BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan. masyarakat di dunia tidak terkecuali di Indonesia.

dokumen-dokumen yang mirip
PRATIWI ARI HENDRAWATI J

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) Tahun 2011, kesehatan adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit menular yang

I. PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu masalah kesehatan utama yang

DAFTAR PUSTAKA. Buku : Bungin, B, (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Edisi Pertama. Jakarta: Kencana Media Group.

BAB I PENDAHULUAN. berbentuk batang (basil) yang dikenal dengan nama Mycobacterium

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular langsung yang. disebabkan oleh kuman TB yaitu Mycobacterium Tuberculosis yang pada

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. bahwa penyakit tuberkulosis merupakan suatu kedaruratan dunia (global

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menular (dengan Bakteri Asam positif) (WHO), 2010). Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan global utama dengan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis, dengan gejala klinis seperti batuk 2

BAB 1 PENDAHULUAN. TB Paru merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. tanah lembab dan tidak adanya sinar matahari (Corwin, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. World. Health Organization (WHO) dalam Annual report on global TB

I. PENDAHULUAN. secara global masih menjadi isu kesehatan global di semua Negara (Dave et al, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dunia. Setiap tahunnya, TB Paru menyebabkan hampir dua juta

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. seluruh dunia. Jumlah kasus TB pada tahun 2014 sebagian besar terjadi di Asia

BAB I PENDAHULUAN. tersebut terdapat di negara-negara berkembang dan 75% penderita TB Paru adalah

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan terutama di Negara berkembang seperti di Indonesia. Penyebaran

BAB 1 PENDAHULUAN. nasional dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan serta ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia. Tuberculosis menyebabkan 5000 kematian perhari atau hampir 2 juta

BAB I PENDAHULUAN. komplikasi berbahaya hingga kematian (Depkes, 2015). milyar orang di dunia telah terinfeksi bakteri M. tuberculosis.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menyerang paru dan dapat juga menyerang organ tubuh lain (Laban, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya paling tinggi di dunia. Berdasarkan laporan World Health

BAB I PENDAHULUAN. paru yang disebabkan oleh basil TBC. Penyakit paru paru ini sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. karena penularannya mudah dan cepat, juga membutuhkan waktu yang lama

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis.bakteri ini berbentuk batang dan bersifat

BAB I PENDAHULUAN. ditakuti karena menular. Menurut Robins (Misnadiarly, 2006), tuberkulosis adalah

BAB I PENDAHULUAN. batang (basil) yang dikenal dengan nama Mycobacterium tuberculosis, yang sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di dunia, terutama di negara-negara berkembang termasuk Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kesehatan masyarakat yang penting di dunia ini. Pada tahun 1992 World Health

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis dan dapat disembuhkan. Tuberkulosis

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC)

SAFII, 2015 GAMBARAN KEPATUHAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP REGIMEN TERAPEUTIK DI PUSKESMAS PADASUKA KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. bertambah, sedangkan insiden penyakit menular masih tinggi. Salah satu penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. bentuk percikan dahak (droplet nuclei) ( Lippincott, 2011). 39 per penduduk atau 250 orang per hari. Secara Global Report

BAB I PENDAHULUAN. dari golongan penyakit infeksi. Pemutusan rantai penularan dilakukan. masa pengobatan dalam rangka mengurangi bahkan kalau dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi kronis yang masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. (Thomas, 2004). Ada beberapa klasifikasi utama patogen yang dapat

S T O P T U B E R K U L O S I S

KERANGKA ACUAN PROGRAM TB PARU UPTD PUSKESMAS BANDA RAYA KECAMATAN BANDA RAYA

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis complex (Depkes RI, 2008). Tingginya angka

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Melalui pembangunan kesehatan diharapkan akan tercapai

BAB I PENDAHULUAN. (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Tuberculosis Paru (TB Paru) merupakan salah satu penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. bakterituberkulosis tersebut (Kemenkes RI,2012). Jumlah prevalensi TB di

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang sudah ada sejak zaman purbakala. Hal ini terbukti dari penemuan-penemuan kuno seperti sisa-sisa tulang belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mencapai kualitas hidup seluruh penduduk yang lebih baik. Oleh banyak

BAB I PENDAHULUAN. jiwa dan diantaranya adalah anak-anak. WHO (2014) mengestimasi

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. kadang-kadang juga berhenti minum obat sebelum masa pengobatan selesai,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Sebagian. meninges, dantulang (Brewis, 1983 Smeltzer & Bare, 2002).

