Bab 3. Analisis Data. Renggangnya hubungan ayah dan anak di Jepang memang cukup terlihat jelas dalam

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab 3. Analisis Data. Renggangnya hubungan ayah dan anak di Jepang memang cukup terlihat jelas dalam"

Transkripsi

1 Bab 3 Analisis Data 3.1 Analisis Umum Renggangnya hubungan ayah dan anak di Jepang memang cukup terlihat jelas dalam masyarakat Jepang modern. Hal ini dapat terbukti dengan hasil survey yang dilakukan oleh Child Research Net (2006). Pada hari-hari kerja, sebagian besar ayah menghabiskan waktu sekitar satu sampai dua jam bersama anaknya. Memang banyak ayah yang ingin menghabiskan waktu lebih banyak lagi, dalam survey ini mereka menginginkan menghabiskan waktu sekitar dua sampai tiga jam bersama anaknya, tetapi kenyataan yang terjadi mereka tidak dapat menghabiskan waktu cukup lama bersama anaknya. Survey ini dilakukan pada ayah. Grafik 3.1 Waktu yang Diluangkan Ayah untuk Anak Pada Hari Kerja. Sumber: Child Research Net (2006) Sedangkan pada akhir minggu, yaitu hari di luar hari kerja, ayah biasa menghabiskan waktu 2 sampai 3 jam bersama anaknya. hal ini membuktikan sangat sedikitnya waktu 26

2 yang digunakan ayah untuk bersama anaknya dalam satu minggu. Akan cukup sulit bagi orangtua untuk dapat memantau dan berdiskusi dengan terbuka dengan anak mereka bila waktu untuk bersama-sama saja sangat sedikit. Melihat keadaan tersebut, tentunya kita akan bertanya apakah ayah di Jepang benarbenar ingin ikut dalam mendidik anaknya. Hal ini memang cukup berat karena untuk dapat ikut dalam mendidik anak, pekerjaan akan dikorbankan, seperti mengambil jam pulang lebih cepat untuk mendidik anak. Grafik 3.2 Persentase Ayah yang Ingin Mengambil Pulang Lebih Cepat Sumber: Child Research Net (2006) Dalam grafik 2 berikut merupakan jawaban dari apakah ayah di Jepang sudah mengambil jam pulang lebih cepat untuk merawat anak. Grafik tersebut menjelaskan sekitar 25% ayah sudah berkeinginan ataupun sudah mengambilnya. beberapa alasan yang membuat ayah tidak dapat mengambil jam pulang kerja lebih cepat, walaupun 27

3 mereka menginginkannya adalah bila mereka mengambil jam pulang kerja lebih cepat hal ini akan menyulitkan perusahaankarena pekerjaan yang dilakukannya akan semakin sedikit, kurangnya contoh orang-orang yang mengambil jam pulang lebih cepat sehingga perusahaan menganggap hal ini merupakan hal negative yang dapat merugikan perusahaan, selain itu lingkungan kerja mereka memandang buruk ayah yang mengambil jam pulang kerja lebih cepat. Grafik 3.3 Persentase Alasan Ayah Tidak Pulang Lebih Cepat Sumber: Child Research Net (2006) Lalu dalam grafik 3 dapat dilihat alasan-alasan mengapa mereka tidak ingin mengambilnya. dari 74.6% atau sebagian besar dari mereka yang menjawab survey ini memiliki istri yang merupakan ibu rumah tangga yang tidak bekerja. Menyulitkan perusahaan, terlalu sibuk dan kurangnya orang yang mengambil jam pulang kerja lebih 28

4 cepat merupakan alasan utama mereka tidak mengambilnya. Walaupun di Jepang memang ada kebijakan pulang kerja untuk mendidik anak, tetapi hal tersebut masih seringkali di pandang buruk oleh perusahaan dan rekan-rekan kerja dalam perusahaan. Banyak dari mereka yang mengambil jam pulang kerja lebih cepat akan dipindah tugaskan ke kota lain atau negara lain. Selain itu banyaknya lembur dalam perusahaan Jepang membuktikan cukup padatnya jam kerja dalam perusahaan Jepang. Banyak dari mereka mengambil lembur untuk melunasi rumah tinggalnya dan biaya pendidikan anak, selain itu juga besarnya biaya anak juga merupakan salah satu alasan ayah banyak mengambil jam kerja yang panjang (Sugimoto, 2003:100). Sehingga cukup tidak memungkinkan bagi mereka untuk pulang kerja lebih cepat. Bahkan akhir-akhir ini tidak sedikit ibu yang bekerja untuk mencukupi biaya hidup keluarga. Rata-rata seorang ayah yang bekerja, pulang kerumah pada pukul Hal ini sering mengakibatkan ayah tidak dapat melakukan kegiatan bersama anaknya. Sejak menurunnya perekonomian Jepang, memang banyak yang mulai berpikir keluarga merupakan suatu hal yang lebih penting dibanding dengan pekerjaan, tetapi yang terjadi adalah banyak ayah harus bekerja lebih lama agar tidak terkena pemutusan hubungan kerja (PHK). Sangat sulit bagi para pekerja untuk menolak perintah yang diberikan, seperti jam kerja yang lebih panjang. Hal ini mengakibatkan, walaupun rumah dan tempat mereka bekerja berdekatan, mereka tetap akan pulang ke rumah pada saat anak mereka sudah tidur, atau sekitar pukul dapat dilihat seorang ayah di Jepang memang sulit untuk ikut serta dalam mendidik anak. 29

5 3.2 Analisis Dampak Tidak Adanya Figur Ayah di Rumah Analisis Dampak Tidak Adanya Figur Ayah Pada Anak yang Menyebabkan Terjadinya Hikikomori (Dalam Kasus 1) Kasus 1: Saya berhenti sekolah enam tahun lalu pada masa SMU. Sekarang umur saya 24 tahun. Saya tidak tahu kenapa, tetapi lingkungan keluarga mungkin merupakan salah satu faktor. Kami memiliki sangat sedikit komunikasi di dalam keluarga. Di kelas lima, anak-anak mulai mengembangkan persahabatan bukan lagi hanya teman main saja. Saya bukan anak yang suka berbicara ataupun keluar rumah, saya tidak tahu cara berkomunikasi dengan teman-teman sekelas, karena itu saya tidak bermain dengan mereka. Anak-anak lain memanggil saya pemurung, saya pun mulai berpikir bahwa saya benar-benar seorang pemurung. Pada masa SMP, saya semakin takut untuk mencari teman. Di kelas Sembilan (kelas 3 SMP), banyak teman yang mengajak saya bergabung, tetapi saya terus menolak mereka dengan alasan saya ingin belajar untuk ujian masuk SMU, tetapi sebenarnya saya tidak tahu bagaimana cara bersama-sama mereka. Perlahan mereka berhenti mengajak saya. Setelah saya lulus dari SMP, saya bertekat untuk berubah. Pada masa SMU keadaan tidak berubah. Saya tidak pernah tahu cara berkomunikasi dengan teman sekelas. Orang-orang melihat saya sebagai orang yang mereka benci ataupun mereka kasihani, beberapa anak malah sering menggangu saya karena saya tidak memiliki niat belajar, saya pun sering tidur di kelas. Sejak saat itu saya mulai bertanya-tanya mengapa saya pergi ke sekolah. Hanya ibu saya dan musik yang dapat mensupport saya. Di kelas 12 (kelas 3 SMU) saya tidak berkeinginan pergi ke sekolah lagi. Untuk beberapa bulan saya tidak keluar rumah, tidak mandi ataupun potong rambut. Ayah saya tidak peduli dengan keadaan saya. Sayapun menjadi benar-benar membencinya. (Okano, 1999: 205). Sindrom penolakan dan takut pada sekolah memang sudah terjadi sejak lama di Jepang, tetapi sejak 1990 kasus ini cenderung meningkat. Salah satu contohnya adalah kasus Wataru. Wataru adalah seorang anak remaja yang berhenti sekolah sejak kelas 2 SMU. Sejak kecil komunikasi dalam keluarga Wataru sangatlah minim. Hal ini berakibat ia sulit untuk berteman dengan teman-teman sebayanya, karena ia tidak tahu bagaimana berkomunikasi dengan mereka. Ia juga bukan orang yang banyak bicara 30

6 ataupun keluar rumah. Permasalahan kurangnya komunikasi dapat berakibat fatal pada anak. Wataru sudah mengalami depresi sejak ia masih kecil. Banyak yang menjadi tandatanda depresi yang dialami oleh Wataru, seperti ia terus berpikir tidak ada orang yang menyukai saya, tidak memiliki teman, tidak tahu cara bersenang-senang atau bermain, tidak dapat konsentrasi. Hal ini sesuai dengan Papalia (2004: 375), yang mengatakan bahwa ada beberapa tanda-tanda depresi, yakni tidak memiliki teman, tidak tahu cara bersenang-senang atau bermain, tidak dapat konsentrasi di antaranya adalah Seorang anak akan tumbuh dan berkembang dengan melihat seorang model, terutama keluarganya. Ia akan mempelajari berbagai macam hal seperti, bahasa, bagaimana menghadapi permasalahan, moral, dan sifat-sifat menurut gendernya (Papalia, 2004: 35). Menurut Steede (2007: 97), jika sampai terjadi kurangnya komunikasi dalam keluarga, seorang anak akan kehilangan seorang model untuk ditirunya dan ia akan mengalami kesulitan untuk mempelajari hal-hal tersebut. Keadaan ini akan terus berkembang sampai masa-masa remajanya, dan dapat terus berlanjut ke masa dewasanya bila tidak di tangani dengan benar. Demikian juga yang terjadi pada Wataru. Pada masa SMP Wataru semakin takut untuk mencari teman. Pada kelas 3 SMP, banyak dari teman sekelasnya mengajaknya bergabung. ia terus menolak dengan alasan ingin belajar untuk ujian masuk SMU, tetapi sebenarnya Wataru takut mengalami kesalahan ketika berteman dengan mereka, karena ia benar-benar tidak tahu bagaimana cara bersahabat dengan mereka. Hal ini merupakan dampak dari kurangnya komunikasi pada masa kecil. Ia tidak tahu lagi bagaimana berkomunikasi dengan orang lain dan hal ini mulai menimbulkan ketakutan pada dirinya. 31

