ANALISIS ELASTISITAS PENYERAPAN TENAGA KERJA DI KOTA YOGYAKARTA TAHUN JURNAL PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. dasarnya menghasilkan hasil analisis dengan numeric (angka) yang akan diolah

BAB III METODE PENELITIAN. tercatat secara sistematis dalam bentuk data runtut waktu (time series data). Data

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Untuk mendukung penulisan skripsi mengenai analisis faktor faktor

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan kajian mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

BAB III METODE PENELITIAN. (time series data). Dalam penelitiaan ini digunakan data perkembangan pertumbuhan ekonomi,

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. bentuk deret waktu (time series) selama 17 tahun, yaitu tahun Data

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder

METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder

BAB III METODE PENELITIAN

Analisis penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian di Kabupaten Tanjung Jabung Barat

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. sekunder dalam bentuk deret waktu (time series) pada periode

V. PEMBAHASAN Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa

III METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

BAB III METODE PENELITIAN. di peroleh dari Website Bank Muamlat dalam bentuk Time series tahun 2009

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Agriculture, Manufacture Dan Service di Indonesia Tahun Tipe

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif, jenis data yang

Abstrak. Abstract. Pendahuluan

Analisis Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Tenaga Kerja Di Indonesia. (Tahun ) JURNAL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mempengaruhi Anggaran Pertahanan di Indonesia, yaitu :

III. METODE PENELITIAN. tingkat harga umum, pendapatan riil, suku bunga, dan giro wajib minimum. Data

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, JUMLAH TENAGA KERJA, DAN INFLASI TERHADAP KEMISKINAN DI KOTA SURAKARTA TAHUN

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS PENGARUH PRODUKSI, UPAH, DAN UNIT USAHA TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA SEKTOR INDUSTRI BESAR DAN SEDANG PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam usahanya untuk mensejahterakan dan memakmurkan

Pengaruh pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan penduduk dan produktivitas tenaga kerja terhadap penyerapan tenaga kerja di Kota Jambi

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR BERAS INDONESIA TAHUN JURNAL PUBLIKASI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. berbentuk time series selama periode waktu di Sumatera Barat

BAB I PENDAHULUAN. nasional dimana keadaan ekonominya mula-mula relatif statis selama jangka

BAB I PENDAHULUAN. Kesempatan kerja merupakan salah satu indikator pembangunan ekonomi.

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. dalam bentuk deret waktu (time series) 5,5 tahun, yaitu tahun juni 2015.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Provinsi Sumatera Utara, khususnya dalam

Pengaruh pendidikan, upah dan kesempatan kerja terhadap pengangguran terdidik di Provinsi Jambi

BAB III METODELOGI PENELTIAN. Riau, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI. Yogyakarta, Jawa Timur,

III. METODE PENELITIAN. model struktural adalah nilai PDRB, investasi Kota Tangerang, jumlah tenaga kerja,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder

III. METODE PENELITIAN. runtut waktu (time series) atau disebut juga data tahunan. Dan juga data sekunder

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data time series

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENGANGGURAN TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI KABUPATEN JAYAPURA. Evi Hartati 1

METODE PENELITIAN. tingkat migrasi risen tinggi, sementara tingkat migrasi keluarnya rendah (Tabel

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, time series triwulan dari

BAB I PENDAHULUAN. penghambat adalah pertumbuhan penduduk yang tinggi. Melonjaknya

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis pengaruh antara upah

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data time series tahunan Data

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan hipotesa. Jenis penelitian ini adalah penelitian sebab akibat

METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam bab ini adalah dengan menggunakan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Upah

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. sekunder dalam bentuk deret waktu (time series) selama 15 tahun pada periode

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan menggunakan data panel (pool data).

BAB III METODE PENELITIAN. mengetahui pengaruh belanja daerah, tenaga kerja, dan indeks pembangunan

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SRAGEN TAHUN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1.Objek Penelitian Dalam penelitian ini terdiri dari varabel terikat dan variabel bebas. Dimana

III. METODE PENELITIAN. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III METODE PENELITIAN. dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan provinsi ini merupakan wilayah

METODE PENELITIAN. deposito berjangka terhadap suku bunga LIBOR, suku bunga SBI, dan inflasi

III. METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu

METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian

ANALISIS TINGKAT PENGANGGURAN DI JAWA TENGAH TAHUN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Riau,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN. Data yang dipakai untuk penelitian ini adalah data sekunder (timeseries) yang

ANALISIS REGRESI PANEL TERHADAP FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI KABUPATEN/KOTA D.I.YOGYAKARTA

I. PENDAHULUAN. dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis tentang pengaruh Upah. Minimum Kabupaten/Kota (UMK) riil dan Produk Domestik Regional Bruto

BAB III METODE PENELITIAN. data PDRB, investasi (PMDN dan PMA) dan ekspor provinsi Jawa Timur.

