I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. sehat juga semakin meningkat. Produk-produk fermentasi bisa berasal dari berbagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penggumpal, serta kombinasi dari perlakuan-perlakuan tersebut, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. mamalia seperti sapi, kambing, unta, maupun hewan menyusui lainnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. 23,06 %) dan lemak (20,4-33,53 %) dari berat basah. Selain itu keju yang terbuat

SUSU. b. Sifat Fisik Susu Sifat fisik susu meliputi warna, bau, rasa, berat jenis, titik didih, titik beku, dan kekentalannya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. permintaan bahan pangan yang mempunyai nilai gizi tinggi meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. tampilan dan teksturnya mirip dengan tahu yang berwarna putih bersih

BAB I PENDAHULUAN. mengenakkan, karena merasa amis, mual dan sebagainya. Oleh karena itu,

Zat makanan yang ada dalam susu

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

JENIS KEJU DAN PEMBUATAN KEJU

TINJAUAN PUSTAKA. antar negara yang terjadi pada awal abad ke-19, menyebabkan tanaman kedelai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan adalah produk fermentasi berbasis susu. Menurut Bahar (2008 :

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

PENGARUH PENAMBAHAN SUKROSA DAN GLUKOSA PADA PEMBUATAN PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING TERHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI DAN ORGANOLEPTIK

BAB I PENDAHULUAN. lengkap dan telah dikonsumsi oleh seluruh lapisan masyarakat. Susu dapat

I PENDAHULUAN. (6) Hipotesis Penelitian, (7) Tempat dan Waktu Penelitian

PENGOLAHAN SUSU SAPI MENJADI TAHU

atau ditambahkan bahan bahan lain. Secara kimia, susu adalah emulsi lemak dalam air yang mengandung gula, garam-garam mineral, protein

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat

I. PENDAHULUAN. unggas yang lain. Itik mampu mempertahankan produksi telur lebih lama

PENJABARAN RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN Minggu ke-2

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai Latar Belakang Penelitian, Identifikasi Masalah, Maksud dan Tujuan Penelitian, Manfaat dan Kegunaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Susu segar menurut Dewan Standardisasi Nasional (1998) dalam Standar

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

KEJU. Materi 14 TATAP MUKA KE-14 Semester Genap BAHAN KULIAH TEKNOLOGI HASIL TERNAK

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diantaranya adalah tempe, keju, kefir, nata, yoghurt, dan lainlain.

BAB I PENDAHULUAN. pengolahan susu dengan bantuan mikroba untuk menghasilkan berbagai produk

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan

b. Bahan pangan hewani bersifat lunak dan lembek sehingga mudah terpenetrasi oleh faktor tekanan dari luar.

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian,

I PENDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merupakan sumber makanan yang bergizi tinggi. Jamur juga termasuk bahan pangan alternatif yang disukai oleh

Pembuatan Yogurt. 1. Pendahuluan

Food SUSU SUSU. Mitos. Minum BISA PACU TINGGI BADAN? Susu BISA GANTIKAN. for Kids. Makanan Utama? pada Bumil. Edisi 6 Juni Vol

BAB I PENDAHULUAN. wisatawan domestik. orang wisatawan berkunjung ke kota ini.

PENDAHULUAN. mencukupi kebutuhan gizi masyarakat, sehingga perlu mendapat perhatian besar

BAB I PENDAHULUAN. dibudidayakan di air tawar dan disukai oleh masyarakat karena rasanya yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Susu ialah cairan hasil sekresi yang keluar dari kelenjar susu (kolostrum) pada

PENGARUH JENIS KEMASAN DAN LAMA PENYIMPANAN TEHADAP SIFAT KIMIA, MIKROBIOLOGI, DAN ORGANOLEPTIK PERMEN KARAMEL SUSU KAMBING. (Laporan Penelitian) Oleh

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Data populasi sapi perah dan produksi susu

PENDAHULUAN. Es lilin merupakan salah satu jajanan pasar yang telah lama dikenal oleh

BAB I. Pendahuluan. Kesadaran masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi bahan pangan yang

1. BAB I PENDAHULUAN. karena kandungan gizi yang ada didalamnya. Susu merupakan sumber protein,

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan bahan-bahan yang dapat dikonsumsi sehari-hari untuk. cair. Pangan merupakan istilah sehari-hari yang digunakan untuk