7 Ketika Wataru masuk SMU keadaan tidak berubah, ia tetap tidak memiliki teman. Ia tidak memiliki niat belajar sebagian teman sekelasnya sering mengejeknya dan sebagian lagi memandangnya dengan kasihan. Pada kelas 2 ia mulai mengunci diri dalam kamar dan tidak keluar dari kamarnya walaupun untuk mandi ataupun potong rambut. Dalam keadaan seperti itu, ayahnya tetap tidak mempedulikan dirinya. Wataru yang sudah kehilangan alasan untuk pergi ke sekolah sangat memerlukan support dari keluarganya. Tetapi yang terjadi adalah ayahnya tetap tidak mempedulikan dirinya dan tetap jarang berada di rumah. Ia tetap menjalankan kegiatannya seperti biasanya tanpa mempedulikan keadaan anaknya. Ia bahkan tidak memberikan saran-saran seperti membawa Wataru ke dokter untuk melakukan terapi yang seharusnya dilakukannya. Hal ini mengakibatkan Wataru sangat marah dan membenci ayahnya. Satu-satunya orang yang mensupport Wataru adalah ibunya. Menurut analisis saya, Wataru mengalami depresi yang sudah tertanam sejak masih kecil. Depresi yang sudah tertanam sejak masih kecil semakin lama semakin memburuk. Menurut Wariwan (2007: 178), beberapa gejala yang terjadi adalah remaja hanya mengurung diri di kamar, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya semangat hidup, hilangnya kreativitas, antusiasme dan optimisme. Dia tidak mau bicara dengan orangorang, tidak berani berjumpa dengan orang-orang, berpikir yang negative tentang diri sendiri dan tentang orang lain, hingga hidup terasa sangat berat dan melihat masalah lebih besar dari dirinya. Remaja jadi pesimis memandang hidupnya, seakan hilang harapan, tidak ada yang bisa memahami dirinya, dan sebagainya. Gejala-gejala tersebut memang sering terjadi pada anak remaja yang mengalami depresi. Oleh karena itu, menurut analisis saya, terdapat gejala depresi pada diri Wataru. 32

8 Kasus ini merupakan salah satu kasus dampak buruk dari renggangnya hubungan ayah dan anak, yang disebabkan oleh chichioya fuzai. Menurut Sugimoto (2002:100), chichioya fuzai adalah tidak adanya figur ayah yang disebabkan oleh kesibukan ayah dalam bekerja. Ayah yang jarang di rumah dan kurangnya komunikasi mengakibatkan anak mengalami depresi dan hilangnya model yang sangat ia butuhkan untuk perkembangannya. Dalam keluarganya, Wataru hanya mendapat dukungan mental dari ibunya. Seperti yang sudah dijelaskan, dalam keluarga di Jepang ibu lebih memegang peranan dalam mengasuh anak. Hal ini tentu mengakibatkan hubungan anak lebih dekat pada ibu dibandingkan dengan ayahnya. Takut pada sekolah (school phobia) sehingga cenderung membolos atau mencari alasan untuk tidak sekolah termasuk dalam salah satu gangguan jiwa yang didapat di alami oleh remaja (Wirawan, 2007: 221). Dalam kasus ini anak remaja tersebut mengalami school phobia diikuti dengan mengunci diri dalam kamar atau yang disebut sebagai hikikomori. Kurangnya perhatian orang tua yang konsisten, stabil dan tulus, seringkali menjadi penyebab kurang terpenuhinya kebutuhan anak akan kasih sayang, rasa aman, dan perhatian. Anak harus bersusah payah dan berusaha mendapatkan perhatian dan penerimaan orang tua namun seringkali orang tua tetap tidak memberikan respon seperti yang diharapkan. Sikap penolakan yang dialami seorang anak pada masa kecilnya, akan menimbulkan perasaan rendah diri, rasa diabaikan, rasa disingkirkan dan rasa tidak berharga. Perasaan itu akan terus terbawa hingga dewasa, sehingga mempengaruhi motivasi dan sikapnya dalam menjalin relasi dengan orang lain (Mu tadin, 2002). 33

9 3.2.2 Analisis Dampak Tidak Adanya Figur Ayah Pada Anak yang Menyebabkan Terjadinya Hikikomori (Dalam Kasus 2) Kasus 2: Hara adalah seorang management consultant berumur 47 tahun. Anak laki-lakinya yang berada di sebuah universitas di Jepang tumbuh hampir tanpa ayah, permasalahan tekanan dalam pekerjaan membawa keluarga ini kedalam permasalahan keluarga yang pelik. Pada suatu saat, anaknya gagal dalam pelajarannya dan mengunci diri dalam kamar. Hara memang sudah sering mendengar mengenai sindrom hikikomori, tetapi ia tidak menduga hal ini terjadi di rumahnya sendiri. Saat itu merupakan saatnya melakukan pembicaraan dari hati ke hati dengan anaknya, tetapi untuk melakukan itu tentu diperlukan hubungan yang sudah cukup terbangun dari keduanya. Mereka tidak memiliki hal tersebut, dan mereka sering kali berbeda pendapat. Pembicaraan ini bukan pembicaraan yang penuh emosi, lebih tepatnya pembicaraan yang tidak berarti. Akhirnya Hara setuju untuk membiarkan anaknya menggunakan waktunya selama satu tahun. Untuk menjalankan hal ini diperlukan persetujuan dari pihak universitas. Hara dan istrinya pergi bersama ke universitas. Ketika berada didepan pintu universitas, ia merasa takut dan mengatakan kamu pergilah saya akan menunggu di mobil. Ia tidak bangga dengan sikap yang diambilnya dan merasa malu dengan hal tersebut (Schreiber 2007: 184). Hara, seorang ayah berusia 47 tahun memiliki seorang anak laki-laki yang sedang bersekolah di salah satu universitas di Jepang. Anaknya tersebut mengalami kegagalan dalam pelajarannya dan mengunci dirinya dalam kamar. Di saat inilah seharusnya Hara perlu berbicara dengan anaknya, tetapi ia tidak pernah memiliki hubungan dengan anaknya. Hara adalah seorang ayah yang bekerja sampai larut malam sehingga ia tidak pernah memiliki waktu untuk mengurus anaknya. Dapat dikatakan, yang dilihat oleh anaknya hanyalah ayah yang pulang kerja dalam keadaan lelah. Keadaan Hara ini dapat dimasukan dalam katagori world of abnormal rearing atau yang disebut sebagai WAR. Anak yang tidak dipedulikan merupakan salah satu dari ciri-ciri WAR. Anggota-anggota 34

10 keluarga makin jarang berada di rumah oleh karena adanya kegiatan-kegiatan lain, seperti keharusan untuk bekerja, sekolah dan sebagainya yang sebagian besar dilakukan di luar rumah. Ikatan antar anggota keluarga semakin mengendur sehingga terjadilah perceraian dan perpisahan antar anggota keluarga yang makin tinggi (Wirawan, 2007: 117). Walaupun dalam kasus keluarga Hara ini tidak benar-benar terjadi perpisahan dalam keluarga, tetapi Hara dan anaknya seperti tinggal dalam dua tempat yang berbeda dan tidak saling mengetahui keadaan masing-masing. Dalam keadaan seperti ini tentu akan sulit untuk saling membuka diri masing-masing. Ketika Hara berbicara dengan anaknya, terjadi perbedaan pendapat, bukan pembicaraan yang penuh kemarahan, tetapi lebih tepatnya disebut sebagai pembicaraan yang tidak berguna. Akhirnya Hara menyetujui anaknya menggunakan waktunya sendiri dengan syarat ia akan kembali ke universitas setahun setelahnya. Hal ini memerlukan konsultasi dengan pihak universitas. Hara dan istrinya pergi ke universitas dimana anaknya belajar, dan ketika di depan pintu universitas Hara merasa takut dan meminta isrtinya untuk pergi tanpa dirinya. Ketidakinginannya untuk ikut campur dalam permasalahan anaknya merupakan bukti ketidakpeduliannya terhadap anaknya. Hal ini juga dapat diakibatkan karena kurangnya kedekatan dengan anaknya sehingga ia merasa takut dan tidak percaya diri untuk masuk kedalam permasalahan anaknya. Berkomunikasi dengan anak merupakan suatu cara yang paling efektif untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Tentu saja komunikasi di sini harus bersifat dua arah, artinya kedua belah pihak harus mau saling mendengarkan pandangan satu dengan yang lain. Dengan melakukan komunikasi orangtua dapat mengetahui pandangan-pandangan dan kerangka berpikir anaknya, dan sebaliknya anak-anak juga dapat mengetahui apa yang diinginkan oleh orangtuanya. Kebingungan seperti yang 35

