Bab 1. Pendahuluan. Masyarakat adalah sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh

dokumen-dokumen yang mirip
Bab 1. Pendahuluan. Wirawan dalam Panudju dan Ida (1999:83) mengungkapkan bahwa masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. Pandangan tentang wanita Jepang yang masih kuno dan tradisional masih

BAB 2 LANDASAN TEORI

Bab 3. Analisis Data. Renggangnya hubungan ayah dan anak di Jepang memang cukup terlihat jelas dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Jepang merupakan suatu negara modern yang masih terikat kuat oleh nilainilai

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bab 1. Pendahuluan. Dalam menjalani kehidupan, manusia memiliki kodrat. Kodrat itu antara lain; lahir,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Bab 5. Ringkasan. 5.1 Ringkasan Isi Skripsi Mengenai Analisis Konsep Kyouiku Mama yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal, merupakan periode selanjutnya dari masa remaja. Sama

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah mengentaskan anak (the launching of a child) menuju kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki pemerintah dan pemerintahan yang berjalan, hukum,

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari. Akan tetapi wanita sendiri juga memiliki tugas

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memerlukan mitra untuk mengembangkan kehidupan yang layak bagi

BAB I PENDAHULUAN. keluargalah semua aktifitas dimulai, keluarga merupakan suatu kesatuan social

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan kemajuan zaman banyak dampak yang dialami manusia

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari proses interaksi sosial. Soerjono Soekanto (1986) mengutip

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya, setiap manusia diciptakan sebagai makhluk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. perempuan di Indonesia. Diperkirakan persen perempuan di Indonesia

Bab 1. Pendahuluan. oleh masyarakatnya sejak bertahun-tahun lamanya dan melahirkan banyak

TAHAP-TAHAP KEHIDUPAN / PERKEMBANGAN KELUARGA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian (Latar Belakang Masalah) Perkawinan merupakan salah satu titik permulaan dari misteri

V. KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Dari hasil analisis distribusi frekuensi tentang perhatian ibu single parent yang

BAB I PENDAHULUAN. masa anak-anak ke masa dewasa di mana pada masa-masa tersebut. sebagai masa-masa penuh tantangan.

BAB I PENDAHULUAN. anak belajar dan menyatakan diri sebagai makhluk sosial. Segala sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. Kasus perceraian di Indonesia saat ini bukanlah menjadi suatu hal yang asing

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keluarga itu adalah yang terdiri dari orang tua (suami-istri) dan anak. Hubungan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat mempengaruhi diri dan pola perilaku manusia. Tidak jarang

BAB I PENDAHULUAN. bertindak sebagai penopang ekonomi keluarga terpaksa menganggur. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga, Jakarta: Kencana, 2012, hlm Ibid, hlm. 6-7.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama.

SUSI RACHMAWATI F

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam diri manusia selalu terdapat ketidak puasan, oleh sebab itu ia akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan merupakan bersatunya seorang laki-laki dengan seorang

BAB I PENDAHULUAN. atau di kota. Namun banyak manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kekhasannya sendiri yang berbeda dengan lembaga pendidikan

HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA DENGAN STRES KERJA PADA GURU WANITA SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN KEBONARUM KLATEN

PENYESUAIAN DIRI PADA LANSIA YANG TINGGAL DI PANTI WREDHA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

LANDASAN SOSIAL BUDAYA BIMBINGAN DAN KONSELING

BAB I PENDAHULUAN survei rutin yang dilakukan rutin sejak tahun 1991 oleh National Sleep

Bab 4. Simpulan dan Saran

RANGKUMAN HASIL PENELUSURAN KONDISI PSIKOLOGIS ANAK BERISIKO MELAKUKAN AGRESIVITAS. Endang Ekowarni

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat membuat

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rini Yuniati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

Lampiran 1. Data Penunjang dan Kuesioner Self Esteem dan Jealousy. Frekuensi bertemu dengan pasangan : Sering ( setiap hari )

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang disebut keluarga. Dalam keluarga yang baru terbentuk inilah

