BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. bab IV, maka penulis menarik kesimpulan komunikasi antarpribadi orang tua dan anak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PENUTUP. membutuhkan bimbingan serta pengawasan dalam mengunakan gadget. Proses

Kualitas Komunikasi Interpersonal Atasan Bawahan di PT Kuala Pelabuhan Indonesia. Oleh: Praycy Yohana Wantah. Gregoria Arum Yudarwati

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

III. METODE PENELITIAN. yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi,

BAB III METODE PENELITIAN. pengajar muda dan peserta didik di desa tertinggal dalam meningkatkan motivasi

Bernadheta Damaris Mutiara Isya Riska Ardila P Ukhtiani Putri S

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki pasangan akan selalu saling melengkapi satu sama lain.

BAB I PENDAHULUAN. Ruben (2006 : 17) berpendapat komunikasi manusia adalah suatu

BENTUK KOMUNIKASI. By : Lastry. P, SST

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja rasa ingin tahu terhadap masalah seksual sangat penting

BAB IV ANALISA DATA. data sekunder yang telah dikumpulkan oleh peneliti melalui proses. wawancara dan observasi secara langsung di lokasi penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang terjadi antara dua orang. dan pengalaman masing-masing dalam percakapan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Meningkatnya tingkat kekerasan seksual terhadap anak di Kota Bekasi pada

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai adanya proses perubahan pada aspek fisik maupun psikologis

Perilaku Keorganisasian IT

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN. untuk bisa mempertahankan hidupnya. Sebagai mahluk sosial manusia tidak lepas

BAB I PENDAHULUAN. dibicarakan di depan anak-anak apalagi untuk mengajarkannya kepada

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat saling mengisi dan saling membantu satu dengan yang lain.

BAB I PENDAHULUAN. di tempat bekerja, di pasar, dan sebagainya. Sejalan hal tersebut komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. canggih ini membutuhkan sarana atau media untuk menyampaikan informasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA DAN ANAK TENTANG PENDIDIKAN KESEHATAN REPDORUKSI

Salsabila Khairani 1 ABSTRAK

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Setiap organisasi memiliki berusaha mewujudkan tujuan organisasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan komunikasi saat ini, banyak orang

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan-perubahan yang dramatis. Perubahan-perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang potensial adalah generasi mudanya. Tarigan (2006:1)

BAB 1 PENDAHULUAN. Y, 2009). Pada dasarnya pendidikan seksual merupakan suatu informasi

Sesi 7: Pelecehan Seksual

Komunikasi Interpersonal. Dwi Kurnia Basuki

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. dan citra diri (Studi Fenomenologi pada Jama ah Wanita Masjid Imam Ahmad

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menikmati masa remajanya dengan baik dan membahagiakan, sebab tidak jarang

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan antara anak-anak yang dimulai saat

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupannya sering dipertemukan satu sama lainnya dalam

BAB V POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PARTISIPAN INDONESIA DALAM PERSEKUTUAN DOA SOLAFIDE

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki fungsi yang terpenting yaitu sebagai alat komunikasi untuk

Fitri Saraswati / Ike Devi Sulistyaningtyas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan sebuah hal penting dalam sebuah kehidupan,

BAB I PENDAHULUAN. hubungan sosial yaitu hubungan berpacaran atau hubungan romantis.

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. gambaran harga diri (self esteem) remaja yang telah melakukan seks di luar nikah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. IV, maka peneliti menarik kesimpulan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Keluarga yang kokoh akan menghasilkan anak-anak yang kokoh juga.

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai kodratnya manusia adalah makhluk pribadi dan sosial dengan

BAB I PENDAHULUAN. bergaul, bersosialisasi seperti masyarakat pada umumnya. Tidak ada salahnya

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan tidak diadakan untuk melayani diri nya sendiri. masyarakatnya tidak buta akan informasi yang ada pada saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. akurat khususnya teman (Sarwono, 2006). menarik secara seksual, apakah mereka akan bertumbuh lagi, apakah orang

BAB I PENDAHULUAN. melainkan juga mengikat janji dihadapan Tuhan Yang Maha Esa untuk hidup

B A B V KESIMPULAN DAN SARAN. arti dari gesture-gesture yang mudah dipahami dalam dunia tari. Dengan

