BAB I PENDAHULUAN. pemerataan pembangunan dan hasilnya. Di awal pelita, yaitu pelita I, titik berat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia ( Sadono Sukirno, 1996:33). Pembangunan ekonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan, selain menciptakan

Judul : Analisis Potensi Ekonomi Daerah Provinsi Bali Nama : Luh Nyoman Fajar Nur Ayu NIM : Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan. swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia demi mencapai masyarakat yang sejahtera. Namun, mengingat Negara

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan suatu daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. membentuk kerja sama antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk

BAB I PENDAHULUAN. diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1999 yang disempurnakan dengan UU No. 12 Tahun 2008 tentang

: PENENTUAN PRIORITAS PEMBANGUNAN MELALUI ANALISIS SEKTOR-SEKTOR POTENSIAL DI KABUPATEN GIANYAR. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Problema kemiskinan terus menjadi masalah besar sepanjang sejarah sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di Indonesia memiliki tujuan untuk mensejahterakan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi memiliki

BAB I PENDAHULUAN. pembagian pendapatan yang merata bagi seluruh rakyat sesuai dengan sila Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

indikator keberhasilan kegiatan ekonomi daerah tersebut. Provinsi Bali merupakan

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 65 TAHUN 2006 TENTANG TAMBAHAN BANTUAN PAJAK HOTEL DAN PAJAK RESTORAN

HALAMAN PENGESAHAN...

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang akan mempercepat pemulihan ekonomi dan memperkuat ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat kesejahteraan merupakan acuan utama yang mendeskripsikan

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 41 TAHUN 2006 TENTANG

ANALISIS PERGESERAN STRUKTUR EKONOMI DAN SEKTOR UNGGULAN DI KABUPATEN TABANAN PROVINSI BALI SKRIPSI. Oleh: I WAYAN MARDIANA NIM.

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 44 TAHUN 2007 TENTANG

I. PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan potensi, aspirasi

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. finansial Pemerintah Daerah kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. dan kemandirian. Berdasarkan UU No 32 Tahun 2004 Pasal 1 Angka 5 memberikan

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN II TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. mengurus daerahnya sendiri, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan perhatian utama semua negara terutama

I. PENDAHULUAN. dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dengan kata lain, perkembangannya

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi di Indonesia menyebabkan terjadinya pergeseran

BAB I PENDAHULUAN. dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan sisterm kelembagaan.

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi agar terus tumbuh dalam mendorong pertumbuhan sektor-sektor

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di dalam peraturan perundang-undangan telah

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 30 TAHUN 2005 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. menjanjikan dalam hal menambah devisa suatu negara. Menurut WTO/UNWTO

I. PENDAHULUAN. suatu perekonomian dari suatu periode ke periode berikutnya. Dari satu periode ke

A. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk. Pertumbuhan Penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang gencar-gencarnya

BAB 1 PENDAHULUAN. karena sebagian orang tua lebih memilih untuk mempekerjakan anaknya dari pada

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

: Analisis Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Upaya Pelaksanaan Otonomi Daerah di Kabupaten Badung Bali. : Tyasani Taras NIM :

BAB I PENDAHULUAN. suatu sistem negara kesatuan. Tuntutan desentralisasi atau otonomi yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama bagi negara-negara

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I TAHUN 2013

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengaruh Pendapatan..., Fani, Fakultas Ekonomi 2015

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan sesuai prioritas dan kebutuhan masing-masing daerah dengan

I.PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 1. Keadaan Geografi Kabupaten Badung. satu kota di Bali yang mempunyai wilayah seluas 418,52 km 2 atau 41.

BAB I PENDAHULUAN. rakyat. Pembangunan merupakan pelaksanaan dari cita-cita luhur bangsa. desentralisasi dalam pembangunan daerah dengan memberikan

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terkandung dalam analisis makro. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pusat dan daerah membawa implikasi mendasar terhadap. yang antara lain di bidang ekonomi yang meliputi implikasi terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai upaya dirancang dan dilaksanakan oleh pemerintah daerah semata-sama

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia atau masyarakat suatu bangsa, dalam berbagai kegiatan

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki kondisi geografi wilayah yang bermacam-macam. sehingga struktur ekonomi tiap wilayah sangat beragam.