11 disebutkan di atas mungkin tidak perlu terjadi jika ada komunikasi antara remaja dengan orangtuanya. Komunikasi di sini tidak berarti harus dilakukan secara formal, tetapi bisa saja dilakukan sambil makan bersama atau selagi berlibur sekeluarga. Banyak permasalahan-permasalahan dalam perkembangan psikologi remaja yang dapat diselesaikan dengan komunikasi dengan orang tua, komunikasi ini juga diharapkan membentuk perkembangan disiplin anak. Tetapi komunikasi dalam bentuk sindiran, hinaan, merendahkan harga diri orang lain hendaknya digunakan seminimal mungkin, bahkan harus dihindari sama sekali. Anak dan remaja sangatlah peka terhadap hal ini, dan dapat sakit hati karenannya. Jika cara-cara tersebut yang digunakan untuk mendisiplinkan anak, cara-cara demikian akan cenderung ditiru dalam hubungan interpersonal dengan orang-orang lain yang akibatnya dapat merugikan diri sang anak maupun orang lain (Mu tadin, 2002). Dalam kasus di atas, anak dari keluarga Hara mengalami chichioya fuzai. Hal ini terlihat Dalam keluarga yang mengalami chichioya fuzai sering kali terjadi kurangnya komunikasi antara ayah dan anak. Waktu untuk makan bersama ataupun berlibur sekeluarga juga hanya sedikit. Dalam waktu bertemu yang sedikit tersebut ayah terkadang hanya menanyakan hal-hal yang sering kali menyinggung perasaan anak remaja, seperti nilai-nilai sekolah yang menurun ataupun menyindir perkembangan tubuh mereka (Schreiber, 2003: 126). Dalam keadaan seperti itu proses pengembangan kemandirian remaja menjadi terhambat, remaja tersebut tidak dapat mengemukakan apa yang ia inginkan dan seringkali hal ini mengakibatkan depresi terhadap remaja tersebut. 36

12 3.2.3 Analisis Dampak Tidak Adanya Figur Ayah Pada Anak yang Menyebabkan Muncul Kebencian pada Ayahnya Kasus 3: Keluarga saya merupakan keluarga tradisional dengan ayah sebagai pemimpin keluarga yang memiliki figure penguasa, saya sering merasa ayah saya bersikap seperti itu karena dikendalikan oleh lingkungannya. Untuk melarikan diri dari tekanan, ayah saya menjadi seorang pemabuk, dan itu merupakan satu-satunya image ayah yang miliki dari dirinya. Saya tidak pernah memiliki ingatan tetantang ayah bermain bersama saya. Mengingat kembali saat anak-anak, saya lebih sering menuruti ayah saya walaupun saya tidak menyukainya. Saya tidak ingin menjadi seperti ayah saya, saya lebih memilih untuk bebas dari tekanan seperti itu (Martinez, 2007: 300). Okoshi tidak memiliki ayah yang mengajarkan dan mengurus dirinya. ayahnya merupakan figur yang berkuasa dan sama sekali tidak melakukan kegiatan yang berhubungan dengan mengurus anak dalam keluarga Okoshi, tetapi ia selalu merasa ayahnya di kendalikan oleh lingkungan untuk menjadi seperti itu. Di Jepang ayah yang melakukan kegiatan mengasuh anak masih di anggap ayah yang tidak berwibawa, seperti bila ayah mengambil jam pulang kerja lebih cepat untuk mengasuh anak, ia akan mendapat kritik, sindiran ataupun ejekan tajam dari teman-teman sekantornya dan atasannya. Masyarakat Jepang lebih mengharapkan semua orang berkelakuan sama. jika ada seseorang yang berkelakuan berbeda, ia akan mendapat pandangan negatif dari masyarakat (Martinez, 2007: 303). Karena besarnya tekanan yang dialami ayah Okoshi, ia akhirnya menjadi seorang pemabuk dan itu merupakan satu-satunya gambaran Okoshi terhadap ayahnya. Saya tidak memiliki kenangan bermain bersama ayah saya, saya lebih melihat ayah saya sebagai figur ayah yang cenderung kejam. Saya tidak ingin menjadi seperti ayah saya. Kutipan di atas adalah kutipan dari kata-kata Okoshi, yang membuktikan 37

13 terjadinya chichioya fuzai dan fusei no ketsujyo dalam keluarga tersebut. Okoshi melihat figur ayahnya yang cenderung buruk dan tidak peduli pada dirinya, sehingga ia mengambil keputusan untuk tidak menjadi seperti ayahnya. Ia berpikiran ia hanya menuruti ayahnya walaupun ia tidak menyukainya. Moral, menurut Kohlberg dalam Wirawan (2007: 48) dipelajari melalui tahapan-tahapan perkembangan. Tahapan yang dialami remaja disebut juga tahap konvensional yang biasa terjadi pada anak berumur 6 sampai 11 tahun. Tahap ini dibagi menjadi dua yaitu orientasi anak baik-anak nakal pada masa ini anak melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang lazimnya dianggap baik oleh masyarakat dimana ia tinggal, dan tidak melakukan sesuatu yang dianggap buruk. Akan tetapi pada perkembangan yang lebih tinggi, orientasi moral anak tidak lagi terpaku pada satu ukuran tertentu. Anak mulai dapat berpikir relatif dan mulai memasuki sub tahap berikutnya yaitu orientasi menjaga system, tahapan ini biasa terjadi pada anak remaja berumur 12 sampai 20 tahun. Tingkah laku moral ditujukan untuk mempertahankan norma-norma tertentu Hal ini sama seperti yang di alami Okoshi, ia hanya menuruti apa yang di katakan ayahnya tanpa menyukainya. Tetapi ketika ia mulai berkembang ia mulai berpikir dan memilih norma mana yang akan ia turuti dan jalani. Menurut analisis saya, chichioya fuzai yakni jarangnya keberadaan ayah di rumah dan kelakuan kasar ayah yang dialami oleh anak tersebut membawa dampak buruk bagi hubungan anak dan ayah. Semakin besar dukungan ayah terhadap anak, akan menghasilkan semakin tinggi perilaku positif anak dan semakin erat hubungan ayah dan anak. Sebaliknya kurangnya hubungan ayah dan anak akan berakibat kurangnya wibawa ayah terhadap anaknya. Anak memang selalu melihat orang tuanya sebagai contoh utama dalam perkembangannya, bagi anak lelaki figur ayah merupakan model yang ia ambil untuk 38

14 mempelajari sifat dan identitas laki-laki, tetapi beberapa anak yang memiliki kenangan buruk dengan orang tuanya dapat mengambil keputusan untuk tidak menjadi seperti orang tuanya. Remaja tersebut akan memilih norma mana yang akan mereka jalankan. Norma agama dan norma lingkungan atau norma kawan-kawan sekelompoknya merupakan beberapa kemungkinan norma yang akan dijalankan oleh anak remaja ( Martinez, 2007:300) Analisis Dampak Tidak Adanya Sosok Ayah Pada Anak yang Menyebabkan Munculnya Sifat Feminim Pada Anak Laki-Laki Kasus 4: Saya sering mudah menangis dan dikerjai. Anak-anak lain mungkin berpikir ini aneh. Saya tidak menyukai permainan permainan kasar dengan anak laki-laki lainnya. Saya juga tidak menyukai olahraga. Saya lebih memilih membaca sendirian atau bersepeda sendirian ketika saya pertama kali berkenalan seorang wanita yang baru dikenalnya, saya sering kali mengatakan Saya tidak dapat bermain baseball, (Rebick, 2006: 301). Ota menceritakan dirinya sering dikerjai dan mudah menangis. Anak-anak lainnya mengganggap dia aneh. Ia tidak menyukai permainan kasar seperti anak-anak laki-laki pada umumnya, karena itu pula ia tidak menyukai olahraga. Hal ini dapat terjadi bila sejak kecil seorang anak tidak melihat kelakuan dari ayahnya. Walaupun ayah dan ibunya sering meminta atau memaksa seorang anak untuk melakukan sesuatu, anak cenderung melakukan hal yang ia lihat dari kelakuan orang tersebut. tingkah laku orang tua memiliki efek yang sangat dalam terhadap prilaku anak. itulah yang menuntut orang tua agar menjadi model prilaku bagi anak, sedangkan yang terjadi dalam keluarga iniayah jarang berada di rumah (Steede, 1998: 101), sehingga dapat dianggap ia tidak 39

15 memiliki model pria dalam keluarga, ia hanya melihat sosok ibunya yang merupakan model feminim. Dikarenakan hal tersebut, Ota lebih menyukai hal-hal yang tidak banyak menggunakan fisik seperti membaca buku. Ia merasa lebih nyaman melakukan sesuatu yang bukan tergolong kegiatan pria. Hal ini dapat terjadi karena sejak kecil ia memandang ibunya yang merupakan satu-satunya orangtua yang berada dirumah dan dekat dengannya. Anak remaja cenderung untuk mencari jati diri sehingga memungkinkan terpengaruh oleh pertemanan dan media massa. Namun, sebenarnya mereka masih tetap memegang teguh konsep, nilai, dan prilaku yang sudah ditanamkan oleh orangtuanya. Seperti yang sudah di katakan di atas, prilaku dan tindakan orangtua yang dilihat anak lebih berpengaruh daripada nasihat, jadi walaupun pun orangtua menasihati anaknya agar melakukan suatu kegiatan tanpa memberi gambaran nyata, hal itu akan sia-sia (Steede, 1998: 107). Sering kali ayah memaksa anak laki-lakinya untuk mengikuti kegiatan olah raga, karena mereka menganggap olah raga dapat membangkitkan sifat maskulin dalam diri anak mereka, tetapi hal ini akan menjadi siasia bila ayah yang merupakan model pria jarang berada di dalam rumah. Hal ini juga sangat berpengaruh ketika seorang remaja pria ingin mendekati remaja wanita, mereka sering kali kehilangan percaya diri. Seperti ketika Ota pertama kali berkenalan seorang wanita yang baru dikenalnya, ia sering kali mengatakan Saya tidak dapat bermain baseball, hal ini dapat terjadi karena sering kali pria melihat olahraga sebagai sumber kepercayaan diri, dan dalam kasus ini Ota tidak dapat menemukan aktivitas lain dalam dirinya yang dapat memberikan kepercayaan diri mengenai sifat pria padanya. Menurut analisis yang saya lakukan, Ota mengalami chichioya fuzai. Menurut Sugimoto (2002 :100) chichioya fuzai adalah tidak adanya figur ayah karena kesibukan 40