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PERKOTAAN DI PROVINSI JAWA TIMUR SKRIPSI. Oleh: Ari Trisnawati JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI

BAB III. Metode Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH UPAH MINIMUM PROVINSI, PDRB DAN INVESTASI TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI PULAU JAWA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. rakyat banyak. Dana yang dikumpulkan oleh perbankan dalam bentuk

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam. perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam

III. METODE PENELITIAN. Pendekatan kuantitatif adalah suatu penelitian yang menekankan analisisnya pada

BAB III METODE PENELITIAN. Jawa Tengah, Jawa Barat, DI.Yogyakarta, Banten dan DKI Jakarta).

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. tertinggi, standar deviasi, varian, modus, dan sebagainya.

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 1, tenaga kerja adalah

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang berupa data time

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri

III. METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP BELANJA MODAL PADA KABUPATEN GORONTALO

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Objek dari penelitian ini adalah perilaku prosiklikalitas perbankan di

BAB I PENDAHULUAN. stabilitas nasional yaitu menciptakan lapangan pekerjaan bagi rakyat.

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM), sumber daya alam (SDA), teknologi, sosial budaya dan lain-lain. Oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Statistik). Data yang diambil pada periode , yang dimana di dalamnya

3. METODE. Kerangka Pemikiran

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Pusat Statistik (BPS) Kota Bandar Lampung yang berupa cetakan atau publikasi

DAMPAK PERTUMBUHAN EKONOMI, JUMLAH PENGANGGURAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI KABUPATEN SIDOARJO

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PENGANGGURAN DI SUMATERA UTARA TAHUN 2005 SAMPAI 2015

BAB I PENDAHULUAN. penghambat adalah pertumbuhan penduduk yang tinggi. Melonjaknya. pertumbuhan penduduk yang cepat dan dinamis (Sadhana, 2013).

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. ketidakstabilan ekonomi yang juga akan berimbas pada ketidakstabilan dibidang

PENGARUH INVESTASI DAN KONSUMSI TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DI SUMATERA SELATAN PERIODE

Transkripsi:

ANALISIS ELASTISITAS PENYERAPAN TENAGA KERJA DI KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2000-2014 JURNAL PENELITIAN Oleh : Nama : Adella Dia Hayyu Nomor Mahasiswa : 12313296 Jurusan : Ilmu Ekonomi UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA FAKULTAS EKONOMI YOGYAKARTA 2015

ANALISIS ELASTISITAS PENYERAPAN TENAGA KERJA DI KOTA YOGYAKARTA Adella Dia Hayyu 12313296 Fakultas Ekonomi Univeritas Islam Indonesia ABSTRAK Permasalahan tenaga kerja adalah masalah yang sangat besar. Persoalan yang selalu ada dalam pembahasan pada aspek tenaga kerja adalah kondisi kualitas tenaga kerja yang tinggi, pengupahan yang tepat serta kualitas sumber daya manusia. Ketenagakerjaan Kota Yogyakarta masih menghadapi ketidakseimbangan baik struktural maupun sektoral. Maka untuk menghadapi permasalah tersebut dapat diusahakan dengan meningkatkan daya guna tenaga kerja. Secara teoritis harus diperhatikan lebih detail agar kebijakan yang akan dilakukan mencapai tujuan yang diinginkan. Jenis data pada penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik dan Disosnaketrans DIY yang terdiri dari data jumlah Total Orang Bekerja Kota Yogyakarta, PDRB kota Yogyakarta, Investasi Kota Yogyakarta, Upah Minimum Kota Yogyakarta. Hasil analisis dalam penelitian ini yang pertama Upah mempunyai hubungan negatif signifikan dan bersifat inelastis terhadap penyerapan tenaga kerja, kedua PDRB mempunyai hubungan positif signifikan dan bersifat elastis terhadap penyerapan tenaga kerja, dan Investasi mempunyai hubungan negatif tidak signifikan dan bersifat inelastis terhadap penyerapan tenaga kerja hal ini tidak ada kecocokan dengan teori dikarenakan Tenaga Kerja di Kota Yogyakarta bergerak pada sektor informal. Kata Kunci : Orang Bekerja, Investasi, PDRB, Upah

