama masa simpan disebabkan oleh proses evaporasi yaitu proses perubahan molekul dalam keadaan cair menjadi gas yang dipengaruhi oleh suhu, kelembaban dan intensitas cahaya. Selama penyimpanan, penguapan minyak berlangsung lambat dan kehilangan minyak relatif kecil. Hal ini sejalan dengan pengapat Ketaren (1985) yang menyatakan minyak dapat menguap pada suhu kamar dan penguapan semakin besar dengan kenaikan suhu. Selain itu, penurunan rendemen bintaro disebabkan karena minyak bintaro bersifat reaktif terhadap oksigen yang didukung faktor eksternal seperti kelembaban, suhu dan temperatur cahaya (Bambang, 2010). Anisa (2011) mengatakan rendemen biodiesel sangat dipengaruhi oleh kadar FFA sebelum proses transesterifikasi. Minyak yang mengandung asam lemak bebas 10% akan kehilangan rendemen sebesar 30% jika diproses dengan transesterifikasi dan rendemen transesterifikasi dapat ditingkatkan dari 25% menjadi 96% dengan menurunkan kadar asam lemak bebas dan air masing-masing berturut-turut 10% menjadi 0,23% dan 0,2% menjadi 0,02%. 3. Kadar Air Minyak Bintaro Kadar air minyak merupakan jumlah kandungan air yang terdapat dalam minyak. Kadar air minyak mempengaruhi mutu minyak, semakin tinggi kadar air minyak, maka kualitas minyak semakin rendah. Kadar air yang terdapat dalam minyak menyebabkan proses hidrolisis yang dapat menyebabkan kerusakan minyak. Kadar air yang terkandung pada biji buah bintaro adalah sebesar 34,84%. Kadar air minyak biji bintaro yang dihasilkan dengan cara pengepresan sebesar 0,08%. Kadar air yang terdapat pada minyak biji bintaro selama penyimpanan dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5. Grafik kadar air minyak bintaro selama penyimpanan Kandungan air yang terdapat pada minyak bintaro selama masa simpan mengalami peningkatan. Hasil uji laboratorium pada Gambar 5 menunjukkan bahwa kadar air minyak paling tinggi adalah minyak dengan masa simpan 21 sampai 28 hari yaitu 0,06%, kadar air minyak yang paling rendah adalah minyak tanpa masa simpan sampai masa simpan 7 hari Jom Faperta Vol. 3 No. 2 Oktober 2016 5

yaitu sebesar 0,04%. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa masa simpan berbeda tidak nyata terhadap kadar air minyak biji. Hasil uji lanjut DNMRT pada taraf 5% dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Rerata kadar air minyak bintaro selama penyimpanan Perlakuan Kadar Air (%) A0 0,046 a A1 0,046 a A2 0,06 a A3 0,066 a A4 0,066 a Angka-angka pada setiap baris pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf kecil yang tidak sama adalah berbeda nyata menurut uji DNMRT 5%. Tabel 3 menunjukkan bahwa rerata kadar air minyak selama penyimpanan berbeda tidak nyata untuk semua masa simpan. Penyimpanan minyak mengakibatkan kenaikan kadar air minyak. Peningkatan kadar air minyak diakibatkan proses hidrolisis yang terjadi pada minyak. Saat proses hidrolisis, minyak akan diubah menjadi asam lemak bebas dan gliserol. Semakin lama reaksi berlangsung, maka asam lemak bebas yang dihasilkan akan semakin banyak. Hal ini didukung oleh pendapat Bambang (2010) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi percepatan reaksi hidrolisis adalah suhu, kandungan air dan keasaman minyak. Reaksi hidrolisis pada suhu ruang sampai suhu 100 o C dipercepat dengan adanya aktivitas mikroorganisme. Reaksi hidrolisis dapat dilihat dari kandungan asam lemak bebas minyak yang meningkat selama masa penyimpanan. Kandungan asam lemak pada minyak merupakan komponen yang mempengaruhi sifat dan daya tahan minyak. Minyak yang mengandung lebih banyak asam lemak jenuh lebih mudah terhidrolisis. Kandungan air pada minyak menyebabkan lemak dapat terhidrolisis menjadi gliserol dan asam lemak. Reaksi itu dipercepat oleh basa, asam dan enzim-enzim. Proses hidrolisis mudah terjadi pada minyak yang berasal dari bahan dengan kadar air tinggi, hal ini didukung oleh pendapat Anisa (2011) yang menyatakan semakin rendah kadar air, semakin baik kualitas minyak. Kandungan air yang terdapat pada minyak dapat berpengaruh terhadap pembentukan sabun yang akan mengurangi kebasaan katalis dan membentuk gel yang dapat mempersulit pemisahan dan pengendapan gliserol. Kandungan air yang lebih besar dari 0.3% dapat menurunkan rendemen transesterifikasi minyak. 