Struktur Pertukaran Sosial Antara Atasan dan Bawahan di PT. Sirkulasi Kompas Gramedia Yogyakarta. Edwin Djaja / Ninik Sri Rejeki

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis maupun intelektual. Pada

Gambaran konsep pacaran, Nindyastuti Erika Pratiwi, FPsi UI, Pendahuluan

BAB V PENUTUP. Berdasarkan dari penelitian dan penyajian data beserta analisisnya. 1. Ruang Lingkup Materi Pendidikan Seks di SMP Hang Tuah 2

KETERAMPILAN KONSELING BAGI GURU. 6/14/2010 Anne Hafina PPB UPI Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masyarakat yang semakin maju dan berkembang, informasi

B A B I PENDAHULUAN. yang sangat mendasar dan vital dalam kehidupan manusia. Dikatakan mendasar,

PERSEPSI MAHASISWA DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FISIP USU TERHADAP PROSES KOMUNIKASI DALAM BIMBINGAN SKRIPSI

BAB VI PENUTUP. diketahui bahwa ketiga subjek mengalami self blaming. Kemudian. secara mendalam peneliti membahas mengenai self blaming pada

PERILAKU SEKSUAL WABAL DI TINJAU DARI KUALITAS KOMUNIKASI ORANG TUA-ANAK TENTANG SEKSUALITAS S K R I P S I

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai unit terkecil dalam masyarakat, keluarga memiliki

yang penting di dalam dunia bisnis mall sehingga karyawan dapat memberikan kinerja yang maksimal dan dapat memberikan produktivitas yang tinggi. Sebua

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Pentingnya kehidupan keluarga yang sehat atau harmonis bagi remaja

1.1. Latar Belakang Masalah

PENGARUH KOMUNIKASI INTERPERSONAL GURU TERHADAP MINAT BELAJAR PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VII DI SMP PESANTREN IMMIM PUTRA MAKASSAR

Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.15 No.3 Tahun 2015

Komunikasi Keluarga dalam Membangun Konsep Diri Mantan Pengguna Narkoba

BAB III METODOLOGI PENULISAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 3 METODE PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Variabel) dan Variabel Terikat (Dependent Variabel). Variabel bebas dalam

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang jelas dan benar, yang meliputi proses terjadinya pembuahan,

PROSES KOMUNIKASI ANTARPRIBADI PADA WARGA BINA SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi yang paling efektif dalam interaksi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Penyebaran arus informasi yang tidak terbatas dan dibatasi menyebabkan

3. PERILAKU KELOMPOK DAN INTERPERSONAL

BAB I PENDAHULUAN. Menurut DR. Nana Mulyana selaku Kepala Bidang Advokasi dan. Kemitraan Kementerian Kesehatan hasil Riset Kesehatan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan ditinjau dari sudut psikososial (kejiwaan kemasyarakatan)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III PENUTUP. ditunjukkan dari hasil analisis deskriptif keseluruhan lima dimensi komunikasi

ANALISIS KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA HUMAS PT PLN (Persero) DISTRIBUSI JAKARTA DAN TANGERANG


BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanan menuju masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. manusia baik individu maupun kelompok. Setiap saat manusia berpikir, bertindak

PENDIDIKAN SEKSUALITAS PADA REMAJA MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 KonteksMasalah

BABI PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan media komunikasi yang semakin pesat,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISIS DATA. umumnya para remaja, tak terkecuali para remaja Broken Home, baik pada saat

Petugas Back Office PIK, (7) Petugas Front Office PIK, (8) Petugas Via Media PIK, dan (9) Petugas Database Informasi PIK diisi oleh Subbagian Layanan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai makhluk hidup sosial, dalam kesehariannya senantiasa

BAB I PENDAHULUAN. kreativitas dan semangat rasa ingin tahu seseorang. Sang penguasa alam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, persaingan bisnis ini menjadi sangat tajam baik

