BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan dan di analisa pada bab IV, maka penulis menarik kesimpulan komunikasi antarpribadi orang tua dan anak dalam mengantisipasi kekerasan seksual di Kabupaten Tangerang yang di klasifikasikan berdasarkan Pemahaman Orang Tua tentang Kekerasan Seksual, Keterbukaan (Oppeness), Sikap Empati (Emphaty), Sikap Mendukung (Supportiveness), Sikap Positif (Positiveness), Kesetaraan (Equality) sebagai berikut, 1. Pemahaman Orang Tua tentang Kekerasan Seksual Setiap orang tua memiliki latar belakang yang berbeda mengenai pemahaman yang berkaitan dengan kekerasan seksual. Sebagian besar orang tua yang belum mengetahui serta belum mendapatkan informasi secara mendalam mengenai pemaparan yang berkaitan dengan kekerasan seksual. Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara dengan orang tua yang kurang dapat menjelaskan mengenai apa itu kekerasan seksual. Penulis menilai faktor utama yang menjadi sebab dalam hal ini ialah kurangnya sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah serta minat para orang tua untuk mencari tahu mengenai informasi yang berkaitan dengan kekerasan seksual, padahal 84
85 pemahaman mengenai kekerasan seksual itu penting sebagai pondasi awal guna melindungi anak-anak dari tindak kekerasan seksual. 2. Keterbukaan (Oppeness) Para orang tua dalam berkomunikasi antarpribadi dengan anaknya dalam hal keterbukaan serta mencari informasi mengenai seksual mereka menggunakan pendekatan sebagai teman atau sahabat, penulis melihat cara ini yang paling sering digunakan dalam mengurangi ketidakpastian yang terjadi diantara orang tua dan anak. Dengan menggunakan pendekatan seperti ini sang anak merasa nyaman dalam menceritakan serta memahami pesan yang disampaikan oleh orang tuanya. 3. Sikap Empati (Emphaty) Rasa empati yang ditimbulkan orang tua mengenai kasus yang terjadi terhadap Yuyun membuat para orang tua mencoba untuk lebih aktif lagi dalam melindungi sang anak dari tindak kekerasan seksual serta mencoba berperan lebih dalam membangun komunikasi antarpribadi yang positif dan baikd dengan sang anak sehingga pesan yang disampaikan oleh orang tua mengenai informasi kekerasan seksual dapat diterima dengan baik.
86 4. Sikap Mendukung (Supportiveness) Dalam menyampaikan informasi yang berkaitan dengan seksualitas banyak upaya yang dilakukan oleh orang tua, terdapat orang tua yang berkomunikasi dengan sang anak menggunakan kata-kata kiasan ataupun perumpamaan selain itu pula terdapat orang tua yang menggunakan pendekatan agama dalam memberikan pemahaman mengenai kekerasan seksual. Tidak hanya itu, ada pula orang orang tua yang menyampaikan informasi dengan komunikasi verbal, dimana dalam hal ini beliau sangat transparan dan terbuka dalam menyampaikan informasi mengenai kekerasan seksual kepada sang anak. Penulis juga bahkan menemukan adapula orang tua yang kurang peduli terhadap perkembangan serta pemahaman sang anak mengenai hal yang berkaitan dengan seksual. Beliau beralasan bahwa anaknya tersebut belum tepat mengetahui hal tersebut. Sebagian besar orang tua (narasumber) yang kurang memahami fungsinya sebagai orang tua dalam hal mengkomunikasikan pendidikan seksual kepada anak karena sebgian besar dari orang tua terlihat berhati-hati sekali dalam menyampaikan informasi tersebut, penulis juga menemukan bahwa terdapat orang tua yang memilih untuk diam dan beranggapan bahwa mengkomunikasikan hal yang berkaitan dengan seksual merupakan hal yang tabu, untuk itu mereka menilai anak-anak mereka cukup memperoleh