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009)

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN SUSU

I. PENDAHULUAN. Jambi) ataupun yang berasal dari daging seperti sosis dan urutan/bebontot

I. PENDAHULUAN. berasal dari susu seperti yogurt, keju, es krim dan dadih (produk olahan susu fermentasi

BAB I PENDAHULUAN. Nilai konsumsi tahu tersebut lebih besar bila dibandingkan dengan konsumsi

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan produksi ternak dan pengetahuan peternak semakin

BAB III MATERI DAN METODE. Mozzarela dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 di Laboratorium Kimia dan

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian

I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. kehidupan manusia dan merupakan salah satu sumber protein hewani yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I PENDAHULUAN...

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. dalam susu dapat dimanfaatkan oleh tubuh. Di dalam kehidupan sehari-hari,

BAB I PENDAHULUAN. alternatif pengganti beras dan sangat digemari oleh masyarakat Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENJABARAN RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN Minggu ke-6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bahan alternatif (Aboulfalzli et al., 2015). Es krim merupakan produk olahan susu

PAPER BIOKIMIA PANGAN

Inovasi Olahan dan Limbah Meningkatkan SDM dan Ekonomi Petani

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini produksi susu sapi segar di Indonesia masih sangat rendah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu. Yoghurt adalah salah satu produk olahan pangan bersifat probiotik yang

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan susu segar sebagai bahan dasarnya, karena total padatan

Oleh : Dr.Ir. Astuti, M.P. Ir. Ekosari Roektiningrum, M.P. Himatul Hasanah, M. P

I. PENDAHULUAN. Buah naga (Hylocereus polyrhizus) merupakan buah yang saat ini cukup populer

Teknologi pangan adalah teknologi yang mendukung pengembangan industri pangan dan mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya mengimplementasikan

KOMBINASI SUHU KOAGULASI DAN SUHU PEMULURAN TERHADAP KUALITAS KIMIAWI KEJU MOZZARELLA DENGAN BAHAN PENGASAM JUS JERUK NIPIS

PEMBUATAN YOGHURT SUSU SAPI DENGAN BANTUAN MIKROORGANISME DALAM PLAIN YOGHURT MENGGUNAKAN ALAT FERMENTOR

I. PENDAHULUAN. Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia.

KARAKTERISTIK DAN KOMPOSISI HASIL TERNAK

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi

I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Hampir 60% produksi kakao berasal dari pulau Sulawesi yakni

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tahun 2011 sebanyak ekor yang tersebar di 35 Kabupaten/Kota.

I. PENDAHULUAN. ekonomi, perubahan pola hidup, peningkatan kesadaran gizi, dan perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Ternak perah adalah ternak yang dapat memproduksi susu lebih dari yang

I PENDAHULUAN. kandungan gizi yang cukup baik. Suryana (2004) melaporkan data statistik

Evaluasi Kualitas Produk Dadih Dalam Bentuk Bubuk Yang Dikeringkan Dengan Sinar Matahari Dan Oven

I. PENDAHULUAN. juga mengandung beberapa jenis vitamin dan mineral. Soeparno (2009)

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Susu merupakan sumber protein dengan mutu yang sangat tinggi. Kadar protein susu segar sekitar 3,5% dengan kadar lemak sekitar 3,0-3,8%. Susu juga merupakan sumber fosfor yang baik dan sangat kaya kalsium. Protein susu mewakili salah satu mutu protein yang nilainya sepadan dengan daging (Winarno, 2004). Susu merupakan komoditas yang mudah rusak, mempunyai risiko tinggi, oleh karena itu perlu penanganan dan pengolahan yang hati-hati (Usmiati dan Abubakar, 2009). Pengolahan susu sangat diperlukan untuk mengatasi permasalahan tersebut, selain dapat meningkatkan daya tahan dari susu tersebut pengolahan susu juga akan meningkatkan nilai jual karena akan terbentuk harga baru dalam proses pengolahannya. Menurut Deptan (2012), kegiatan peningkatan nilai tambah melalui usaha pengolahan hasil peternakan mempunyai prospek yang cukup baik untuk dikembangkan di daerah pedesaan. Produk pengolahan hasil peternakan yang telah berkembang cukup baik di masyarakat adalah produk olahan susu. Salah satu produk dari usaha pengolahan susu yaitu keju. Keju merupakan produk olahan susu yang sudah sangat populer, diperoleh dengan cara menggumpalkan susu penuh (whole milk), susu skim atau campurannya menggunakan rennet. Rennet merupakan suatu jenis enzim yang terdapat dalam rumen hewan ruminansia muda. Keju mempunyai umur simpan yang relatif lama, sehingga pengolahan ini bisa menjadi pilihan dalam mengatasi kelebihan produksi susu. Keju sudah diterima secara luas dalam masyarakat, sehingga pemasaran produk ini tidak sulit. Keju merupakan bahan pangan alternatif yang dapat memenuhi kebutuhan protein hewani, namun produksi keju di Indonesia masih rendah, dan sebagian besar keju di Indonesia masih impor, sehingga perlu pengembangan agar produk keju yang dihasilkan dapat diterima konsumen (Ardhana dan Radiati, 2003). 1