16 ayahnya pada pekerjaan. Jarangnya keberadaan ayah di rumah dapat memiliki berbagai macam dampak pada anak. Ayah merupakan model perkembangan untuk anak, terutama anak laki-laki. Tidak adanya model laki-laki dalam keluarga dapat berakibat seorang anak menjadi kurang menyukai dan kurang berkeinginan untuk melakukan kegiatan yang seharusnya disukai para lelaki (Papalia, 2004: 35). Hal inilah yang terjadi pada Ota. Hal ini terlihat pada, salah satu contohnya adalah kurangnya keinginan Ota untuk melakukan kegiatan olahraga. Menurut Papalia (2004: 35) anak- anak yang tidak memiliki model laki-laki dalam keluarga juga cenderung memiliki sifat seperti perempuan, seperti mudah menangis, tidak menyukai permainan yang kasar, manja, dan lain-lain. Mereka pun akan sulit untuk berkomunikasi dengan teman-teman laki-laki karena mereka tidak tahu bagaimana cara berkomunikasi dengan mereka, sehingga para remaja pria yang memiliki sifat feminim ini lebih suka menyendiri. Hal ini terjadi pada Ota, yang suka menangis dan mudah dikerjai Analisis Dampak Tidak Adanya Sosok Ayah Pada Anak yang Menyebabkan Remaja Perempuan Mencari Pasangan yang Berbeda Dengan Figur Ayahnya Kasus 5: Saya adalah anak satu-satunya. Sewaktu saya masih kecil, saya selalu berusaha untuk menjadi anak yang baik. Tetapi ayah bukan seseorang yang mudah di dekati. Di luar hari kerja, ia moodnya selalu buruk dan lelah, ia juga bukan orang yang dapat diandalakan. Seorang peramal mengatakan saya memiliki kesulitan dengan ayah. Lalu saya tinggal terpisah dari keluarga, sejak saat itu saya mencari seseorang yang dapat di andalkan dan benar-benar mencintai saya. Saya tidak menyukai ayah saya sebagai seseorang ataupun sebagai seorang ayah, saya benar-benar tidak dapat menerimanya, dan saya tidak mempercayai seorang pun 41

17 dalam keluarga. Tetapi saya kesepian, karena itulah pacar saya sangat penting, saya melihat sosok ayah yang sempurna dalam dirinya (White, 1994: 67). Seorang gadis remaja SMU menceritakan bahwa dirinya sejak kecil selalu berusaha menjadi anak yang baik dan penurut untuk menarik perhatian ayahnya, tetapi ayahnya bukan seorang yang mudah didekati karena sibuk bekerja. Sedangkan di luar hari kerja, ia moodnya selalu buruk dan lelah, ia juga bukan orang yang dapat di andalkan. Dari sini dapat kita lihat ayahnya bukan ayah yang perhatian atau bahkan dapat dikatakan ia kurang memperhatikan anaknya. Kurangnya perhatian orang tua yang konsisten, stabil dan tulus, seringkali menjadi penyebab kurang terpenuhinya kebutuhan anak akan kasih sayang, rasa aman, dan perhatian. Anak harus bersusah payah dan berusaha mendapatkan perhatian dan penerimaan orang tua namun seringkali orang tua tetap tidak memberikan respon seperti yang diharapkan. Sikap penolakan yang dialami seorang anak pada masa kecilnya, akan menimbulkan perasaan rendah diri, rasa diabaikan, rasa disingkirkan dan rasa tidak berharga (Rini, 2002). Lalu sejak SMU gadis tersebut tinggal sendiri, berpisah dari keluarganya, sejak saat itu ia mencari seseorang yang dapat di andalkan dan benar-benar mencintainya. Ia menemukan sosok tersebut dalam diri pacarnya. Menurut analisis saya, anak dalam kasus tersebut di atas mengalami chichioya fuzai. Yang dimaksud dengan chichioya fuzai, menurut Sugimoto (2002: 100) adalah ayah memang berada di rumah yang sama seperti anaknya, tetapi ia selalu sibuk dengan pekerjaan dan kurangnya sifat kebapakan yang didambakan oleh sang anak. Pada saat menikah, bisa jadi seorang istri menikahi suaminya karena merindukan figur ayah yang melindungi dan mencurahkan perhatian dan kasih sayang seperti yang tidak pernah didapatnya dahulu. Atau, bisa jadi seorang pria mencari wanita yang dapat 42

18 menjadi substitusi dari ibunya dahulu, yang sangat ia dambakan cinta dan perhatiannya (Rini, 2002). Walaupun gadis tersebut belum menikah tetapi dapat dikatakan ia berada dalam tahapan mencari pasangan hidup yang memiliki sosok ayah yang ia dambakan selama ini. Tidak mendapat kasih sayang dan cenderung tidak dipedulikan oleh ayahnya tentu juga menimbulkan rasa kebencian pada diri gadis tersebut. Saya tidak menyukai ayah saya sebagai seseorang ataupun sebagai seorang ayah ungkapan tersebut cukup menggambarkan bagaimana ia sangat membenci ayahnya. Tidak hanya sebagai ayah tetapi juga sebagai seseorang biasa. Segala sesuatu yang terjadi dalam hubungan antara orang tua-anak (termasuk emosi, reaksi dan sikap orang tua) akan terus membekas dan tertanam secara tidak sadar dalam diri seseorang. Jika seseorang mengalami pengalaman emosional yang kurang menyenangkan bersama orang tua, hal ini akan terus terekam dalam memori dan menimbulkan stress yang berkepanjangan, baik ringan maupun berat. Remaja yang mengalami depresi akan menjadi apatis dan menyalahkan dirinya sendiri sehingga merasa enggan untuk mencari pertolongan (Rini, 2002). 3.3 Analisis Dampak Tidak Adanya Figur Ayah Pada Anak Karena Ketiadaan Ayah di Rumah Analisis Dampak Tidak Adanya Figur Ayah Pada Anak Karena Ketiadaan Ayah di Rumah yang Menyebabkan Perubahan Gaya Hidup Remaja Perempuan Kasus 6: 43

19 Miyama, seorang pekerja di perusahaan makanan, memiliki anak perempuan yang bersekolah di SMU. Ketika Miyama di tugaskan keluar kota dan tinggal sendirian (Tanshin funin). Ketika ia pulang ke rumahnya setelah beberapa saat tugas di luar kota, ia terkejut melihat anaknya berubah. Rambut yang di cat, sepatu hak tinggi, rok mini merupakan penampilan baru anaknya, ia juga sering kali pulang malam dan hanya berada di rumah sebentar saja (Schreiber, 2007:175). Penampilan merupakan hal penting dikalangan remaja putri dan keingginan untuk tampil menarik biasanya sudah muncul sejak sekolah menengah pertama (SMP). Terkadang mereka memiliki pemikiran bahwa penampilan luar seseorang mencerminkan kualitas keseluruhan orang tersebut. seorang remaja putri sangat menganggap penting penampilan mereka ketika mereka berada dalam lingkungan sosial maupun dalam sekolah (Daters, 1990). Menurut Holdorf (2005:3) pakaian merupakan suatu elemen yang mengandung makna sosial dan dapat menjadi salah satu cara menunjukan bahwa seorang remaja memiliki kekompakan dengan teman-teman. seiring dengan masuknya seseorang ke dalam usia remaja, maka dia akan merasa ingin memberontak dan melawan orang tuanya untuk membuktikan bahwa dia bukan anak kecil lagi dan pakaian yang ia kenakan merupakan salah satu cara untuk mencapai tujuan tersebut. suatu pakaian atau trend mode juga dapat menjadi sarana bagi seorang remaja untuk lebih di terima oleh teman-teman sebayanya dan seseorang yang pakaiannya tidak sesuai dengan trendatau tidak sejalan dengan pakaian yang sedang trend dikenakan oleh teman-temannya,maka tidak akan dianggap mampu untuk bersosialisasi. Seorang remaja juga memiliki suatu kebutuhan untuk memiliki suatu kelompok teman dekat tersendiri dan mengenakan pakaian yang sesuai sebagai salah satu bentu mengekspresikan diri. Manusia semasa usia remaja, khususnya remaja putri memiliki kecenderungan untuk berusaha mencari tahu siapa diri mereka sesungguhnya. Lalu diwaktu yang sama mereka 44

20 itu sangat kritis dan memiliki kepastian mengenai siapa saja yang akan mereka pilih untuk dijadikan teman (Holdorf, 2005:12). Pada masa ini orang tua seharusnya dapat mengontrol kelompok mana yang sebaiknya remaja tersebut dekati. Orang tua sebaiknya tidak hanya melarang remaja untuk memilih kelompok yang mereka inginkan, tetapi menjelaskan bahwa mereka khawatir dengan masa depan remaja tersebut. Orang tua sebaiknya member kebebasan yang bertanggung jawab untuk belajar membuat keputusan yang tepat, untuk dapat menjalankan hal ini, orangtua harus bersedia mendiskusikan segala permasalahan yang di alami atau akan dialami oleh anak. Memberi kebebasan tanpa ikut membantu dan memantau remaja hanya akan mengakibatkan remaja menjadi kehilangan arah. Bagi orang tua yang tidak tinggal serumah dengan anak remajanya, hal ini cukup sulit dilakukan karena orang tua tidak dapat melihat perkembangan dan apa saja yang telah dilakukan anaknya (Steede 1998:106). Menurut analisis saya, sesuai dengan teori Holdorf (2005:3), remaja cenderung mencari perhatian seseorang, jika mereka tidak mendapat perhatian yang seharusnya dari keluarga, mereka akan berusaha mencari perhatian dari orang-orang disekitarnya. Baik menggunakan cara yang benar ataupun salah. Sejak mengalami chichioya fuzai, yakni tidak adanya figur ayah pada remaja perempuan ini, ia berusaha mencari perhatiannya di luar rumah. Tanpa figur ayah yang merupakan kepala keluarga di rumah, pengontrolan gaya hidup anak remaja akan semakin sulit untuk dilakukan. Ayah yang efektif bisa dibentuk bila ia memfokuskan pada tujuh hal yakni menciptakan relasi yang sehat, menyediakan kebutuhan fisik dan keamanan, menerima adanya perubahan, menanamkan nilai-nilai moral, menanamkan nilai spiritual, menggali hal-hal yang menyenangkan, dan membantu anak mengembangkan kemampuannya (Sujayanto, 1999). 45

