BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

dokumen-dokumen yang mirip
KINERJA WILAYAH JAWA BARAT SELATAN DITINJAU DARI PERSPEKTIF PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN TUGAS AKHIR. Oleh: DESRA NINDITA

BAB IV ANALISIS KINERJA PEMBANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dengan tujuan mencapai kehidupan yang lebih baik dari

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH JAWA BARAT SELATAN

Menunggu Jalur Lintas Selatan Pulau Jawa Menjadi Kenyataan

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA BARAT BAGIAN SELATAN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah Terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Provinsi Jawa Timur

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN... 1

V. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI JAWA BARAT

IKU Pemerintah Provinsi Jambi

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

Analisis Isu-Isu Strategis

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tabel 1.1 Luas Hutan Mangrove di Indonesia Tahun 2002 No Wilayah Luas (ha) Persen

Penilaian Tingkat Keberlanjutan Pembangunan di Kabupaten Bangkalan sebagai Daerah Tertinggal

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional jangka panjang secara bertahap dalam lima tahunan

BAB I PENDAHULUAN... I-1

BAB I PENDAHULUAN. perhatian yang khusus oleh pemerintah seperti halnya sektor industri dan jasa.

BAB I PENDAHULUAN. individu manusia setelah pangan dan sandang. Pemenuhan kebutuhan dasar

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

Kalimantan Tengah. Jembatan Kahayan

Indikator Kinerja Utama Kabupaten CilacapPeriode

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI. PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... vii

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) 2012

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2016, No Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaks

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. distribusi pendapatan di desa dan kota, di mana terjadi peningkatan

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT

I. PENDAHULUAN. Aktifitas kegiatan di perkotaan seperti perdagangan, pemerintahan, persaingan yang kuat di pusat kota, terutama di kawasan yang paling

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

Produk Domestik Regional Bruto

Bab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan

BAB II PEMBANGUNAN WILAYAH BERKELANJUTAN

RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNANN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

STRATEGI NASIONAL RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL TAHUN

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI

Angka harapan hidup (jumlah rata-rata tahun. Jumlah infrastruktur kesehatan per Persentase jumlah desa di suatu kabupaten

Daftar Tabel Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016

2.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD SAMPAI DENGAN TAHUN 2013 DAN REALISASI RPJMD

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendahuluan 1. Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 7 Tahun : 2015

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

DAFTAR ISI. BAB IV Analisis isu-isu srategis Permasalahan Pembangunan Isu Strategis... 77

V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT. Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

WCED Our Common Future (The Brundlandt Report). Oxford.: Oxford University Press.

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VII P E N U T U P

RINGKASAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN LEBAK TAHUN 2009

PROGRAM LINTAS SEKTOR (1): PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN

RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

KATA PENGANTAR. Demikian Laporan Pendahuluan ini kami sampaikan, atas kerjasama semua pihak yang terkait kami ucapkan terima kasih.

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

PENCAPAIAN TARGET PEMBANGUNAN: KEMISKINAN, GINI RASIO, PENGANGGURAN DAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan....

VISI PAPUA TAHUN

BAPPEDA Planning for a better Babel

BAB IV ANALISIS KERAGAAN 22 KABUPATEN TERTINGGAL. Kajian mengenai karakteristik kondisi masing-masing wilayah diperlukan

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

DISTRIBUSI PENDAPATAN KOTA PALANGKA RAYA 2014

D A F T A R I S I Halaman

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN BONE BOLANGO NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET

4.1. Permasalahan Pembangunan

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

MAKALAH PEMBAHASAN EVALUASI KEBIJAKAN NASIONAL PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP DI DAERAH ALIRAN SUNGAI 1) WIDIATMAKA 2)

BAB 2 TINJAUAN LITERATUR

PROFIL PEMBANGUNAN JAWA BARAT

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 VISI KABUPATEN BENGKULU TENGAH

IKHTISAR EKSEKUTIF NO URUSAN SASARAN %

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

I. PENDAHULUAN. jangka panjang (Sukirno, 2006). Pembangunan ekonomi juga didefinisikan

Tahun Penduduk menurut Kecamatan dan Agama Kabupaten Jeneponto

DATA TERPILAH DALAM PEMBANGUNAN PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

I PENDAHULUAN. Laju 2008 % 2009 % 2010* % (%) Pertanian, Peternakan,

Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel

Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kabupaten Kuningan

BAB VII KETERCAPAIAN INDIKATOR PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DI KOTA SUKABUMI DAN ANALISIS KESENJANGAN

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015

PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

Transkripsi:

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini akan memberikan kesimpulan hasil penelitian berdasarkan teori dan temuan studi yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya. Selain itu, juga akan diberikan rekomendasi berupa langkah strategis untuk meningkatkan keberlanjutan pembangunan di Wilayah Jawa Barat Selatan. Sebagai penutup, pada bagian akhir bab ini juga akan diuraikan mengenai kelemahan studi dan rekomendasi untuk studi lanjutan. 5.1 Kesimpulan Keberlanjutan wilayah pada intinya bergantung pada beberapa aspek yang saling mengait dan menunjang, antara lain aspek ekonomi, sosial, lingkungan, dan aspek pendukung. Pembangunan wilayah dapat dianggap lebih mengarah pada keberlanjutan jika mampu mengupayakan perbaikan kinerja pada keseluruhan aspek secara terus menerus untuk memperbesar kesejahteraan generasi masa kini dan memperbesar peluang kesejahteraan generasi mendatang. Upaya tersebut pada prinsipnya dapat dicapai melalui keseimbangan antara kinerja ekonomi, sosial, dan lingkungan. Dalam mencapai keseimbangan, perbaikan kinerja salah satu aspek tidak boleh diikuti dengan pengorbanan kinerja aspek lainnya. Keseluruhan aspek diharapkan membaik kinerjanya dan mencapai target kinerja optimumnya secara bersama-sama. Wilayah Jawa Barat Selatan menunjukkan bahwa pembangunannya belum mampu memberikan perbaikan kinerja pada keseluruhan aspek. Pada aspek ekonomi, Jawa Barat Selatan masih menunjukkan catatan kinerja positif dan negatif: indikator PDRB per kapita dan Rasio Gininya menunjukkan perbaikan, sedangkan persentase pengangguran terbuka dan penduduk miskinnya masih memburuk. Pada aspek sosial, Jawa Barat Selatan sudah menunjukkan catatan kinerja positif: angka harapan hidup, angka melek huruf, dan persentase penduduk tamat SLTP ke atasnya memperlihatkan kecenderungan membaik selama kurun waktu amatan. Pada aspek lingkungan, Jawa Barat Selatan masih memperlihatkan catatan kinerja negatif: luas sawah irigasi dan luas hutannya menyusut, frekuensi bencana alamnya juga 104

105 memperlihatkan kecenderungan meningkat selama kurun waktu amatan. Kerusakan lingkungan di wilayah ini bahkan tidak terbatas pada daerah daratan, tetapi juga terjadi di lingkungan pesisir pantainya yang terletak di bagian selatan. Pada aspek pendukung, Jawa Barat Selatan baru menunjukkan catatan kinerja positif pada persentase panjang jalan aspal dan persentase rumah tangga dengan penerangan listrik, sedangkan persentase panjang jalan dengan kondisi baik dan persentase rumah tangga dengan air ledengnya masih menunjukkan kinerja negatif. Berdasarkan kinerja agregatnya, Wilayah Jawa Barat Selatan baru memperlihatkan perbaikan pada aspek ekonomi dan sosial, sedangkan aspek lingkungannya masih memburuk. Pembangunan Wilayah Jawa Barat Selatan juga belum mengarah pada kondisi keseimbangan antara kinerja ekonomi, sosial, dan lingkungan. Kinerja ekonomi dan lingkungan wilayah tersebut semakin tertinggal dari kinerja sosialnya dan kinerja lingkungannya masih tampak paling buruk diantara ketiganya. Bagi wilayah tertinggal, pembangunan berkelanjutan juga berarti upaya perbaikan kinerja keseluruhan aspek secara terus menerus untuk mengejar atau mengurangi ketertinggalannya dari wilayah lain. Wilayah Jawa Barat Selatan memperlihatkan bahwa kinerja sebagian besar aspek/indikatornya masih relatif buruk dibandingkan dengan Jawa Barat. Pada aspek ekonomi, Jawa Barat Selatan baru memperlihatkan kinerja yang relatif baik untuk indikator Rasio Gini dan persentase pengangguran terbuka, sedangkan PDRB per kapita dan persentase penduduk miskinnya masih relatif buruk. Pada aspek sosial, angka melek huruf Jawa Barat Selatan tampak relatif baik, namun angka harapan hidup dan persentase penduduk tamat SLTP ke atasnya masih relatif buruk. Pada aspek pendukung, persentase panjang jalan aspal Jawa Barat Selatan sudah relatif baik, tetapi persentase jalan dengan kondisi baik, persentase rumah tangga dengan penerangan listrik, dan persentase rumah tangga dengan air ledengnya masih relatif buruk. Secara umum, kinerja agregat aspek sosial Wilayah Jawa Barat Selatan masih relatif buruk dibandingkan dengan Jawa Barat. Kinerja ekonominya relatif memburuk menjadi di bawah Jawa Barat. Sementara kinerja lingkungannya relatif membaik menjadi di atas rata-rata Jawa Barat.