2 Boyolali adalah salah satu daerah penghasil susu di provinsi Jawa Tengah. Boyolali dikenal sebagai kota susu, karena merupakan salah satu pusat terbesar penghasil susu sapi segar di Jawa Tengah (Disnak Provinsi Jawa Tengah, 2013). Beberapa peternak di Boyolali telah melakukan pengolahan susu segar menjadi produk olahan susu untuk meningkatkan nilai jual dari susu. Hal tersebut disebabkan karena harga susu yang masih rendah dan belum stabil. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Boyolali (2014), harga susu segar masih mengalami fluktuasi harga sampai dengan tahun 2013. Harga susu segar tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 berada diantara Rp 3.100,00-Rp 3.450,00. Tahun 2012 ada peningkatan harga susu segar mencapai Rp 7.950,00, namun, pada tahun 2013 mengalami penurunan harga menjadi Rp 4.400,00. Tahun 2015 harga susu di Kabupaten Boyolali mencapai Rp 5.000 per liter. Pengolahan susu menjadi produk keju merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan nilai tambah. Nilai tambah (value added) menurut Hayami et al., (1987 dalam Usman, 2005) adalah pertambahan nilai suatu komoditas karena mengalami proses pengolahan, pengangkutan dan penyimpanan dalam suatu produksi. Nilai tambah dalam proses pengolahan, dapat didefinisikan sebagai selisih antara nilai produk dengan nilai biaya bahan baku dan input lainnya, tidak termasuk tenaga kerja. Nilai tambah yang dihasilkan suatu produk menggambarkan keuntungan yang diperoleh produsen. Pengolahan susu menjadi sebuah produk akan mengeluarkan biaya dalam proses pengolahannya. Biaya tersebut misalnya biaya bahan baku dan biaya bahan penunjang yaitu bahan yang ikut digunakan dalam proses pengolahan selain biaya bahan baku. Adanya biaya dalam proses pengolahan tersebut maka akan terbentuk harga baru sehingga akan meningkatkan nilai jualnya, dari peningkatan nilai jual tersebut akan diketahui nilai tambahnya. Penelitian terdahulu Harmawati (2013) tentang Analisis Nilai Tambah Susu Kambing Peranakan Etawa (PE) sebagai Bahan Baku Produk Olahan Susu Kambing Peranakan Etawa (PE) di Kabupaten Sleman menyebutkan bahwa