21 3.3.2 Analisis Dampak Tidak Adanya Figur Ayah Pada Anak Karena Ketiadaan Ayah di Rumah yang Menyebabkan Pemilihan Model Perkembangan yang Salah Anak Laki-laki Kasus 7: Seorang ayah di Jepang meminta anaknya sendiri untuk dijatuhkan hukuman gantung setelah ia melakukan pembunuhan kejam terhadap tiga anggota keluarganya. Ia membelah perut ibunya dan memasukkan boneka kedalamnya. Ayahnya mengatakan bahwa ia menginginkan hukuman mati untuk anaknya yang merupakan penggemar novel Hannibal. Remaja yang tidak disebutkan namanya ini, mengakui telah menusuk hingga meninggal saudara laki-laki, saudara perempuan dan ibunya dengan pisau besar pada 9 januari. Ia lalu membuka perut ibunya dan memasukan boneka ke dalamnya dan membakar rumahnya yang berada di kota Hachinohe utara. Ayahnya mengatakan anaknya memang sedang membuat novel yang menceritakan tujuh criminal yang berniat menghancurkan kota. Terdapat salah satu adegan dimana seseorang memasukan boneka kedalam perut ibunya. Ayahnya yang berumur 55 tahun merasa muak ketika melihat anaknya terseyum saat ditangkap. Ayahnya yang sudah bercerai dengan ibunya, sering masuk kedalam penjara karena perkara surat ancaman. Ia mengakui dirinya merupakan sumber kelakuan buruk anaknya.ketika di dalam penjara anaknya mengirimkan buku Hannibal lecter karya Thomas Harris kepadanya. Dikutip dari Teen should hang for murder spree, says father (2008). Seorang remaja berumur 18 tahun di Hachinohe, membunuh ibu, kakak dan adiknya di dalam rumahnya sendiri. Ayahnya yang sudah bercerai dari ibunya memang sedang berada dalam penjara karena kasus yang berbeda. Ia mengakui ia merupakan sumber kelakuan buruk dari anaknya tersebut. Ia mengatakan anaknya memang penggemar novel-novel horror sadis seperti Hannibal Lecter, anaknya juga sedang menulis sebuah novel sejenis yang menceritakan 7 kriminal, dalam novel tersebut terdapat suatu adegan dimana terdapat pembunuhan dengan cara yang sama seperti yang dilakukan anaknya tersebut. 46

22 Para remaja pada zaman sekarang ini sering kali mengidolakan seseorang yang menurut mereka mengerti akan kebutuhan mereka dan gaya hidup mereka. Demi idola mereka tersebut tak jarang remaja mengikuti gaya berpakaian, penampilan, serta tingkah laku idola mereka. Beberapa ahli berpendapat bahwa remaja cenderung mengidolakan seseorang di luar lingkungan keluarganya. dikarenakan tokoh idola di dalam rumah yakni kedua orang tua, kakak ataupun adiknya, ternyata cenderung tidak layak diidolakan. Beberapa keluarga kini mengalami krisis tokoh idola, karena orang tuanya lebih sering berada di luar rumah daripada mendidik anaknya. mengorbankan kesibukan yang padat merupakan beban yang berat bagi orangtua. Peran orangtua sangatlah diperlukan dalam mendampingi putra-putrinya selama menjalani masa remaja. Sekali orangtua gagal mengarahkan dan menjadi contoh untuk anak remajanya, maka hal ini akan dapat berakibat sangat buruk bagi kehidupan remaja dimasa mendatang. Remaja sering kali melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang akan dilakukan idolanya, seperti ketika ia mendapati masalah, remaja akan membayangkan apa yang akan dilakukan oleh para idolanya untuk menyelesaikan masalah seperti itu. Pemilihan idola ini juga akan menjadi sangat penting bagi remaja, karena anak belajar dari perilaku tokoh idolanya, baik itu berupa gaya berpakaian maupun menyangkut hal-hal yang lebih dalam yaitu kepribadian. Apabila pada masa ini anak remaja menemukan tokoh idola yang positif maka anak akan digiring ke perilaku positif idolanya tersebut, sehingga anak akan berusaha seoptimal mungkin berperilaku seperti tokoh yang dia banggakan itu. Sebaliknya apabila pada fase ini anak remaja memilih tokoh idola yang tidak bertanggung jawab maka perilaku dia juga akan diarahkan ke perilaku yang tidak bertanggung jawab (Mu tadin, 2002). 47

23 Seperti yang terjadi pada kasus ini, anak tersebut mengidolakan novel Hannibal dan tindakan yang dilakukan oleh tokoh utama dalam novel tersebut. Ia mengimajinasikan dan mengidolakan tindakan kekerasan dan pembunuhan yang terdapat dalam novel tersebut, dan perlahan-lahan menimbulkan rangsangan untuk meniru model kekerasan yang ia imajinasikan. Hal ini disebabkan karena anak tersebut mengalami chichioya fuzai. Menurut Hasegarwa (1998:96), chichioya fuzaia adalah tidak adanya figur ayah yang disebabkan oleh ketiadaan ayah di rumah. Adanya figur ayah, merupakan model awal perkembangan anak laki-laki. Oleh karena itu, jika figur ayah tidak ada pada anak laki-laki tersebut maka, anak laki-laki tersebut mencari figur lainnya. Pemilihan figur dalam perkembangan sangat beresiko memilih model perkembangan yang salah. Karena itu orang tua terutama ayah seharusnya mengontrol pemilihan idola anak remaja mereka, dalam hal ini di perlukan komunikasi sudah terbangun dengan baik antara orang tua dan anaknya. Komunikasi ini seringkali terhambat bila ayah tidak berada di rumah. Kecenderungan anak untuk mencari jati diri dapat dilakukan dengan cara apa saja. Mereka banyak belajar, termasuk melihat tayangan televisi, film, membaca novel, ataupun manga, mengenai beberapa nilai prespektif yang berbeda. Sering kali orangorang yang kurang mendapat perhatian dalam kehidupannya mencoba mencari tahu tentang jati dirinya dalam internet. Namun, pengaruh yang paling kuat terhadap perkembangan rasa percaya diri dan penentuan jati diri anak adalah tindakan dan cara pengasuhan orangtuanya, pengasuhan yang dilakukan orang tua pada anaknya sejak kecil sampai remaja bahkan dewasa. Sering kali orang tua hanya melihat remaja dari luar saja, menganggap remaja tersebut seorang yang memang pendiam dan tidak membutuhkan banyak perhatian tanpa mempedulikan permasalahan yang sebenarnya sedang dialami anak mereka. Terutama di 48

24 Jepang, para siswa harus terus belajar untuk lulus dalam tes masuk sekolah dan universitas yang ia dan keluarganya inginkan. Mereka jarang membuka perasaan mereka yang sebenarnya kepada ibunya, apalagi pada ayahnya yang jarang berada di rumah, sehingga hal ini lah yang memicu depresi dalam diri remaja (Rice, 1998). 49

Bab 1. Pendahuluan. Masyarakat adalah sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh

Bab 1. Pendahuluan. Masyarakat adalah sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masyarakat adalah sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama (Sugono, 2008). Menurut pendapat Anastasia (2007:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja atau Adolescene berasal dari bahasa latin, yaitu adolescere yang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja atau Adolescene berasal dari bahasa latin, yaitu adolescere yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Remaja atau Adolescene berasal dari bahasa latin, yaitu adolescere yang berarti pertumbuhan menuju kedewasaan. Dalam kehidupan seseorang, masa remaja merupakan

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Setelah melakukan analisis pada bab tiga, penulis mengambil kesimpulan bahwa

Bab 5. Ringkasan. Setelah melakukan analisis pada bab tiga, penulis mengambil kesimpulan bahwa Bab 5 Ringkasan Setelah melakukan analisis pada bab tiga, penulis mengambil kesimpulan bahwa tokoh Kazue Sato mengalami gejala gangguan kepribadian ambang, karena ditemukan 5 kriteria gangguan kepribadian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diasuh oleh orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya hingga

BAB I PENDAHULUAN. diasuh oleh orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya hingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya, ia akan diasuh oleh orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya hingga waktu tertentu.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola asuh merupakan interaksi yang diberikan oleh orang tua dalam berinteraksi

Lebih terperinci

Pengaruh Perceraian Pada Anak SERI BACAAN ORANG TUA

Pengaruh Perceraian Pada Anak SERI BACAAN ORANG TUA 35 SERI BACAAN ORANG TUA Pengaruh Perceraian Pada Anak Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal Kementerian Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA

PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA Oleh: Alva Nadia Makalah ini disampaikan pada Seminar Online Kharisma ke-3, dengan Tema: Kekerasan Pada Anak: Efek Psikis, Fisik, dan Tinjauan Agama Dunia Maya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa kehadiran manusia lainnya. Kehidupan menjadi lebih bermakna dan berarti dengan kehadiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah masyarakat. Manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lain untuk memenuhi berbagai

Lebih terperinci

134 Perpustakaan Unika LAMPIRAN

134 Perpustakaan Unika LAMPIRAN LAMPIRAN 134 135 LAMPIRAN A OBSERVASI DAN WAWANCARA 136 PEDOMAN OBSERVASI i. Kesan Umum : Kondisi Fisik dan Penampilan Subyek ii. Perilaku yang cenderung ditampilkan iii. Kegiatan Sehari-hari iv. Lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah perilaku seksual pada remaja saat ini menjadi masalah yang tidak dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih menganggap tabu untuk

Lebih terperinci

BAB 1V KONSEP DIRI REMAJA DELINQUEN DI DESA LOBANG KECAMATAN LIMPUNG KABUPATEN BATANG

BAB 1V KONSEP DIRI REMAJA DELINQUEN DI DESA LOBANG KECAMATAN LIMPUNG KABUPATEN BATANG BAB 1V KONSEP DIRI REMAJA DELINQUEN DI DESA LOBANG KECAMATAN LIMPUNG KABUPATEN BATANG A. Analisis Konsep Diri Remaja Delinquen di Desa Lobang Kecamatan Limpung Kabupaten Batang Masa remaja merupakan masa

Lebih terperinci

BAB II PROFIL INFORMAN. mendasari mengapa penelitian gaya komunikasi manajemen konflik interpersonal

BAB II PROFIL INFORMAN. mendasari mengapa penelitian gaya komunikasi manajemen konflik interpersonal BAB II PROFIL INFORMAN Dalam bab sebelumnya telah dikemukakan tentang alasan apa saja yang mendasari mengapa penelitian gaya komunikasi manajemen konflik interpersonal pasangan mahasiswa yang hamil diluar

Lebih terperinci

1. a. Seberapa sering kamu dan seluruh keluargamu menghabiskan waktu bersamasama? b. Apa saja yang kamu lakukan bersama dengan keluargamu?

