BAB I PENDAHULUAN. merupakan unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Sebagai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan derajat hidup masyarakat, sehingga semua negara berupaya

BAB 1 PENDAHULUAN. Puskesmas merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan. Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berjalan sendiri-sendiri dan tidak saling berhubungan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

BAB I PENDAHULUAN. sosial dan ekonomis (Perpres no. 72 Tahun 2012). Menurut UU no. 36 Tahun

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia. Sehat mencantumkan empat sasaran pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. membangun manusia Indonesia yang tangguh. Pembangunan dalam sektor kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. orang, tetapi seluruh masyarakat. Angka kesakitan (morbiditas) pada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB 1 PENDAHULUAN. Konferensi Nairobi tentang Safe Motherhood tahun Indonesia ikut

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan. Salah satu misi tersebut adalah memelihara dan

BAB I PENDAHULUAN. Berkeadilan. Untuk mencapainya, perlu diusahakan upaya kesehatan yang bersifat

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat mahal yang tidak dapat dibayar. Ketika seseorang mengalami suatu penyakit,

BAB 1 : PENDAHULUAN. berdasarkan amanat Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang No. 40 tahun 2004

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah melindungi

BAB 1 PENDAHULUAN. asuransi sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan

Sehat berarti kondisi fisik dan mental yang normal tanpa gangguan, baik gangguan dari luar maupun dari dalam tubuh sendiri

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan

BAB 1 : PENDAHULUAN. mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan

PERLUKAH RAWAT INAP DI PUSKESMAS

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi, sarana pelayanan kesehatan merupakan elemen

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan yang baik merupakan kebutuhan bagi setiap orang.

BAB 1 PENDAHULUAN. Puskesmas merupakan salah satu jenis fasilitas pelayanan kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. yang mampu mewujudkan kesehatan optimal. Sedangkan sasaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. berkelanjutan (sustainable development). Peningkatan kemampuan

PENDAHULUAN. derajat kesehatan dilakukan dengan berbagai upaya salah satunya dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kesehatan merupakan salah satu faktor kualitas hidup yang

BAB 1 PENDAHULUAN. orang per orang, tetapi juga oleh keluarga, kelompok dan bahkan masyarakat. Dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan bangsa Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea 4 adalah untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Amanat Pasal 28-H dan Pasal 34 UUD 1945, Program Negara wajib

KUESIONER PENELITIAN PERILAKU IBU TERHADAP PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT

BAB I PENDAHULUAN. melalui upaya peningkatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),

BAB I PENDAHULUAN. asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya. Tujuan pembangunan. yang produktif secara sosial dan ekonomis (Depkes RI,2009).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh rumah sakit adalah kepuasan pelanggan agar dapat bertahan, bersaing,

BAB 1 PENDAHULUAN. tanpa mengabaikan mutu pelayanan perorangan (Depkes RI, 2009).

I. PENDAHULUAN. mencapai kesejahteraan. Akan tetapi, masih banyak masyarakat dunia khususnya

BAB I PENDAHULUAN. dapat melakukan aktivitas sehari-hari dalam hidupnya. Sehat adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa (PBB) tahun 1948 tentang hak asasi manusia. Berdasarkan. kesehatan bagi semua penduduk (Universal Health Coverage).

BAB 1 PENDAHULUAN. tentang perlunya melakukan Primary Health Care Reforms. Intinya adalah

BAB I PENDAHULUAN. pemecahannya harus secara multi disiplin. Oleh sebab itu, kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambar Umum Objek Observasi Sejarah Perusahaan Visi dan Misi Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut diselenggarakan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemanfaatan pelayanan kesehatan secara umum bisa dikaitkan baik. di beberapa daerah yang mengalami kendala dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan karakteristik tersendiri dan dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan

BAB 1 PENDAHULUAN. bentuknya perilaku dapat dibedakan menjadi perilaku tertutup dan terbuka

yang dirasakan individu terhadap pengobatan.