3 adanya pengolahan susu akan meningkatkan nilai ekonomisnya maka akan dapat memberikan nilai tambah karena dikeluarkannya biaya-biaya, sehingga terbentuk harga baru yang lebih tinggi dan keuntungannya lebih besar bila dibandingkan tanpa melalui proses pengolahan. Analisis nilai tambah diperlukan oleh suatu perusahaan untuk mengetahui keuntungan dari produk yang dihasilkan, selain itu analisis nilai tambah pada berbagai jenis produk akan diketahui produk keju manakah yang akan menghasilkan nilai tambah paling besar. Perbedaan jenis produk yang dihasilkan dapat menyebabkan perbedaan nilai tambah pada produk tersebut, sehingga selain analisis pada nilai tambah suatu usaha juga perlu dilakukan analisis nilai tambah pada setiap jenis yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut. Berdasarkan pemaparan di atas maka perlu dilakukan penelitian mengenai Analisis Nilai Tambah pada Berbagai Jenis Keju pada Usaha Pengolahan Keju Komersial di Kabupaten Boyolali untuk mengetahui lebih dalam mengenai besarnya nilai tambah pada usaha pengolahan keju di Kabupaten Boyolali. B. Rumusan Masalah Sebagian besar susu di Indonesia hanya dijual dalam bentuk segar tanpa mengalami pengolahan lebih lanjut. Hal tersebut yang membuat nilai jual susu rendah, selain itu susu yang tanpa mengalami pengolahan tidak akan tahan lama. Susu memiliki sifat yang mudah rusak, sehingga apabila tidak segera didistribusikan nilai jual susu akan sangat rendah. Pengolahan susu sangat diperlukan untuk mengatasi permasalahan tersebut selain itu secara ekonomis adanya pengolahan akan meningkatkan nilai jual susu tersebut dibandingkan tanpa adanya pengolahan. Adanya pengolahan susu tersebut akan memberi nilai tambah pada susu, sehingga diharapkan dapat meningkatkan pendapatan peternak. Nilai tambah merupakan perbedaan nilai suatu produk sebelum dilakukan proses produksi dan setelah dilakukan proses produksi.

4 Usaha pengolahan susu di Kabupaten Boyolali melakukan pengolahan susu segar menjadi berbagai jenis keju. Produk olahan dari susu tersebut dapat meningkatkan nilai tambah karena dikeluarkannya biaya-biaya, biaya tersebut misalnya bahan baku dan juga bahan penolong lainnya yang diperlukan dalam proses pengolahan, sehingga akan terbentuk harga baru yang lebih tinggi dan keuntungannya lebih besar apabila dibandingkan dengan susu yang tanpa proses pengolahan. Setiap produk keju juga mempunyai biaya-biaya yang berbeda dalam proses pengolahannya, sehingga besarnya nilai tambah dari setiap keju juga berbeda. Adanya analisis nilai tambah juga akan diketahui nilai tambah yang dapat memberikan keuntungan paling tinggi dari berbagai jenis keju tersebut. Berdasarkan uraian tersebut, beberapa permasalahan yang dapat dirumuskan antara lain yaitu: 1. Berapa besarnya nilai tambah dari susu untuk menjadi berbagai produk keju dari usaha pengolahan keju di usaha pengolahan keju di Kabupaten Boyolali? 2. Apakah ada perbedaan nilai tambah dari masing-masing jenis keju yang dihasilkan di usaha pengolahan keju di Kabupaten Boyolali? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengetahui besarnya nilai tambah dari susu untuk menjadi berbagai produk keju dari usaha pengolahan keju di usaha pengolahan keju komersial di Kabupaten Boyolali. 2. Mengetahui perbedaan nilai tambah pada berbagai jenis keju di usaha pengolahan keju komersial di Kabupaten Boyolali.

5 D. Manfaat Penelitian Manfaat dari dilakukannya penelitan ini adalah: 1. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan gambaran serta informasi kepada produsen tentang analisis nilai tambah dalam pengolahan suatu produk. 2. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan informasi kepada instansi terkait agar menjadi acuan pada masa mendatang dalam mengambil keputusan bagi pembuat kebijakan dalam upaya mengembangkan potensi produk dari peternakan sapi perah di wilayah tersebut.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Susu Susu adalah cairan berwarna putih yang disekresi oleh kelenjar mammae (ambing) pada binatang mamalia betina, untuk bahan makanan dan sumber gizi bagi anaknya (Winarno, 1993). Susu sapi mengandung semua bahan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan anak sapi yang dilahirkan. Susu juga sebagai bahan minuman manusia yang sempurna, karena di dalamnya mengandung zat gizi dalam perbandingan yang optimal, mudah dicerna dan tidak ada sisa yang terbuang (Girisonta, 1995). Secara kimia, susu adalah emulsi lemak dalam air yang mengandung gula, garam-garam mineral dan protein dalam bentuk suspense koloidal. Air susu mengandung unsur-unsur gizi yang sangat baik bagi pertumbuhan dan kesehatan. Komposisi unsur-unsur gizi tersebut sangat beragam tergantung pada beberapa faktor, seperti faktor keturunan, jenis hewan, makanan yang meliputi jumlah dan komposisi pakan yang diberikan, iklim, waktu, lokasi, prosedur pemerahan, serta umur sapi. Komposisi utama susu adalah air, lemak, protein (kasein dan albumin), laktosa (gula susu), dan abu (Muharastri, 2008). Sebagian besar susu yang dikonsumsi oleh manusia berasal dari sapi perah, karena jenis ternak ini adalah penghasil susu yang potensial. Ternak lain seperti kerbau, kambing, domba dan kuda juga menghasilkan susu, tetapi masih dalam jumlah terbatas. Susu yang berasal dari sapi perah lazim disebut susu, sedangkan susu dari ternak yang lain diberi sebutan sesuai dengan nama hewan penghasilnya. Sebagai contoh, susu dari kerbau disebut susu kerbau dan susu dari kambing disebut susu kambing (Muhamad, 2002). 6