4. Kadar Asam Lemak Bebas Minyak Bintaro Bilangan asam merupakan ukuran dari jumlah asam lemak bebas yang terkandung dalam minyak dan didefinisikan sebagai jumlah ml KOH yang dibutuhkan untuk menetralkan asam lemak bebas dalam 1 gram bahan baku. Perubahan jumlah asam lemak bebas minyak selama penyimpanan akan merubah bilangan asam minyak tersebut. Kadar asam lemak bebas yang terkandung dalam minyak dihitung berdasarkan berat molekul asam lemak dominan. Berdasarkan uji GCMS (Gas Chromatoghraphy Mass Spectrometry) dapat diketahui bahwa minyak biji bintaro mengandung asam oleat sekitar 33,01% dan asam oleat merupakan asam lemak tidak jenuh (Endriana 2007). Kadar asam lemak bebas minyak selama Jom Faperta Vol. 3 No. 2 Oktober 2016 6

penyimpanan terjadi peningkatan dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 6. Grafik kadar asam lemak bebas minyak bintaro selama penyimpanan Hasil uji laboratorium pada Gambar 5 menunjukkan bahwa kandungan asam lemak bebas minyak yang paling tinggi adalah minyak dengan masa simpan 28 hari yaitu sebesar 4,07% dan kadar asam lemak bebas minyak paling kecil adalah minyak tanpa masa simpan yaitu sebesar 1,20%. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa masa simpan berbeda nyata terhadap kadar asam lemak bebas minyak. Hasil uji lanjut DNMRT pada taraf 5% dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Rerata kadar asam lemak bebas minyak bintaro Perlakuan Kadar Asam Lemak Bebas (%) A0 1,20 a A1 1,84 ab A2 2,51 b A3 2,98 bc A4 4,07 c Angka-angka pada setiap baris pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf kecil yang tidak sama adalah berbeda nyata menurut uji DNMRT 5%. Tabel 4 menunjukkan bahwa rerata kadar asam lemak bebas minyak selama masa penyimpanan 0 hari yaitu 1,20% berbeda nyata untuk minyak dengan masa simpan 14 hari sampai masa simpan 28 hari. Minyak dengan masa simpan 14 hari berbeda tidak nyata untuk minyak dengan masa simpan 7 hari dan 21 hari. Penyimpanan minyak yang terlalu lama mengakibatkan kadar asam lemak bebas yang terkandung didalam minyak mengalami peningkatan. Kenaikan kadar asam lemak bebas minyak diakibatkan karena asam lemak umumnya bersifat reaktif terhadap oksigen dan minyak bintaro yang didominasi asam tidak jenuh oleat mudah mengalami oksidasi sehingga minyak menjadi asam (Bambang, 2010). Penyebab utama keasaman minyak adalah faktor internal yaitu kandungan asam lemak, keberadaan enzim pemecah lemak (seperti lipase, lipoksidase atau lipoitik) serta keberadaan mikroorganisme seperti bakteri yang dapat menyebabkan keasaman minyak. Ketika faktor internal bertemu dengan faktor eksternal (suhu,kelembaban dan temperratur cahaya) akan terjadi proses oksidasi (Bambang, 2010). Kerusakan oksidasi disebabkan karena terjadinya penambahan molekul oksigen yang dipengaruhi suhu, enzim, katalisator dan udara. Selain proses oksidasi, kenaikan asam lemak bebas minyak dipengaruhi oleh proses hidrolisis. Menurut Mochamad (2006) pada suhu ruang sampai suhu 100 o C reaksi oksidasi oleh udara terhadap asam lemak tidak jenuh pada minyak dipercepat dengan adanya cahaya, kandungan asam dan kelembaban udara, Sifat-sifat dan daya tahan minyak terhadap kerusakan sangat tergantung pada komponenkomponen penyusunnya, terutama kandungan asam lemak. Minyak yang mengandung asam lemak tidak jenuh cenderung untuk mengalami oksidasi. Salah satu cara untuk mencegah atau Jom Faperta Vol. 3 No. 2 Oktober 2016 7

