BAB I PENDAHULUAN. berupa hasil kekayaan alam maupun iuran dari masyarakat. Salah satu bentuk. pembangunan dan pengeluaran pemerintahan.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu penerimaan terbesar negara. Dari tahun ketahun terlihat

BAB I PENDAHULUAN. menjadi prioritas utama pemerintah. Berdasarkan data APBN tahun pajak

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan biaya yang besar yang harus digali, terutama dari sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia termasuk negara yang berkembang yang memiliki pendapatan

membiayai segala pengeluaran-pengeluarannya. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung secara terus-menerus dan berkesinambungan yang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Novi Norma Melya Nugraha, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pajak merupakan salah satu sumber penerimaan utama negara, yang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia termasuk negara berkembang yang memiliki Penghasilan dari

BAB I PENDAHULUAN. ( sehingga pada tahun 2010 Indonesia merupakan negara yang

BAB I PENDAHULUAN. dan penerimaan yang berasal dari luar negeri. pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010 Negara Indonesia merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara dari sektor pajak melalui intensifikasi dan ekstensifikasi

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional dinegara-negara berkembang pasti memerlukan biaya yang. kebutuhan pembiayaan pembangunan nasional.

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintahan daerah dilakukan dengan memberikan kewenangan yang seluas-luasnya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. perpajakan. Dalam era globalisasi atau era persaingan bebas inilah cepat atau lambat

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber pendapatan negara yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. 1. Sejarah Berdirinya DPPKAD Karanganyar. Karanganyar yang berkedudukan sebagai Dinas Daerah. DPPKAD

BAB I PENDAHULUAN. pajak dan juga petugas pajak agar pembangunan dapat terwujud.

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Direktorat Jenderal Pajak (fiskus) melakukan ekstensifikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional yang sedang dilaksanakan dalam rangka mewujudkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia bertujuan mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang sedang giat melaksanakan

BAB I 1.PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber pendapatan Negara yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Tujuan negara Republik Indonesia yang berdasarkan pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. sekali, karena pajak digunakan untuk membiayai kepentingan umum yang

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang adil dan sejahtera, aman, tenteram, dan tertib, serta menjamin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembiayaan pemerintah dan pembangunan sangatlah penting. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. gencar melakukan beberapa upaya seperti halnya penentuan target penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. dan Undang-Undang Dasar 1945, dimana bertujuan untuk mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. langsung kepada Kantor Wilayah. KPP Sumedang merupakan salah satu Kantor

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Ekstensifikasi Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan

BAB I PENDAHULUAN. mencanangkan suatu gerakan pembangunan yang dikenal dengan istilah

BAB I PENDAHULUAN. Sumber penerimaan negara dapat dilihat dari dua sektor, yaitu sektor

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai tujuan nasional, yaitu mewujudkan masyarakat

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. Tujuan yang ingin dicapai oleh Indonesia sebagai salah satu negara

BAB I PENDAHULUAN. secara adil dan merata. Pembangunan yang baik harus memiliki sasaran dan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. mengandalkan sumber dana yang berasal dari luar negeri dan dalam negeri.

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dan berkelanjutan serta merata di seluruh tanah air. pembangunan yang berguna bagi kepentingan bersama.

BAB I PENDAHULUAN. Perangkat Daerah dalam lingkungan Pemerintah kabupaten Karanganyar

BAB I PENDAHULUAN. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

BAB I PENDAHULUAN. Pemungutan pajak di Indonesia mengacu pada sistem self assessment. Self assessment

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, pemerintah mengandalkan sumber-sumber penerimaan negara. Nota Keuangan dan APBN Indonesia tahun 2015 yang diunduh dari

BAB I PENDAHULUAN. negara yang terutang dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia merupakan negara hukum berlandaskan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. maupun pembangunan. Sebagai salah satu penerimaan negara, baik pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak sedikit. Dana tersebut dapat diperoleh dari APBN. APBN dihimpun dari semua

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang tentunya akan terus-menerus