7 B. Usaha Pengolahan Susu Salah satu kendala dalam pengembangan agroindustri di Indonesia adalah kemampuan mengolah produk yang masih rendah. Hal ini ditunjukkan dengan sebagian besar komoditas pertanian yang diekspor merupakan bahan mentah dengan indeks retensi pengolahan sebesar 71-75%. Angka tersebut menunjukkan bahwa hanya 25-29% produk pertanian Indonesia yang diekspor dalam bentuk olahan. Kondisi ini memperkecil nilai tambah yang yang diperoleh dari ekspor produk pertanian, sehingga pengolahan lebih lanjut menjadi tuntutan bagi perkembangan agroindustri di era global ini (Soewono, 2005). Sapi perah merupakan salah satu komoditas unggulan di kabupaten Boyolali. Potensi susu perah di kabupaten Boyolali, diantaranya yaitu di desa Kembang, kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali. Sapi perah di Kabupaten Boyolali ada skitar 59.687 ekor sapi dengan produksi susu sebanyak 28.825.200 liter/tahun (Disnak Provinsi Jawa Tengah, 2008). Gambaran usaha ternak sapi perah saat ini sebagian besar merupakan usaha kecil yang bersifat sambilan, dengan rata-rata kepemilikan 2-3 ekor. Produktivitas ternak dalam menghasilkan susu rata-rata 6-l per ekor per hari, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain faktor bibit, pakan dan tatalaksana ( Disnak Provinsi Jawa Tengah, 2008 ). Industri pengolah susu (IPS) tersebar di berbagai kota, umumnya tidak jauh dari tempat peternak sapi perah berada. Kecuali untuk pabrik pengolah susu yang ada di wilayah Jakarta, umumnya bahan baku susu segar dipasok dari berbagai daerah (Mulijanti dan Sugandi, 2010). Hasil produksi susu dari para petemak susu sapi perah sejak awal dirancang untuk menjual susu ke Industri Pengolah Susu (IPS) walaupun dapat juga dijual langsung ke masyarakat. Namun dalam perkembangannya penjualan langsung ke masyarakat/konsumen tidak berkembang karena memerlukan tenaga pemasaran khusus, biaya lebih besar dan tidak mudah untuk mencari pelanggan konsumen. Berdasarkan data yang ada IPS tersebut menyerap susu lokal sebanyak 80% sedangkan yang 20% dijual oleh peternak langsung ke