BAB I PENDAHULUAN. Sektor industri merupakan penggerak perekonomian suatu Negara karena

II PENDAHULUAN PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah tidak lepas dari pembangunan. yang dimiliki oleh daerahnya. Pembangunan nasional dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. seluruh aspek kehidupan. Salah satu aspek reformasi yang dominan adalah

BAB I PENDAHULUAN. kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu daerah dalam jangka panjang

Pendapatan Regional / Product Domestic Regional Bruto

BAB I PENDAHULUAN. Ditetapkannya Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. membangun seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, yaitu

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diimbangi dengan kemajuan teknologi dalam produksi untuk memenuhi

BAB III METODE PENELITIAN

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN ORISINALITAS iii KATA PENGANTAR... iv

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi yang bervariasi, mendorong setiap daerah Kabupaten

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan

I. PENDAHULUAN. perekonomian di Bali. Sektor ini menyumbang sebesar 14,64% dari total Produk

I. PENDAHULUAN. berkembang dengan jalan capital investment dan human investment bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. makro ekonomi. Tinggi rendah angka pembangunan dilihat dari trend

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan rangkuman dari Indeks Perkembangan dari berbagai sektor ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan Pemerintah Indonesia tentang otonomi daerah sudah

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat

BAB I PENDAHULUAN. penduduk perkotaan dan penduduk daerah maka pemerintah membuat kebijakan-kebijakan sebagai usaha

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan Nasional Indonesia dilandaskan pada Trilogi pembangunan, yaitu stabilitas nasional yang mantap, pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pemerataan pembangunan dan hasilnya. Di awal pelita, yaitu pelita I, titik berat pembangunan terletak pada upaya-upaya pemulihan serta pemantapan stabilitas nasional dan pada pelita-pelita selanjutnya pembangunan dititik beratkan pada pertumbuhan ekonomi. Pendekatan yang berorientasi pada pertubuhan ekonomi ini berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor, kelompok/individu atau wilayah yang dapat memberikan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Salah satu akibat dari pemusatan ini adalah polarisasi geografis alokasi investasi yang mendorong ketimpangan pembangunan antar wilayah melalui aglomerasi lokasi industri di tempat yang memiliki keuntungan kompetitif, misalnya di daerah perkotaan. Selain itu dengan alasan untuk menjaga stabilitas nasional, pemerintah telah menciptakan suatu pemerintahan yang sentralistik ini seringkali mengabaikan aspirasi daerah/masyarakat dan selanjutnya berimplikasi pada pembangunan yang tidak sesuai dengan kebutuhan lokal. Kebijakan-kebijakan pemerintah yang salah arah tersebut telah menyebabkan kegagalan pembangunan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia, bahkan telah menciptakan kekecewaan bagi masyarakat. Peluang tejadinya konflik membesar 1

dan tentu saja akan mengancam stabilitas nasional, sekaligus kelancaran pelaksanaan pembangunan. Adanya reformasi kehidupan nasional di Indonesia, terutama reformasi politik, telah memberikan angin segar untuk melakukan perubahan-perubahan dalam kebijakan-kebijakan pemerintah. Kesalahan pembangunan di masa lalu yang harus dirubah melalui paradigma baru pembangunan, yaitu desentralisasi pemerintahan (otonomi daerah) dan pembangunan yang harus memperhatikan segala aspek (ekonomi non ekonomi) serta disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi masing-masing daerah. Hal ini perlu dilakukan mengingat masing-masing daerah di Indonesia memiliki sumberdaya yang beraneka ragam. Sehubungan dengan pelaksanaan otonomi daerah tersebut, maka dikeluarkanlah Undang-Undang No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, yang selanjutnya direvisi menjadi Undang-Undang No.32 Tahun 2004, yang pada prinsipnya mengatur penyelenggaraan pemerintahan daerah dengan lebih mengutamakan pelaksanaan asas desentralisasi, yaitu adanya penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom. Hal-hal yang mendasar dalam undang-undang ini adalah kuatnya upaya mendorong pemberdayaan masyrakat, pembangunan prakarsa dan kreativitas, peningkatan peran serta masyarakat dan pengembangan peran dan fungsi DPRD. Undangundang ini memberikan otonomi secara utuh kepada daerah Kabupaten dan Kota untuk membentuk dan melaksanakan kebijakan menurut prakarsa dan aspirasi masyarakatnya. Artinya, saat sekarang daerah sudah diberikan kewenangan yang 2