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak. Ayah dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada tiga orang wanita karir

BAB 5. Ringkasan. memaparkan ringkasan isi skripsi yang mengenai latar belakang penyebab hiperseksual

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sempurna, ada sebagian orang yang secara fisik mengalami kecacatan. Diperkirakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN TEORI

LAMPIRAN A-1 SKALA DEPRESI PADA REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dewasa dikatakan waktu yang paling tepat untuk melangsungkan pernikahan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menciptakan manusia sebagai makhluk hidup-nya, akan tetapi makhluk hidup

Bab 5. Ringkasan. suka berkelompok, dan sebagainya. Kehidupan berkelompok dalam masyarakat Jepang

Bab 5. Ringkasan. 5.1 Ringkasan Isi Skripsi Mengenai Konformitas Remaja Dalam Kelompok Yang Menjadi

BAB III PSIKOLOGIS SUAMI YANG DITINGGAL ISTRI SEBAGAI TENAGA KERJA WANITA (TKW) DI DESA TEMBONG

BAB I PENDAHULUAN. pasangan (suami) dan menjalankan tanggungjawabnya seperti untuk melindungi,

BAB I PENDAHULUAN. Di masa sekarang ini, banyak perubahan-perubahan yang terjadi di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. masalah ini merupakan masalah sensitif yang menyangkut masalah-masalah

Resensi Buku JADI KAYA DENGAN BERBISNIS DI RUMAH OLEH NETTI TINAPRILLA * FENOMENA WANITA * WANITA BERBISNIS : ANTARA KELUARGA DAN KARIR

BAB VI PENUTUP. diketahui bahwa ketiga subjek mengalami self blaming. Kemudian. secara mendalam peneliti membahas mengenai self blaming pada

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan pertolongan yang justru sangat dibutuhkan.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

Kenakalan Remaja Ditinjau dari Tempat Tinggal Padat Penduduk. : Andri Sudjiyanto

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga memiliki tanggung jawab terbesar dalam pengaturan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Remaja mengalami peralihan dari masa anak-anak dan menuju masa dewasa. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengasuhan anak merupakan kebutuhan pokok bagi orang tua dalam

BAB II LANDASAN TEORI A. HARGA DIRI Menurut Coopersmith harga diri merupakan evaluasi yang dibuat oleh individu dan berkembang menjadi kebiasaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan perkembangan seseorang, semakin meningkatnya usia

Bab 1. Pendahuluan. Setelah perang dunia II, Jepang mengalami kemajuan yang sangat pesat di bidang

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal,

BAB I PENDAHULUAN. 2000, p.11

BAB I PENDAHULUAN. dan seluruh keluarga. Karena tujuan perkawinan adalah untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. faktor yang secara sengaja atau tidak sengaja penghambat keharmonisan

BABI. PENDAillJLUAN. Seorang anak selalu membutuhkan peran orangtua. Sejak dulu sampai saat

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PEDOMAN WAWANCARA. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penyesuaian dengan

BABI PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan anugerah terindah yang diberikan oleh Allah SWT kepada pasangan suami dan istri,

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional. Sejak awal tahun 70-an, isu mengenai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kasus gangguan perilaku eksternal sudah menjadi topik yang

Transkripsi:

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masyarakat adalah sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama (Sugono, 2008). Menurut pendapat Anastasia (2007: 126) masyarakat Jepang merupakan masyarakat yang sederhana, tertutup, dan pada saat mereka menghadapi bahaya, ancaman, kesedihan, maupun masalah lain yang mengecewakan, mereka tetap saja mampu mempertahankan harga diri mereka dan tersenyum. Masyarakat Jepang merupakan masyarakat yang maju dan modern tetapi mereka tetap mempertahankan budaya-budaya tradisional yang mereka miliki. Jepang tidak hanya memiliki keunikan dalam kebudayaannya saja tetapi juga dalam pendidikan, agama, keluarga dan lain-lain Sehingga menarik keingintahuan orang-orang untuk mengenal Jepang. Kegiatan kehidupan masyarakat Jepang lebih banyak dilakukan secara kelompok. Segala tindakan yang dilakukannya cenderung menunjukan tindakan kelompok. Kehidupan berkelompok ini sangat kental terlihat pada masyarakat Jepang, mereka tidak dapat menerima secara langsung orang-orang yang memiliki perbedaan dari kelompok mereka. Mereka cenderung menjauhi orang yang berbeda dari orang-orang dalam kelompoknya. Hal ini lah yang sering mendorong para remaja untuk bersikap sama seperti teman-temannya, jika ada satu orang yang berbeda maka ia akan mengalami penganiyayaan ataupun tidak dipedulikan. Hal-hal seperti ini tergolong dalam kenakalan remaja yang cukup meresahkan masyarakat Jepang. 1

Jika kita melihat masyarakat Jepang, khususnya remaja secara lebih mendalam, akhir-akhir ini tingkat kejahatan remaja di Jepang semakin meningkat. Tidak hanya kejahatan kecil tetapi juga kejahatan serius semakin sering di lakukan para remaja di Jepang. Selain itu kasus kekerasan di sekolah dan juga kasus bunuh diri yang di lakukan anak-anak sekolah dari anak SD hingga remaja SMU pun semakin meningkat. Tidak hanya dalam bidang kriminal saja, tetapi penyimpangan-penyimpangan psikologi anak remaja juga sering kali terjadi di Jepang. Salah satu contohnya adalah banyak dari mereka menolak untuk sekolah atau pergi ke sekolah serta mengunci diri di kamar. Fenomena ini disebut dengan hikikomori ( 引き篭り ). Hal ini telah menjadi masalah serius yang meresahkan warga dan pemerintah Jepang. Kaum remaja di Jepang masa kini cenderung kurang memperhatikan tata karma dan norma moral dikalangan masyarakat. Hal tersebut terjadi seiring dengan semakin modernnya gaya hidup masyarakat (Rebick, 2006:96). Kasus kenakalan dan penympangan psikologis remaja ini terjadi terutama karena kurangnya komunikasi yang tepat dalam keluarga. Ayah yang sibuk dan ibu yang hanya memikirkan pendidikan anak dapat digolongkan sebagai penyebab utama kenakalan remaja. Keluarga modern Jepang sudah banyak berubah dari keluarga tradisional menjadi keluarga modern. Keluarga modern umumnya terdiri dari ibu, ayah dan anak sedangkan pada keluarga tradisional biasanya terdiri dari ayah, ibu, anak-anak, kakek, dan nenek.bahkan terkadang dalam satu rumah terdapat beberapa keluarga. Tidak seperti dalam keluarga tradisional, dalam keluarga modern kakek dan nenek tidak lagi memiliki wewenang penuh untuk mengajarkan kedisiplinan ataupun hal lainnya pada 2

cucunya. Keluarga modern Jepang dapat di katakan mirip dengan keluarga di Amerika dan Eropa (Bestore, 2004). Peran ayah di dalam keluarga sangat penting bagi perkembangan anak, karena masyarakat Jepang mempercayai bahwa ayah mengajarkan anak-anaknya tentang norma masyarakat yang diperlukan dalam hubungan social dengan orang lain selain dengan orang-orang dalam keluarga. Dalam keluarga modern seorang ayah adalah seseorang yang setia pada pekerjaan, dimana mereka menghabiskan 15 jam sehari, 6 hari seminggu untuk menyelesaikan tugas serta bersosialisasi dalam bidang pekerjaannya. Meskipun pada zaman sekarang ini sudah banyak wanita yang bekerja karena tuntutan ekonomi terutama untuk membayar sewa rumah dan pendidikan anak tetapi umumnya ayahlah yang bekerja menghidupi keluarganya. Peran ayah di dalam keluarga sudah mulai tidak terlihat, karena keberadaan ayah lebih banyak di tempat kerjanya daripada di rumah. Hal ini mengakibatkan orang-orang mulai mempertanyakan kehidupan mereka yang terorientasi pada pekerjaan dan mulai mencari keseimbangan dalam bekerja dan hal lainnya terutama pada kehidupan kekeluargaan dalam hidup mereka (Rebick, 2006:97). Sedangkan seorang ibu memiliki tanggung jawab merawat anak. Ketidak hadiran ayah di rumah membuat peran ayah di rumah digantikan oleh ibu. mereka mengajarkan anaknya agar menjadi penurut dan dewasa secara mental. Mereka sangat menuntut anaknya untuk berusaha keras dalam pendidikannya, sehingga banyak dari anak-anak di Jepang belajar hanya untuk memuaskan orang tuanya atau memenuhi perintah orang tuanya, bukan untuk melatih dirinya sendiri. Dengan kata lain anakanak di Jepang sudah di program untuk bekerja demi memuaskan orang tuanya terutama ibu. Bukan untuk memuaskan keinginan sendiri. Ibu akan menjadi sangat 3