8 konsumen atau ke industri pengolahan makanan lainnya. Susu yang dijual ke IPS diolah menjadi produk susu kental manis, susu pasteurisasi, susu evaporasi, susu sterilisasi/uht, susu fermentasi, yoghurt, ice cream, mentega/butter, keju/cheese, susu bubuk/milk powder (Ditjennak, 2008). Perkembangan suatu komoditas ditentukan antara lain oleh peranan dan permintaan masyarakat akan komoditas tersebut. Susu sebagai salah satu produk peternakan mengandung nilai gizi yang tinggi, dibutuhkan oleh manusia berbagai lapisan usia, mulai dari bayi, sampai orang dewasa maupun orang tua lanjut usia. Berdasarkan hal tersebut maka, prospek pengembangan sapi perah dalam rangka peningkatan susu di Indonesia, masih memberikan gambaran yang cukup cerah (Mukhtar, 2006). C. Keju Keju adalah salah satu hasil olahan susu yang telah lama digemari bangsa Eropa dan kini juga makin digemari bangsa Indonesia. Banyak digemarinya keju oleh karena mempunyai zat gizi terutama protein yang sangat tinggi. Menurut Spreer (1998) komponen penyusun utama keju adalah kasein (protein utama pada susu), dan selebihnya terdiri atas protein whey, lemak, laktosa, vitamin, mineral dan air dengan persentase tertentu. Protein susu dikoagulasikan oleh enzim atau melalui pengasaman, selanjutnya koagulan protein dipisahkan dari fase cairnya, yaitu whey atau serum. Keju dapat dibuat dari susu yang berasal dari berbagai jenis ternak, namun yang paling lazim digunakan adalah susu sapi (Varnam and Sutherland, 1994;Willman and Willman, 1994). Komposisi susu ternyata berpengaruh terhadap kualitas keju yang dihasilkan dan komponen penyusun susu yang paling berpengaruh terhadap kualitas keju adalah protein (kasein) dan lemak (Varnam and Sutherland, 1994). Keju adalah protein susu yang diendapkan atau dikoagulasikan dengan menggunakan asam, enzim atau fermentasi bakteri asam laktat sehingga terjadi curd dan pemisahan serum susu. Kandungan utama dari keju adalah protein susu (kasein) dan lemak. Umumnya keju dibuat dari susu sapi, tetapi

9 dapat juga dibuat dari jenis susu lainnya. (Malaka, 2010). Keju dibuat dengan cara koagulasi (penggumpalan) kasein susu membentuk dadih atau curd (Koswara, 2007), bila tegangan permukaan tinggi antara fasa sebaran dan medium sebaran menyebabkan emulsi terpisah (setiap fasa menggumpal). Penggumpalan kasein disamping menggunakan rennet, dapat juga dilakukan dengan fermentasi asam laktat. Keju dapat diklasifikasikan berdasarkan asalnya (daerah/negara), bahan baku (jenis susu), teksturnya, karakteristik eksternal dan internal, komposisi (kadar air dan lemak) dan bentuk, ukuran serta beratnya (Muchtadi dan Sugiyono 1992). Variasi-variasi jenis keju didasarkan pada berat, ukuran, bentuk, tempat pembuatan, jenis susu yang digunakan, dan sebagainya. Setiap keju mempunyai karakteristik tertentu seperti ukuran, bentuk, warna, penampakan eksternal, aroma, cita rasa, dan data analitik untuk persentase lemak dan bahan kering, persentase kandungan garam, persentase air dalam subtansi bebas lemak dan sebagainya (Andarwulan dan Kaswari 1992). Tahapan pembuatan keju secara umum diantaranya adalah pasteurisasi, pengasaman, penambahan enzim, pemotongan curd, pemasakan curd, pengurangan whey, pemuluran, pencetakan, pengepresan, penggaraman dan pematangan. Masing-masing jenis keju mempunyai spesifikasi tahapan proses yang berbeda walaupun ada sebagian yang sama. Pengasaman susu dapat dilakukan dengan menambahkan bakteri starter maupun dengan pengasaman langsung menggunakan asam-asam organik. Macam-macam asam organik yang dapat digunakan sebagai bahan pengasam dalam pembuatan keju adalah asam sitrat, asetat, sulfurat, hidroklorat, laktat, fosforat, dan glukono-lakton. Menurut Everett (2003) penggunaan asam ternyata dapat mempercepat proses, sebab dengan pengasaman langsung, maka ph susu segera turun dari 6,7 menjadi 5,4 tanpa harus menunggu biakan bakteri starter membentuk asam. Jenis-jenis keju, menurut Webb et al. (2007) ditentukan oleh faktor dimana keju tersebut dibuat, jenis susu yang digunakan, metode pembuatannya, dan mikroorganisme yang digunakan sebagai starter atau