106 Dari kelima kabupaten yang ada di Wilayah Jawa Barat Selatan, Ciamis memperlihatkan kinerja ekonomi paling baik. Kinerja sosial dan lingkungannya masih relatif memburuk. Bahkan kinerja lingkungannya tampak paling buruk pada akhir tahun amatan. Kabupaten Tasikmalaya memperlihatkan kinerja sosial yang relatif baik. Kinerja ekonominya juga relatif membaik, namun kinerja lingkungannya masih relatif memburuk. Kabupaten Garut memperlihatkan kinerja lingkungan paling baik dibandingkan dengan kabupaten lainnya. Kinerja sosialnya juga relatif membaik ke urutan terbaik, namun kinerja ekonominya masih relatif memburuk. Kabupaten Cianjur memperlihatkan kinerja lingkungan yang relatif baik. Kinerja ekonominya relatif membaik, walaupun masih tergolong buruk. Sedangkan kinerja sosialnya masih relatif buruk. Kabupaten Sukabumi memperlihatkan kinerja lingkungan yang relatif membaik, namun kinerja ekonomi dan sosialnya relatif memburuk, bahkan tampak paling buruk pada akhir tahun amatan. Dari seluruh temuan studi di atas dapat ditarik beberapa butir kesimpulan sebagai berikut. Pembangunan Wilayah Jawa Barat Selatan belum mengarah pada kondisi keberlanjutan seperti yang diharapkan karena belum memberikan perbaikan kinerja pada keseluruhan aspek/indikator dan belum mengarah pada kondisi keseimbangan antara kinerja ekonomi, sosial dan lingkungan. Wilayah Jawa Barat Selatan memiliki modal untuk mencapai pembangunan berkelanjutan dengan perbaikan kinerja pada aspek sosial (seluruh indikator), aspek ekonomi (sebagian indikator), dan aspek pendukungnya (sebagian indikator). Wilayah Jawa Barat Selatan masih menghadapi ancaman keberlanjutan dengan kemunduran kinerja pada aspek lingkungan (seluruh indikator), sebagian indikator ekonomi, dan sebagian indikator pendukung lainnya. Kinerja lingkungan yang masih buruk dan kinerja ekonominya yang semakin tertinggal dari kinerja sosial juga menunjukkan masih adanya ancaman terhadap keberlanjutan wilayah. Dibandingkan dengan Jawa Barat, Wilayah Jawa Barat Selatan memiliki modal untuk mencapai keberlanjutan dengan kinerja yang relatif baik pada beberapa indikator ekonomi, sosial, dan pendukungnya. Wilayah

107 Jawa Barat Selatan juga memiliki modal positif berupa kinerja yang relatif membaik pada aspek lingkungannya. Namun, kinerja sebagian besar indikator ekonomi, sosial, dan pendukungnya yang masih relatif buruk memberi petunjuk masih adanya kesenjangan pembangunan antara wilayah tersebut dengan wilayah lainnya di Jawa Barat. Kesenjangan atau ketertinggalan wilayah mengakibatkan keterbatasan dalam melakukan pembangunan dan dapat menimbulkan kerentanan sosial sehingga menunjukkan masih adanya ancaman terhadap keberlanjutan wilayah maupun nasional. Wilayah Jawa Barat Selatan memiliki modal positif untuk mencapai keberlanjutan dengan kinerja ekonomi yang relatif baik/membaik di Kabupaten Ciamis dan Tasikmalaya; kinerja sosial yang relatif baik di Kabupaten Tasikmalaya dan Garut; dan kinerja lingkungan yang relatif baik/membaik di Kabupaten Garut, Cianjur, dan Sukabumi. Wilayah Jawa Barat Selatan juga masih memiliki kelemahan dalam mencapai pembangunan berkelanjutan dengan kinerja ekonomi yang relatif buruk/memburuk di Kabupaten Cianjur Sukabumi, dan Garut; kinerja sosial yang relatif buruk/memburuk di Kabupaten Cianjur, Sukabumi, dan Ciamis; kinerja lingkungan yang relatif buruk/memburuk di Kabupaten Ciamis dan Tasikmalaya. 5.2 Rekomendasi Pengembangan Wilayah Jawa Barat Selatan ke depan harus dibingkai dalam perspektif pembangunan berkelanjutan. Kegagalan dalam mewujudkan keberlanjutan di Wilayah Jawa Barat Selatan sebagai wilayah tertinggal dapat menimbulkan persoalan yang mengancam keberlanjutan wilayah lain maupun nasional. Untuk menggiring pembangunannya ke arah keberlanjutan, Wilayah Jawa Barat Selatan dapat melakukan beberapa strategi pembangunan sebagai berikut. Mengakselerasi pembangunan lingkungannya, antara lain melalui: (a) pengendalian konversi hutan dan lahan sawah beririgasi; (b) peningkatan konservasi terutama di daerah dengan kemiringan tinggi dan berpotensi longsor; (c) pengelolaan daerah pesisir secara berkelanjutan (antara lain melalui rehabilitasi kawasan hutan mangrove, pencegahan kerusakan