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran

I. PENDAHULUAN. maupun eksternal. Upaya untuk mengurangi ketergantungan sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jaya

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah tentunya berusaha untuk dapat meningkatkan dan meratakan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa dalam

I. PENDAHULUAN. pemungutan yang dapat dipaksakan oleh pemerintah berdasarkan ketentuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. disamping komponen pembiayaan Anggaran Pendapatan Belanja Negara. Menurut Undang-Undang (UU) no. 20 tahun 1997 tentang Penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Realisasi Penerimaan Negara (Milyar Rupiah),

BAB I PENDAHULUAN. dalam arti tidak terlalu tergantung pada pinjaman luar negeri. Upaya ekstensifikasi

BAB I PENDAHULUAN. pemungutan pajak yang berlaku di Indonesia, yaitu Self Assesment System.

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan secara bertahap, terencana dan berkelanjutan. Menurut Waluyo

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah mengandalkan berbagai pemasukan negara sebagai sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan masyarakat dan perkembangan zaman, di antaranya dengan. mengembangkan e-government sebagai trend global birokrasi.

BAB I PENDAHULUAN. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

BAB I PENDAHULUAN. yang bersangkutan mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri serta

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat mengartikan pajak sebagai pungutan yang dilakukan pemerintah secara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Evaluasi penerimaan pajak hotel dan restoran terhadap pendapatan asli daerah kab. Wonogiri (Tahun Anggaran 1999/2000, 2000/2001, dan 2002)

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN. perpaduan dari beberapa unit organisasi yaitu : pemeriksaan kas bendaharawan pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan iuran warga negara kepada negara yang akan digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan pendapatan Negara yang cukup potensial untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Sebagai salah satu negara berkembang Indonesia sedang melaksanakan

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Pajak Pengertian Pajak Rochmat Soemitro (1990;5)

BAB I PENDAHULUAN. membiayai pengeluaran rutin dan juga membiayai pembangunan. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan atau mengadakan perubahan perubahan kearah keadaan yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan upaya pencapaian sasaran nasional di daerah sesuai

BAB III GAMBARAN DATA PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERDESAAN DAN PERKOTAAN. A. Ketentuan Umum Pajak Bumi dan Bangunan sektor Perdesaan dan

Sejak dilakukan reformasi perpajakan pada tahun 1983 yang ditandai dengan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu peran penting Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN)

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperkuat pelaksanaan desentralisasi fiskal dan otonomi daerah.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan usaha mengadakan perubahan-perubahan menuju keadaan yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan pemerintahan dan pembangunan, pemerintah membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. perpajakan di Indonesia berubah yang awalnya official assessment system menjadi

BAB I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia adalah sebuah negara berkembang yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk menggali sumber-sumber pendapatannya secara lebih

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pembangunan dibutuhkan dana dalam jumlah yang besar, dana yang

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. sumber dana luar negeri dan sumber dana dalam negeri. non migas serta pajak. Namun pemerintah lebih mengoptimalkan

BAB I PENDAHULUAN. menguasai, dan atau memperoleh manfaat atas bangunan. undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi

BAB I PENDAHULUAN. digolongkan menjadi penerimaan pajak dan penerimaan bukan pajak.

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan salah satu sumber pemasukan utama Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), karena melalui pajak pemerintah dapat membiayai pengeluaran negara yang bersifat pembangunan jangka panjang maupun membiayai pengeluaran rutin. Dalam menjalankan pemerintahan dan pembangunan, pemerintah membutuhkan dana yang tidak sedikit. Dana tersebut dikumpulkan dari segenap potensi sumber daya yang dimiliki suatu negara, baik berupa hasil kekayaan alam maupun iuran dari masyarakat. Salah satu bentuk iuran masyarakat adalah pajak. Sebagai salah satu unsur penerimaan negara, pajak memiliki peran yang sangat besar dan semakin diandalkan untuk kepentingan pembangunan dan pengeluaran pemerintahan. Pajak merupakan pendapatan negara yang cukup potensial untuk dapat mencapai keberhasilan pembangunan. Penerimaan dari sektor pajak ternyata merupakan salah satu penerimaan terbesar negara. Dari tahu ketahun terlihat bahwa penerimaan pajak terus meningkat dan memberi andil besar dalam penerimaan negara. Peningkatan penerimaan dalam negeri dari sektor pajak adalah sesuatu yang wajar secara logis jumlah pembayaran pajak dari tahun ketahun akan semakin banyak sejalan dengan jumlah penduduk yang terus meningkat dan kesejahteraan masyarakat. ( Judisenno 1993 : 94 )