Transkripsi:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan dan di analisa pada bab IV, maka penulis menarik kesimpulan komunikasi antarpribadi orang tua dan anak dalam mengantisipasi kekerasan seksual di Kabupaten Tangerang yang di klasifikasikan berdasarkan Pemahaman Orang Tua tentang Kekerasan Seksual, Keterbukaan (Oppeness), Sikap Empati (Emphaty), Sikap Mendukung (Supportiveness), Sikap Positif (Positiveness), Kesetaraan (Equality) sebagai berikut, 1. Pemahaman Orang Tua tentang Kekerasan Seksual Setiap orang tua memiliki latar belakang yang berbeda mengenai pemahaman yang berkaitan dengan kekerasan seksual. Sebagian besar orang tua yang belum mengetahui serta belum mendapatkan informasi secara mendalam mengenai pemaparan yang berkaitan dengan kekerasan seksual. Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara dengan orang tua yang kurang dapat menjelaskan mengenai apa itu kekerasan seksual. Penulis menilai faktor utama yang menjadi sebab dalam hal ini ialah kurangnya sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah serta minat para orang tua untuk mencari tahu mengenai informasi yang berkaitan dengan kekerasan seksual, padahal 84

85 pemahaman mengenai kekerasan seksual itu penting sebagai pondasi awal guna melindungi anak-anak dari tindak kekerasan seksual. 2. Keterbukaan (Oppeness) Para orang tua dalam berkomunikasi antarpribadi dengan anaknya dalam hal keterbukaan serta mencari informasi mengenai seksual mereka menggunakan pendekatan sebagai teman atau sahabat, penulis melihat cara ini yang paling sering digunakan dalam mengurangi ketidakpastian yang terjadi diantara orang tua dan anak. Dengan menggunakan pendekatan seperti ini sang anak merasa nyaman dalam menceritakan serta memahami pesan yang disampaikan oleh orang tuanya. 3. Sikap Empati (Emphaty) Rasa empati yang ditimbulkan orang tua mengenai kasus yang terjadi terhadap Yuyun membuat para orang tua mencoba untuk lebih aktif lagi dalam melindungi sang anak dari tindak kekerasan seksual serta mencoba berperan lebih dalam membangun komunikasi antarpribadi yang positif dan baikd dengan sang anak sehingga pesan yang disampaikan oleh orang tua mengenai informasi kekerasan seksual dapat diterima dengan baik.

86 4. Sikap Mendukung (Supportiveness) Dalam menyampaikan informasi yang berkaitan dengan seksualitas banyak upaya yang dilakukan oleh orang tua, terdapat orang tua yang berkomunikasi dengan sang anak menggunakan kata-kata kiasan ataupun perumpamaan selain itu pula terdapat orang tua yang menggunakan pendekatan agama dalam memberikan pemahaman mengenai kekerasan seksual. Tidak hanya itu, ada pula orang orang tua yang menyampaikan informasi dengan komunikasi verbal, dimana dalam hal ini beliau sangat transparan dan terbuka dalam menyampaikan informasi mengenai kekerasan seksual kepada sang anak. Penulis juga bahkan menemukan adapula orang tua yang kurang peduli terhadap perkembangan serta pemahaman sang anak mengenai hal yang berkaitan dengan seksual. Beliau beralasan bahwa anaknya tersebut belum tepat mengetahui hal tersebut. Sebagian besar orang tua (narasumber) yang kurang memahami fungsinya sebagai orang tua dalam hal mengkomunikasikan pendidikan seksual kepada anak karena sebgian besar dari orang tua terlihat berhati-hati sekali dalam menyampaikan informasi tersebut, penulis juga menemukan bahwa terdapat orang tua yang memilih untuk diam dan beranggapan bahwa mengkomunikasikan hal yang berkaitan dengan seksual merupakan hal yang tabu, untuk itu mereka menilai anak-anak mereka cukup memperoleh

87 informasi tersebut melalui sekolah dan media. Sebagian orang tua juga menilai jika dalam konteks ini membicarakan lebih mendalam kepada anak, hal ini akan menimbulkan rasa keingintahuan lebih dalam untuk si anak dalam mendekati hal yang berkaitan dengan seksual atau kekerasan seksual. 5. Sikap Positif (Positiveness) Penulis melihat Sebagian besar orang tua (narasumber) yang ternyata masih sangat sulit untuk mencoba menyampaikan atau mengkomunikasikan hal yang berkaitan dengan seks kepada sang anak, salah contohnya ialah ibu Maemunah. Sebagian besar dari mereka masih menganggap mudah dalam berkomunikasi dengan sang anak dalam menyampaikan hal yang konteksnya dengan seks, namun saat pengaplikasiannya dalam kehidupan sehari-hari, mereka terlihat sulit mencoba mengkomunikasikannya. Terdapat beberapa upaya yang dilakukan oleh orang tua dalam memunculkan sikap positif kepada sang anak. Diantaranya ialah dengan mengaitkan hal yang berkaitan dengan seksual kepada unsur agama, dimana orang tua mencoba memberikan pemahaman bahwa melihat gambar porno merupakan hal yang tercela dan dilarang oleh agama, apabila kita melakukannya kita akan mendapatkan hukuman tapi sebaliknya apabila kita dapat menghindarinya kita akan mendapatkan imbalan. Selain itu sikap