PENDAHULUAN Pembangunan ekonomi adalah suatu proses untuk menunjukkan adanya kemajuan meningkatkan aspek dalam kesejahteraan di masyarakatnya. Pembangunan ekonomi juga dapat di artikan sebagai suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi serta pemerataan pendapatan penduduk suatu negara. Dengan jumlah penduduk yang banyak dan tumbuh secara signifikan, maka penduduk sebagai sumber daya manusia merupakan mesin penggerak untuk melakukan pembangunan. Penduduk sebagai sumber daya manusia dapat diartikan sebagai salah satu faktor produksi. Jumlah penduduk yang besar, apabila tidak diikuti dengan kualitas yang memadai, hanyalah akan menjadi beban masalah dalam suatu pembangunan negara. Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu provinsi yang berpotensi besar bagi pergerakan perekonomian indonesia. Provinsi ini juga memiliki sumber daya manusia dan keindahan alam yang melimpah. Daerah Istimewa Yogyakarta juga disebut sebagai provinsi yang cukup mampu memperdayakan penduduk dalam pembangunan nasional. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta terdiri atas 4 kabupaten dan 1 kota. Ibu kota dari Daerah Istimewa Yogyakarta adalah Kota Yogyakarta. Kota Yogyakarta adalah salah satu kota terbesar di Indonesia dan kota terbesar ketiga di Pulau Jawa bagian selatan setelah Bandung dan Malang berdasarkan survei jumlah penduduk. Jumlah penduduk di kota Yogyakarta, berdasarkan Sensus Penduduk pada tahun 2010 berjumlah 388.088 jiwa. Kota Yogyakarta juga sangat berpotensi bagi pembangunan ekonomi di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Di tinjau dari banyaknya lahan yang berpotensi untuk membuka lapangan kerja dikarenakan letak yang sangat strategis. Dari latar belakang kondisi dan permasalahan permasalahan yang sudah dipaparkan, maka penelitian ini akan menganalisis elastisitas penyerapan tenaga kerja yang ada di Kota Yogyakarta pada tahun 2000 sampai dengan 2014.

LANDASAN TEORI A. Elastisitas Permintaan Tenaga Krja Elastisitas permintaan tenaga kerja artinya sebagai persentase perubahan permintaan akan tenaga kerja sehubungan dengan perubahan tingkat upah sebanyak 1 persen. Seperti pada persamaan dibawah ini : e =, Dimana : e = Elastisitas permintaan akan tenaga kerja N = Perubahan jumlah pekerja yang terjadi N = Jumlah yang bekerja pada awalnya W = Tingkat upah sedang berlaku Jika tingkat upah naik maka jumlah orang yang dipekerjakan menurun begitu juga sebaliknya. Penduduk akan terserap pada berbagai sektor, namun pada dasarnya setiap sektor mengalami laju pertumbuhan yang berbeda. Hal ini mengakibatkan perbedaan laju peningkatan produktivitas kerja pada masing - masing sektor. Dan terjadinya perubahan sektoral secara berangsur baik dalam penyerapan tenaga kerja dan menunjukkan adanya kontribusi dengan pendapatan nasional. Perbedaan laju pertumbuhan penduduk regional dan kesempatan kerja, dapat menunjukan perbedaan elastisitas masing masing sektor dalam hal penyerapan tenaga kerja. Berikut adalah faktor faktor besar kecilnya elastisitas permintaan yaitu : 1. Subtitusi tenaga kerja dengan faktor produksi lain, contohnya modal. 2. Elastisitas permintaan terhadap barang yang dihasilkan 3. Proposi biaya tenaga kerja terhadap seluruh biaya produksi 4. Elastisitas penawaran dari faktor faktor produksi pelengkap A. Elastisitas Subtitusi Elastisitas subtitusi merupakan efek perubahan biaya relatif faktor produksi terhadap perubahan permintaan relatif faktor produksi. Maka elastisitas subtitusi mengukur perubahan permintaan relatif faktor produksi. Nilai elastisitas subtitusi kurang atau sama dengan nol. Kenaikan harga relatif tenaga kerja terhadap harga modal menyebabkan rasio tenaga kerja dan jumlah modal menjadi kecil dikarenakan elastisitas subtitusi bernilai negatif. Harga tenaga kerja lebih mahal dibandingkan harga modal apabila rasio w/r menjadi lebih tinggi. Jika harga tenaga kerja meningkat maka jumlah

