NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Biologi A

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. selai adalah buah yang masak dan tidak ada tanda-tanda busuk. Buah yang

NASKAH PUBLIKASI RISA DHALIA A

KANDUNGAN VITAMIN C DAN ORGANOLEPTIK SELAI JAMBU BIJI DENGAN PENAMBAHAN EKSTRAK KELOPAK BUNGA ROSELLA DAN BUAH BELIMBING WULUH NASKAH PUBLIKASI

KANDUNGAN VITAMIN C DAN ORGANOLEPTIK SELAI BUNGA KEMBANG SEPATU

UJI ORGANOLEPTIK DAN KANDUNGAN VITAMIN C PADA PEMBUATAN SELAI BELIMBING WULUH DENGAN PENAMBAHAN BUAH KERSEN DAN BUNGA ROSELA

Studi Pembuatan Selai Campuran Dami Nangka (Artocarpus heterophyllus) dengan Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbí L.)

BAB 1 PENDAHULUAN. Buah kersen merupakan buah yang keberadaannya sering kita jumpai

BAB I PENDAHULUAN. padat dan sering menjadi pelengkap untuk makan roti, dan dibuat inovasi

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Seiring dengan berkembangnya zaman, masyarakat semakin

UJI ORGANOLEPTIK DAN DAYA SIMPAN SELAI GULMA KROKOT

I. PENDAHULUAN. bermanfaat jika diolah, misalnya dibuat marmalade (Sarwono, 1991). Bagian

PEMANFAATAN BIJI TURI SEBAGAI PENGGANTI KEDELAI DALAM BAHAN BAKU PEMBUATAN KECAP SECARA HIDROLISIS DENGAN MENGGUNAKAN EKSTRAK PEPAYA DAN NANAS

BAB I PENDAHULUAN. mengkonsumsi buah ini dalam keadaan segar. Harga jual buah belimbing

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Astawan (2008), jambu biji merupakan buah yang sangat

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : PUJI ASTUTI A

YUWIDA KUSUMAWATI A

I. PENDAHULUAN. Tenggara yang beriklim tropis basah seperti Indonesia, Thailand dan Malaysia

Disusun oleh: DESYI NUR AINI A

I. PENDAHULUAN. daratan Malaya. Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi Linn.) banyak ditemui

I. PENDAHULUAN. Buah naga (Hylocereus polyrhizus) merupakan buah yang saat ini cukup populer

PEMANFAATAN DAUN KELOR (Moringa oleifera Lamk.) SEBAGAI BAHAN CAMPURAN NUGGET IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis C.)

PENDAHULUAN. Djoko Poernomo*, Sugeng Heri Suseno*, Agus Wijatmoko**

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2)

ORGANOLEPTIK DAN VITAMIN C SELAI BUAH KERSEN

BAB I PENDAHULUAN. makanan sangat terbatas dan mudah rusak (perishable). Dengan pengawetan,

I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae,

I. PENDAHULUAN. makanan selingan berbentuk padat dari gula atau pemanis lainnya atau. makanan lain yang lazim dan bahan makanan yang diijinkan.

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

A. Penggunaan. B. Alat dan Bahan. Berikut ini alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan selai. 1. Alat

I. PENDAHULUAN. kelezatannya (Anonim a, 2006). Manggis menyimpan berbagai manfaat yang luar

UJI ORGANOLEPTIK FRUITGHURT HASIL FERMENTASI LIMBAH BUAH ANGGUR (Vitis vinifera) OLEH Lactobacillus bulgaricus SKRIPSI

1 PENDAHULUAN. Pemikiran, dan (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Anonim (2011), produksi tomat Indonesia dari tahun 2008 hingga tahun

I PENDAHULUAN. selain sebagai sumber karbohidrat jagung juga merupakan sumber protein yang

SIFAT KIMIA DAN TINGKAT KESUKAAN PERMEN KERAS (Hard Candy) SARI BUAH PALA (Myristica fragrans houtt famili myristicaseae)

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DUKUNGAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM AKSELERASI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS INDUSTRIAL PEDESAAN. Malang, 13 Desember 2005

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga

UJI ORGANOLEPTIK DAN DAYA SIMPAN SELAI KROKOT

I. PENDAHULUAN. Pengembangan komoditi perkebunan menempati prioritas yang tinggi dalam

LEMBAR PENGESAHAN PEMBUATAN FRUIT LEATHER SIRSAK-ROSELLA HASIL PENELITIAN

PEMANFAATAN JANTUNG PISANG KEPOK KUNING (Musa paradisiaca) TEPUNG KEDELAI DAN TEPUNG TAPIOKA SEBAGAI BAHAN TAMBAHAN PADA BAKSO DAGING SAPI