88 positif lainnya adalah mencoba mengarahkan sang anak untuk lebih optimalkan lagi waktu luang yang ada dengan kegiatan yang positif, diharapkan hal ini dapat membuat sang anak untuk tidak terfokus terhadap hal yang berkaitan dengan seksual. 6. Kesetaraan (Equality) Dalam penelitian ini khususnya pada poin kesetaraan penulis melihat sebagian besar para orang tua mulai menyadari bahwa untuk dapat bisa membangun komunikasi antarpribadi yang baik dengan anak, dibutuhkan rasa nyaman untuk sang anak. Di poin ini para orang tua berusaha menjadi mitra yang sejajar, partner, dan sahabat bagi sang anak untuk bisa lebih mendekatkan diri dan lebih mencoba memahami apa yang selama ini dirasa oleh sang anak. Dalam hal ini juga para orang tua berupaya menjadi tempat yang nyaman bagi sang anak dengan mencoba menjadi pendengar yang aktif dan bagi sang anak. Dengan begitu para orang tua dapat menekan ketidakpastian yang muncul serta memahami apa yang menjadi harapan sang anak. 5.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan, serta kesimpulan yang telah dikemukakan oleh penulis. Penulis coba memberikan saran yang diharapkan dapat

89 menjadi masukan dalam melakukan komunikasi antarpribadi antara orang tua dan anak khususnya dalam hal yang berkaitan dengan kekerasan seksual. Berikut saran tersebut : 5.2.1 Saran Akademis Bagi mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi khususnya untuk jurusan Public Relations dapat menggunakan penelitian ini untuk mengetahui seperti apa komunikasi antarpribadi antara orang tua dan anak dalam mengantisipasi kekerasan seksual. Penelitian selanjutnya diharapkan dalam penelitian selanjutnya untuk coba meneliti lagi lebih dalam mengenai data dan fakta yang dibutuhkan sehingga dapat memperoleh hasil yang maksimal. 5.2.2 Saran Praktisi 1. Komunikasi yang dibangun antara orang tua dan anak dalam hal memberikan pemahaman mengenai pendidikan seks harus lebih ditingkatkan lagi serta intensitas komunikasinya pun harus lebih banyak lagi. Karena walau bagaimanapun pendidikan seks yang dalam hal ini memiliki fungsi mengantisipasi sang anak untuk terhindar dari korban kekerasan seksual merupakan sesuatu yang penting, dan pendidikan seks mengenai kekerasan seksual ini harus dimulai dari rumah, khususnya dari orang tua atau keluarga sebagai gerbang utama dalam menatap dunia luar. Selain itu untuk para orang tua supaya lebih terbuka lagi terhadap informasi yang berkaitan dengan

90 kekerasan seksual pada anak, sehingga kejadian kejadian yang tidak diharapkan dapat diminimalisir sedini mungkin. 2. Diharapkan orang tua dapat memahami bahwa komunikasi dengan anak yang berkaitan dengan seks merupakan hal yang penting. 3. Orang tua harus mencoba belajar lagi untuk menyampaikan serta mengkomunikasikan hal-hal yang berkaitan dengan seks secara tepat kepada anak. 4. Para orang tua pun diharapkan harus bisa membangun komunikasi yang lebih intensif lagi serta mencoba berkomunikasi dari hati ke hati kepada sang anak. Orang tua pun dituntut harus lebih bisa meningkatkan daya sensitivitas terhadap gestur yang diperlihatkan oleh sang anak. Dengan begitu segala ketidakpastian yang muncul antara orang tua dan anak dapat diminimalisir. 5. Dalam menyampaikan hal yang berkaitan dengan seks kepada anak, orang tua diharapkan dapat memberikan pemahaman bahwa seks bukan merupakan suatu hal yang dapat dijadikan candaan atau bahan tertawaan tapi hal yang berkaitan dengan seks merupakan sesuatu yang penting.