BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna di muka

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. aspek hominisasi dan aspek humanisasi. Proses hominisasi adalah melihat manusia sebagai

Suwardi kei1, Salma Bowtha2, Melizubaida Mahmud3 Jurusan Pendidikan Ekonomi. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian baik jasmani maupun rohani ke arah yang lebih baik dalam

BAB I PENDAHULUAN. diri siswa supaya dapat meningkatkan prestasi belajarnya. 1. dan menyukainya. Dengan kreatifitas guru dalam mengajar itulah yang

BAB I PENDAHULUAN. mengarahkan/mendorong/mengantarkan siswa ke arah aktivitas belajar. Di dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. Prestasi Pustaka, 2007), hlm Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstrutivistik, (Jakarta:

BAB I PENDAHULUAN. potensi siswa dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

BAB I PENDAHULUAN. mengajar itulah yang disebut dengan pembelajaran. Ada dua hal tentang belajar;

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses pengembangan daya nalar, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. membangun sebuah peradaban suatu bangsa. Menurut Kamus Besar Bahasa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Media Group, 2008), hlm. 3.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah konsep Pembelajaran Berbasis Kecedasan, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2009, hlm. 108.

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara melakukan perbaikan proses belajar mengajar. Berbagai konsep

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. (Bandung: Sinar Baru Al Gensindo, 2005), hlm. 2. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD, MI, dan SDLB, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. didik di perlukan proses belajar-mengajar. Belajar merupakan tindakan dan

Departemen Agama Republik Indonesia, Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta, 2008, hlm.5.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Guru memegang peranan penting dalam membentuk watak bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN. Diberikannya pelajaran matematika untuk setiap jenjang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kelas. 1 Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI

BAB 1 PENDAHULUAN. segala sesuatu yang ada di alam semesta ini. pada rumpun ilmu dimana obyeknya merupakan benda-benda alam dengan

I. PENDAHULUAN. kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif, dan berakhlak. Fungsi lain dari

2 menguasai bidang ilmu lainnya. Abdurahman (2009:253) mengatakan bahwa ada lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan: (1) s

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting. Guru tidak hanya dituntut untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. kunci penting dalam abad ke 21 ini. Oleh karena itu, siswa perlu dipersiapkan

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. belajar memerlukan keterlibatan mental dan kerja sendiri. 1 Artinya bahwa proses

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) dikemukakan bahwa kurikulum untuk jenis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. ketrampilan, penanaman nilai-nilai yang baik, serta sikap yang layak dan. Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan,

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. lembaga atau individu untuk mencapai tujuan tertentu. Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa tergantung pada kemajuan sumber daya manusianya.

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MENGGUNAKAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING SISWA KELAS VIII SMP AL ISHLAH TAHUN AJARAN 2011 / Nugroho Adi Prayitno

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan siswa dalam mengikuti pembelajaran. kualitas interaksi siswa dengan guru di kelas. Untuk itu, guru harus memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya memperbaiki dan meningkatkan mutu pendidikan seakan

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran agar menjadi manusia yang cerdas, terampil dan bermoral

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam perkembangan kognitif dan sosial anak. Dengan kata lain, guru memegang peranan yang strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

BAB I PENDAHULUAN. dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik, bermakna,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penigkatan kualitas sumber daya manusia. Sebab tanpa pendidikan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dwi Widi Andriyana,2013

BAB I PENDAHULUAN. dorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. merupakan ciri atau karakter dari dinamika di abad ke-21 yang merupakan abad

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Optimalisasi pendidikan sangat penting dilakukan dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. tentang faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran berakar pada pihak pendidik. Anshari (1979:15) mengemukakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sikap serta ketrampilan yang berguna baginya dalam menyikapi

BAB VI PENUTUP. pembelajaran PAI berbasis Kurikulum Gontor di MA Al-Mawaddah 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya. Hal ini dijelaskan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN. yang terpenting dalam meningkatkan kualitas maupun kompetensi manusia, agar

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 1. nasional (sisdiknas), pasal 1 ayat 1. hlm. 43.

kata kunci: bimbingan teknis, pendekatan kontekstual, dan mutu guru.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi

BAB I PENDAHULUAN. berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikan, diantaranya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Moh. Rosyid, Sosiologi Pendidikan, Idea Press, Yogyakarta, 2010, hlm.58. 3

BAB I PENDAHULUAN. terlihat pada rendahnya kualitas pendidikan, dengan adanya kenyataan bahwa

Keterlibatan siswa baik secara fisik maupun mental merupakan bentuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wulan Nurchasanah, 2014