utuh dan bulat untuk merencanakan, mengawasi, mengendalikan dan mengevaluasi kebijakan-kebijakan daerah (Mardiasmo, 2002 ; 8). Dengan kewenangannya tersebut, setiap Kabupeten/Kota wajib melaksanakan bidang-bidang pemerintahan, meliputi pekerjaan umum, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan, pertanian, perhubungan, industri dan perdagangan, perencanaan modal, lingkungan hidup, pertahanan, koperasi dan tenaga kerja. Kabupaten/Kota juga mempunyai kewenangan lainnya, seperti pengelolaan lainnya, seperti pengelolaan pelabuhan, bandar udara, perkebunan, pertambangan, pariwisata, atau kawasan otoritas lainnya yang terletak di dalam daerah otonom. Hal ini berarti bahwa pemerintah Kabupeten/Kota selain mempunyai tanggung jawab untuk menyelesaikan persoalannya sendiri juga dirangsang untuk mengembangkan kreativitas dengan menggali dan mengembangkan potensi daerah dalam penyelenggaraan pembangunan daerah demi kesejahteraan masyarakatnya. Namun tanggung jawab tersebut bukanlah hal yang ringan, apalagi dalam kondisi dimana pola pemerintahan masih terwarisi oleh pola pemerintahan terdahulu yang sentralistik. Pemerintahan Kabupaten/Kota harus menyenggarakan pembangunannya sendiri, dari tahap perencanaan hingga pelaksanaan maupun dari segi pendanaannya. Disinilah kesiapan daerah dalam hal menerima otonomi menjadi permasalahan yang masih harus diperdebatkan hingga saat ini. Salah satu masalah kesiapan daerah tersebut adalah permasalahan dana pembangunan yang bersal dari penerimaan daerah. Selama ini penerimaan daerah berasal dari pendapatan asli daerah (PAD), bagi hasil pajak/bukan pajak, dan 3

sumbangan serta bantuan dana pembangunan dari pemerintah pusat. Dengan otonomi daerah, maka proporsi penerimaan daerah dari sumbangan dana bantuan dari pemerintah pusat diharapkan seminimal mungkin. Bagi Kabupaten/Kota yang memiliki tingkat PAD yang tinggi, hal ini mungkin bukan suatu permasalahan. Permasalahan akan muncul di daerah yang hingga saat ini masih memiliki tingkat PAD yang rendah dan dana pembangunan sangat tergantung pada sumbangan dan bantuan dari pemerintah pusat. Kota Denpasar sebagai salah satu Kabupaten/Kota di Provinsi Bali dan merupakan bagian internal dari pembangunan nasional, maka dengan adanya Undang-Undang No.22 Tahun 1999 dan Undang-Undang No.25 Tahun 1999 dituntut untuk berusaha meningkatkan pendapatan daerahnya dengan memanfaatkan potensi yang ada. Perkembangan pembangunan yang dilaksanakan di Kota Denpasar dapat dilihat dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), yang merupakan salah satu indikator untuk mengetahui kondisi perekonomian suatu wilayah. Sebagai gambaran, nilai PDRB Kota denpasar dan konstribusi menurut lapangan usaha tahun 2003-2007 atas dasar harga konstan 2000, dapat dilihat pada tabel 1.1. 4

Tabel 1.1 PDRB Kota Denpasar dan Kontribusi Menurut Lapangan Usaha Tahun 2003 dan 2007 atas Dasar Harga Konstan 2000. Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan dan penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel dan Rest Angkutan dan Komunikasi Jasa keuangan dan Persewaan Jasa-jasa 2003 2007 Nominal Kontribusi Nominal (Rp. 000.000) (%) (Rp. 000.000) 374.778,38 295,18 560.340,20 168.314,18 155.585,49 1.640.424,05 630.554,34 692.150,17 497.658,64 8,06 0,01 11,90 3,55 3,34 35,15 13,08 14,45 10,47 564.747,32 401,69 927.565,08 305.469,45 298.569,59 2.824.335,63 1.025.448,09 1.147.683,92 848.434,33 Kontribusi (%) 7,50 0,00 11,91 3,62 3,34 36,47 12,79 13,45 10,92 Pertumbuhan 2003-2007 (%) 20,92 2,42 29,37 33,86 31,20 34,14 26,82 20,05 36,57 Jumlah 4.720.100,63 100.00 7.942.655,08 100.00 26,14 Sumber: BPS Kota Denpasar, 2003-2007 Dari tabel 1.1 dapat dilihat bahwa, pada tahun 2003-2007 yang memiliki konstribusi tertinggi terhadap PDRB Kota Denpasar adalah sektor perdagangan hotel dan restoran sebesar (35,15 persen menjadi 36,47 persen), listrik, gas, dan air bersih (dari 3,55 persen menjadi 3,62 persen), industri pengolahan (dari 11,90 persen menjadi 11,91 persen), dan jasa-jasa (dari 10,47 persen menjadi 10,92 persen). Sedangkan sektor-sektor lain yang konstribusinya terhadap PDRB mengalami penurunan untuk periode yang sama adalah sektor keuangan dan jasa (dari 14,45 persen menjadi 13,45 persen), sektor pertanian (dari 8,06 persen menjadi 7,50 persen), sektor pertambangan (dari 0,01 persen menjadi 0,00 persen) sedangkan sektor yang tidak mengalami perubahan adalah sektor bangunan. Selanjutnya tabel 1.2 dapat dilihat bahwa PAD Kota Denpasar dari tahun ke tahun menduduki peringkat kedua di antara Kabupaten/Kota se Bali. PAD Kota Denpasar yang tinggi ini sebagian besar disumbangkan oleh sektor pariwisata, berupa sektor Perdagangan, Hotel,dan Restoran, yang memang merupakan sektor potensial Kota ini. 5