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. TB sudah dilakukan dengan menggunakan strategi DOTS (Directly Observed

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN MOTIVASI PETUGAS TBC DENGAN ANGKA PENEMUAN KASUS TBC DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUPATEN BOYOLALI

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit TB paru merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bentuk yang paling banyak dan paling penting (Widoyono, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. Millenium Development Goals (MDGs) merupakan agenda serius untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. pengobatan. Pada era Jaminan Kesehatan Nasional saat ini pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menimbulkan komplikasi kesakitan (morbiditas) dan kematian

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium Tuberculosis yang menyerang paru-paru dan hampir seluruh

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh (Mycobacterium tuberculosis). Penyakit ini juga dapat

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesehatan penduduk Indonesia. Mycrobacterium Tuberculosis (Mansyur, 1999). Penyakit tuberkulosis (TB) paru masih

BAB I PENDHULUAN. dalam meningkatkan kepatuhan pengobatan yaitu dengan mengawasi dan

BAB I PENDAHULUAN. ditemukannya kuman penyebab tuberkulosis oleh Robert Koch tahun 1882

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

2015 GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS PADASUKA KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Penyakit TB dapat disembuhkan dengan pengobatan

BAB I. PENDAHULUAN. mengganti aktor pusat menjadi daerah dalam hal pengambilan kebijakan. dengan masyarakat. Dengan begitu, informasi tentang proses

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki, perempuan, tua, muda, miskin, kaya, dan sebagainya) (Misnadiarly,


BAB 1 PENDAHULUAN. TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar bakteri TB menyerang paru, tetapi

BAB 1 PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Sumber infeksi TB kebanyakan melalui udara, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di dunia walaupun upaya pengendalian dengan strategi Directly

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan sinar matahari, tetapi dapat hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Tuberkulosis paru adalah penyakit menular langsung yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. utama. The World Health Organization (WHO) dalam Annual Report on Global

BAB 1 PENDAHULUAN. Kegiatan penanggulangan Tuberkulosis (TB), khususnya TB Paru di

BAB I PENDAHULIAN. Tuberculosis paru (TB paru) adalah penyakit yang disebabkan oleh kuman

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi paling. umum di dunia dengan perkiraan sepertiga populasi

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini sering

BAB 1 PENDAHULUAN. menular yang muncul dilingkungan masyarakat. Menanggapi hal itu, maka perawat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia tidak terkecuali di Indonesia. Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri berbentuk batang (basil) yang dikenal dengan nama Mycobacterium Tuberculosis. Penularan penyakit ini adalah melalui perantaraan ludah atau dahak penderita yang mengandung basil tuberkulosis paru pada saat penderita batuk, bersin, menyanyi atau berbicara, butir butir air ludah (droplet) akan berterbangan di udara dan terhisap oleh orang yang sehat sehingga masuk ke dalam paru (Aditama, 1994). Indonesia merupakan penyumbang penyakit tuberkulosis ketiga di dunia setelah India dan Cina dari tahun 1999 sampai 2008, namun pada tahun 2009 berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization) Indonesia menjadi peringkat kelima terbesar kasus insiden penyakit TBC di dunia setelah India, Cina, Afrika Selatan dan Nigeria (dalam http://www.ppti.info/index.php/component/content/article/46- arsip-ppti/141-tbc-di-indonesia-peringkat-5-dunia. Diakses pada tanggal 4 Agustus 2011). 1

Global Report WHO (2010) mencatat bahwa pada tahun 2009, jumlah penderita TB di Indonesia mencapai 294.731 kasus. Sementara itu, menurut Laporan Subdit Departemen Kesehatan RI (2010) terjadi penurunan yang cukup signifikan pada penjaringan angka suspek (dicurigai) berdasarkan pemeriksaan dahak pada 100.000 penduduk. Pada tahun 2009, terdapat 687 orang penjaringan angka suspek, sedangkan pada tahun 2010, jumlah ini menurun hingga 167 orang (Situasi epidemiologi tb di Indonesia 2011 (dalam http://tbindonesia.or.id/pdf/data tb 1 2010.pdf. Diakses pada tanggal 4 Agustus 2011). Pada akhir tahun 2010, penanggulangan penyakit Tuberkulosis di Indonesia mengalami penurunan yang sangat baik ditandai dengan tercapainya target indikator utama (penemuan dan keberhasilan pengobatan). Indonesia telah mencapai target 77,3% untuk penemuan kasus baru dari yang ditargetkan oleh pemerintah yaitu sebesar 70%, kemudian keberhasilan pengobatan dari yang ditargetkan oleh pemerintah sebesar 85%, keberhasilan pengobatannya mencapai 89,7%. Kemajuan juga terjadi dalam penurunan angka kematian dan angka kesakitan. Pada tahun 2009, tercatat 528.063 kasus baru TB dengan jumlah angka kematian 91.369, sedangkan pada tahun 2010, tercatat 2