tenaga kerja yang digunakan terhadap modal akan lebih sedikit dibandingkan modalnya. Elastisitas subtitusi bernilai nol suatu fungsi produksi memiliki faktor produksi tetap biasanya disebut dengan fixed factor production. Adanya perubahan harga relatif fsktor profduksi tidak mempengaruhi komposisi penggunan faktor produksi tenaga kerja dan modal rasionya tidak akan berubah. Jika elastisitas subtitusi = menggambarkan faktor produksi tenaga kerja dan modal mempunyai hubungan subtitusi sempurna. Kenaikan kecil pada harga relatif tenaga kerja menyebabkan perusahaan menggunakan faktor produksi modal saja. Sebaliknya harga tenaga kerja menjadi relatif lebih murah dibandingkan dengan harga modal menyebabkan perusahaan menggunakan tenaga kerja saja. Biasanya pada kasus keseharian elastisitas subtitusi adalah negatif. B. Elastisitas Upah Elastisitas upah menggambarkan efek perubahan upah terhadap perubahan tenaga kerja yang akan diminta untuk mengukur kesensitifan perubahan jumlah tenaga kerja yng diminta apabila terdapat perubahan jumlah upah. Biasanya elastisitasnya bernilai negatif. Bilamana kurva permintaan tenaga kerja memiliki nilai absolut lebih dari satu kurva permintaan tenaga kerja dianggap relatif elastis. Perubahan jumlah tenaga kerja sensitif terhadap perubahan tingkat upah sedikit upah mengalami kenaikan maka jumlah tenaga kerja yang diminta turun lebih besar. Jika nilai absoulut elastisitas upah lebih kecil daripada satu, kurva permintan tenaga kerja disebut sebagai permintaan tenaga kerja yang inelastisitas. Adanya perubahan pada tingkat upah tidak terlalu disertai dengan penurunan jumlah tenaga kerja yang diminta maka kurvanya tidak sensitif terhadap perubahan upah. C. Elasitas Silang Elastisitas silang ukuran efek perubahan tingkat harga faktor produksi selain tenaga kerja. Elastisitas silang mengukur sensitivitas permintaan tenaga kerja terhadap perubahan tingkat harga modal. Secara empiris elastisitas silang menunjukan : 1. Tenaga kerja kurang pandai dan terampil lebih mudah untuk disubtitusikan dengan modal dibandingkan subtitusi modal dengan tenaga kerja terampil itu berarti menghemat penggunaan tenaga kerja manusia. 2. Tenaga kerja tidak terampil dan terampil juga mempunyai hubungan subtitusi. 3. Tenaga kerja muda dan dewasa juga mempunyai hubungan subtitusi. 4. Tenaga kerja dan bahan mentah serta tenaga kerja dengan bahan bakar juga mempunyai subtitusi meskipun efeknya kecil.

METODOLOGI PENELITIAN 1. Definisi Operasional Variabel Ada beberapa variabel variabel yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain adalah: 1. Variabel (Y) yang digunakan dalam penelitian ini adalah data Total Orang Bekerja di Kota Yogyakarta. Pengertian dari Total Orang Bekerja adalah kegiatan ekonomi yang dikerjakan seseorang dengan maksud memperoleh pendapatan atau keuntungan, minimal 1 jam (tidak terputus) dalam jangka waktu seminggu yang lalu. 2. Upah Kota Yogyakarta (X1) Upah adalah imbalan yang diterima seseorang yang telah bekerja, makin tinggi upah akan menjadi motivasi kepada para pekerjanya yang dimana pekerja akan meningkatkan produktivitas kerjanya. Data Upah dalam penelitian ini adalah data upah minimum Kota Yogyakarta dari tahun 2000-2014. Data diperoleh dari Disosnaketrans Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang dinyatakan dalam ribuan rupiah. 3. PDRB Sektor Industri dan Jasa Kota Yogyakarta (X2) Jasa adalah aktivitas ekonomi yang mempunyai sesuatu manfaat, yang melibatkan jumlah interaksi dengan konsumen tetapi tidak menghasilkan transfer kepemilikan. Sedangkan Industri merupakan pengolahan barang mentah menjadi barang setengah jadi atau barang jadi sehingga memiliki suatu nilai tambah dan akan mendapatkan keuntungan. Data yang diperoleh adalah jumlah industri pengolahan dan jasa dari PDRB Kota Yogyakarta. 4. Investasi Kota Yogyakarta (X3) Pengeluaran unit produksi untuk menambah aset tetap dikurangi dengan pengurangan aset tetap bekas. Penambahan barang modal baru dari dalam negeri dan barang modal baru maupun sudah terpakai dari luar negeri. Pengurangan barang modal diantaranya adalah penjualan barang modal hal tersebut disebut dengan pemnentukan modal tetap bruto dikarenakan adanya penambahan serta pengurangan barang modal pada jangka waktu tertentu. Istilah bruto adalah penysutan setelah lebih dari satu tahun. Penyusutan atau konsumsi barang modal adalah penurunan nilai barang modal yang digunakan pada proses produksi secara normal selama satu periode. (BPS)