PEMANFAATAN EKSTRAK WORTEL (Daucus carota) DAN BUAH WALUH (Cucurbita moschata) SEBAGAI BAHAN PENGAWET ALAMI BAKSO DAGING

I. PENDAHULUAN. tidak rata karena mata tunas dan warna daging dari putih hingga kuning

I. PENDAHULUAN. kuning atau merah (Prajnanta, 2003).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selatan. Buah naga sudah banyak di budidayakan di Negara Asia, salah satunya di

BAB I PENDAHULUAN. bahan dalam pembuatan selai adalah buah yang belum cukup matang dan

PENGARUH PENAMBAHAN GULA PASIR DAN GULA MERAH TERHADAP TINGKAT KESUKAAN DODOL NANAS

KADAR PROTEIN DAN BETAKAROTEN BAKSO IKAN TUNA YANG DIPERKAYA JAMUR MERANG (Volvariella volvaceae) DAN UMBI WORTEL NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tomat termasuk buah klimaterik dimana terjadi peningkatan proses

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Llatar Belakang, (2) Identifikasi

KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III (Tiga) Gizi Ilmu Kesehatan

SKRIPSI. KUALITAS PERMEN JELLY DARI ALBEDO KULIT JERUK BALI (Citrus grandis L. Osbeck) DAN ROSELA (Hibiscus sabdariffa L.) DENGAN PENAMBAHAN SORBITOL

SUBSTITUSI TEPUNG TEMPE UNTUK PEMBUATAN KUE LUMPUR COKLAT DENGAN PENAMBAHAN VARIASI GULA PASIR JURNAL PUBLIKASI

I PENDAHULUAN. kesehatan. Nutrisi dalam black mulberry meliputi protein, karbohidrat serta

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi, diantaranya mengandung vitamin C, vitamin A, sejumlah serat dan

KANDUNGAN VITAMIN C DAN UJI ORGANOLEPTIK FRUITHGURT KULIT BUAH SEMANGKA DENGAN PENAMBAHAN GULA AREN DAN KAYU SECANG NASKAH PUBLIKASI

BAB III METODE PENELITIAN. (treatment) terhadap objek penelitian serta adanya kontrol penelitian.

I. PENDAHULUAN. mencegah rabun senja dan sariawan (Sunarjono, 2003). Jeruk bali bisa dikonsumsi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMANFAATAN Gracilaria sp. DALAM PEMBUATAN PERMEN JELLY

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

UJI KADAR PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK DAGING SAPI REBUS YANG DILUNAKKAN DENGAN SARI BUAH NANAS (Ananas comosus) NASKAH PUBLIKASI

KARAKTERISASI FISIK DAN ph PADA PEMBUATAN SERBUK TOMAT APEL LIRA BUDHIARTI

kerusakan, dan dapat menurunkan kualitas dari buah-buahan.

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

PENGARUH PENAMBAHAN SUKROSA DAN GLUKOSA PADA PEMBUATAN PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING TERHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI DAN ORGANOLEPTIK

PENDAHULUAN. Buah-buahan tidak selalu dikonsumsi dalam bentuk segar, tetapi sebagian

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

Pengawetan dengan garam, asam dan gula

JURNAL ISSN TEKNOLOGI AGRO-INDUSTRI Vol. 4 No. 1; Juni 2017

BIN I G N G WU W LUH SEBAGAI KOAGULAN DAN PENGAW

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Es krim adalah salah satu makanan kudapan berbahan dasar susu

BAB I PENDAHULUAN. Kandungan gizi pada ikan adalah protein, lemak, vitamin-vitamin, mineral,

I. PENDAHULUAN. yaitu permen keras, permen renyah dan permen kenyal atau permen jelly. Permen

I PENDAHULUAN. (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pembuatan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Asap. Pengolahan ikan tongkol (Euthynnus affinis) asap diawali dengan

I PENDAHULUAN. halaman tempat tinggal (Purwaningsih, 2007).