Tabel 1.2 Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten / Kota se-bali Tahun 2003 2007 (Ribuan Rupiah) Kab/Kota Jembrana Tabanan Badung Gianyar Klungkung Bangli Karangasem Buleleng Denpasar Pendapatan Asli Daerah (PAD) 2003 2004 2005 2006 2007 9.785,326 10.474,690 12.768,467 43.358,862 43.773,136 43.003,465 332.316,936 329.073,607 362.125,385 49.738,944 53.692,296 67.838,566 11.913,313 14.181,414 18.983,420 7.395,415 6.713,109 9.413,110 19.762,682 22.135,497 28.839,801 19.289,923 21.995,023 31.321,033 90.827,789 89.927,027 126.148,262 11.055,956 34.576,612 221.442,111 37.131,725 10.846,036 7.962,249 19.513,359 18.817,247 88.548,230 15.700,000 45.346,533 408.375,462 73.137,332 19.491,643 9.718,078 30.178,327 40.248,810 124.166,997 Sumber: BPS Provinsi Bali, 2003-2007 Kontribusi sektor pariwisata, terutama dari penerimaan Pajak Hotel dan Restoran (PHR) terhadap PAD kota Denpasar, dapat dilihat pada tabel 1.3. Tabel 1.3 Kontribusi Pajak Hotel dan Restoran (PHR) terhadap PAD Kota Denpasar Tahun 2003-2007 Tahun 2003 2004 2005 2006 2007 PAD (Rupiah) 88.548.230.207,00 90.946.950.870,00 116.301.332.066,00 126.148.262.334,09 138.481.391.181,00 Pertumbuhan (%) -3,50 2,71 27,88 28,27 29,81 PHR (Rupiah) 29.250.648.552,00 31.111.462.739,00 49.557.409.245,00 41.573.057.533,00 55.763.397.730,00 Pertumbuhan (%) 0,95 0,63 1,92 1,59 1,98 Kontribusi (%) 33,034 34,208 42,611 32,956 40,268 Sumber : Dispenda Kota Denpasar, 2003-2007 Dari tabel 1.3 dapat dilihat bahwa kontribusi pajak hotel dan restoran (PHR) terhadap PAD Kota Denpasar dari tahun ke tahun selalu berfluktuasi. Puncaknya pada tahun 2005, dimana konstribusi PHR terhadap PAD Kota Denpasar mencapai 42,611 persen. Kemudian pada tahun 2006 terjadi penurunan menjadi sebesar 32,956 persen hal ini dikarenakan maraknya isu-isu pengeboman kota-kota besar di Indonesia, sehingga banyak negara-negara melakukan Travel Warning yang menyebabkan berkurangnya wisatawan berkunjung ke Bali dan akan berpengaruh pada kontribusi PHR terhadap PAD, pada tahun 2007 6