BAB 1 PENDAHULUAN. menciptakan efektivitas kerja yang positif bagi pegawai. Adanya kepemimpinan yang

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IBU DALAM PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN. Lia Amalia (

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan masalah nasional yang

BAB 1 PENDAHULUAN. derajat kesehatan negara tersebut buruk. Hal ini disebabkan ibu hamil dan bersalin

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem jaminan social nasional bagi upaya kesehatan perorangan.

BAB I PENDAHULUAN. orangan, keluarga maupun masyarakat. Pelayanan antenatal adalah pelayanan

I. PENDAHULUAN. dalam bidang kesehatan. Sampai saat ini Angka Kematian Ibu (AKI) di. Indonesia menempati teratas di Negara-negara ASEAN, yaitu 228 per

BAB 1 PENDAHULUAN. Keberadaan rumah sakit baik milik pemerintah maupun swasta serta

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan oleh pemerintah dan / atau masyarakat (UU No.36, 2009).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendapatan per kapita saat itu hanya Rp. 129,615 (sekitar US$ 14) per bulan.

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan merupakan selisih kinerja institusi pelayanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Kematian ibu semasa hamil dan bersalin masih sangat tinggi. Berdasarkan

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBAGIAN JASA PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara mengakui bahwa kesehatan menjadi modal terbesar untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Pasal 34 ayat 2 menyebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. produktif secara sosial dan ekonomi (Notoadmodjo, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mendasar terhadap pemerintahan dan dimensi kehidupan. Terjadinya transisi

BAB 1 : PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber

BAB I PENDAHULUAN. 128/MENKES/SK/II/2004 sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas kesehatan

DEFISI DAERAH TERPENCIL

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan Undang-Undang No 12 Tahun 2008

BAB I PENDAHULUAN. diarahkan dalam rangka tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan. Penurunan AKI juga merupakan indikator keberhasilan derajat

BAB I PENDAHULUAN. utama dalam pembangunan sektor kesehatan sebagaimana tercantum dalam Program

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia dan juga bagian dari

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP PESERTA JAMKESMAS DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. maupun sosial yang memungkinkan setiap orang dapat hidup produktif secara sosial

BAB I PENDAHULUAN. Dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, Departemen Kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan suatu proses yang dialami oleh wanita di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. beberapa indikator dari Indeks Pembangunan Manusia (Human Development. sosial ekonomi masyarakat (Koentjoro, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai dampak yang besar terhadap pembangunan di bidang kesehatan dan

6. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Tahun 2011 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dan terpenting dari

PENDAHULUAN. harus disediakan oleh pemerintah. Tiap seluruh warga masyarakat / setiap orang

BAB I PENDAHULUAN. yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih merupakan masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sejak tahun 2001 dengan pengentasan kemiskinan melalui pelayanan kesehatan. gratis yang dikelola oleh Departemen Kesehatan.

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 26 TAHUN 2009 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Unsur terpenting dalam organisasi rumah sakit untuk dapat mencapai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempengaruhi kesehatan individu, kelompok, atau masyarakat (Notoatmodjo, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan untuk memberikan pelayanan medis yang dibutuhkan bagi setiap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. tertinggi di Asia Tenggara. Hal itu menjadi kegiatan prioritas departemen

BAB 1 PENDAHULUAN. Kegiatan penanggulangan Tuberkulosis (TB), khususnya TB Paru di