I. PENDAHULUAN. mengkonsumsi buah pare (Widayanti dkk., 2013).

PENDAHULUAN. proses pengolahannya permen terbagi menjadi dua kelompok besar yaitu

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (6) Hipotesa dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

PEMBUATAN SAOS CABE MERAH Nurbaiti A. Pendahuluan Cabe merah merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi

JURNAL TEKNOLOGI AGRO-INDUSTRI Vol. 3 No.1 ; Juni 2016 ISSN OPTIMASI PEMBUATAN KURTO (KURMA TOMAT)

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Biologi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam kadar protein kecap manis air kelapa menunjukkan

LAPORAN ILMU TEKNOLOGI PANGAN Pembotolan Manisan Pepaya. Oleh :

KADAR PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK NUGGET FORMULAS IKAN TONGKOL DAN JAMUR TIRAM PUTIH YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI. Program studi pendidikan biologi

PENGARUH PEMBUNGKUS YANG BERBEDA TERHADAP KADAR ETANOL DAN ORGANOLEPTIK TAPE UWI (Dioscorea alata L) NASKAH PUBLIKASI

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN KUALITAS FRUITGHURT KULIT PISANG (Musa paradisiaca) DENGAN PENAMBAHAN SARI TEBU DAN KAYU SECANG NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan akan vitamin dan mineral yang diperoleh dari buah-buahan

BAB I PENDAHULUAN. macam belimbing yaitu belimbing manis (Averrhoa carambola) dan

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Biologi DIAH AYU FITRIANI

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

1989).Sampel sebanyak 2 g dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer 500ml. balik. Didihkan selama 30 menit dan kadang kala digoyang- goyangkan.

UJI KUALITAS YOGHURT SUSU SAPI DENGAN PENAMBAHAN MADU dan Lactobacillus bulgaricus PADA KONSENTRASI YANG BERBEDA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Daging ayam merupakan sumber protein hewani yang mudah dimasak

Transkripsi:

PERBANDINGAN KADAR VITAMIN C, ORGANOLEPTIK, DAN DAYA SIMPAN SELAI BUAH TOMAT (Lycopersicum esculentum) DAN PEPAYA (Carica papaya) YANG DITAMBAHKAN GULA PASIR NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Biologi A 420090101 Diajukan Oleh: SEPTI ERLINDA DEWI A 420100152 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014

PERBANDINGAN KADAR VITAMIN C, ORGANOLEPTIK, DAN DAYA SIMPAN SELAI BUAH TOMAT (Lycopersicum esculentum) DAN PEPAYA (Carica papaya) YANG DITAMBAHAKAN GULA PASIR Septi Erlinda Dewi, A 420100152, Program Studi Pendidikan Biologi, Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2014. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan gula pasir terhadap kadar vitamin C, uji organoleptik dan daya simpan pada selai. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dua faktor yaitu perbandingan(tomat + pepaya) dan gula pasir. Dalam penelitian ini terdapat 6 perlakuan. Pengujian kadar vitamin C menggunakan metode iodiometri, organoleptik menggunakan 20 panelis dan uji daya simpan menggunakan parameter munculnya jamur dan ph dengan penyimpanan pada suhu ruang dan suhu dingin, analisis data menggunakan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa kadar vitamin C tertinggi pada perlakuan P1G1 dan terendah pada perlakuan P3G2. Hasil uji organoleptik selai tomat yang disukai panelis pada P3G2 (tomat 100 g + pepaya 100 g + gula pasir 50 g) dengan rasa tidak berasa tomat, sedikit beraroma tomat dan memiliki tekstur sangat kental. Daya simpan selai pada suhu dingin tidak ditumbuhi jamur dan nilai ph normal, sedangkan daya simpan selai pada suhu ruang pada P3G1, P1G1 dan P1G2 ditumbuhi jamur. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu semakin banyak penambahan buah tomat dan sedikit gula pasir semakin tinggi kadar vitamin C. buah pepaya tidak berpengaruh signifikan terhadap kadar vitamin C. Hasil organoleptik panelis lebih suka selai yang ditambahkan gula pasir 50 g. Hasil daya simpan selai tomat terlama pada penyimpanan suhu dingin (kulkas) selama 6 hari, sedangkan hasil daya simpan selai tomat tersingkat pada penyimpanan suhu ruang selama 3 hari. Kata Kunci : Selai Tomat, Gula Pasir, Kadar Vitamin C, Organoleptik dan Daya simpan.