10 pematangnya. Keju dapat dimatangkan dengan bakteri, jamur, berbagai gabungan antara bakteri dan jamur, atau dapat juga dibiarkan tanpa dimatangkan. Keju ada yang dapat dikonsumsi dalam keadaan segar (fresh cheese) dan ada pula yang dikonsumsi setelah mengalami proses pematangan (repined cheese) dengan waktu yang berbeda-beda (Spreer, 1998). Berdasarkan teksturnya keju yang dikonsumsi dalam keadaan segar termasuk keju lunak, sedangkan keju yang dimatangkan termasuk keju semi lunak sampai keju sangat keras tergantung waktu pematangnnya (Fox et al., 2000). Keju Mozzarella merupakan salah satu jenis keju pasta filata (curd yang elastis) dan merupakan keju asli Italia. Keju ini sangat terkenal karena cara pembuatannya dengan pemasakan dan pemuluran curd segar dalam penangas air panas, sehingga mempunyai karakteristik struktur berserabut, daya leleh, dan kemuluran yang tinggi (DMI, 1998). Standar keju Mozarella yaitu memiliki kandungan air 52,0-60,0 %; lemak <10,8%; garam 1,2%; ph 5,3; citarasa: A mild pleasing flavor; teksturnya smooth, pliable, dan tanpa lubang; pada kenampakan tidak ada tanda-tanda dicetak; warna putih alami hingga krem muda; pengujian pada suhu 232º C keju dapat meleleh dengan sempurna; dan memiliki karakteristik kemuluran 3 inci (USDA, 2005). Barbano (1999) menyatakan bahwa suhu dalam pembuatan keju Mozzarella sangat berpengaruh terhadap kualitas keju yang dihasilkan. Tahapan pembuatan keju yang menggunakan prinsip perpindahan panas dan pengendalian suhu adalah pasteurisasi, pemasakan curd, pemuluran (stretching), pendinginan dan pasca pendinginan (tempering). Keju Mozzarella mempunyai sifat elastis, teksturnya berserabut karena dalam salah satu tahapan pembuatannya curd yang telah terbentuk direndam dalam bak yang berisi air panas dan dilakukan penekanan hingga lunak. Keju Mozzarella adalah keju lunak yang proses pembuatannya tidak dimatangkan (Willman and Willman, 1993). Keju mozzarella adalah keju yang tidak mengalami pemeraman, lunak dan berwarna putih, keju mozzarella dapat mudah meleleh dan memiliki sifat pemuluran yang baik sehingga sangat cocok pada proses pembuatan pizza (Kindstendt, 1995).

11 Feta merupakan salah satu jenis keju tertua di dunia dan pertama kali dibuat di Yunani. Sejak 2002, keju feta ditetapkan sebagai keju lunakasli Yunani dan terbuat dari susu domba. Namun sekarang banyak keju feta yang terbuat dari susu kambing, feta memiliki warna putih, rasa sedikit asam dan kaya aroma. Meskipun termasuk ke dalam jenis keju lunak, namun kini banyak juga feta diproduksi dengan tekstur keras. Keju feta biasanya disajikan sebagai campuran salad dengan cara diiris kecil dan tipis (Hendry, 2014). Keju Emmental merupakan keju dengan tekstur medium-hard dengan ciri khas gelembung udara diantara lapisan kejunya. Lubang dari hasil gelembung ini memang sangat sesuai dengan namanya Emmental, yang oleh banyak orang identik dengan keju Swiss. Keju ini kadangkala dimasukkan dalam jenis Alpine-Style atau Mountain cheese, yang berarti keju asli dari sapi dekat pegunungan Alpen yang membentang mulai dari Austria, yang melewati berbagai musim kemudian dadih susu dimasak dan dipadatkan dengan sempurna. Lubang yang umumnya terdapat dalam keju Emmental adalah gelembung gas karbon dioksida yang dihasilkan oleh bakteri Propionibacterium freudenreichii (bakteri keju yang mengkonsumsi asam laktat). Keju ini biasanya disimpan 3-4 bulan D. Nilai Tambah Nilai tambah (value added) adalah pertambahan nilai suatu komoditas karena mengalami proses pengolahan, pengangkutan ataupun penyimpanan dalam suatu produksi. Nilai tambah dalam proses pengolahan dapat didefinisikan sebagai selisih antara nilai produk dengan nilai biaya bahan baku dan input lainnya, tidak termasuk tenaga kerja. Marjin adalah selisih antara nilai produk dengan harga bahan bakunya saja. Marjin ini tercakup komponen faktor produksi yang digunakan yaitu tenaga kerja, input lainnya dan balas jasa pengusaha pengolahan (Hayami et al., 1987). Sumber-sumber nilai tambah dapat diperoleh dari pemanfaatan faktor-faktor produksi (tenaga kerja, modal, sumberdaya alam dan