kontribusi PHR terhadap PAD kembali mengalami peningkatan sebesar 40,268 persen. Pada tabel 1.3 juga dapat dilihat, bahwa pertumbuhan PAD Kota Denpasar dari tahun 2003-2007 mengalami fluktuasi, dimana untuk tahun 2003 pertumbuhanya sebesar -3,50 persen. Namun pada empat tahun berikutnya yaitu, tahun 2004-2007 mengalami peningkatan setiap tahun dimana peningkatan tertinggi terjadi pada tahun 2007 sebesar 29,81 persen. Sebagaimana telah dijelaskan, bahwa kontribusi terbesar PAD Kota Denpasar adalah dari PHR, yang mana pertumbuhan PHR tahun 2003-2007 juga berfluktuasi, dimana pada tahun 2004 terjadi penurunan kontribusi PHR terhadap PAD sebesar 0,63 persen, dan Tahun 2007 kembali mengalami peningkatan sebesar 1,98 persen, hal ini diakibatkan sudah pulihnya stabilitas keamanan Provinsi Bali, dan maraknya isu-isu pengeboman kota-kota besar di Indonesia. Seharusnya dengan PAD Kota Denpasar yang tinggi pemerintah daerah dapat melaksanakan kegiatan pembangunan dengan lebih baik disemua wilayah kecamatan baik dari kecamatan Denpasar Utara sampai kecamatan Denpasar Selatan. Pasca tragedi bom Bali pada tahun 2002, sektor pariwisata menjadi andalan Kota Denpasar mengalami kelesuan, yang tentunya mempengaruhi PAD Kota Denpasar, dan pada akhirnya mempengaruhi perekonomian masyarakat secara keseluruhan. Ini berarti, bukan hanya sektor pariwisata saja yang harus menjadi sumber penerimaan daerah, sektor-sektor lainnya perlu juga dilihat dan dikembangkan menjadi sektor unggulan sesuai dengan potensi yang ada pada 7

masing-masing daerah. Menemukenali potensi unggulan dari suatu wilayah sangat penting dilakukan mengingat beranekaragamnya kegiatan ekonomi, baik dalam kegiatan sektor primer (sektor pertanian dan pertambangan), sektor sekunder (industri dan pengolahan) dan sektor tersier ( pelayanan dan jasa). Apabila potensi unggulan suatu wilayah sudah diketahui sehingga untuk menentukan prioritas pembangunan dapat dilaksanakan secara lebih tepat. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan permasalahan pokok sebagai berikut : 1). Sektor manakah yang mempunyai potensi untuk dikembangkan di Kota Denpasar? 2). Bagaimanakah menetukan prioritas pembangunan yang tepat di Kota Denpasar? 1.3. Tujuan Penelitian Dari rumusan masalah, tujuan penelitian adalah : 1). Untuk mengetahui sektor ekonomi yang potensial dikembangkan di Kota Denpasar. 2). Untuk menentukan prioritas pembangunan yang tepat di Kota Denpasar. 8

1.4. Kegunaan Penelitian. Dari hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat sebagai berikut: 1). Manfaat akademik, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran terhadap khasanah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan analisis sektor potensial dalam menetukan prioritas pembangunan yang tepat di suatu wilayah. 2). Manfaat praktis, melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan atau informasi bagi Pemerintah Kota Denpasar sebagai acuan atau pedoman dalam menetukan prioritas pembangunan di wilayahnya. 1.5..Sistematika Penyajian Penulisan penelitian ini terdiri dari lima bab dengan menguraikan sebagai berikut. BAB I Pendahuluan Bab ini secara ringkas menguraikan hal-hal yang sama yang memuat latar belakang masalah penelitian, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian serta sistematika penyajian isi dan susunan skripsi. BAB II Tinjauan Pustaka Bab ini menguraikan mengenai konsep dan landasan teoritis dari masalah yang dibahas. Konsep dan landasan teoritis yang dimaksud adalah mengenai teori titik pertumbuhan, pembangunan dan prioritas ekonomi daerah, pengembangan potensi wilayah, pengertian dan ruang 9

lingkup PDRB,. Disamping itu dilengkapi pula dengan penelitian sebelumnya yang dipergunakan sebagai landasan teori. BAB III Metode Penelitian Bab ini mengemukakan lokasi dan obyek penelitian, identifikasi variabel, jenis dan sumber data, definisi operasional variabel, metode pengumpulan data serta teknik analisis data. BAB IV Hasil dan Pembahasan Merupakan bab yang menguraikan tentang gambaran umum daerah penelitian serta pembahasan hasil penelitian yaitu dilakukan pengolahan data dengan menggunakan Model Ratio Pertumbuhan (MRP), Location Quetient (LQ), dan Overlay untuk mengetahui sektor potensial disuatu wilayah. BAB V Simpulan dan Saran Simpulan dan saran merupakan bab terakhir sekaligus merupakan bab penutup dari penelitian ini, dimana simpulan ini menguraikan tentang hasil yang diperoleh dalam pembahasan sedangkan saran merupakan rangkuman yang diambil dari simpulan yang diperoleh yang nantinya dapat dipergunakan oleh pihak lain yang berkepentingan. 10