menghambat kerusakan minyak dan lemak yaitu dengan mengemas bahanbahan tersebut. Syarat-syarat kemasan yang baik digunakan untuk minyak dan lemak adalah dapat mencegah atau mengurangi proses oksidasi oleh oksigen (Mochamad, 2006). 5. Proses Pembuatan Biodiesel dari Minyak Biji Buah Bintaro Proses pembuatan biodiesel dipengaruhi oleh kadar asam lemak bebas pada minyak. Minyak dengan perlakuan A0 (tanpa penyimpanan) termasuk kelompok refined oil yaitu minyak dengan kadar asam lemak bebas kurang dari 1,5% sehingga dalam proses pembuatan biodiesel hanya memerlukan proses transesterifikasi. Proses transesterifikasi untuk pembuatan biodiesel bisa dilakukan pada perlakuan A1 (penyimpanan 7 hari) yang termasuk kelompok minyak dengan kandungan asam lemak bebas rendah yaitu 1,5-2%. Proses pembuatan biodiesel untuk perlakuan A2 (penyimpanan 14 hari), A3 (penyimpanan 21 hari) dan A4 (penyimpanan 28 hari) harus mengalami proses esterifikasi. Menurut Knothe (2004) dalam Prihandana (2006) minyak yang memiliki kandungan asam lemak bebas melebihi 2% maka harus melalui tahapan esterifikasi sebelum diproses dengan transesterifikasi. Kadar asam lemak bebas lebih besar dari 2% akan mengakibatkan proses transesterifikasi tidak berjalan sempurna karena asam lemak bebas akan membentuk sabun (reaksi penyabunan). Sabun dapat membentuk emulsi dengan air dan gliserin sehingga pemisahannya menjadi lebih sulit. Pembentukan sabun juga mengurangi perolehan biodiesel, sehingga proses pembuatan biodiesel harus mengalami 2 tahap yaitu esterifikasi dan dilanjutkan dengan proses transesterifikasi (Anisa, 2011). KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan 1. Waktu penyimpanan berpengaruh terhadap kualitas minyak biji buah bintaro. Semakin lama waktu penyimpanan, kualitas minyak biji bintaro semakin menurun. 2. Kadar asam lemak bebas minyak biji buah bintaro selama penyimpanan mengalami peningkatan. Minyak dengan perlakuan A0 (tanpa penyimpanan) termasuk minyak refined oil dengan kadar asam lemak bebas minyak lebih kecil dari 1,5% dan perlakuan A1 (7 hari) termasuk kelompok minyak dengan kandungan asam lemak bebas rendah yaitu 1,5% - 2%, sehingga dalam proses pembuatan biodiesel menggunakan proses transesterifikasi dan minyak dengan perlakuan A2 (14 hari), A3 (21 hari) dan A4 (28 hari) harus mengalami proses esterifikasi dan selanjutnya proses transesterifikasi. 2. Saran Rendahnya rendemen minyak biji buah bintaro yang dihasilkan disebabkan adanya minyak yang tertinggal di mesin pada saat pengepresan sehingga perlu penelitian lebih lanjut tentang metode ekstraksi yang baik untuk menghasilkan minyak dari biji buah bintaro. DAFTAR PUSTAKA Anisa. 2011. Kajian Proses Produksi Biodiesel dari Jom Faperta Vol. 3 No. 2 Oktober 2016 8

Minyak Biji Bintaro (Carbera Odollam G) dengan Metode Transesterifikasi. Repository IPB. Anita. 2011. Kajian Proses Pemurnian Minyak Bintaro (Carbera Odollam G) sebagai Bahan Bakar Nabati. Repository IPB. Bambang. 2010. Pengaruh Jenis Pengemas dan Suhu Penyimpanan terhadap Mutu Biji dan Minyak Jarak Pagar. Repository IPB. Endriana D. 2007. Sintesis Biodiesel (metil ester) dari Minyak Biji Bintaro (Cerbera manghas L) Hasil Ekstraksi. Kimia Mipa-ui, Depok. Ketaren, S. 1985. Minyak Atsiri. Hal 4-16, 19, 22-34, 44-. Bogor : IPB Mochamad Hadi Fadlana. 2006. Pengaruh Suhu Penyimpanan dan Cara Ekstraksi Virgin Coconut Oil (VCO) terhadap Mutu Minyak yang Dihasilkan Selama Penyimpanan Prakoso, T. 2005. Proses Pengolahan dan Pemanfaatan Minyak Jarak Menjadi Biodiesel pada Berbagai Skala Industri. Kelompok Studi Biodiesel. Departemen Teknik Kimia ITB, Bandung. Prihandana R. 2006. Menghasilkan Biodiesel Murah. Mengatasi Polusi dan Kelangkaan BBM. Agromedia Pustaka. Jakarta. Jom Faperta Vol. 3 No. 2 Oktober 2016 9