108 terumbu karang, dan pengelolaan penambangan pasir besi di pesisir pantai selatan agar tidak merusak lingkungan); serta (d) peningkatan pendidikan, pelatihan, dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan. Mengakselerasi pembangunan ekonominya dengan memprioritaskan pada upaya penanggulangan kemiskinan dan penyediaan lapangan kerja. Strategi yang dapat dilakukan antara lain: (a) pengembangan sektor pertanian melalui penguatan sistem agribisnis dan pengembangan teknologi produksi maupun pengolahan hasil pertanian; (b) peningkatan kualitas tenaga kerja melalui pengembangan pendidikan dan pelatihan ketenagakerjaan; (c) pengembangan lapangan kerja pertanian maupun non pertanian (antara lain melalui redistribusi kepemilikan lahan kepada petani kecil berlahan sempit, penguatan usaha kecil/menengah, dan pengembangan kesempatan, minat, dan kemampuan wirausaha yang seluas-luasnya dalam masyarakat). Meningkatkan pembangunan sosialnya dengan memprioritaskan pada upaya peningkatan pendidikan dan kesehatan masyarakat. Strategi yang dapat dilakukan antara lain: (a) peningkatan pemerataan dan aksesibilitas masyarakat ke fasilitas dan layanan pendidikan maupun kesehatan yang lebih berkualitas (terutama untuk rumah sakit, SLTP, dan SMU yang ketersediaannya masih terbatas dan belum tersebar merata); (b) pengembangan pendidikan berbasis potensi setempat; dan (c) penyuluhan kepada masyarakat mengenai pentingnya pendidikan serta pemeliharaan kesehatan dan lingkungan. Mengakselerasi pembangunan aspek pendukungnya dengan memprioritaskan pada upaya peningkatan akses masyarakat ke layanan infrastruktur air bersih dan energi listrik, perbaikan kualitas jaringan jalan dengan kondisi rusak/rusak berat, dan pemeliharaan jaringan jalan dengan kondisi baik. Pengembangan infrastruktur transportasi, terutama ke daerah pelosok kecamatan yang masih terisolasi dan kurang berkembang juga masih diperlukan untuk mendukung kelancaran proses pembangunan sosial dan ekonomi.

109 Memprioritaskan akselerasi pembangunan ekonomi dan sosialnya di Kabupaten Cianjur dan Sukabumi, serta pembangunan lingkungannya di Kabupaten Ciamis. Memperbaiki pembangunan ekonomi yang relatif melambat di Kabupaten Garut, pembangunan sosial yang relatif melambat di Kabupaten Ciamis, dan pembangunan lingkungan yang relatif melambat di Kabupaten Tasikmalaya 5.3 Kelemahan Studi Studi ini memiliki beberapa kelemahan sebagai berikut. 1. Indikator lingkungan yang digunakan dalam studi ini belum mampu menggambarkan kondisi lingkungan secara memadai karena ketersediaan data yang minim. 2. Pembuatan indeks ekonomi tahun 1996 masih menggunakan PDRB per kapita hasil backcasting karena adanya perubahan penggunaan harga tahun dasar dari harga konstan tahun 1993 ke 2000 dalam perhitungan PDRB per kapita yang dilakukan oleh BPS. 5.4 Rekomendasi Studi Lanjutan Untuk mempertajam kasus keberlanjutan pembangunan di Wilayah Jawa Barat Selatan maupun wilayah tertinggal lainnya di Indonesia, perlu dilakukan studi lanjutan sebagai berikut. 1. Kajian yang serupa dengan penelitian ini, yaitu mengkaji kinerja pembangunan Wilayah Jawa Barat Selatan atau wilayah tertinggal lainnya di Indonesia ditinjau dari perspektif keberlanjutan dengan menggunakan metoda expert choice dalam penetapan indikator, bobot, maupun standar yang digunakan; atau menggunakan metoda dan pendekatan lain dalam menentukan keberlanjutan wilayah. 2. Kajian mengenai aspek kualitatif dari pembangunan berkelanjutan di Wilayah Jawa Barat Selatan atau wilayah tertinggal lainnya di Indonesia, seperti kajian mengenai aspek kelembagaan dan peran modal sosial dalam implementasi pembangunan berkelanjutan.