A. Pendahuluan Selai merupakan produk makanan yang berbentuk setengah padat dan dibuat dari campuran gula dan buah. Buah yang masih muda tidak dapat digunakan untuk pembuatan selai karena kandungan pektinnya rendah (Sidauruk, 2011). Kriteria kematangan buah yang dapat digunakan untuk membuat selai adalah buah yang masak, tidak ada tanda-tanda busuk, mengandung pektin dan asam yang cukup untuk menghasilkan selai yang baik. Buah yang digunakan untuk penelitian ini adalah buah tomat masak dan buah pepaya mengkal. Buah tomat mempunyai daya simpan yang tidak bertahan lama, lebih dari 3 hari akan busuk. Oleh karena itu perlu penanganan atau pengawetan buah tomat melalui teknologi pangan dalam bentuk hasil olahan sehingga dapat memperpanjang daya simpan dan meningkatkan nilai ekonomis. Menurut Anggareni (2012) tomat mengandung banyak vitamin C, pektin dan asam sehingga memenuhi syarat untuk dijadikan selai. Kandungan pektin pada buah tomat cukup bervariasi antara 0,17%-0,25%. Pektin merupakan bahan pembentukan gel untuk memodifikasi tekstur selai. Jumlah pektin yang ideal untuk pembuatan selai berkisar 0,75%-1,5%. Pektin yang digunakan pada penelitian ini dari buah pepaya. Menurut Astuti (2008) seluruh bagian tanaman pepaya mengandung pektin, kandungan pektin terbesar pada bagian buah. Berdasarkan hasil penelitian Anggareni (2012) kandungan pektin yang terdapat pada buah pepaya adalah 1,32 gram per 70,6 gram berat tepung ekstrak buah pepaya. Kandungan pektin buah pepaya antara 0,73%-0,99%, yang dapat dijadikan sebagai pengganti pektin komersial dalam pembuatan selai. Pembentukan gel pada selai dipengaruhi oleh konsentrasi pektin, ph, dan konsentrasi gula. Penambahan gula akan mempengaruhi keseimbangan pektin. Gula biasa digunakan untuk pengawet makanan karena gula bersifat higroskopis atau menyerap air sehingga sel-sel bakteri akan dehidrasi dan akhirnya mati (Sutomo, 2012). Penelitian menggunakan gula pasir sebagai pemberi rasa manis, senyawa pendehidrasi dan pengawet pada selai.

Ada pengaruh penambahan gula pasir terhadap kadar vitamin C. Hasil penelitian Nur aini (2013) hasil analisis kandungan vitamin C tertinggi terdapat pada perlakuan gula pasir 50 g. Semakin tinggi dosis gula pasir yang ditambahkan, maka semakin rendah kadar vitamin C. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian dengan judul penelitian, Perbandingan Kadar Vitamin C, Organoleptik, dan Daya Simpan Selai Buah Tomat (Lycopersicum esculentum) dan Pepaya (Carica papaya) yang Ditambahkan Gula Pasir. B. Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Juli 2014, uji daya simpan dilakukan di Laboratorium Pangan Gizi Biologi FKIP UMS, dan uji kadar vitamin C dilaksanakan di Laboratorium Kimia FIK UMS. Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor yaitu perbandingan komposisi bahan selai (tomat + pepaya) dan gula pasir. Dalam penelitian ini terdapat 6 perlakuan dengan 3 kali ulangan. Tabel 3.1 Rancangan Percobaan Bahan selai P1 (tomat 140 g + pepaya 60 g) P2 (tomat 120 g + pepaya 80 g) P3 (tomat 100 g + pepaya 100 g) Ulangan Ulangan Ulangan Gula pasir 1 2 3 1 2 3 1 2 3 G1 (25 g) G2 (50 g) Keterangan: P1G1 = (Tomat 140 g + Pepaya 60 g) + Gula pasir 25 g P2G1 = (Tomat 120 g + Pepaya 80 g) + Gula pasir 25 g P3G1 = (Tomat 100 g + Pepaya 100 g) + Gula pasir 25 g P1G2 = (Tomat 140 g + Pepaya 60 g) + Gula pasir 50 g P2G2 = (Tomat 120 g + Pepaya 80 g) + Gula pasir 50 g P3G2 = (Tomat 100 g + Pepaya 100 g) + Gula pasir 50 g Teknik pengumpulan data dengan menguji kadar vitamin C, organoleptik dan daya simpan selai tomat dan pepaya yang ditambahkan gula pasir. Pengujian kadar vitamin C dengan metode iodometri, uji kualitas selai organoleptik menggunakan panelis sebanyak 20 orang dan pengujian daya simpan dengan cara menyimpan selai selama 6 hari pada suhu ruang dan suhu dingin (kulkas). Hasil penelitian kemudian di analisis data deskrpitif kualitatif.

C. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Hasil Penelitian a. Kadar Vitamin C Tabel 4.1 Rata-Rata Kadar Vitamin C Per 100 g Selai Tomat dan Pepaya yang Ditambahkan Gula Pasir Perlakuan Kadar vitamin C (mg) Perlakuan Kadar vitamin C (mg) P1G1 9,39** P1G2 4,79 P2G1 8,81 P2G2 4,14 P3G1 7,04 P3G2 3,88* Keterangan: P1G1= (Tomat 140 g + pepaya 60 g) + gula pasir 25 g P2G1= (Tomat 120 g + pepaya 80 g)+ gula pasir 25 g P3G1= (Tomat 100 g + pepaya 100 g) + gula pasir 25 g P1G2= (Tomat 140 g + pepaya 60 g) + gula pasir 50 g P2G2= (Tomat 120 g + pepaya 80 g) + gula pasir 50 g P3G2= (Tomat 100 g + pepaya 100 g) + gula pasir 50 g * : Kadar vitamin C terendah ** : Kadar vitamin C tertinggi Hasil penelitian menunjukan bahwa kadar vitamin C tertinggi pada perlakuan P1G1 sebesar 9,39 mg dan kadar vitamin C terendah pada perlakuan P3G2 sebesar 3,88 mg. b. Uji Organoleptik Tabel 4.2 Rata-Rata Hasil Uji Organoleptik Selai Tomat dan Pepaya yang Ditambahkan Gula Pasir Organoleptik Rasa Aroma Tekstur Daya terima P1G1 Sedikit berasa tomat Sedikit beraroma tomat kental Kurang suka P2G1 Sedikit berasa tomat Sedikit beraroma tomat kental Suka P3G1 Tidak berasa tomat Sedikit beraroma tomat kental Kurang suka P1G2 Sedikit berasa tomat Sedikit beraroma tomat Sangat kental Suka P2G2 Sedikit berasa tomat Sedikit beraroma tomat Sangat kental Suka P3G2 Tidak berasa tomat Sedikit beraroma tomat Sangat kental Suka Keterangan: P1G1: (tomat 140 g + pepaya 60 g) + gula pasir 25 g P2G1: (tomat 120 g + pepaya 80 g) + gula pasir 25 g P3G1: (tomat 100 g + pepaya 100 g) + gula pasir 25 g P1G2: (tomat 140 g + pepaya 60 g) + gula pasir 50 g P2G2: (tomat 120 g + pepaya 80 g) + gula pasir 50 g P3G2: (tomat 100 g + pepaya 100 g) + gula pasir 50 g Perlakuan Kriteria selai tomat dinilai dari segi rasa, aroma, tekstur, dan daya terima. Hasil uji organoleptik rasa oleh 20 panelis menunjukan selai tomat perlakuan P3G1 dan P3G2 memiliki rasa yaitu tidak berasa tomat

sedangkan pada perlakuan P1G1, P2G1, P1G2, dan P2G2 sedikit berasa tomat. Hasil uji organoleptik aroma menunjukan selai tomat pada semua perlakuan sedikit beraroma tomat. Hasil uji organoleptik tekstur menunjukan pada perlakuan P1G2, P2G2, dan P3G2 tekstur selai sangat kental. Hasil daya terima menunjukan panelis kurang suka pada perlakuan P1G1 dan P3G1, selai yang disukai panelis perlakuan P2G1, P1G2, P2G2, dan P3G2. c. Daya simpan Tabel 4.3 Data Penelitian Uji Daya Simpan Selai Tomat dan Pepaya yang Ditambahkan Gula Pasir Suhu ruang Suhu dingin/ kulkas Hari ke- 2 4 6 2 4 6 jamur ph jamur ph jamur ph Jamur ph jamur ph jamur ph P1G1-4,1-3,6 3,6-3,7-3,5-3,5 P2G1-4,2-3,7-3,7-3,5-3,5-3,7 P3G1-4,3 3,6 3,7-3,6-3,6-3,6 P1G2-3,6-3,4 3,6-3,4-3,4-3,5 P2G2-3,6-3,5-3,6-3,4-3,5-3,5 P3G2-3,8-3,6-3,6-3,4-3,5-3,6 Keterangan: P1G1: (tomat 140 g + pepaya 60 g) + gula pasir 25 g P2G1: (tomat 120 g + pepaya 80 g) + gula pasir 25 g P3G1: (tomat 100 g + pepaya 100 g) + gula pasir 25 g P1G2: (tomat 140 g + pepaya 60 g) + gula pasir 50 g P2G2: (tomat 120 g + pepaya 80 g) + gula pasir 50 g P3G2: (tomat 100 g + pepaya 100 g) + gula pasir 50 g Perlakuan Hasil daya simpan selai tomat selama 6 hari pada suhu ruang dan 6 hari pada suhu dingin (kulkas) yaitu pertumbuhan jamur muncul pada hari keempat pada perlakuan P3G1, hari keenam pada perlakuan P1G1 dan P1G2 yang disimpan pada suhu ruang. Selai yang disimpan pada suhu dingin (kulkas) tidak ditumbuhi jamur sampai hari keenam. 2. Pembahasan a. Kadar Vitamin C Kadar vitamin C paling tinggi pada perlakuan P1G1 (tomat 70% (140 g), pepaya 30% (60 g) dan gula pasir 25 g) dengan kadar vitamin C sebesar 9,39 mg. Kadar vitamin C terendah pada perlakuan P3G2