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1999), hlm. 4 2 Trianto, Model-model pembelajaran inovatif berorientasi kontruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), hlm.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran Bahasa Indonesia tidak lepas dari hubungan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan integrasi dari berbagai cabang Ilmu Sosial. Supardi (2011: 183)

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB I PENDAHULUAN. tercipta sumber daya manusia yang berkualitas. Seperti yang di ungkapkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. potensi intelektual dan sikap yang dimilikinya, sehingga tujuan utama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini peran dan fungsi pendidikan sekolah semakin penting dan

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai. Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi. Diajukan oleh : ARIYANTI

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan mutu sumber daya manusia, maka bidang pendidikan. seharusnya bergerak lebih agresif dan inovatif dalam menggali dan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna di muka bumi, selain memiliki ciri-ciri fisik yang khas ia juga dilengkapi dengan kemampuan intelegensia dan daya nalar yang tinggi sehingga menjadikan ia mampu berpikir, berbuat dan bertindak kearah perkembangannya. Sebagai manusia yang utuh kemampuan itulah yang tidak dimiliki oleh makluk lainnya seperti binatang dan tumbuh-tumbuhan. Dalam kaitannya dengan perkembangan individu, manusia dapat tumbuh dan berkembang melalui proses, yaitu proses alami menuju kedewasaan, baik yang sifatnya kedewasaan fisik jasmani maupun kedewasaan psikis rohani. Oleh karena itu untuk menuju kearah perkembangan manusia yang optimal sesuai dengan potensi dan kemampuan yang dimilikinya, manusia memerlukan pendidikan sebagai proses dan usaha sadar untuk memanusiakan manusia. 1 Dalam proses pendidikan manusia membutuhkan dua aspek yang saling mengisi yaitu aspek hominisasi dan aspek humanisasi. Proses hominisasi melihat manusia sebagai makluk hidup yang berdasarkan pada ekologinya yaitu manusia memerlukan kebutuhan-kebutuhan biologis seperti makan, beranak pinak, memerlukan pemukiman dan pekerjaan untuk menopang kehidupannya. Sedangkan proses humanisasi melihat manusia pada hakekatnya sebagai h. 73 1 Didin Wahyudin, dkk., Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), 1

2 mahluk yang bermoral, artinya manusia bukan hanya sekedar hidup tetapi hidup untuk mewujudkan suatu eksistensi, yaitu bahwa manusia hidup bersamasama dengan sesama manusia sebagai ciptaan yang maha kuasa. Di dalam proses ini tingkah laku manusia diarahkan kepada nilai-nilai kehidupan yang vertikal di dalam kenyataan hidup bersama dengan sesama manusia. 2 Aspek yang kedua inilah yang sering terlupakan, padahal jika disadari bersama bahwa aspek ini adalah bekal yang sangat diperlukan di dalam kehidupan bersama menuju citacita bersama yaitu kehidupan yang lebih baik, lebih tentram dan berkeadilan. Belajar bukan menghafal dan bukan pula mengingat. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Nana Sudjana menjelaskan perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya dan lain-lain aspek yang ada pada individu. 3 Oleh sebab itu, belajar adalah proses yang aktif, belajar adalah proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar adalah proses yang diarahkan kepada tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Lebih lanjut Sudjana menjelaskan belajar adalah proses melihat, mengamati dan memahami sesuatu. Apabila berbicara tentang belajar maka berbicara bagaimana mengubah tingkah laku seseorang. 4 Berbicara tentang strategi guru dalam pembelajaran pendidikan agama 2 Tilaar, Paradigma Baru Pendidikan Nasional, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), h. 189 3 Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru, 2011) h. 24 4 Ibid., h. 28.