2 Sumber-sumber penerimaan negara pada dsarnya dapat dikelompokkan dalam delapan sektor yaitu pajak, kekayaan alam, bea dan cukai, Retribusi, Iuran, Sumbangan, Laba dari Badan Usaha Milik Negara, dan sumber-sumber lainnya ( Suandy, 2011 : 2) Sebagai penerimaan negara yang selama ini diandalkan, tentunya sektor pajak diupayakan agar terus meningkat, satu sisi penerimaan negara terus diupayakan meningkat, sedangkan disisi lain harus ada penghematan pembiayaan. Hal tersebut menjadikan tugas penerimaan pajak semakin berat dan baik dengan upaya ekstensifikasi dan intensifikasi. Salah satu tugas besar intensifikasi adalah pencairan tunggakan pajak. Agar pencairan tunggakan pajak dapat dicapai sesuai target yang ditetapkan kantor pusat per kanwil maka upaya intensifikasi kegiatan pajak harus dilakukan secara terpadu sesuai dengan prosedur hukum yang berlaku. Dari berbagai sumber-sumber penerimaan negara, penerimaan dari sektor perpajakan merupakan penopang terbesar terhadap jumlah total pendapatan negara. Menyadari pentingnya pajak sebagai sumber terbesar pada penerimaan negara, pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pajak berupaya mengoptimalkan sektor perpajakan. Kondisi perpajakan menuntut keikutsertaan aktif wajib pajak dalam menyelenggarkan perpajakannya membutuhkan kepatuhan wajib pajak yang tinggi. Yaitu kepatuhan dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya. Pajak merupakan salah satu unsur terbesar dalam penerimaan negara yang kondisinya dinamis sejalan dengan perkembangan dan pertumbuhan sosial ekonominya. pajak secara garis besar dibagi atas 2 (dua) bagian yaitu pajak pusat

3 dan pajak daerah. pajak baik yang dipungut oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah merupakan penerimaan yang dominan bagi terselenggaranya pemerintahan, penyedia barang dan jasa publik, pemeliharaan dan peningkatannya serta penyelesaian berbagai masalah lainnya. Pemerintah Daerah dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan membutuhkan dana cukup besar. Dana tersebut selain diperoleh dari Pusat juga dari hasil Pendapatan Asli Daerah Sendiri, yang diatur dalam peraturan perundang-undangan. Pemerintah Daerah dapat menggali penerimaannya dari berbagai sumber terutama yang bersumber dari daerah sendiri maupun sumbangan dari Pemerintah Pusat. Hal ini sejalan dengan upaya menegakkan kemandirian pembiayaan pembangunan melalui penerimaan perpajakan dan penerimaan bukan pajak. Khususnya untuk pajak bumi dan bangunan sebagian besar penerimaannya merupakan pendapatan daerah yang diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2000. Menurut Suandy (2002:61) pengertian Pajak Bumi dan Bangunan adalah : Pajak yang bersifat kebendaan dan besarnya pajak terutang ditentukan oleh keadaan objek yaitu bumi / tanah / dan bangunan keadaan subjek (siapa yang membayar) tidak ikut menentukan besar pajak. Dalam wewenang yang diberikan kepada pemerintah daerah salah satunya adalah pengolahan pajak bumi dan bangunan. dimana sistem pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan berbeda dengan sistem pemungutan pajak lainnya yaitu Official Assessment system yang dalam penentuan jumlah pajak terhutangnya ditentukan oleh aparatur pajak. Pajak Bumi dan Bangunan yang pelaksanaannya