marah apabila anak tidak menuruti keinginannya. Ibu menganggap bahwa keinginannya itu bukan keinginannya secara pribadi, tetapi keinginan masyarakatnya, yaitu keinginan untuk menjadikan masyarakat Jepang sebagai masyarakat yang berpendidikan. Anak-anak di Jepang sangat di tuntut untuk menjadi penurut dan sangat sulit bagi mereka untuk mendapatkan image yang positif bila memiliki pendapat yang berbeda dengan orang lain (Gordon, 1989:393). Di lihat dari keadaan keluarga modern Jepang tersebut permasalahan yang banyak terjadi di keluarga Jepang adalah ibu yang overprotective terutama dalam bidang pendidikan anaknya. Jenis ibu seperti ini sering kali di sebut sebagai kyouiku mama ( 教育ママ ), Mereka lebih mementingkan pendidikan anaknya tanpa mempedulikan kebahagiaan mereka (Holloway, 2000:42). Anak merasa bahwa pendidikan tambahan yang diharuskan oleh ibunya untuk diambil bukan keinginannya. Mereka merasa sang ibu menjejalinya secara paksa pelajaranpelajaran sekolah yang menjenuhkan. Proses sosisalisai yang terjadi dalam keluarga mengakibatkan anak kehilangan kebebasan pribadi dan dapat mengakibatkan stress yang berat. Anak mulai menilai bahwa ibu sangat turut mencampuri urusan anaknya tentang pendidikan sekolah. Ketidak nyamanan anak terhadap peran ibunya dalam ikut campur urusan sekolah dirasakan sudah tidak wajar. Masalah ini mengakibatkan anakanak dari keluarga tersebut terutama yang remaja menjadi takut untuk bersosialisasi dan menarik diri dari masyarakat. Sejak 1970 sampai sekarang banyak kritikus jurnalis dan psikologis mengatakan kekhawatiran mereka akan peran seorang ayah dalam keluarga, seperti absennya seorang ayah di rumah (Chichioya fuzai) ataupun kurangnya kemampuan dan kekuasaan ayah (fusei no ketsujyo), akan membawa dampak buruk bagi seorang anak. 4