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.5 Latar Belakang Pusat Kesehatan Masyarakat atau yang biasa disebut dengan Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Sebagai penyelenggara pembangunan kesehatan, puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan per orangan, dan upaya kesehatan masyarakat, yang ditinjau dari sistem kesehatan nasional merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama adalah sarana pelayanan kesehatan dasar yang amat penting di Indonesia. Pada saat ini puskesmas telah didirikan hampir di seluruh pelosok tanah air. Untuk menjangkau wilayah kerjanya puskesmas diperkuat dengan puskesmas pembantu, puskesmas keliling dan untuk daerah yang jauh dari sarana pelayanan rujukan, puskesmas dilengkapi dengan fasilitas rawat inap. Jumlah puskesmas di Indonesia yang tercatat sampai dengan akhir tahun 2010 sebanyak 9.005 unit dengan rincian jumlah puskesmas perawatan 2.920 unit dan puskesmas non perawatan sebanyak 6.085 unit (Profil Kesehatan Indonesia, 2010). Di Provinsi Sumatera Utara jumlah puskesmas mengalami peningkatan, selama tahun 2008-2011 dari 484 unit menjadi 569 unit pada tahun 2012. Hal ini terjadi karena adanya pemekaran kabupaten/kota. Jumlah puskesmas perawatan mengalami peningkatan dari 145 unit menjadi 163 unit. Jumlah puskesmas pembantu mengalami kenaikan dari 1.819 unit tahun 2010 menjadi 2.085 unit tahun 2012. Setiap kecamatan di Provinsi Sumatera Utara telah memiliki paling sedikit satu 1

2 puskesmas. Bila dibandingkan dengan jumlah penduduk Sumatera Utara yakni 13.215.401 jiwa, maka satu puskesmas melayani 23.255 jiwa, bila dibandingkan dengan standar nasional, satu puskesmas melayani 30.000 jiwa, berarti Pemerintah Provinsi Sumatera Utara telah mampu menyediakan sarana kesehatan khususnya puskesmas mencapai standar nasional tersebut (Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, 2012). Meskipun sarana pelayanan kesehatan dasar telah terdapat di semua kecamatan dan ditunjang oleh beberapa puskesmas pembantu namun upaya peningkatan belum dapat dijangkau oleh seluruh masyarakat. Diperkirakan hanya sekitar 30% penduduk yang memanfaatkan pelayanan puskesmas dan puskesmas pembantu (Depkes RI, 2010). Di Kabupaten Simalungun, kondisi ini tidak jauh berbeda. Pemanfaatan puskesmas sebagai pusat layanan kesehatan dasar masyarakat masih minim. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No. 32 tahun 2004 yang memberikan wewenang otonomi daerah, Bupati Kabupaten Simalungun menyikapi dengan mengeluarkan Peraturan Daerah No.188.45/4206-Diskes/2011 tentang pemberlakuan layanan puskesmas 24 jam dan mulai efektif diberlakukan sejak tanggal 8 September 2011 untuk seluruh pelayanan kesehatan dasar yang berlaku bagi semua penduduk Kabupaten Simalungun. Bupati Simalungun menginstruksikan pelayanan kesehatan di puskesmas sebagai ujung tombak penanganan kesehatan kepada masyarakat terbuka 24 jam. Tujuan pelayanan puskesmas buka 24 jam yaitu untuk meningkatkan pelayanan

3 kesehatan pada masyarakat, mempermudah akses pelayanan kesehatan di luar jam kerja puskesmas. Kebijakan ini diambil berdasarkan pertimbangan karena memperhatikan kondisi bahwa sebagian besar masyarakat golongan ekonomi tidak mampu atau kewalahan saat diserang penyakit tetapi tidak punya uang untuk berobat ke rumah sakit, apalagi rumah sakit swasta pada tengah malam. Namun sejak diberlakukannya kebijakan ini, peningkatan kunjungan puskesmas dan pemanfaatan puskesmas oleh penduduk masih sekitar 38,50% tidak jauh berbeda dengan sebelum diberlakukannya puskesmas 24 jam, target indikator kinerja yaitu 40% (Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Simalungun, 2011). Beberapa pandangan yang berkembang di masyarakat terkait rendahnya jumlah kunjungan masyarakat ke puskesmas antara lain buruknya citra pelayanan di puskesmas, di antaranya pegawai yang tidak disiplin, kurang ramah, kurang profesional, pengobatan yang tidak manjur, fasilitas gedung maupun peralatan medis dan non medis kurang memadai di masyarakat harus dirujuk untuk melanjutkan pengobatan atau pemeriksaan yang sebenarnya masih dapat dilakukan di puskesmas, atau untuk membeli obat-obatan yang tidak tersedia di puskesmas karena kondisi geografis di beberapa tempat tidak mendukung akibat jauhnya jarak tempuh, tidak ada transportasi, jam buka puskesmas dan lain-lain. Di samping itu tenaga kesehatan juga melakukan praktik swasta di luar jam kerja puskesmas yang memungkinkan persaingan yang terselubung dengan puskesmas, yang berpengaruh terhadap angka kunjungan ke puskesmas (Muninjaya, 2004).