4 didasarkan pada Undang-undang No. 12 tahun 1985 sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 12 tahun 1994, yang menjadi Objek PBB adalah Bumi dan atau Bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, dan pertambangan. Dan yang menjadi Subjek PBB menurut Undang-undang No.12 Tahun 1994 adalah Orang pribadi atau badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi dan atau bangunan memperoleh manfaat atas bumi, dan atau memiliki, dan atau menguasai, dan atau memperoleh manfaat atas bangunan. Dalam penyelesaian atau pelunasan Pajak Bumi dan Bangunan yang setiap tahunnya dituntut untuk dapat selesai/lunas tepat waktu yang berkoordinasi dengan kelurahan sekitarnya. Dalam berbagai fenomena ada permasalahan-permasalahan yang dihadapi pemerintah dalam pengelolaan Pajak Bumi dan Bangunan adalah masih banyaknya tunggakan dari tingkat kelurahan sampai tingkat kecamatan, sehingga sulitnya mencapai realisasi yang ada karena terlalu banyaknya tunggakan PBB yang belum dibayar oleh wajib pajak serta adanya pemasalahan dalam penyampaian STP tidak bisa diberikan kepada wajib pajak. Sehingga menimbulkan tunggakan pajak PBB yang jumlahnya cukup besar. Penelitian Ningsih (2006 : 96) menjelaskan mengenai kepatuhan wajib pajak dalam kegiatan pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan dikarenakan adanya 2 (dua) faktor dari segi internal maupun segi eksternal. Dari segi internal diantaranya karena kelalaian, malasnya wajib pajak dalam memenuhi tanggung jawabnya dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan. Sedangkan dari segi

5 internalnya adalah kurangnya penyuluhan dan terbatasnya sumber daya manusia dan informasi yang dilakukan petugas pajak kepada wajib pajak, dan juga adanya masalah karena wajib pajak tidak bisa dilacak keberadaannya oleh petugas pajak atau fiskus, selain itu kurangnya sistem yang digunakan petugas pajak yang tidak bersifat aktif melainkan bersifat pasif. Salah satu upaya yang telah dilakukan dalam menghimpun penerimaan negara dari sektor pajak yang lebih besar adalah pembaruan peraturan, kebijakan dan administrasi perpajakan yang dilaksanakan secara terus menerus, bertahap dan berkelanjutan. Definisi tunggakan pajak adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat, dalam masa pajak, dalam tahun pajak atau dalam bagian tahun pajak menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (resmi, 2003:20). Tunggakan pajak timbul ketika fiskus menerbitkan Surat ketetapan pajak. Surat ketetapan pajak tersebut selain sebagai sarana adminitrasi dalam pelaksanaan penagihan pajak, juga sebagai dasar pelaksanaan penagihan pajak sebagaimana disebutkan dalam UU Republik Indonesia No 28 Tahun 2007 tentang ketentuan umum perpajakan. Penagihan pajak merupakan perbuatan yang dilakukan oleh Direktur Jendral Pajak, karena wajib pajak tidak mematuhi Undang-Undang khususnya mengenai pembayaran pajak. Penagihan pajak dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu penagihan pasif dan penagihan aktif. Penagihan pasif adalah ketika fiskus menerbitkan Surat Ketetapan Pajak sampai dengan jatuh tempo selama 30 hari. Tindakan Penagihan yang dimulai sejak penyampaian surat ketetapan yang berupa Surat Tagihan Pajak