1. a. Seberapa sering kamu dan seluruh keluargamu menghabiskan waktu bersamasama? b. Apa saja yang kamu lakukan bersama dengan keluargamu? Lampiran 1 Kerangka Wawancara Anamnesa Dimensi Cohesion Separateness/Togetherness 1. a. Seberapa sering kamu dan seluruh keluargamu menghabiskan waktu bersamasama? b. Apa saja yang kamu lakukan bersama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa anak-anak ke masa dewasa di mana pada masa-masa tersebut. sebagai masa-masa penuh tantangan.

BAB I PENDAHULUAN. masa anak-anak ke masa dewasa di mana pada masa-masa tersebut. sebagai masa-masa penuh tantangan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyak orang mendefinisikan Remaja sebagai masa transisi, dari masa anak-anak ke masa dewasa di mana pada masa-masa tersebut seorang individu sering menunjukkan tingkah

Lebih terperinci

Lampiran. Ringkasan Novel KoKoro. Pertemuan seorang mahasiswa dengan seorang laki-laki separuh baya di pantai

Lampiran. Ringkasan Novel KoKoro. Pertemuan seorang mahasiswa dengan seorang laki-laki separuh baya di pantai Lampiran Ringkasan Novel KoKoro Pertemuan seorang mahasiswa dengan seorang laki-laki separuh baya di pantai Kamakura menjadi sejarah dalam kehidupan keduanya. Pertemuannya dengan sensei merupakan hal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa beralihnya pandangan egosentrisme menjadi sikap yang empati. Menurut Havighurst

BAB I PENDAHULUAN. masa beralihnya pandangan egosentrisme menjadi sikap yang empati. Menurut Havighurst BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Perkembangan sosial masa dewasa awal (young adulthood) adalah puncak dari perkembangan sosial masa dewasa. Masa dewasa awal adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan tergantung pada orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya

BAB I PENDAHULUAN. akan tergantung pada orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya. Individu akan tergantung pada orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya dan ketergantungan

Lebih terperinci

Dibalik perjuangan seorang "PAPA"

Dibalik perjuangan seorang PAPA Dibalik perjuangan seorang "PAPA" Biasanya, bagi seorang anak perempuan yang sudah dewasa, yang sedang bekerja diperantauan, yang ikut suaminya merantau di luar kota atau luar negeri, yang sedang bersekolah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI A. HARGA DIRI Menurut Coopersmith harga diri merupakan evaluasi yang dibuat oleh individu dan berkembang menjadi kebiasaan

BAB II LANDASAN TEORI A. HARGA DIRI Menurut Coopersmith harga diri merupakan evaluasi yang dibuat oleh individu dan berkembang menjadi kebiasaan BAB II LANDASAN TEORI A. HARGA DIRI Menurut Coopersmith harga diri merupakan evaluasi yang dibuat oleh individu dan berkembang menjadi kebiasaan kemudian dipertahankan oleh individu dalam memandang dirinya

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Dalam bab pertama yang berisi latar belakang penulisan skripsi ini, saya menjabarkan

Bab 5. Ringkasan. Dalam bab pertama yang berisi latar belakang penulisan skripsi ini, saya menjabarkan Bab 5 Ringkasan 5.1 Ringkasan Dalam bab pertama yang berisi latar belakang penulisan skripsi ini, saya menjabarkan tentang teori psikologi penyakit skizofrenia yang akan saya gunakan untuk membuat analisis

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Jepang merupakan salah satu negara maju yang ada di dunia. Jepang juga di kenal sebagai negara yang menjunjung tinggi kebudayaan. Sebagai negara maju, Jepang tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam masyarakat, seorang remaja merupakan calon penerus bangsa, yang memiliki potensi besar dengan tingkat produktivitas yang tinggi dalam bidang yang mereka geluti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga psikologis. Menurut Hurlock

BAB I PENDAHULUAN. matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga psikologis. Menurut Hurlock BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masa dewasa merupakan masa dimana setiap individu sudah mulai matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga psikologis. Menurut Hurlock (dalam Jahja, 2011), rentang

Lebih terperinci

Bab 4. Simpulan dan Saran. disimpulkan bahwa tokoh Ruka Kishimoto dalam serial drama Jepang Last Friends

Bab 4. Simpulan dan Saran. disimpulkan bahwa tokoh Ruka Kishimoto dalam serial drama Jepang Last Friends Bab 4 Simpulan dan Saran 4.1 Simpulan Berdasarkan analisis data yang penulis lakukan pada bab analisis data, maka dapat disimpulkan bahwa tokoh Ruka Kishimoto dalam serial drama Jepang Last Friends merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, karena pada masa ini remaja mengalami perkembangan fisik yang cepat dan perkembangan psikis

Lebih terperinci

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan BAB I 1.1 Latar Belakang Masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan pengertiannya tentang fakta-fakta atau kenyataan. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan pengertiannya tentang fakta-fakta atau kenyataan. Untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Citra merupakan image yang diberikan seseorang berdasarkan pengetahuan dan pengertiannya tentang fakta-fakta atau kenyataan. Untuk mengetahui citra seseorang terhadap

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN MASALAH

BAB V PEMBAHASAN MASALAH BAB V PEMBAHASAN MASALAH A. PEMBAHASAN Setiap manusia memiliki impian untuk membangun rumah tangga yang harmonis. Tetapi ketika sudah menikah banyak dari pasangan suami istri yang memilih tinggal bersama

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Wirawan dalam Panudju dan Ida (1999:83) mengungkapkan bahwa masa remaja

Bab 1. Pendahuluan. Wirawan dalam Panudju dan Ida (1999:83) mengungkapkan bahwa masa remaja Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Wirawan dalam Panudju dan Ida (1999:83) mengungkapkan bahwa masa remaja adalah suatu masa yang pasti dialami oleh semua orang. Pada tahapan ini seorang remaja adalah

Lebih terperinci

BAB III TEMUAN PENELITIAN. kedukaan X mahasiswi Fakultas Teologi UKSW pasca kematian kedua orang tua.

BAB III TEMUAN PENELITIAN. kedukaan X mahasiswi Fakultas Teologi UKSW pasca kematian kedua orang tua. BAB III TEMUAN PENELITIAN Dalam bab ini saya akan membahas temuan hasil penelitian terkait studi kasus kedukaan X mahasiswi Fakultas Teologi UKSW pasca kematian kedua orang tua. Mengawali deskripsi hasil

Lebih terperinci

LAMPIRAN A-1 SKALA DEPRESI PADA REMAJA

LAMPIRAN A-1 SKALA DEPRESI PADA REMAJA LAMPIRAN A-1 SKALA DEPRESI PADA REMAJA A. IDENTITAS Kelas : B. PETUNJUK PENGISIAN SKALA 1. Bacalah pernyataan-pernyataan pada lembar berikut, kemudian kerjakan dengan sungguh-sungguh sesuai dengan keadaan

Lebih terperinci

LAMPIRAN I GUIDANCE INTERVIEW Pertanyaan-pertanyaan : I. Latar Belakang Subjek a. Latar Belakang Keluarga 1. Bagaimana anda menggambarkan sosok ayah

LAMPIRAN I GUIDANCE INTERVIEW Pertanyaan-pertanyaan : I. Latar Belakang Subjek a. Latar Belakang Keluarga 1. Bagaimana anda menggambarkan sosok ayah LAMPIRAN I GUIDANCE INTERVIEW Pertanyaan-pertanyaan : I. Latar Belakang Subjek a. Latar Belakang Keluarga 1. Bagaimana anda menggambarkan sosok ayah bagi diri anda sendiri? 2. Bagaimana anda menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan anak untuk optimalisasi bagi perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan anak untuk optimalisasi bagi perkembangannya. BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Anak adalah anugerah, rezeki, amanah dan kekayaan yang paling berharga bagi orangtua dan keluarganya. Suatu kebahagian bagi orangtua yang selalu berharap agar

Lebih terperinci

INSTRUMEN PENELITIAN PROFIL PROAKTIVITAS PESERTA DIDIK SMP PETUNJUK PENGISIAN

INSTRUMEN PENELITIAN PROFIL PROAKTIVITAS PESERTA DIDIK SMP PETUNJUK PENGISIAN INSTRUMEN PENELITIAN PROFIL PROAKTIVITAS PESERTA DIDIK SMP Identitas Diri Nama : Tanggal : Jenis Kelamin : L / P Kelas : PETUNJUK PENGISIAN Assalamu alaikum Wr.Wb. Angket ini bukan suatu tes, tidak ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan bagi beberapa individu dapat menjadi hal yang istimewa dan penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam kehidupan yang

Lebih terperinci

TRILOGI NOVEL MARITO

TRILOGI NOVEL MARITO TRILOGI NOVEL MARITO Izinkan Aku Memelukmu Ayah Dalam Pelarian Ketika Aku Kembali Marito, terlahir sebagai perempuan di suku Batak. Ia memiliki empat kakak perempuan. Nasibnya lahir di masa terpelik dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada

BAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wanita merupakan individu yang memiliki keterbukaan dalam membagi permasalahan kehidupan maupun penilaian mereka mengenai sesuatu ataupun tentang orang lain.