430.000 kasus baru TB dengan jumlah angka kematian 61.000 orang (dalam http://wartapedia.com/kesehatan/medis/2699-tuberkulosisangka-kematian-2010-turun-61-ribu-orang.html. Diakses pada tanggal 13 Agustus 2011). Pada penjaringan angka suspek dari tahun 2009 sampai 2010, Propinsi Jawa Tengah mengalami penurunan penjaringan angka suspek yaitu sebanyak 42 kasus. Pada tahun 2009 penjaringan angka suspek yaitu sebanyak 186 orang sedangkan pada tahun 2010 penjaringan angka suspek yaitu sebanyak 144 orang (Situasi epidemiologi tb di Indonesia 2011 dalam http://tbindonesia.or.id/pdf/data tb 1 2010.pdf. Diakses pada tanggal 4 Agustus 2011). Berdasarkan data dari Salatiga Dalam Angka (2009:116) pada tahun 2009 di Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan, penyakit penyebab kematian setiap bulannya menempatkan penyakit paru sebagai penyebab kematian pertama dengan jumlah kematian sebanyak 126 jiwa, disusul penyakit jantung sebanyak 96 jiwa dan penyakit kanker sebanyak 9 jiwa. Meskipun pada beberapa dekade terakhir ini terjadi penurunan insiden angka penderita Tuberkulosis di Indonesia, namun masih adanya kegagalan dalam pengobatan penderita 3

Tuberkulosis membawa dampak negatif pada kesehatan masyarakat dan keberhasilan pencapaian program, karena masih memberi peluang terjadinya penularan penyakit Tuberkulosis pada anggota keluarga dan masyarakat (Amiruddin, 2006). Pada tahun 2009, angka keberhasilan pengobatan (succes rate) di Indonesia telah mencapai 91%, sehingga terdapat 9% angka kegagalan dalam pengobatan, sedangkan pada tahun 2010 keberhasilan pengobatannya mencapai 89,7% sehingga terdapat 10,3% angka kegagalan dalam pengobatan (dalam http://www.penyakitmenular.info/def_menu.asp?menuid=1&m enutype=1&subid=10&detid=1131 Diakses pada tanggal 19 Agustus 2011). Pada kenyataannya penanganan kasus Tuberkulosis di Indonesia tidak mudah, karena ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan pengobatan penderita Tuberkulosis, seperti kepatuhan serta keteraturan penderita untuk berobat, lamanya pengobatan dan jenis obat yang cukup banyak, daya tahan tubuh, serta faktor sosial ekonomi juga sangat berperan penting (Situmeang, 2004). Kepatuhan serta keteraturan penderita untuk berobat menjadi faktor yang sangat penting untuk mencapai keberhasilan dalam 4

pengobatan Tuberkulosis, karena pengobatan dan penyembuhan penyakit Tuberkulosis membutuhkan waktu yang cukup lama. Kepatuhan sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling berkaitan yaitu; faktor pasien diantaranya umur, jenis kelamin, suku / RAS dapat mempengaruhi pasien menyelesaikan pengobatan; faktor terapi yaitu banyaknya obat yang harus diminum dan lamanya pengobatan, serta daya tahan tubuh dapat mempengaruhi pengobatan; faktor sistem layanan kesehatan yaitu empati dan sikap dari petugas pelayanan kesehatan dalam memberikan pelayanan pada pasien dapat mempengaruhi kepatuhan pasien dalam menjalankan pengobatan; faktor lingkungan yaitu anggota keluarga dalam memberikan dukungan kepada pasien dapat mempengaruhi pengobatan dan; faktor sosial ekonomi yaitu dukungan sosial dan kehidupan yang kurang mapan dapat mempengaruhi pengobatan pasien (Badan POM RI, 2006 : 23). Salah satu faktor yang menjadi faktor penting dalam kepatuhan dari kelima faktor di atas adalah faktor pasien. Aditama (1994) menegaskan bahwa kepatuhan pasien penderita Tuberkulosis dalam menjalankan pengobatan sangat penting karena jika pengobatan tidak tuntas dapat 5