6 (STP), Surat Ketetapan Pajak (SKP), dan Surat Ketetapan Pajak Tambahan (SKPT). Dalam penagihan Pajak Bumi Dan Bangunan dilakukan hanya sebatas Pengihan pasif saja, sedangkan penagihan aktif belum berjalan efektif. Tabel 1.1 Ketetapan dan Realisasi PBB Objek Pajak Pedesaan dan Perkotaan Tahun Jumlah WP yang target realisasi sisa Persentase tedaftar 2013 429.219 9.428.990.991 5.294.334.989 4.055.506.210 56,15% 2014 479.624 9.456.805.090 5.242.551.264 4.311.64.620 55,44% Sumber : DPPKAD Kabupaten Bandung Barat Berdasarkan laporan tersebut terdapat kesenjangan yang cukup signifikan antara Target Penerimaan Pajak dengan Realisasinya. Sehingga diperoleh persentase jumlah penerimaan pajak yang masih rendah. Pemindahan Pengeloaan Pajak Bumi dan Bangungan yang diserahkan Kepada Dispenda Kabupaten Bandung Barat dan baru berjalan selama tiga tahun mencerminkan keprihatianan kesadaran wajib pajak untuk membayar Pajak Bumi dan Bangunan. Kesenjangan yang cukup signifikan antara Target penerimaan pajak dengan realisasinya disebabkan oleh banyak faktor baik internal maupun eksternal. Dalam menangapi hal tersebut pemerintah telah melakukan berbagai alternatif masalah diantanya dengan melakukan penyuluhan pajak besar-besaran kepada masyarakat dan penagihan pajak dengan menyampaikan Surat

7 Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT). Namun dalam kenyataannya, optimalisasi penerimaan pajak masih terhalang oleh berbagai kendala. Dari fenomena diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Pengaruh Penagihan PBB terhadap penerimaan pajak. Dengan demikian, penelitian ini penulis beri judul Pengaruh Efektivitas Penagihan Pajak Bumi dan Bangunan Terhadap Penerimaan Pajak Daerah (penelitian pada Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Bandung Barat) 1.2 Identifikasi masalah Peneliti mengidentifikasi masalah yang terjadi mengenai efektivitas penagihan PBB terhadap penerimaan Pajak daerah, diantaranya adalah 1. Bagaimana efektivitas penagihan PBB pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Bandung Barat Tahun 2014-2015 2. Bagaimana penerimaan PBB pada Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Bandung Barat. Tahun 2014-2015 3. Seberapa besar Pengaruh Efektivitas Penagihan PBB terhadap Penerimaan PBB pada Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Bandung Barat Tahun 2014-2015

8 1.3 Tujuan Penelitian Mengacu pada masalah yang telah dirumuskan diatas, maka tujuan penelitian 1. Untuk mengetahui bagaimana efektivitas penagihan PBB pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Bandung Barat Tahun 2014-2015. 2. Untuk mengetahui penerimaan PBB pada Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Bandung Barat Tahun 2014-2015. 3. Untuk mengetahui Seberapa besar Pengaruh Efektivitas Penagihan PBB terhadap Penerimaan PBB pada Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Bandung Barat Tahun 2014-2015. 1.4 Kegunaan Penelitian Hasil penelitian pengaruh efektivitas penagihan PBB terhadap penerimaan pajak dapat memberikan manfaat kepada pihak-pihak yang berkepentingan secara langsung maupun tidak langsung. 1.4.1 Kegunaan Praktis Dalam hasil penelitian yang telah dilakukan, diharapkan mampu memcahkan masalah yang berkaitan dengan pengaruh penyuluhan pajak terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak. Dan masalah-

9 masalah yang ada dapat terselesaikan sehingga pajak dapat berjalan seefektif mungkin. 1.4.2 Kegunaan akademik 1. Bagi Penulis Kegunaan penelitian ini bagi penulis adalah untuk menambah wawasan penulis terhadap pemahaman mengenai perpajakan, kepatuhan wajib pajak, dan pentingnya penyuluhan pajak dalam perpajakan. 2. Bagi Peneliti Lain Diharapkan penelitian yang penulis buat dapat menjadi masukan dalam pembuatan penelitian-penelitian selanjutnya. Dan dapat bermanfaat bagi pembaca mengenai pengaruh pajak hotel terhadap peningkatan pendapatan daerah. 1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dimana penulis memperoleh serta mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan yaitu pada kantor Dispenda Kabupaten Bandung adapun waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2015 sampai dengan Januari 2016.