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN BAB V HASIL PENELITIAN A. Rangkuman Hasil Penelitian Ketiga subjek merupakan pasangan yang menikah remaja. Subjek 1 menikah pada usia 19 tahun dan 18 tahun. Subjek 2 dan 3 menikah di usia 21 tahun dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya, setiap manusia diciptakan sebagai makhluk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya, setiap manusia diciptakan sebagai makhluk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya, setiap manusia diciptakan sebagai makhluk sosial. Dimana manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Sejak manusia lahir hingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007). 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anak jalanan di Indonesia mengalami peningkatan pesat dalam beberapa tahun belakangan. Seseorang bisa dikatakan anak jalanan apabila berumur dibawah 18 tahun, yang

Lebih terperinci

BABI. PENDAillJLUAN. Seorang anak selalu membutuhkan peran orangtua. Sejak dulu sampai saat

BABI. PENDAillJLUAN. Seorang anak selalu membutuhkan peran orangtua. Sejak dulu sampai saat BABI PENDAillJLUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seorang anak selalu membutuhkan peran orangtua. Sejak dulu sampai saat ini, orangtua selalu memegang peranan yang paling penting dalam proses tumbuh kembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian

BAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian setiap orang. Ketika menikah, tentunya orang berkeinginan untuk mempunyai sebuah keluarga yang

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN SUBJEK DAN HASIL PENELITIAN

BAB III GAMBARAN SUBJEK DAN HASIL PENELITIAN BAB III GAMBARAN SUBJEK DAN HASIL PENELITIAN 1.1 Gambaran R, S, dan N dampak perceraian orang tua terhadap remaja Gaya hidup dalam kehidupan anak remaja masa kini mungkin sudah tidak karuan dibandingkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Pola Asuh Orangtua a. Pengertian Dalam Kamus Bahasa Indonesia pola memiliki arti cara kerja, sistem dan model, dan asuh memiliki arti menjaga atau merawat dan

Lebih terperinci

(Elisabeth Riahta Santhany) ( )

(Elisabeth Riahta Santhany) ( ) 292 LAMPIRAN 1 LEMBAR PEMBERITAHUAN AWAL FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS INDONUSA ESA UNGGUL JAKARTA Saya mengucapkan terima kasih atas waktu yang telah saudara luangkan untuk berpartisipasi dalam penelitian

Lebih terperinci

MENGELOLA STRESS DAN MENGENDALIKAN EMOSI. dr Gunawan Setiadi Tirto Jiwo, Pusat Pemulihan dan Pelatihan Gangguan Jiwa

MENGELOLA STRESS DAN MENGENDALIKAN EMOSI. dr Gunawan Setiadi Tirto Jiwo, Pusat Pemulihan dan Pelatihan Gangguan Jiwa MENGELOLA STRESS DAN MENGENDALIKAN EMOSI dr Gunawan Setiadi Tirto Jiwo, Pusat Pemulihan dan Pelatihan Gangguan Jiwa STRESS Segala kejadian (masa lalu/ masa datang) yang menimbulkan perasaan tidak enak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHALUAN. A. Latar Belakang Masalah. status sebagai orang dewasa tetapi tidak lagi sebagai masa anak-anak. Fase remaja

BAB I PENDAHALUAN. A. Latar Belakang Masalah. status sebagai orang dewasa tetapi tidak lagi sebagai masa anak-anak. Fase remaja BAB I PENDAHALUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah fase kedua dalam kehidupan setelah fase anak-anak. Fase remaja disebut fase peralihan atau transisi karena pada fase ini belum memperoleh status

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka diperlukan partisipasi penuh dari putra-putri bangsa Indonesia di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. maka diperlukan partisipasi penuh dari putra-putri bangsa Indonesia di berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang giatgiatnya membangun. Agar pembangunan ini berhasil dan berjalan dengan baik, maka diperlukan partisipasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Remaja adalah mereka yang berusia diantara 10-24 tahun dan merupakan salah satu kelompok populasi terbesar yang apabila dihitung jumlahnya berkisar 30% dari jumlah

Lebih terperinci

BAB II IBU DAN ANAK. Pengertian keluarga berarti nuclear family yaitu yang terdiri dari ayah,

BAB II IBU DAN ANAK. Pengertian keluarga berarti nuclear family yaitu yang terdiri dari ayah, BAB II IBU DAN ANAK 2.1 Arti Ibu Pengertian keluarga berarti nuclear family yaitu yang terdiri dari ayah, ibu dan anak. Ayah dan ibu dalam melaksanakan tanggung jawab sebagai orang tua dan mampu memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. telah membina keluarga. Menurut Muzfikri (2008), anak adalah sebuah anugrah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. telah membina keluarga. Menurut Muzfikri (2008), anak adalah sebuah anugrah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memiliki buah hati tentunya merupakan dambaan bagi setiap orang yang telah membina keluarga. Menurut Muzfikri (2008), anak adalah sebuah anugrah terbesar nan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Attention Deficit Hiperactivity Disorder (ADHD) merupakan suatu gangguan perkembangan yang mengakibatkan ketidakmampuan mengatur perilaku, khususnya untuk mengantisipasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sepanjang rentang kehidupannya memiliki tahap-tahap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sepanjang rentang kehidupannya memiliki tahap-tahap 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Manusia sepanjang rentang kehidupannya memiliki tahap-tahap perkembangan yang harus dilewati. Perkembangan tersebut dapat menyebabkan perubahan-perubahan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi segala kebutuhan dan keinginan dan keinginan, misalnya dalam bersosialisasi dengan lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan kelompok yang sangat berpotensi untuk bertindak agresif. Remaja yang sedang berada dalam masa transisi yang banyak menimbulkan konflik, frustasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemandirian Anak TK 2.1.1 Pengertian Menurut Padiyana (2007) kemandirian adalah suatu sikap yang memungkinkan seseorang untuk berbuat bebas, melakukan sesuatu atas dorongan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perceraian merupakan kata yang umum dan tidak asing lagi di telinga masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi trend, karena untuk menemukan informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia terlahir dalam keadaan yang lemah, untuk memenuhi kebutuhannya tentu saja manusia membutuhkan orang lain untuk membantunya, artinya ia akan tergantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merasa senang, lebih bebas, lebih terbuka dalam menanyakan sesuatu jika berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merasa senang, lebih bebas, lebih terbuka dalam menanyakan sesuatu jika berkomunikasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peran dan fungsi ibu dalam kehidupan seorang anak sangat besar. Anak akan lebih merasa senang, lebih bebas, lebih terbuka dalam menanyakan sesuatu jika berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 40 tahun dimana terjadi perubahan fisik dan psikologis pada diri individu, selain itu

BAB I PENDAHULUAN. 40 tahun dimana terjadi perubahan fisik dan psikologis pada diri individu, selain itu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dewasa awal adalah individu yang berada pada rentang usia antara 20 hingga 40 tahun dimana terjadi perubahan fisik dan psikologis pada diri individu, selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan yang dia lihat. Istilah yang sering didengar yaitu chidren see children

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan yang dia lihat. Istilah yang sering didengar yaitu chidren see children BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak adalah titipan yang Maha Kuasa kepada setiap orang tua yang sudah diberi kepercayaan oleh Tuhan untuk menjaganya. Anak akan senantiasa mengalami pertumbuhan

Lebih terperinci

Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga

Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga Suami Rosa biasa memukulinya. Ia memiliki dua anak dan mereka tidak berani berdiri di hadapan ayahnya karena mereka takut akan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN. Skripsi HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Psikologi

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Karena akhir-akhir ini film Jepang mulai kembali menyita perhatian para

Bab 5. Ringkasan. Karena akhir-akhir ini film Jepang mulai kembali menyita perhatian para Bab 5 Ringkasan Karena akhir-akhir ini film Jepang mulai kembali menyita perhatian para penikmatnya dengan konflik-konflik cerita yang semakin unik dan menarik, serta banyak konflik yang bisa diangkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga yang bahagia dan harmonis merupakan dambaan dari setiap

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga yang bahagia dan harmonis merupakan dambaan dari setiap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga yang bahagia dan harmonis merupakan dambaan dari setiap pasangan. Saling setia dan tidak terpisahkan merupakan salah satu syarat agar tercipta keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu bisa mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungannya, agar. dalam kehidupan suami istri. Putusnya hubungan perkawinan yang

BAB I PENDAHULUAN. individu bisa mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungannya, agar. dalam kehidupan suami istri. Putusnya hubungan perkawinan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kodrat individu sebagai mahluk sosial yang menyebabkan individu tidak dapat menghidar dari interaksi dengan lingkungan. Dalam diri individu terdapat suatu dorongan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan mengalami masa transisi peran sosial, individu dewasa awal akan menindaklanjuti hubungan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak pilihan ketika akan memilih sekolah bagi anak-anaknya. Orangtua rela untuk

BAB I PENDAHULUAN. banyak pilihan ketika akan memilih sekolah bagi anak-anaknya. Orangtua rela untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya dunia pendidikan, kini orangtua semakin memiliki banyak pilihan ketika akan memilih sekolah bagi anak-anaknya. Orangtua rela untuk mendaftarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian (Latar Belakang Masalah) Perkawinan merupakan salah satu titik permulaan dari misteri

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian (Latar Belakang Masalah) Perkawinan merupakan salah satu titik permulaan dari misteri 1 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian (Latar Belakang Masalah) Perkawinan merupakan salah satu titik permulaan dari misteri kehidupan. Komitmen laki-laki dan perempuan untuk menjalani sebagian kecil