menyebabkan kuman resisten akan obat. Oleh sebab itu seharusnya kepada pasien atau penderita yang sedang sakit atau mengalami suatu penyakit bukan hanya masalah fisik saja yang ditangani tetapi lebih luas daripada itu yaitu menyangkut masalah biologis, psikologis, sosial dan spiritualnya (Potter Perry, 2005 : 565). Kebutuhan spiritual juga berperan penting dalam proses kesembuhan pasien selain kebutuhan biologis, psikologis dan sosial pasien, karena kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh setiap manusia. Spiritualitas bukan hanya mencakup hubungannya dengan Tuhan tetapi juga bagaimana hubungannya dengan dirinya sendiri dan dengan orang lain. Spiritual juga diartikan sebagai inti dari manusia yang memasuki dan mempengaruhi kehidupannya dan dimanifestasikan dalam pemikiran dan perilaku serta dalam hubungannya dengan diri sendiri, orang lain, alam,dan Tuhan (Dossey Guazetta dalam Jeanny, 2010). Spiritualitas mewakili totalitas keberadaan seseorang dan berfungsi sebagai perspektif pendorong yang menyatukan berbagai aspek individual. Pengaruh spiritualitas terutama sangat penting selama periode sakit, ketika penyakit, kehilangan, atau nyeri mempengaruhi seseorang maka energi 6

orang tersebut akan menipis, dan spirit orang tersebut terpengaruhi, sehingga hal ini mempengaruhi motivasi untuk sembuh dan berpartisipasi dalam penyembuhan (Potter Perry, 2005 : 565). Penelitian tentang penyakit Tuberkulosis dan kepatuhan dalam melakukan pengobatan ini sudah banyak dilakukan oleh peneliti peneliti sebelumnya, diantaranya yaitu oleh Fadlul (2000), meneliti tentang faktor faktor yang mempengaruhi kesembuhan penderita penyakit Tuberkulosis setelah pengobatan jangka pendek (6 bulan) di Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur. Hasil penelitian tersebut menggambarkan bahwa faktor resiko yang mempengaruhi kesembuhan adalah jarak rumah penderita dengan puskesmas. Nugroho (2002), meneliti tentang pola perawatan penderita Tuberkulosis paru di lingkungan keluarga selama pengobatan fase jangka pendek 6 bulan di Puskesmas di kota Yogyakarta dengan hasil penelitian pola perawatan penderita Tuberkulosis paru di lingkungan keluarga secara keseluruhan, yang menunjukkan kriteria baik adalah perawatan pada masalah psikososial dan pemantauan pengobatan penderita. Sementara untuk perawatan mengenai penataan lingkungan rumah, pemenuhan kebutuhan rasa nyaman, masalah 7

pernapasan, dan pemenuhan kebutuhan aktivitas istirahat masuk kriteria cukup baik. Fajarwati (2005), meneliti tentang hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap penderita Tuberkulosis paru di Balai Pengobatan Penyakit Paru (BP4) di Surakarta. Hasil penelitiannya menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan sikap penderita Tuberkulosis. Sukamto (2002), meneliti tentang hubugan kinerja PMO (Pengawas Menelan Obat) dengan hasil pengobatan penderita TB Paru tahap intensif dengan strategi DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse) di Kota Banjarmasin Propinsi Kalimantan Selatan. Hasil penelitiannya adalah kinerja PMO mempunyai hubungan yang bermakna dengan hasil pengobatan tahap intensif kinerja PMO dipengaruhi oleh pengetahuan PMO dan hubungan keluarga dengan penderita. Mucksin (2008), meneliti tentang faktor faktor yang mempengaruhi keteraturan minum obat pada penderita TBC paru yang mengalami konversi di kota Jambi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan bermakna secara statistik antara keteraturan minum obat pada penderita TBC paru yang ada PMO dibandingkan dengan yang tidak ada PMO. Penderita yang mempunyai PMO lebih besar untuk menjadi teratur dalam minum OAT 8