87 informasi tersebut melalui sekolah dan media. Sebagian orang tua juga menilai jika dalam konteks ini membicarakan lebih mendalam kepada anak, hal ini akan menimbulkan rasa keingintahuan lebih dalam untuk si anak dalam mendekati hal yang berkaitan dengan seksual atau kekerasan seksual. 5. Sikap Positif (Positiveness) Penulis melihat Sebagian besar orang tua (narasumber) yang ternyata masih sangat sulit untuk mencoba menyampaikan atau mengkomunikasikan hal yang berkaitan dengan seks kepada sang anak, salah contohnya ialah ibu Maemunah. Sebagian besar dari mereka masih menganggap mudah dalam berkomunikasi dengan sang anak dalam menyampaikan hal yang konteksnya dengan seks, namun saat pengaplikasiannya dalam kehidupan sehari-hari, mereka terlihat sulit mencoba mengkomunikasikannya. Terdapat beberapa upaya yang dilakukan oleh orang tua dalam memunculkan sikap positif kepada sang anak. Diantaranya ialah dengan mengaitkan hal yang berkaitan dengan seksual kepada unsur agama, dimana orang tua mencoba memberikan pemahaman bahwa melihat gambar porno merupakan hal yang tercela dan dilarang oleh agama, apabila kita melakukannya kita akan mendapatkan hukuman tapi sebaliknya apabila kita dapat menghindarinya kita akan mendapatkan imbalan. Selain itu sikap
88 positif lainnya adalah mencoba mengarahkan sang anak untuk lebih optimalkan lagi waktu luang yang ada dengan kegiatan yang positif, diharapkan hal ini dapat membuat sang anak untuk tidak terfokus terhadap hal yang berkaitan dengan seksual. 6. Kesetaraan (Equality) Dalam penelitian ini khususnya pada poin kesetaraan penulis melihat sebagian besar para orang tua mulai menyadari bahwa untuk dapat bisa membangun komunikasi antarpribadi yang baik dengan anak, dibutuhkan rasa nyaman untuk sang anak. Di poin ini para orang tua berusaha menjadi mitra yang sejajar, partner, dan sahabat bagi sang anak untuk bisa lebih mendekatkan diri dan lebih mencoba memahami apa yang selama ini dirasa oleh sang anak. Dalam hal ini juga para orang tua berupaya menjadi tempat yang nyaman bagi sang anak dengan mencoba menjadi pendengar yang aktif dan bagi sang anak. Dengan begitu para orang tua dapat menekan ketidakpastian yang muncul serta memahami apa yang menjadi harapan sang anak. 5.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan, serta kesimpulan yang telah dikemukakan oleh penulis. Penulis coba memberikan saran yang diharapkan dapat
89 menjadi masukan dalam melakukan komunikasi antarpribadi antara orang tua dan anak khususnya dalam hal yang berkaitan dengan kekerasan seksual. Berikut saran tersebut : 5.2.1 Saran Akademis Bagi mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi khususnya untuk jurusan Public Relations dapat menggunakan penelitian ini untuk mengetahui seperti apa komunikasi antarpribadi antara orang tua dan anak dalam mengantisipasi kekerasan seksual. Penelitian selanjutnya diharapkan dalam penelitian selanjutnya untuk coba meneliti lagi lebih dalam mengenai data dan fakta yang dibutuhkan sehingga dapat memperoleh hasil yang maksimal. 5.2.2 Saran Praktisi 1. Komunikasi yang dibangun antara orang tua dan anak dalam hal memberikan pemahaman mengenai pendidikan seks harus lebih ditingkatkan lagi serta intensitas komunikasinya pun harus lebih banyak lagi. Karena walau bagaimanapun pendidikan seks yang dalam hal ini memiliki fungsi mengantisipasi sang anak untuk terhindar dari korban kekerasan seksual merupakan sesuatu yang penting, dan pendidikan seks mengenai kekerasan seksual ini harus dimulai dari rumah, khususnya dari orang tua atau keluarga sebagai gerbang utama dalam menatap dunia luar. Selain itu untuk para orang tua supaya lebih terbuka lagi terhadap informasi yang berkaitan dengan
90 kekerasan seksual pada anak, sehingga kejadian kejadian yang tidak diharapkan dapat diminimalisir sedini mungkin. 2. Diharapkan orang tua dapat memahami bahwa komunikasi dengan anak yang berkaitan dengan seks merupakan hal yang penting. 3. Orang tua harus mencoba belajar lagi untuk menyampaikan serta mengkomunikasikan hal-hal yang berkaitan dengan seks secara tepat kepada anak. 4. Para orang tua pun diharapkan harus bisa membangun komunikasi yang lebih intensif lagi serta mencoba berkomunikasi dari hati ke hati kepada sang anak. Orang tua pun dituntut harus lebih bisa meningkatkan daya sensitivitas terhadap gestur yang diperlihatkan oleh sang anak. Dengan begitu segala ketidakpastian yang muncul antara orang tua dan anak dapat diminimalisir. 5. Dalam menyampaikan hal yang berkaitan dengan seks kepada anak, orang tua diharapkan dapat memberikan pemahaman bahwa seks bukan merupakan suatu hal yang dapat dijadikan candaan atau bahan tertawaan tapi hal yang berkaitan dengan seks merupakan sesuatu yang penting.