Kadar Vitamin C dengan (tomat 60% (120 g), pepaya 40% (80 g) dan gula pasir 50 g) dengan kadar vitamin C sebesar 3,88 mg. 10 8 6 4 2 0 Kadar Vitamin C 9.39 8.81 7.04 4.79 4.14 3.88 Rata-rata P1G1 P2G1 P3G1 P1G2 P2G2 P3G2 Perlakuan Gambar 4.1 Histogram Hasil Uji Kadar Vitamin C Selai Tomat dan Pepaya yang Ditambahkan Gula Pasir Gambar 4.1 menunjukan semakin tinggi dosis pepaya yang ditambahkan, tidak menaikkan kadar vitamin C. Hal ini disebabkan kandungan vitamin C pada buah pepaya mengkal adalah 19 mg/100 g lebih sedikit dibandingkan dengan kandungan vitamin C pada buah tomat masak yakni 40 mg/100 g. Berdasarkan Wenny (2007) vitamin C dalam buah tomat akan menurun drastis setelah dipanaskan. Sekitar 95% vitamin C akan rusak dengan pemanasan pada suhu 90 0 C selama 240 jam. Semakin tinggi dosis gula yang ditambahkan, dapat menurunkan kadar vitamin C pada selai. Hal ini disebabkan semakin banyak gula pasir yang ditambahkan pada selai maka pemanasan yang dibutuhkan semakin lama sehingga kerusakan vitamin C akibat pemanasan semakin meningkat. b. Uji Organoleptik Pengujian organoleptik pada selai tomat dilakukan oleh panelis tidak terlatih sebanyak 20 orang mahasiswa UMS. Parameter yang dinilai dalam uji organoleptik selai tomat adalah rasa, aroma, tekstur, dan daya terima. Dari hasil pengujian yang dilakukan oleh panelis tersebut didapatkan hasil uji organoleptik yang dapat dilihat pada gambar berikut:

Nilai organoleptik 4 3 2 1 0 Uji Organoleptik P1G1 P2G1 P3G1 P1G2 P2G2 P3G2 Perlakuan RASA AROMA TEKSTUR DAYA TERIMA Gambar 4.10 Histogram Hasil Uji Organoleptik Selai Tomat dan Pepaya yang Ditambahkan Gula pasir Berdasarkan hasil uji rasa pada selai tomat panelis memberikan penilaian sedikit berasa tomat pada perlakuan P1G1, P2G1, P1G2, dan P2G2. Sedangkan perlakuan P3G1 dan P3G2 panelis memberikan penilaian tidak berasa tomat. Semakin tinggi dosis pepaya dan gula pasir yang ditambahkan maka rasa khas dari buah tomat akan menurun. Gula memberikan cita rasa manis pada selai sehingga menyamarkan rasa khas dari buah tomat. Berdasarkan hasil penelitian aroma semua perlakuan mendapatkan penilaian sedikit beraroma tomat. Perlakuan P1G1 dan P1G2 mendapat penilaian tertinggi, sedangkan perlakuan P3G2 mendapat penilaian terendah. Karakteristik aroma selai yang sesuai dengan SNI 3746: 2008 mempunyai standar aroma yang normal, yaitu dikatakan normal apabila tercium bau khas selai bahan yang digunakan. Semakin banyak komposisi buah pepaya yang ditambahkan maka aroma pada selai tomat akan berkurang, selain itu pada semua perlakuan di tambahkan daun pandan yang berfungsi sebagai bahan penguat aroma. Berdasarkan penelitian tekstur perlakuan dengan nilai tertinggi yaitu perlakuan P1G2, P2G2 dan P3G2 yang ditambahkan gula 50 g memiliki tekstur sangat kental. Perlakuan P1G1, P2G1, dan P3G1 penambahan gula pasir 25 g memiliki tekstur kental. Semakin banyak gula yang ditambahkan maka akan terjadi kristalisasi pada permukaan gel yang terbentuk, bila gula yang ditambahkan sedikit akan terbentuk gel yang lunak. Selain itu kekentalan selai berasal dari pektin yang terkandung dalam buah tomat dan buah pepaya. Kandungan pektin terbesar terdapat