2. Jenis dan Sumber Data Jenis data pada penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik dan Disosnaketrans DIY yang terdiri dari data jumlah Total Orang Bekerja Kota Yogyakarta, PDRB kota Yogyakarta, Investasi Kota Yogyakarta, Upah Minimum Kota Yogyakarta. Data sekunder yang digunakan adalah data deret waktu (time series data) untuk kurun waktu 2000 2014. 3. Alat Analisis Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data time series atau runtut waktu. Dalam penelitian ini data menggunakan runtut waktu dari tahun 2000 sampai dengan 2014. Data time series ini merupakan data sekumpulan observasi dalam rentang waktu tertentu. Data tersebut dikumpulkan dalam interval waktu secara kontinu. Pengujian dalam penelitian ini dilakukan dengan model regresi berganda. Regresi Berganda yaitu metode statistika yang digunakan untuk mengetahui pola umum hubungan antar variabel. Model tersebut memiliki lebih dari satu variabel independen. Dikarenakan penelitian ini merupakan elastisitas maka Model Regresi Berganda yang digunakan dalam penelitian ini merupakan fungsi log linier yaitu : lny t =β 0 + β 1 lnx 1t + β 3 lnx 2t + β 3 lnx 3t + v t Y adalah variable dependen dan X 1, X 2, adalah variable independen. Sementara itu persamaan regresi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : lny t =β 0 + β 1 lnx 1t + β 2 lnx 2t + β 3 lnx 3t + v t Y = Total Orang Bekerja Kota Yogyakarta X1 = Upah Kota Yogyakarta X2 = PDRB Jasa Industri Kota Yogyakarta X3 = Investasi Kota Yogyakarta

HASIL DAN ANALISIS Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data time series atau runtut waktu. Dalam penelitian ini data menggunakan runtut waktu dari tahun 2000 sampai dengan 2014. Pengujian dalam penelitian ini dilakukan dengan model regresi berganda. Regresi Berganda yaitu metode statistika yang digunakan untuk mengetahui pola umum hubungan antar variabel. Model tersebut memiliki lebih dari satu variabel independen. Dikarenakan penelitian ini merupakan elastisitas maka Model Regresi Berganda yang digunakan dalam penelitian ini merupakan fungsi log linier yaitu : A. lny t =β 0 + β 1 lnx 1t + β 2 lnx 2t + β 3 lnx 3t + v t B. Uji Asumsi Klasik 1. Uji Multikolinearitas dengan Uji Korelasi Tabel 1 Hasil Uji Multikolinearitas dengan Uji Korelasi LOG(WAGE) LOG(SECTOR) LOG(INV) LOG(WAGE) 1.000000 0.992472 0.984120 LOG(SECTOR) 0.992472 1.000000 0.980229 LOG(INV) 0.984120 0.980229 1.000000 Sumber : data sekunder diolah Berdasarkan hasil uji multikolinieritas maka dapat disimpulkan bahwa terdapat multikolinearitas. Karena nilai masing masing koefisien korelasi variabel independen lebih besar daripada 0,85. Hal tersebut tidak masalah jika tidak di sembuhkan karena tetap menghasilkan estimator yang BLUE tidak membutuhkan adanya asumsi tidak ada korelasi antar variabel independen. Multikolineritas hanya menyebabkan kita kesulitan mendapatkan estimator dengan standart error yang kecil. Maka tidak ada masalah jika kita tetap menggunakan model analisis regresi meskipun tetap mengandung masalah miultikolineritas

2. Uji Autokorelasi dengan Uji LM Berdasarkan uji autokolerasi menggunkan uji LM maka kesimpulanya adalah bahwa model regresi tidak terdapat masalah autokolerasi. Nilai chi square hitung sebesar 0.051517 sedangkan X 2 Chi Squares tabel sebesar 7.81 pada degree of freedom 3 kemudian dibandingkan α=5% maka berdasarkan uji LM model ini tidak signifikan sehingga tidak mengandung autokolerasi. 3. Uji Heteroskesdastisitas Pada hasil Uji White diatas bahwa nilai dari probabilitas chi square sebesar 0,6180 (61,80%) yang mana nilai tersebut lebih besar dari pada α = 5% yang berarti tidak signifikan dan tidak mengandung heterokesdastisitas. C. Uji Statistik 1. Koefisien Determinasi R-squared (R 2 ) Hasil estimasi sebesar 0.852793, artinya bahwa 85,27% variasi variabel dependen Penyerapan Tenaga Kerja di Kota Yogyakarta menjelaskan oleh beberapa variabel independen Upah, Investasi, dan PDRB, sedangkan sisanya sebesar 14,73 % dijelaskan oleh variabel lain pada luar model. 2. Uji F Statistik df numerator (k-1) = 3 df denominator (n-k) = 11 F kritis = 3.59 Hasil estimasi F hitung sebesar 21.24155 dan nilai F kritis dengan α = 5% adalah 3.59 karena F hitung lebih besar dari F kritis maka menolak H 0 artinya variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