4 Menurut Anderson (Notoatmodjo, 2007), komponen yang memengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah : (1) faktor predisposisi (predisposing, seperti demografi, struktur sosial dan keyakinan), (2) faktor pemungkin (enabling, seperti sumber daya keluarga, sumber daya komunitas/masyarakat), dan (3) komponen tingkatan kesakitan (Illnes level, seperti tingkat rasa sakit). Depkes RI (2009) menyatakan bahwa rendahnya pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan dapat disebabkan oleh (1) jarak yang jauh, (2) tidak tahu adanya suatu kemampuan fasilitas, (3) biaya yang tidak terjangkau, dan (4) tradisi yang menghambat pemanfaatan fasilitas. Hasil penelitian Heniwati (2008), mengungkapkan bahwa variabel pekerjaan, jarak tempuh dan kualitas pelayanan berpengaruh terhadap pemanfaatan puskesmas sedangkan variabel umur, pendidikan dan jumlah petugas tidak memengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan. Menurut Thadeus dan Maine (1990), bahwa faktor yang memengaruhi pengambilan keputusan untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan meliputi individu, kemudahan pelayanan dan kualitas pelayanan. Nilai pemanfaatan puskesmas sangat ditentukan oleh peran serta masyarakat dan kegiatan sumber daya manusia. Menurut Harfiani (2003), dalam penelitiannya mengatakan, ada beberapa faktor yang memengaruhi pelayanan kesehatan yaitu faktor sosiokultural meliputi teknologi pemanfaatan kesehatan dan norma/nilai yang ada di masyarakat, faktor organisasi meliputi ketersediaan sumber daya, akses geografi, sosial dapat diterima mengarah kepada faktor psikologi sosial dan faktor biaya, sedangkan terjangkau

5 mengarah kepada faktor ekonomi dan faktor yang berhubungan dengan konumen,interaksi konsumen dengan provider. Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara terdiri dari 31 kecamatan, 345 desa/nagori dan 22 kelurahan. Kabupaten tersebut memiliki puskesmas sebanyak 34 unit yang terdiri 25 puskesmas rawat jalan (buka 24 jam), dan 9 puskesmas perawatan (rawat inap). Kecamatan Pamatang Silimahuta adalah salah satu dari 31 kecamatan yang terdapat di Kabupaten Simalungun, Kecamatan Pamatang Silimahuta memiliki satu puskesmas yaitu Puskesmas Pamatang Silimahuta. Puskesmas ini memiliki 8 desa sebagai wilayah kerja yang terdiri dari Desa Tigaraja, Mardinding, Nagasaribu, Sinar Naga Mariah, Ujung Saribu, Ujung Mariah, Siboras dan Saribu Jandi. Jumlah penduduk seluruh wilayah kerja Puskesmas Pamatang Silimahuta adalah 10334 jiwa, jumlah kepala keluarga sebanyak 2851 (Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Simalungun, 2011). Puskesmas Pamatang Silimahuta merupakan puskesmas yang jumlah kunjungannya masih menunjukkan relatif rendah sejak diberlakukannya kebijakan puskesmas buka 24 jam, artinya tidak ditemukan peningkatan kunjungan pasien yang signifikan berobat ke puskesmas.