Mereka beranggapan dengan semakin kuatnya hubungan ayah dan anak dapat mencegah terjadinya masalah-masalah psikologi dan kriminal anak (Nakatani, 2006 :96). Chichioya fuzai atau yang dapat kita sebut sindrom absennya seorang ayah di rumah merupakan masalah yang sangat mengkhawatirkan. Pada masa Jepang modern ini banyak ibu-ibu yang menjadi single parent karena suaminya sudah meninggal ataupun perceraian, tetapi chichioya fuzai tidak hanya terjadi karena alasan tersebut saja. Alasan lainnya adalah di perusahaan Jepang banyak terjadi pemindahan tempat kerja ke negara lain untuk jangka waktu yang cukup lama. Mereka yang dipindah kerjakan tidak dapat membawa keluarga mereka karena sedikit sekali perusahaan yang akan memberi biaya untuk pemindahan satu keluarga dan juga karena alasan pendidikan anak. Jika anak mereka pindah sekolah, ditakutkan mereka akan mengalami masalah dengan bahasa di negara tersebut, lalu ketika mereka kembali ke Jepang dikhawatirkan mereka akan mengalami kesulitan untuk bergaul dengan teman sekelasnya. Meskipun ayah ditugaskan sementara ke daerah lain di Jepang pun, sangat jarang bagi mereka untuk membawa keluarga bersamanya. Fenomena ini disebut juga tanshin funin ( 単身赴任 ) (Gordon, 1989:393), tidak hanya karena hal itu saja walaupun seorang ayah tidak di pindah tugaskan mereka tetap sering kali harus pulang malam, bahkan harus menginap di hotel dekat perusahaannya ataupun menginap di kantor. Orang Jepang dikenal sebagai orang-orang yang gila kerja, sehingga mereka jarang sekali meluangkan waktu mereka untuk keluarga. Mereka tidak hanya tidak memiliki waktu untuk anak mereka, mereka juga tidak memiliki keinginan untuk bersama mereka. Seperti ketika memiliki waktu luang, mereka lebih memilih 5

melakukan hobi sendirian ataupun bersama teman-teman mereka di luar rumah, seperti golf, memancing, dll bahkan untuk hal kecil seperti makan malam bersama keluarga pun jarang di lakukan oleh mereka. Dapat di lihat dari kebiasaan seorang ayah di Jepang sangat berbeda dengan seorang ayah dalam keluarga di Indonesia dimana mereka lebih memilih menghabiskan waktu luangnya bersama keluarga daripada melakukan hobinya sendirian. Menurut Rebick (2006:95), masyarakat modern Jepang dikhawatirkan akan menjadi masyarakat tanpa ayah, yaitu masyarakat yang tidak mengenal ayah sebagai salah satu anggota keluarga. selain itu juga Rebick (2006:96) menambahkan tidak hanya tanpa ayah tetapi keberadaan seorang ayah seperti sudah dihapuskan dan di rumah seorang ayah bener-benar dianggap tidak ada. Mereka sudah tampak seperti orang asing di rumah. Hal ini tentunya sangat berdampak buruk bagi anak-anak, terutama anak remaja dimana mereka sedang dalam tahap pencarian jati diri, dan sangat membutuhkan tuntunan komunikasi dari orang tua. Ketika mereka mengalami depresi karena suatu permasalahan, akan sulit bagi orang tua dan remaja tersebut untuk menyelesaikan permasalahan karena mereka tidak memiliki dasar-dasar komunikasi yang seharusnya sudah dibangun sejak anak masih kecil. Sebenarnya hal ini tidak terjadi dari zaman dahulu. Pada zaman Edo seorang ayah tidak seperti sekarang ini, Pada zaman itu seorang ayah selalu membantu dalam hal merawat anak. Dalam keluarga seorang samurai seorang anak menjadi tanggung jawab seorang ibu hanya sampai saatnya di ambil alih oleh ayah untuk di ajarkan sastra dan bela diri. Kemudian pada zaman Meiji lahirlah doktrin yang mengajarkan bagaimana menjadi isrti yang baik dan ibu yang bijaksana. Di dalam doktrin ini di ajarkan bagaimana bersikap menjadi istri yang baik bagi suaminya dan bagaimana mendidik 6