3 Islam (PAI) di sekolah atau di madrasah dalam pelaksanaannya masih menunjukkan berbagai permasahalan yang kurang menyenangkan. Selama ini, metode pembelajaran PAI yang digunakan masih mempertahankan cara-cara lama (tradisional) seperti ceramah, menghafal dan mendemontrasikan praktik-praktik ibadah yang tampak kering (padahal Islam penuh dengan nilai-nilai yang harus dipraktikkan dalam perilaku keseharian), akibatnya peserta didik kurang memahami kegunaan dan manfaat dari apa yang telah dipelajari dalam materi PAI. Cara-cara seperti ini diakui atau tidak membuat peserta didik tampak bosan, jenuh dan kurang bersemangat dalam belajar agama. 5 Jika secara psikologis peserta didik kurang tertarik dengan metode yang digunakan guru, maka dengan sendirinya peserta didik akan memberikan umpan balik psikilogis yang kurang mendukung dalam proses pembelajaran. Indikasinya adalah timbul rasa tidak simpatik terhadap guru agama, tidak tertarik dengan materi-materi agama dan lama kelamaan timbul sikap acuh tak acuh terhadap agamannya. Kalau kondisinya sudah seperti ini, sangat sulit mengharapkan peserta didik sadar dan mau mengamalkan ajaran-ajaran agama. 6 Melihat kenyataan yang ada, sebagian besar teknik dan suasana pengajaran di sekolah-sekolah yang digunakan oleh para guru tampaknya lebih banyak menghambat untuk memotivasi potensi otak. Sebagai contoh, peserta didik hanya disiapkan sebagai seorang anak yang harus mau mendengarkan, mau menerima seluruh informasi dan mentaati segala perlakuan gurunya. Banyak fakta yang ada bahwa semua yang dipelajari di bangku sekolah 5 Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, (Semarang: Rasail. 2009), h. 3. 6 Ibid., h. 4.

4 itu ternyata tidak integratif dengan kehidupan sehari-hari. Bahkan tak jarang realitas sehari-hari yang mereka saksikan bertolak belakang dengan pelajaran di sekolah. Budaya dan mental semacam ini pada gilirannya membuat anak tidak mampu mengaktivasi kemampuan otaknya. Sehingga mereka tidak memiliki keberanian menyampaikan pendapat, lemah penalaran, dan tergantung pada orang lain. Untuk memilih metode dan teknik yang digunakan memang memerlukan keahlian tersendiri. Seorang pendidik harus pandai memilih metode dan teknik yang akan dipergunakan, dan teknik tersebut harus dapat memotivasi serta memberikan kepuasan bagi peserta didik agar prestasi belajarnya semakin meningkat. Untuk menjawab persoalan-persoalan tersebut perlu diterapkan suatu cara alternatif guna mempelajari PAI yang kondusif dengan suasana yang cenderung rekreatif sehingga memotivasi anak untuk mengembangkan potensi kreativitasnya. Salah satu alternatif yang bisa digunakan adalah dengan penerapan suatu paradigma baru dalam pembelajaran di kelas yaitu dengan metode pembelajaran kontekstual, dikarenakan ada kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan lebih baik jika lingkungannya diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak- anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan mengetahui -nya. Pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran aktif. Pembelajaran ini berpusat pada keaktifan peserta didik. Belajar merupakan

5 aktifitas penerapan pengetahuan bukan menghafal, peserta didik acting guru mengarahkan. 7 Menurut filosofi pembelajaran kontekstual berakar dari paham progressivisme John Dewey. Intinya, peserta didik akan belajar dengan baik apabila apa yang mereka pelajari berhubungan dengan apa yang telah mereka ketahui, serta proses belajar akan produktif jika peserta didik terlibat dalam proses belajar di sekolah. 8 Selain teori progressivisme, teori lain yang juga melatarbelakangi filosofi pembelajaran kontekstual adalah teori kognitif. Peserta didik akan belajar dengan baik apabila mereka terlibat secara aktif dalam segala kegiatan di kelas dan berkesempatan untuk menemukan sendiri. Peserta didik menunjukkan belajar dalam bentuk apa yang mereka ketahui dan apa yang dapat mereka lakukan. Belajar dipandang sebagai usaha atau kegiatan intelektual untuk membangkitkan ide-ide yang masih laten melalui kegiatan introspeksi dan eksplorasi. Hal senada juga dikemukan Khoirul Iksan dalam karya tulisnya berjudul Peningkatan Proses Belajar Mengajar Melalui Strategi Pembelajaran Kontekstual ia menyimpulkan bahwa Pembelajaran kontekstual sebagai salah satu alternatif strategi pembelajaran terbukti sangat efektif dan efisien dalam menumbuh kembangkan atau meningkatkan proses belajar mengajar di kelas. Hal ini ditemukan pada beberapa indikator kegiatan belajar peserta 7 Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 82. 8 Akhmad Sudjarat, Kunci Sukses Pelaksanaan Pembelajaran Kontekstual, diakses dari (http://www.gurusukses.com/kunci-sukses-pelaksanaan-pembelajaran-kontekstual kreativitas-guru), tanggal akses 12 September 2016, h. 1