12 manajemen). Nilai tambah yang diciptakan perlu didistribusikan secara adil untuk menjamin agar proses produksi terus berjalan secara efektif dan efisien. Analisis nilai tambah merupakan metode perkiraan sejauh mana bahan baku yang mendapat perlakuan mengalami perubahan nilai (Hardjanto, 1993). Menurut Hayami et al. (1987), ada dua cara untuk menghitung nilai tambah yaitu nilai tambah untuk pengolahan dan nilai tambah untuk pemasaran. Faktor-faktor yang memengaruhi nilai tambah untuk pengolahan dapat dikategorikan menjadi dua yaitu faktor teknis dan faktor pasar. Faktor teknis yang berpengaruh adalah kapasitas produksi, jumlah bahan baku yang digunakan dan tenaga kerja. Faktor pasar yang berpengaruh adalah harga output, upah tenaga kerja, harga bahan baku, dan nilai input lain. Perhitungan nilai tambah yang diperoleh dari proses pengolahan suatu produk dapat menggunakan Metode Hayami. Kelebihan dari analisis nilai tambah dengan menggunakan Metode Hayami adalah pertama, dapat diketahui besarnya nilai tambah, nilai output, dan produktivitas, kedua, dapat diketahui besarnya balas jasa terhadap pemilik-pemilik faktor produksi, serta ketiga, prinsip nilai tambah menurut Hayami et al. (1987) dapat diterapkan untuk subsistem lain diluar pengolahan, misalnya untuk kegiatan pemasaran (Suprapto, 2006). Menurut Hayami et al. (1987), analisis nilai tambah pengolahan produk pertanian dapat dilakukan dengan cara sederhana, yaitu melalui perhitungan nilai tambah per kilogram bahan baku untuk satu kali pengolahan yang menghasilkan produk tertentu. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tambah untuk pengolahan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu faktor teknis dan faktor pasar. Faktor teknis yang berpengaruh adalah kapasitas produksi, jumlah bahan baku yang digunakan dan tenaga kerja, sedangkan faktor pasar yang berpengaruh ialah harga output, upah kerja, harga bahan baku, dan nilai input lain selain bahan baku dan tenaga kerja. Nilai input lain adalah nilai dari semua korbanan selain bahan baku dan tenaga kerja yang digunakan selama proses

13 pengolahan berlangsung. Nilai ini mencakup biaya modal dan gaji pegawai tak langsung. Besarnya nilai tambah tergantung dari teknologi yang digunakan dalam proses produksi dan adanya perlakuan lebih lanjut terhadap produk yang dihasilkan. Suatu perusahaan dengan teknologi yang baik akan menghasilkan produk dengan kualitas yang lebih baik pula, sehingga harga produk akan lebih tinggi dan akhirnya akan memperbesar nilai tambah yang diperoleh (Suryana, 1990). Nilai tambah suatu produk adalah hasil dari nilai produk akhir dikurangi dengan biaya antara yang terdiri dari biaya bahan baku dan bahan penolong (Tarigan, 2004). Nilai tambah merupakan nilai yang ditambahkan kepada barang dan jasa yang dipakai oleh unit produksi dalam proses produksi sebagai biaya antara. Nilai yang ditambahkan ini sama dengan balas jasa atas ikut sertanya faktor produksi dalam proses produksi. Apabila komponen biaya antara yang digunakan nilainya semakin besar, maka nilai tambah produk tersebut akan semakin kecil. Begitu pula sebaliknya, jika biaya antaranya semakin kecil, maka nilai tambah produk akan semakin besar (Makki, 2001). Ada tiga indikator rasio nilai tambah (Hubeis, 1997), yaitu: 1) Jika besarnya rasio nilai tambah <15%, maka nilai tambahnya rendah. 2) Jika besarnya rasio nilai tambah 15%-40%, maka nilai tambahnya sedang. 3) Jika besarnya rasio nilai tambah >40%, maka nilai tambahnya tinggi.

14