Lebih terperinci

INFORMED CONSENT. Pernyataan Pemberian Izin Oleh Responden. : Resiliensi Remaja Putri Korban Eksploitasi Seksual. Komersil (Prostitusi)

INFORMED CONSENT. Pernyataan Pemberian Izin Oleh Responden. : Resiliensi Remaja Putri Korban Eksploitasi Seksual. Komersil (Prostitusi) INFORMED CONSENT Pernyataan Pemberian Izin Oleh Responden Tema Penelitian : Resiliensi Remaja Putri Korban Eksploitasi Seksual Komersil (Prostitusi) Peneliti : Indah Rasulinta Sebayang NIM : 071301109

Lebih terperinci

MENJADI ORANGTUA TERBAIK UNTUK ANAK DENGAN METODE PENGASUHAN YANG TEPAT

MENJADI ORANGTUA TERBAIK UNTUK ANAK DENGAN METODE PENGASUHAN YANG TEPAT MENJADI ORANGTUA TERBAIK UNTUK ANAK DENGAN METODE PENGASUHAN YANG TEPAT Dwi Retno Aprilia, Aisyah Program Studi PGPAUD Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang 5 Malang Email:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, manusia selalu membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, manusia selalu membutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, manusia selalu membutuhkan orang lain. Kehidupan manusia mempunyai fase yang panjang, yang di dalamnya selalu mengalami

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR KUESIONER. Dalam rangka memenuhi persyaratan pembuatan skripsi di Fakultas

KATA PENGANTAR KUESIONER. Dalam rangka memenuhi persyaratan pembuatan skripsi di Fakultas LAMPIRAN I KATA PENGANTAR KUESIONER Dengan hormat, Dalam rangka memenuhi persyaratan pembuatan skripsi di Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha, maka tugas yang harus dilaksanakan adalah mengadakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pacaran merupakan sebuah konsep "membina" hubungan dengan orang lain dengan saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana

Lebih terperinci

SINOPSIS. Universitas Darma Persada

SINOPSIS. Universitas Darma Persada SINOPSIS Watanabe Toru adalah seorang pria berusia 37 tahun yang sedang menaiki pesawat Boeing 737 menuju ke bandara Hamburg, Jerman. Sesampainya di bandara, dia mendengar suara lantunan instrumentalia

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan BAB II LANDASAN TEORI A. KEMANDIRIAN REMAJA 1. Definisi Kemandirian Remaja Kemandirian remaja adalah usaha remaja untuk dapat menjelaskan dan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya sendiri setelah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keluarga adalah sekelompok individu yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak

I. PENDAHULUAN. Keluarga adalah sekelompok individu yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Keluarga adalah sekelompok individu yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang terikat dalam perkawinan yang sah. Dalam kehidupan bermasyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Papalia, 2009). Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 1 pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. (Papalia, 2009). Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 1 pasal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah salah satu tahap penting dalam siklus kehidupan individu di samping siklus kehidupan lainnya seperti kelahiran, perceraian, atau kematian

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan 1. Simpulan Umum Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti, maka dapat disimpulkan bahwa pola interaksi keluarga pada pasangan suami istri yang bertempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. afeksional pada seseorang yang ditujukan pada figur lekat dan ikatan ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. afeksional pada seseorang yang ditujukan pada figur lekat dan ikatan ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ainsworth (dalam Helmi, 2004) mengartikan kelekatan sebagai ikatan afeksional pada seseorang yang ditujukan pada figur lekat dan ikatan ini berlangsung lama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian utama masa dewasa awal berkaitan dengan pemenuhan. intimasi tampak dalam suatu komitmen terhadap hubungan yang mungkin

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian utama masa dewasa awal berkaitan dengan pemenuhan. intimasi tampak dalam suatu komitmen terhadap hubungan yang mungkin BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian Pencapaian utama masa dewasa awal berkaitan dengan pemenuhan intimasi tampak dalam suatu komitmen terhadap hubungan yang mungkin menuntut pengorbanan dan

Lebih terperinci

BULLYING & PERAN IBU Penyuluhan Parenting PKK Tumpang, 29 Juli 2017

BULLYING & PERAN IBU Penyuluhan Parenting PKK Tumpang, 29 Juli 2017 BULLYING & PERAN IBU Penyuluhan Parenting PKK Tumpang, 29 Juli 2017 oleh: Dr. Rohmani Nur Indah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Angket 1: Beri tanda berdasarkan pengalaman anda di masa kecil A. Apakah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga

BAB I PENDAHULUAN. kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan anugerah terindah yang diberikan Allah kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga bisa menjadi sebuah impian setiap orang

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Negara Jepang telah lama mengenal gaya serta ritual penghancuran diri yang lebih

Bab 1. Pendahuluan. Negara Jepang telah lama mengenal gaya serta ritual penghancuran diri yang lebih Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Negara Jepang telah lama mengenal gaya serta ritual penghancuran diri yang lebih kita kenal sebagai bunuh diri atau disebut juga jisatsu. Jisatsu merupakan suatu bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan menjadi prioritas dalam hidup jika seseorang sudah berada di usia yang cukup matang dan mempunyai

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 KUESIONER KEMANDIRIAN

LAMPIRAN 1 KUESIONER KEMANDIRIAN LAMPIRAN KUESIONER KEMANDIRIAN Di bawah ini terdapat beberapa pernyataan dengan berbagai kemungkinan jawaban. Saudara diminta untuk memilih salah satu dari pilihan jawaban yang tersedia sesuai dengan keadaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah mengentaskan anak (the launching of a child) menuju kehidupan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah mengentaskan anak (the launching of a child) menuju kehidupan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Empty Nest 1. Definisi Empty Nest Salah satu fase perkembangan yang akan terlewati sejalan dengan proses pertambahan usia adalah middle age atau biasa disebut dewasa madya, terentang

Lebih terperinci

LAMPIRAN A. Skala Penelitian (A-1) Beck Depression Inventory (A-2) Skala Penerimaan Teman Sebaya (A-3) Skala Komunikasi Orangtua-Anak

LAMPIRAN A. Skala Penelitian (A-1) Beck Depression Inventory (A-2) Skala Penerimaan Teman Sebaya (A-3) Skala Komunikasi Orangtua-Anak LAMPIRAN A Skala Penelitian (A-1) Beck Depression Inventory (A-2) Skala Penerimaan Teman Sebaya (A-3) Skala Komunikasi Orangtua-Anak LAMPIRAN A Skala Penelitian (A-1) Beck Depression Inventory No : Usia

Lebih terperinci

Bagan 2. Konflik Internal Subyek. Ketidakmampuan mengelola konflik (E) Berselingkuh

Bagan 2. Konflik Internal Subyek. Ketidakmampuan mengelola konflik (E) Berselingkuh Bagan 2 Kondisi keluarga : penuh tekanan, memandang agama sebagai rutinitas dan aktivitas, ada keluarga besar yang selingkuh, Relasi ayah-ibu : ibu lebih mendominasi dan selalu menyalahkan sedangkan ayah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Identitas Subjek Penelitian Nama Subjek S (p) S.R E.N N S (l) J Usia 72 Tahun 76 Tahun 84 Tahun 63 Tahun 68 Tahun 60 Tahun Jenis Perempuan Perempuan

Lebih terperinci

MENGUNGKAPKAN PERASAANMU (Semuanya, Sekitar Naik, Turun), 15 Desember B. Apa yang dikatakan tentang Mengungkapkan Perasaanmu

MENGUNGKAPKAN PERASAANMU (Semuanya, Sekitar Naik, Turun), 15 Desember B. Apa yang dikatakan tentang Mengungkapkan Perasaanmu Pelajaran 11 MENGUNGKAPKAN PERASAANMU Semuanya Sekitar, Naik, Turun 15 Desember 2012 1. Persiapan A. Sumber Matius 7:12 Yohanes 15:11 2 Samuel 6:14 Efesus 4:26-32 Yohanes 2:13-15 Matius 26:38 Mazmur 6:6,7

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan wanita yang bertujuan untuk membangun kehidupan rumah tangga

BAB I PENDAHULUAN. dengan wanita yang bertujuan untuk membangun kehidupan rumah tangga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pernikahan merupakan ikatan dan janji bersama seumur hidup antara pria dengan wanita yang bertujuan untuk membangun kehidupan rumah tangga bersama. Duvall

Lebih terperinci

B A B I PENDAHULUAN. di sepanjang rentang hidup. Salah satu tahap perkembangan manusia

B A B I PENDAHULUAN. di sepanjang rentang hidup. Salah satu tahap perkembangan manusia 1 B A B I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap manusia akan mengalami serangkaian tahap perkembangan di sepanjang rentang hidup. Salah satu tahap perkembangan manusia adalah tahap remaja. Tahap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meninggalnya seseorang merupakan salah satu perpisahan alami dimana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meninggalnya seseorang merupakan salah satu perpisahan alami dimana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Meninggalnya seseorang merupakan salah satu perpisahan alami dimana seseorang akan kehilangan orang yang meninggal dengan penyebab dan peristiwa yang berbeda-beda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah lakunya dengan situasi orang lain. Sebagai mahluk sosial, manusia membutuhkan pergaulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketika zaman berubah dengan cepat, salah satu kelompok yang rentan

BAB I PENDAHULUAN. Ketika zaman berubah dengan cepat, salah satu kelompok yang rentan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Ketika zaman berubah dengan cepat, salah satu kelompok yang rentan untuk terbawa arus adalah remaja. Remaja memiliki karakteristik tersendiri yang unik, yaitu

Lebih terperinci

Oleh: Windra Yuniarsih

Oleh: Windra Yuniarsih Puncak Kebahagiaan Oleh: Windra Yuniarsih Perempuan adalah makhluk yang istimewa. Aku merasa beruntung dilahirkan sebagai perempuan. Meskipun dari keluarga sederhana tetapi kakiku dapat membawaku ke tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk berinteraksi timbal-balik dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Memulai suatu hubungan atau

Lebih terperinci