6 didik diantaranya melakukan hubungan yang bermakna, melakukan kegiatankegiatan yang signifikan, belajar yang diatur sendiri bekerjasama, berfikir kritis dan kreatif, mencapai standar yang tinggi, terdeteksi oleh penilaian autentik. 9 Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan peserta didik hanya menghafal konsep dan kurang mampu menggunakan konsep (materi pembelajaran) dan kurang mampu menggunakan konsep tersebut jika menemui masalah dalam kehidupan nyata yang berhubungan dengan konsep yang dimiliki. Lebih jauh lagi, peserta didik kurang mampu menentukan masalah dan merumuskannya. Sebagaian besar peserta didik kurang mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan dimanfaatkan dan diapkilasikan pada situasi baru. 10 Hasil pengamatan peneliti di SDN 2 Unaaha menunjukan bahwa metode mengajar guru PAI belum banyak berkembang. Metode mengajar guru masih monoton dan klasik seperti ceramah, hafalan, dan penugasan sehingga proses pembelajaran lebih terpusat pada guru dan partisipasi aktif siswa di kelas masih rendah. Akibat pembelajaran yang bersifat searah sehingga peserta didik tampak jenuh yang ditunjukkan dengan respon yang rendah, acuh tak acuh selama mengikuti proses pembelajaran. Oleh karena itu, diperlukan berbagai upaya, inovasi dan kreativitas dalam penerapan pembelajaran PAI sehingga tujuan pembelajaran PAI bisa tercapai sesuai yang diharapkan bersama. Akibat kondisi pembelajaran seperti ini prestasi belajar siswa di kelas juga tergolong 9 Khoirul Iksan, Peningkatan Proses Belajar Mengajar Melalui Strategi Pembelajaran Kontekstual, diakses di (http://my.opera.com/khairul1), tanggal akses 25 Maret 2016 10 Trianto, Mendesain Model Pembelajarn Inovatif-Progresif, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2010), h. 104-105.

7 rendah dan sebagai besar siswa belum memenuhi kriteria ketuntasan belajar. Berdasarkan kenyataan tersebut peneliti berinisiatif untuk melakukan penelitian tindakan kelas berupa pemberian tindakan melalui pembelajaran baru yang mengajak peserta didik lebih aktif dalam proses pembelajaran. Alternatif yang dipilih adalah dengan menggunakan metode pembelajaran kontekstual, pembelajaran ini mengarahkan peserta didik untuk membangun kemampuan berpikir dan kemampuan menguasai materi pembelajaran, belajar bukan sekedar menghafal tetapi proses mengkontruksi pengetahuan sesuai dengan pengalaman yang dimilikinya. Untuk itu peneliti menganggap penting untuk melakukan penelitian dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam pada Siswa Kelas V SDN 2 Unaaha. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis dapat mengidentifikasi masalah sebagai berikut: 1. Metode mengajar guru belum variatif 2. Hasil belajar siswa masih tergolong rendah dan masih perlu ditingkatkan 3. Interaksi pembelajaran masih terpusat pada guru C. Rumusan Masalah Berdasarka hasil identifikasi masalah di atas, maka permasalahan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: apakah penerapan model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan prestasi belajar PAI pada siswa kelas V SD Negeri 2 Unaaha?.

8 D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI melalui penerapan model pembelajaran kontekstual di kelas V SD Negeri 2 Unaaha. E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam menambah khazanah keilmuan di bidang pendidikan agama Islam dan dapat dijadikan rujukan bagi yang ingin melakukan penelitian lebih mendalam berhubungan dengan tema penelitian ini. 2. Manfaat Praktis Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak sebagai berikut: a. Bagi peserta didik dapat memberikan sikap positif dan meningkatkan pemahaman terhadap mata pelajaran pendidikan agama Islam. b. Bagi guru PAI sebagai bahan pertimbangan dalam pemilihan metode untuk meningkatan prestasi belajar peserta didik. Penelitian ini juga diharapkan dapat menstimulasi guru untuk meningkatkan keterampilan dalam mengelola pembelajaran dengan strategi dan metode pembelajaran yang lebih kreatif. c. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini dapat menambah pengalaman praktis dalam penerapan pembelajaran kontekstual pada mata

9 pelajaran PAI. d. Manfaat bagi sekolah adalah sebagai pedoman untuk selalu meningkatkan prestasi belajar peserta didik. F. Definisi Operasional Dalam rangka menyatukan persepsi mengenai maksud dan tujuan penelitian ini, maka penulis mengemukakan definisi operasional sebagai berikut: 1. Model Pembelajaran Kontekstual adalah cara guru dalam mengelola pembelajaran yang dimulai atau dikaitkan dengan dunia nyata yaitu diawali dengan bercerita atau tanya jawab lisan tentang kondisi aktual dalam kehidupan siswa 2. Prestasi belajar Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa setelah mengikuti pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru melalui tes formatting