6 Tabel 1.1. Daftar Kunjungan Pasien yang Berobat di Puskesmas Pamatang Silimahuta September 2011 sampai dengan Juni 2013 Tahun/ Bulan Askes Umum Jamkesmas Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam September 2011 Desember 2011 36 20 2 240 140 19 635 315 18 Januari 2012 111 55 25 821 446 56 1477 948 43 Desember 2012 Januari 2013 Juni 2013 49 25 14 306 2169 25 1288 994 32 Total 196 100 41 1367 802 100 3400 2257 93 Sumber : Profil Puskesmas Pamatang Silimahuta, 2011 Hasil survei pendahuluan yang penulis lakukan di Kecamatan Pamatang Silimahuta ini puskesmas buka 24 jam masih belum dimanfaatkan secara optimal, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yakni, faktor geografis, seperti jarak atau lokasi puskesmas kurang strategis dengan pemukiman masyarakat, di mana terdapat beberapa desa yang letaknya relatif jauh dari lokasi puskesmas sampai mencapai >10km, sehingga masyarakat berpikir lebih baik berobat ke praktek bidan yang berada di desanya sendiri dari pada berobat ke puskesmas. Mata pencaharian masyarakat di Kecamatan Pamatang Silimahuta ini mayoritas adalah bertani dan sebahagian besar status ekonominya masih rendah sehingga masih banyak masyarakat yg berpendidikan rendah yaitu SD dan SLTP. Dari hasil wawancara terhadap beberapa ibu di desa Tigaraja, mereka mengatakan tidak tahu bahwa puskesmas ternyata sudah buka 24 jam dan sebahagian lagi mengatakan, di saat butuh pelayanan kesehatan biasanya berobat ke praktek bidan atau beli obat dari warung saja dan juga masih ada yang menggunakan pengobatan tradisional. Desa Saribu Jandi, desa ini adalah desa yang paling jauh >10

7 km ke lokasi puskesmas beberapa ibu mengatakan terlalu jauh berobat ke pukesmas karena transportasi susah dan biaya transportasi untuk mencapai lokasi puskesmas sekitar Rp.10.000 sampai Rp.15.000 dirasa terlalu memberatkan masyarakat karena lebih besar dari pada biaya berobat ke alternatif lain seperti mantri, bidan, Balai Pengobatan Swasta. Namun, masih ada sebagian ibu yang berobat ke puskesmas dalam kondisi kesehatan persalinan dan 2 orang ibu mengatakan mereka berobat jika penyakitnya parah seperti TB paru. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian di Puskesmas Pamatang Silimahuta untuk menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi pemanfaatan puskesmas buka 24 jam, dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di Kecamatan Pamatang Silimahuta, Kabupaten Simalungun. 1.6 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian adalah apakah ada pengaruh faktor pendidikan, pekerjaan, pengetahuan sikap, pendapatan, informasi, keterjangkauan dan kondisi kesehatan terhadap pemanfaatan puskesmas 24 jam di Kecamatan Pamatang Silimahuta, Kabupaten Simalungun. 1.7 Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian yang akan dilakukan adalah untuk menjelaskan pengaruh faktor pendidikan, pekerjaan, pengetahuan,

8 sikap, pendapatan, informasi, keterjangkauan dan kondisi kesehatan terhadap pemanfaatan puskesmas buka 24 jam pada masyarakat di Kecamatan Pamatang Silimahuta, Kabupaten Simalungun. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Sebagai bahan masukan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Simalungun dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan puskesmas buka 24 jam di wilayah kerjanya. 2. Sebagai bahan informasi kepada Kepala Puskesmas dalam proses pembuatan kebijakan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan puskesmas di Kecamatam Pamatang Silimahuta. 3. Sebagai bahan informasi kepada masyarakat setempat mengenai manfaat puskesmas buka 24 jam dalam membantu peningkatan derajat kesehatan mereka. 4. Sebagai pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang ilmu administrasi dan kebijakan kesehatan serta dalam penemuan metodologi baru dalam lingkup Ilmu Kesehatan Masyarakat.