(Obat Anti Tuberkulosis) dibandingkan dengan penderita yang tidak mempunyai PMO. Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu yang telah dipaparkan di atas, peneliti melihat bahwa penelitianpenelitian di atas lebih mengarah pada faktor eksternal penderita Tuberkulosis dan kurang mengarah pada faktor internal penderita Tuberkulosis terutama mengenai kebutuhan spiritualitas penderita Tuberkulosis. Dalam penelitian ini, peneliti memilih penderita Tuberkulosis yang sedang menjalankan pengobatan rawat jalan yaitu agar peneliti bisa lebih menggali informasi tentang aspek spiritualitas dan kepatuhan penderita Tuberkulosis yang menjalankan pengobatan rawat jalan. Oleh sebab itu peneliti melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Aspek Spiritualitas Terhadap Kepatuhan Penderita Tuberkulosis Dalam Menjalankan Pengobatan di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga. 1.2 Identifikasi Masalah Tuberkulosis masih menjadi salah satu penyakit menular yang berbahaya bagi kesehatan masyarakat karena dapat menyebabkan kematian. Global Report WHO (2010), mencatat jumlah penderita TB di Indonesia pada tahun 2009, 9

sebanyak 294.731 kasus. Penyakit Tuberkulosis ini merupakan penyakit yang menular, pengobatan yang baik dan benar merupakan kunci utama kesembuhan penderita Tuberkulosis. Menurut Situmeang (2004), ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan pengobatan penderita Tuberkulosis seperti, kepatuhan serta keteraturan penderita untuk berobat, lamanya pengobatan dan jenis obat yang cukup banyak, daya tahan tubuh, serta faktor sosial ekonomi. Faktor kepatuhan serta keteraturan penderita untuk berobat menjadi faktor yang sangat penting dalam proses kesembuhan, terkait dengan jangka waktu pengobatan yang membutuhkan rentan waktu yang cukup lama (sekitar 6-9 bulan). Oleh sebab itu seharusnya kepada pasien atau penderita yang sedang atau mengalami suatu penyakit bukan hanya masalah fisik saja yang ditangani tetapi lebih luas daripada itu yaitu menyangkut masalah biologis, psikologis, sosial dan spiritualnya (Potter Perry, 2005:565). Kebutuhan spiritual juga berperan penting dalam proses kesembuhan pasien. Pengaruh spiritualitas terutama sangat penting selama periode sakit, ketika penyakit, kehilangan atau nyeri mempengaruhi seseorang maka energi orang tersebut akan menipis, dan spirit orang tersebut terpengaruhi, 10

sehingga bagaimana hal ini mempengaruhi motivasi untuk sembuh dan berpartisipasi dalam penyembuhan (Potter Perry, 2005:565). 1.3 Batasan Masalah Penelitian ini memberi fokus pada aspek spiritualitas penderita Tuberkulosis dan kepatuhannya dalam menjalankan pengobatan. Pengobatan dalam hal ini yaitu penderita Tuberkulosis yang sudah lebih dari dua kali menjalankan pengobatan di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga. 1.4 Rumusan Masalah Masalah yang akan diteliti adalah pengaruh aspek spiritualitas terhadap dalam menjalankan kepatuhan penderita Tuberkulosis pengobatan di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga. 1.5 Tujuan Penelitian 1.5.1 Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh aspek spiritualitas terhadap kepatuhan penderita Tuberkulosis dalam menjalankan pengobatan di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga. 11

1.5.2 Tujuan Khusus Tujuan Khusus dari penelitian ini yaitu a. Untuk mengetahui tingkat spiritualitas penderita Tuberkulosis dalam menjalankan pengobatan di Instalasi Rawat Jalan b. Untuk mengetahui tingkat kepatuhan pasien penderita Tuberkulosis dalam menjalankan pengobatan di Instalasi Rawat Jalan c. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh aspek spiritualitas terhadap kepatuhan penderita Tuberkulosis dalam menjalankan pengobatan di Instalasi Rawat Jalan. 1.6 Manfaat Penelitian 1.6.1 Manfaat Teoretis Dengan dilakukannya penelitian ini dapat menambah wawasan, pengetahuan, dan dapat digunakan sebagai tambahan kepustakaan dalam penelitian lebih lanjut untuk mengembangkan ilmu keperawatan dan asuhan keperawatan mengenai penanganan penyakit Tuberkulosis. 1.6.2 Manfaat Praktis a. Manfaat Untuk Peneliti. Dengan dilakukannya penelitian ini dapat menambah wawasan keilmuan dalam konteks ilmu keperawatan 12

peneliti mengenai upaya penanggulangan penyakit Tuberkulosis. b. Manfaat Untuk Instansi. Hasil dari penelitian ini dapat menjadi masukan bagi pihak Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan, Salatiga dalam rangka melaksanakan program penanggulangan penyakit Tuberkulosis dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan kepada pasien penderita Tuberkulosis. c. Manfaat Untuk Masyarakat. Hasil dari penelitian ini dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang penyakit Tuberkulosis serta bagaimana membantu proses penanggulangan Tuberkulosis di dalam masyarakat. 13