3. Uji t Statistik a. Uji t terhadap Upah di Kota Yogyakarta Nilai uji t tabel satu sisi dengan derajat kebebasan 11 pada, maka dengan itu nilai t-hitung sebesar -2,741995 dan nilai t kritis sebesar -1,796. Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa t hitung > t kritis (segi negatif), sehingga ditolak dan diterima. Maka variabel Upah di Kota Yogyakarta berpengaruh signifikan dan negatif terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Kota Yogyakarta. Dapat disimpulkan bahwa ketika Upah mengalami kenaikan sebesar 1%, maka Penyerapan Tenaga Kerja akan mengalami penurunan sebesar 0,648 b. Uji t terhadap PDRB di Kota Yogyakarta Nilai uji t tabel satu sisi dengan derajat kebebasan 11 pada, maka dengan itu nilai t-hitung sebesar 4,943395 dan nilai t kritis sebesar 2,718. Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa t hitung > t kritis, sehingga ditolak dan diterima. Maka dapat dikatakan, bahwa variabel PDRB di Kota Yogyakarta berpengaruh signifikan dan positif terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Kota Yogyakarta. Dapat disimpulkan bahwa ketika PDRB mengalami kenaikan 1% maka Penyerapan Tenaga Kerja akan mengalami kenaikan sebesar 2.673 c. Uji t terhadap Investasi di Kota Yogyakarta Nilai uji t tabel satu sisi dengan derajat kebebasan 11 pada, maka dengan itu nilai t-hitung sebesar -1,618143 dan nilai t kritis sebesar -1,363. Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa t hitung < t kritis (sisi negatif), sehingga ditolak dan diterima. Dapat disimpulkan bahwa Investasi di Kota Yogyakarta tidak berpengaruh signifikan dan negatif terhadap Penyerapan Tenaga Kerja

di Kota Yogyakarta. Dapat disimpulkan bahwa ketika PDRB mengalami kenaikan 1%, maka Penyerapan Tenaga Kerja akan mengalami penurunan sebesar 0,577 Hasil dan Pembahasan : a. Pengaruh Tingkat Upah Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Hasil regresi berganda menunjukkan variabel Upah di Kota Yogyakarta mempunyai hubungan negatif terhadap variabel Penyerapan Tenaga Kerja di Kota Yogyakarta yaitu sebesar -2.741995. Kemudian nilai probabilitas sebesar 0.0192, maka dapat disimpulkan variabel signifikan pada. Artinya, Upah di Kota Yogyakarta mempunyai pengaruh terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Kota Yogyakarta. Koefisien tingkat output sebesar -0,648 mempunyai arti bahwa setiap kenaikan upah sebesar satu persen maka akan menurunkan penyerapan tenaga kerja sebesar 0,648. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pengaruh upah terhadap permintaan penyerapan tenaga kerja bersifat inelastis. Dari hasil analisis yang telah dipaparkan penulis dapat diketahui bahwa hubungan negatif antara tingkat upah dengan penyerapan tenaga kerja menunjukkan kesesuaian pada teori yang selama ini telah berlaku. Menurut pandangan Teori Upah Malthus, mengenai upah dalam hubungan dengan perubahan penduduk. Jumlah penduduk merupakan faktor strategis yang dipakai untuk menjelaskan berbagai macam hal. Apabila penduduk bertambah maka penwaran tenaga kerja juga akan meningkatkan sehingga dapat menekan tingkat upah. Jika upah meningkat maka penawaran tenaga kerja berkurang. Dapat diketahui hubungan upah memiliki dua sisi yaitu dapat menurunkan penyerapan tenaga kerja dan kenaikan upah dapat menaikan penyerapan tenaga kerja. Apabila tingkat upah naik (asumsi barang modal tidak berubah), oleh sebab itu produsen lebih memilih untuk menggunakan teknologi padat modal untuk proses

produksinya kemudian mensubtitusi dengan tenaga kerja. Adanya penggantian dan penambahan mesin-mesin yang disebut dengan efek subtitusi tenaga kerja, mengakibatkan penurunan penggunaan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan. b. Pengaruh Tingkat PDRB Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Hasil regresi berganda menunjukkan variabel PDRB di Kota Yogyakarta mempunyai hubungan positif terhadap variabel Penyerapan Tenaga Kerja di Kota Yogyakarta yaitu sebesar 4.943395. Kemudian nilai probabilitas sebesar 0,0004 karena menggunakan satu sisi prob maka dapat disimpulkan variabel signifikan pada. Artinya, PDRB Kota Yogyakarta mempunyai pengaruh terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Kota Yogyakarta. Koefisien tingkat output sebesar 2,673 mempunyai arti bahwa setiap kenaikan PDRB sebesar satu persen maka akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja sebesar 2,673. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pengaruh PDRB terhadap permintaan penyerapan tenaga kerja bersifat elastis. Dari hasil analisis yang telah dipaparkan penulis dapat diketahui bahwa hubungan positif antara tingkat PDRB dengan penyerapan tenaga kerja menunjukkan kesesuaian pada teori yang selama ini telah berlaku dan penelitian terdahulu. Menurut pandangan (Keynes dan Boediono,1998) apabila output yang diproduksikan naik, maka jumlah orang yang dipekerjakan juga meningkat. Berkaitan dengan konsep fungsi produksi bahwa menaikan output hanya dapat terealisasi apabila input dimaksimumkan penggunaanya. Permintaan barang inilah yang mempengaruhi tingkat output yang harus diproduksi sehingga berdampak pada penggunaan input atau tenaga kerja. Pendapat lain menurut (Todaro, 2000) bahwa perumbuhan penduduk dan angkatan kerja secara tradisional faktor positif yang memacu pertumbuhan ekonomi.