pada buah pepaya, yaitu sebesar 0,73%-99% (Astuti, 2008) dibandingkan buah tomat yang memiliki kandungan pektin antara 0,17%-0,25% (Anggareni, 2012). Dari gambar 4.10 panelis kurang menyukai selai dengan perlakuan P1G1 dan P3G1, sedangkan perlakuan P2G1, P1G2, P2G2, dan P3G2 panelis menyukai selai tersebut. Daya terima tersebut meliputi rasa, aroma, dan tekstur selai yang ditawarkan. Perlakuan P3G2 memiliki daya terima suka, sedangkan nilai terendah yaitu perlakuan P1G1 memiliki daya terima kurang suka. Dalam hasil daya terima ini panelis lebih menyukai selai yang sedikit berasa tomat, bertekstur sangat kental dengan rasa yang manis dan sedikit beraroma tomat. c. Daya Simpan Selai dengan perlakuan P3G1 yang disimpan pada suhu ruang memiliki daya simpan hanya 3 hari, sedangkan pada perlakuan P1G1 dan P1G2 selai tomat bertahan sampai 5 hari. Pada perlakuan P2G1, P2G2, dan P3G2 yang disimpan pada suhu ruang daya simpan mampu bertahan sampai 6 hari. Penyimpanan pada suhu dingin (kulkas) semua perlakuan memiliki daya simpan sampai 6 hari. Parameter dalam menentukan daya simpan selai adalah munculnya jamur dan ph. Jamur pada selai merupakan indikator bahwa selai mengalami penurunan mutu sehingga tidak layak konsumsi. Jamur pada makanan bisa tumbuh disebabkan oleh beberapa faktor yaitu kelembaban, suhu, kadar air, kadar gula dan mikroorganisme. Kelembaban yang rendah menyebabkan jamur terhambat untuk berkembang biak, sedangkan kelembaban yang tinggi menyebabkan jamur berkembang biak dan mudah muncul dengan cepat. Suhu merupakan faktor penting untuk memperpanjang daya simpan. Pada penelitian ini selai disimpan pada suhu kamar (ruang) dan suhu dingin (kulkas). Suhu yang optimal dan tetap akan memperpanjang daya simpan sedangkan suhu yang tidak stabil akan mempersingkat daya simpan. Hasil penelitian menunjukan semua selai yang disimpan pada

suhu dingin (kulkas) tidak ditumbuhi jamur, sedangkan selai pada suhu ruang di tumbuhi jamur. Kadar air yang tinggi mengakibatkan daya simpan menjadi singkat karena bakteri atau jamur mudah berkembang biak, sebaliknya kadar air yang rendah mengakibatkan daya simpan lebih lama. Menurut Reninda (2006) kadar air buah pepaya tinggi yaitu 87, 23%, bubur buah pepaya kadar airnya adalah 88% mengalami peningkatan 0,77%. Semakin tinggi perbandingan gula dibandingkan buah pepaya, dapat menurunkan kadar air dan kadar gula reduksi (Sularjo, 2010). Menurut Salunkhe (1976), bahwa proses osmosis yang terjadi pada buah-buahan yang ditambah gula menyebabkan air keluar dari bahan sehingga menyebabkan berkurangnya kadar air. Pada perlakuan gula 50 g bakteri atau jamur tidak mudah berkembang biak, sebaliknya perlakuan gula 25 g lebih mudah ditumbuhi jamur. Komposisi gula yang cukup tinggi pada olahan pangan dapat mencegah pertumbuhan bakteri atau jamur, sehingga dapat berperan sebagai pengawet. Salah satu sifat jamur adalah hidup ditempat yang sedikit asam. Menurut Fachrudin (2008) nilai derajat keasaman selai berkisar antara 3,1-3,5. Menurut Manullang (1997) derajat keasaman mampu mengendalikan dan menjaga kestabilan pertumbuhan mikroorganisme produk. Selai dengan ph terlalu asam dapat menyebabkan keluarnya air dari gel (sinersis). Derajat keasaman selai pada suhu ruang untuk semua perlakuan pada hari kedua semua berada diatas normal yakni antara 3,6 4,3. Pada hari keempat ph selai mengalami penurunan, perlakuan P1G2 dan P2G2 ph berada pada kisaran normal. Hari keenam semua ph selai berada diatas normal berkisar antara 3,6 3,7. Sedangkan ph selai yang disimpan pada suhu dingin di hari kedua rata-rata berada pada kisaran normal, pada perlakuan P1G1 dan P3G1 ph berada di atas normal yakni 3,7 dan 3,6. Hari keempat ph mengalami naik turun tapi masih berada dikisaran normal, begitu juga pada hari keenam perlakuan yang memiliki ph diatas normal yakni P2G1, P3G1, dan P3G2.

D. Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan Berdasarkan analisis data dan pembahanasan diatas, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: a. Semakin banyak buah tomat, sedikit buah pepaya dan sedikit gula pasir yang ditambahkan maka kadar vitamin C pada selai akan meningkat. b. Hasil uji organoleptik menunjukan selai sedikit berasa tomat, sedikit beraroma tomat, bertekstur kental dan sangat kental, serta memiliki daya terima kurang suka dan suka. c. Selai yang paling cepat rusak atau tidak awet yaitu perlakuan P3G1 yang disimpan pada suhu ruang, sedangkan yang disimpan pada suhu dingin (kulkas) sampai hari ke-6 masih bagus dan awet. 2. Saran Berdasarkan kesimpulan yang diambil, maka diberikan saran sebagai berikut: a. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai kandungan selai tomat yang dapat bermanfaat bagi kesehatan. b. Peneliti selanjutnya disarankan untuk memakai kontrol dalam rancangan percobaan. c. Penambahan pepaya sebaiknya dibuat ekstrak. d. Dalam proses pembuatan selai harus diperhatikan lama pemasakan, dan takaran pemberian asam sitrat agar dapat menghasilkan selai yang lebih berkualitas. DAFTAR PUSTAKA

Anggareni, Andi. 2012. Uji Kualitatif Kandungan Pektin Pada Buah. http://http://andianggarenianggi.blogspot.com/2012/09/uji-kualitatifkandungan-pektin-pada-buah (diakses 28 Februari 2014). Astuti. 2008. Karakterisasi Sifat Fisika Kimia dan Deskripsi Flavor Buah Pepaya (Carica papaya L) Genotip IPB-3 dan IPB-6C. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor. Badan Standarisasi Nasional. 2008. Selai Buah SNI 01-3746-2008. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional. Fachrudin, Lisdiana. 2008. Membuat Aneka Selai.Yogyakarta: Kanisius. Manullang, M. 1997. Food Carbohydrates. Jakarta: Teknologi Pangan, Fakultas Industri, Universitas Pelita Harapan. Nur aini, Desyi.2013. Kandungan Vitamin C dan Organoleptik Selai Bunga Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis) dengan Penambahan Jeruk Siam (Citrus nobilis var. Microcarpa), Gula Pasir, dan Tepung Maizena. Surakarta: Skripsi Thesis Universitas Muhammadiyah Surakarta. Reninda, D. 2006. Karakteristik Fisik dan Kimia Buah Pepaya pada Tiga Umur Petik Buah. Bogor: Skripsi IPB. Salunkhe, D.K. 1976. Storage, Processing and Nutritional Quality of Fruit and Vegetable. Ohio: CRC Press Cleveland. Sidauruk, Mutiara Y. 2011. Studi Pembuatan Selai Campuran Dami Nangka (Artocarpus heterophyllus) Dengan Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.). Sumatra utara: Skripsi Thesis Universitas Sumatra Utara. Sularjo. 2010. Pengaruh Perbandingan Gula Pasir dan Daging Buah Pepaya Terhadap Kualitas Permen Pepaya. ISSN 0215-9511. Klaten. Sutomo, Budi. 2012. Mengawetkan Makanan Secara Alami dan Sehat. https://www.sahabatnestle.co.id/page/menu/chef/tips/mengawetkanmakanan-secara-alami-sehat. (Diakses tanggal 6 juni 2014). Wenny, Irawaty. 2007. Potensi Tomat Lokal Indonesia dalam Pembuatan Pasta Tomat Menggantikan Pasta Tomat Impor. SRKP 2007.