anaknya agar dapat berguna bagi bangsa dan negaranya di masa mendatang. Doktrin ini di sebut juga ryoosaikenbo ( 良妻賢母 ). Doktrin ini menegaskan tentang peran suami dan istri. Seorang istri harus berada di rumah untuk mengerjakan pekerjaan rumah, melayani suaminya dan mengurus anaknya, sedangkan suami sebagai pencari nafkah. Hal ini mengakibatkan terjadinya pemisahan gender yang dapat terlihat dengan jelas dalam suatu keluarga di Jepang, selain itu para suami atau ayah di Jepang sejak saat itu sampai saat ini menjadi tidak secara langsung mengurus anaknya, tetapi mereka hanya mensupport anak mereka dengan memberi dukungan finansial, sedangkan ibu memiliki tanggung jawab untuk mendidik anaknya (Jovilet, 1997 : 45). Melihat dari hal-hal tersebut, penulis tertarik untuk menganalisis kasus-kasus penyimpangan psikologi remaja yang diakibatkan oleh permasalahan chichioya fuzai. beberapa penyimpangan psikologi remaja yang dapat terjadi adalah hikikomori, perasaan benci yang mendalam pada ayahnya, remaja pria yang memiliki sifat feminism, depresi remaja dan lain-lain. 1.2 Rumusan Permasalahan Penulis tertarik untuk menganalisis beberapa kasus mengenai renggangnya hubungan ayah dan anak dalam keluarga di Jepang yang disebabkan oleh masalah chichioya fuzai yang dialami oleh anak-anak remaja di Jepang beserta dengan berbagai macam akibat yang dialami remaja-remaja tersebut. 7

1.3 Ruang Lingkup Permasalahan Ruang lingkup permasalahan skripsi ini dibatasi meneliti masalah chichioya fuzai dalam hubungan ayah dan anak pada tahun 1990-2008 melalui studi kasus pada anakanak remaja di Jepang. 1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan dari dibuatnya skripsi ini adalah menganalisis kasus-kasus renggangnya hubungan ayah dan anak remaja di Jepang yang dikaitkan dengan masalah chichioya fuzai dan mengetahui akibat-akibat yang dialami remaja di Jepang, Sedangkan manfaat dari skripsi ini adalah agar pembaca dapat mendalami dan menambah wawasan tentang permasalahan chichioya fuzai yang terjadi di Jepang. 1.5 Metode Penelitian Metode yang akan dipakai adalah metode kajian kepustakaan dan metode deskriptif. Metode kepustakaan adalah metode dimana data penelitiannya diambil sebagian besar atau seluruhnya dari kepustakaan misalnya buku, artikel, dokumen, laporan. Penulis menggunakan metode ini karena sumber utama data yang akan saya pakai berupa buku-buku dan data dari internet. Sedangkan metode deskriptif analitis adalah metode dengan penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas suatu keadaan sejernih mungkin tanpa ada perlakuan terhadap objek yang diteliti. Metode deskriptif bertujuan untuk menggambarkan secara tepat suatu keadaan, gejala atau topik tertentu, atau untuk menentukan frekuensi adanya hubungan tertentu antara suatu gejala dengan gejala lainnya (Koentjaraningrat, 1991: 29). 8

1.6 Sistematika Penulisan Dalam bab 1 pendahuluan, berisi tentang latar belakang permasalahan yang akan diteliti beserta alasan penulis memilih judul skripsi, rumusan permasalahan, ruang lingkup permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan. Dalam bab 2 landasan Teori, berisi tentang penjelasan mengenai konsep chichioya fuzai, konsep fusei no ketsujyo, konsep ryousai kenbo, beberapa teori psikologi remaja dan teori psikologi keluarga yang akan di pakai untuk menganalisis kasus. Dalam bab 3 analisis Data, berisi tentang hasil penelitian yang telah di lakukan penulis yaitu berupa contoh-contoh kasus mengenai permasalahan renggangnya hubungan ayah dan anak yang di sebabkan oleh chichioya fuzai di dalam keluarga di Jepang. Contoh kasus ini memiliki beberapa akibat berbeda yang dialami oleh para remaja di Jepang dan akan diteliti menggunakan teori-teori psikologi remaja dan psikologi keluarga. Pada bab 4 simpulan dan saran, penulis akan membuat beberapa simpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan jika ada penulis akan memberikan saran - saran untuk bagaimana menyelesaikan permasalahan merenggangnya hubungan ayah dan anak ini. Pada bab 5 Ringkasan, isi skripsi diulang kembali secara ringkas. Latar belakang penelitian, rumusan permasalahan serta tujuan penelitian dan hasil penelitian sebagai jawaban permasalahan diungkapkan kembali secara singkat dan padat. 9