Jumlah tenaga kerja yang besar akan menambah tingkat produksi sehingga ukuran pasar domestiknya besar dikarenakan pertumbuhan penduduk. c. Pengaruh Tingkat Investasi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Hasil regresi berganda menunjukkan variabel Investasi Kota Yogyakarta mempunyai hubungan negatif terhadap variabel Penyerapan Tenaga Kerja di Kota Yogyakarta yaitu sebesar -1.618143. Kemudian nilai probabilitas sebesar 0.1339 maka dapat disimpulkan variable tidak signifikan pada. Artinya, Investasi di Kota Yogyakarta mempunyai pengaruh terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Kota Yogyakarta. Koefisien tingkat output sebesar -0,577 mempunyai arti bahwa setiap kenaikan investasi sebesar satu persen maka akan menurunkan penyerapan tenaga kerja sebesar 0,577. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pengaruh Investasi terhadap permintaan penyerapan tenaga kerja bersifat inelastis. Dari hasil analisis yang telah dipaparkan penulis dapat diketahui bahwa hubungan negatif antara tingkat Investasi dengan penyerapan tenaga kerja menunjukkan ketidaksesuaian pada teori yang selama ini telah berlaku dan penelitian terdahulu. Harrod-Domar mengatakan bahwa investasi memiliki berpengaruh terhadap permintaan maupun penawaran. Investasi akan menyebabkan kenaikan stock modal seperti jalan, pabrik dan lain-lain. Di dalam suatu perekonomian, investasi memiliki peranan 5 penting karena setiap tambahan investasi akan menyebabkan kenaikan jumlah output yang diproduksi. Menurut Penelitian terdahulu yang diteliti oleh (Ferdiansyah, 2011) yang berjudul Pengaruh Upah Minimum Kabupaten (UMK), Nilai Produksi dan Peran Investasi terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Penambahan investasi pada padat modal yaitu dengan melakukan penambahan alat produksi sehingga akan menurunkan tingkat

penyerapan tenagakerja. Itulah mengapa investasi memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Kemudian Penelitian terdahulu yang lainya dikemukakan oleh (Dimas dan Nenik, 2011) Investasi di DKI Jakarta yang memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja mengindikasikan bahwa selama ini para pengusaha cenderung memberlakukan sistem padat modal bukan padat karya. Dapat disimpulkan semakin meningkatnya investasi tidak diikuti dengan penyerapan tenaga kerja sektor industri dan pertanian (padat karya) di kota Yogyakarta. Hal tersebut dapat dibuktikan dari data Kredit sektoral di Kota Yogyakarta menurut jenis penggunaan dan sektor ekonomi. Pada tahun 2011 hingga 2014 data kredit sektoral menurut penggunaan yaitu Konsumsi, Investasi, dan Modal Kerja mengalami kenaikan yang signifikan setiap tahunya, begitu juga dengan data kredit sektoral menurut sektor ekonomi padat karya dan padat modal yaitu Pertanian, Industri Pengolahan, Perdagangan Hotel Restaurant, dan Jasa-jasa mengalami kenaikan yang signifikan setiap tahunya. Proposi terbesar kredit pinjaman yang ada di Kota Yogyakarta, menurut jenis penggunaan pada tahun 2014 terletak pada data Konsumsi yaitu sebesar 89% dibandingkan Modal Kerja sebesar 85% dan investasi sebesar 72%, investasi adalah merupakan proporsi terendah dalam kredit sektoral menurut penggunaan. Hal ini menunjukan bahwa kredit yang diberikan Bank Umum dan Bank BPR di Kota Yogyakarta lebih banyak digunakan untuk konsumsi dibandingkan untuk berinvestasi. Sedangkan proporsi terbesar kredit pinjaman di Kota Yogyakarta menurut sektor ekonomi pada tahun 2014 terletak pada sektor ekonomi padat modal diperoleh dari data Perdagangan, Hotel, Restaurant dan Jasa Jasa sebesar 77% dan 105% sementara untuk sektor ekonomi padat karya diperoleh dari data pertanian dan industri pengolahan sebesar 41% dan 89%. Hal ini menunjukan bahwa kredit untuk sektor ekonomi lebih

menunjang untuk sektor padat modal dibandingkan padat karya, sehingga investasi bertambah dapat menurunkan tenaga kerja khususnya padat karya. PENUTUP KESIMPULAN 1. Hasil analisis mengenai pengaruh Upah terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Kota Yogyakarta menunjukkan hubungan negatif dan signifikan dan dapat disimpulkan pengaruh Upah terhadap permintaan penyerapan tenaga kerja bersifat inelastis. 2. Hasil analisis mengenai pengaruh PDRB terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Kota Yogyakarta menunjukkan hubungan positif dan signifikan dan dapat disimpulkan bahwa pengaruh PDRB terhadap permintaan penyerapan tenaga kerja bersifat elastis. 3. Hasil analisis mengenai pengaruh Investasi terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Kota Yogyakarta menunjukkan hubungan yang negatif dan tidak signifikan dan dapat disimpulkan pengaruh Investasi terhadap permintaan penyerapan tenaga kerja bersifat inelastis. SARAN 1. Pemerintah daerah Kota Yogyakarta dapat mengatasi permasalahan upah minimum. Sehingga dapat mensejahterakan para tenaga kerja. Pemerintah juga dapat berperilaku tegas terhadap para pengusaha yang memberikan upah dibawah upah minimum. 2. Pada sektor pertanian, industri dan perdagangan merupakan sektor sektor yang mampu menyerap tenaga kerja yang baik. Oleh sebab itu pemerintah daerah memperhatikan dalam membuat kebijakan dalam hal penyerapan tenaga kerja dan diharapkan pemerintah meningkatkan kembali dalam bidang ketrampilan dan produktivitas. 3. Mengenai investasi di Kota Yogyakarta, pemerintah terus mendukung dan turun serta dalam pengadaan UKM, dikarenakan prospek UKM di kota Yogyakarta sangat menjanjikan keberadaannya meningkatkan potensi penyerapan tenaga kerja.

DAFTAR PUSTAKA Dinas Sosial Ketenagakerjaan dan Transmigrasi. 2014. Rekapitulasi data jumlah Angkatan Kerja di Kota Yogyakarta. Dinas Sosial Ketenagakerjaan dan Transmigrasi. 2014. Rekapitulasi data jumlah Upah Minimum di Kota Yogyakarta. Badan Pusat Statistik Kota Yogyakarta. 2014. Rekapitulasi data jumlah PDRB di Kota Yogyakarta. Badan Pusat Statistik Kota Yogyakarta. 2014. Rekapitulasi data jumlah Investasi di Kota Yogyakarta. Simanjuntak, Payman, J. 1985. Produktivitas dan Tenaga Kerja Indonesia. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Bellante, Don and Mark J. 1990. Ekonomi Ketenagakerjaan. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Sukirno, Sadono. 2005. Pengantar Teori Mikro Ekonomi. Edisi ketiga. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Sukirno, Sadono. 2003. Pengantar Teori Makro Ekonomi. Edisi ketiga. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, Jakarta. Widarjono, Agus. 2013, Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya dengan panduan eview, Edisi Keempat, UPP STIM YKPN, Yogyakarta. Priyo, Rokhedi. 2012, Ekonomi Sumber Daya Manusia dan Ketenagakerjan, Edisi Pertama, UPP STIM YKPN, Yogyakarta.

Woyanti, Nenik dan Dimas, 2009. Penyerapan Tenaga Kerja Di DKI Jakarta. Jurnal Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi Undip Diponegoro, Semarang. El Ayyubi, Dityawarman, 2012. Pengaruh Regional Spillover terhadap PDRB Daerah Studi Kasus Daerah Istimewa Yogyakarta. Skripsi, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta. Sumarsono dkk, 1988. Ekonomi Sumber Daya Manusia, Karunia Jakarta, Universitas Terbuka Jakarta. Tindaon, Ostinasia. 2010. Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral Di Jawa Tengah. Skripsi, Universitas Diponegoro Semarang. Sulistiyawati, Khoerunisa. Elastisitas Permintaan dan Pernawaran Tenaga Kerja Serta Upah Di Indonesia. Jurnal, Politeknik Indotec Kendari. Todaro, Michael, 2001. Pembangunan Ekonomi Dunia Ketiga, Erlangga, Jakarta. Sudarsono, 1998. Ekonomi Sumber Daya Manusia. Universitas Terbuka: Jakarta. Handayani, Fitri. 2005. Peran Investasi Industri Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri di Indonesia. Tambunsaribu, Romas Yossia. 2013. Analisis Penyerapan Tenaga Kerja di 35 Kabupaten/Kota Jawa Tengah. Universitas Diponegoro Semarang