KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2016 Direktur Jenderal, Dr. Ir. Hasil Sembiring, M.Sc. NIP Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

dokumen-dokumen yang mirip
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR LAMPIRAN

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016

DAFTAR ISI. iii. iv PENUTUP iii

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... I. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan dan Sasaran Pengertian dan Definisi...

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 25/Permentan/PL.130/5/2008 TENTANG PEDOMAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN USAHA PELAYANAN JASA ALAT DAN MESIN PERTANIAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN BRIGADE ALSINTAN

CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 37/Permentan/SR.130/5/2010 TENTANG PEDOMAN UMUM BANTUAN LANGSUNG PUPUK TAHUN ANGGARAN

PEDOMAN PELAKSANAAN PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN PENYULUH PERTANIAN SWADAYA TAHUN 2016

DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA

PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS KOORDINASI KEGIATAN PENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2015 (REVISI)

LAPORAN KINERJA 2016 BAB I PENDAHULUAN

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 72/Permentan/OT.140/10/2011 TANGGAL : 31 Oktober 2011

PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 72/Permentan/OT.140/10/2011 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PASCAPANEN TANAMAN PANGAN TAHUN 2015

DIREKTORAT PASCAPANEN TANAMAN PANGAN DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TRIWULAN III TAHUN 2017

LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL TANAMAN PANGAN NOMOR : TANGGAL :

RANCANGAN KEGIATAN STRATEGIS TANAMAN PANGAN TAHUN 2018

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 207.1/HK.140/C/02/2016 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN DESA MANDIRI BENIH TAHUN ANGGARAN 2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2. Undang Undang Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

KATA PENGANTAR. Jakarta, 3 Januari 2017 Direktur Jenderal Tanaman Pangan, HASIL SEMBIRING NIP

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No Mengingat : 1 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 116, Tamba

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Bambang Santosa, M.Sc NIP

2017, No dalam rangka Penyelenggaraan Dekonsentrasi Tahun Anggaran 2018; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembar

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN DAN PENYALURAN BANTUAN ALAT DAN MESIN PERTANIAN APBN TA 2017

-2- Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3455); 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Perbendaharaan Negara (Lembaga N

2015, No dan Usaha Kecil dan Menengah yang dilaksanakan dan dikelola secara efisien, efektif, berdaya guna dan berhasil guna yang dikelola Satua

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tam

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Tahun 2009 Nomor 131, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5050); 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaha

2011, No Gubernur sebagaimana dimaksud pada huruf a, ditetapkan dengan Peraturan Menteri; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN DANA DEKONSENTRASI

Jakarta, Januari 2010 Direktur Jenderal Tanaman Pangan IR. SUTARTO ALIMOESO, MM NIP

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA

SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH DI WILAYAH PROVINSI.

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

KATA PENGANTAR. Jakarta, 2015 Direktur Jenderal, Sumarjo Gatot Irianto Nip

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Suprapti NIP Laporan Kinerja Tahun 2014

Kiranya Pedoman Pelaksanaan ini dapat dilaksanakan dengan baik oleh semua pihak.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

PETUNJUK TEKNIS PETANI PENGAMAT TAHUN 2018

PEDOMAN TEKNIS PENGADAAN DAN PENYALURAN BANTUAN ALAT DAN MESIN PERTANIAN DIREKTORAT ALAT DAN MESIN PERTANIAN

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR LAMPIRAN... RINGKASAN EKSEKUTIF... I. PENDAHULUAN...

2017, No telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahu

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... Daftar Isi...

2017, No Mengingat : 1 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 116, Tamba

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 036/HK.150/C/01/2016 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGUATAN DESA MANDIRI BENIH TAHUN ANGGARAN 2016

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MANUSIA. Pelimpahan Kewenangan. Dekonsentrasi.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

V. KEBIJAKAN, STRATEGI, DAN PROGRAM

PROGRAM PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN 2017

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Arsip Nasional Re

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Petunjuk Teknis Kegiatan Pengembangan Sayuran dan Tanaman Obat Tahun 2017

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 041/P/2017 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2089, 2014 ANRI. Dana Dekonsentrasi. Kegiatan. Pelaksanaan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERKEMBANGAN PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN UPSUS PENINGKATAN PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI TAHUN 2015

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTANIAN. Budidaya. Izin Usaha.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA

KEBIJAKAN PROGRAM DAN KEGIATAN DITJEN TANAMAN PANGAN TAHUN 2017

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 / HUK / 2012 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN : : PERATURAN BUPATI TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN ALAT DAN MESIN PERTANIAN BANTUAN PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO.

TA 2014 DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

KATA PENGANTAR. Jakarta, Nopember 2013 Direktur Alat dan Mesin Pertanian. Ir. Bambang Santosa, MSc.

I. PENDAHULUAN. Tanaman pangan yang antara lain terdiri atas padi, jagung, kedelai, kacang tanah,


KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA

KEBIJAKAN PENGELOLAAN ALSINTAN

Transkripsi:

Petunjuk Teknis Pengelolaan Sarana Pascapanen dan Pengolahan Hasil Tanaman Pangan Tahun 2016 KATA PENGANTAR Dalam rangka mendukung pencapaian swasembada berkelanjutan padi, jagung, dan pencapaian swasembada kedelai tahun 2017, Kementerian Pertanian melaksanakan Upaya Khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Padi, Jagung, dan Kedelai. Salah satu komponen dalam UPSUS tersebut adalah penyediaan sarana pascapanen dan pengolahan hasil tanaman pangan sebagai salah satu upaya dalam menekan susut hasil (losses), mempertahankan kualitas hasil serta meningkatkan nilai tambah dan daya saing, dengan penyediaan dana melalui Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) Tahun 2016. Buku Petunjuk Teknis Pengelolaan Sarana Pascapanen dan Pengolahan Hasil Tanaman Pangan ini disusun sebagai acuan bagi para petugas pelaksana kegiatan dan pihak terkait dalam melaksanakan kegiatan yang bersumber dari APBN Tahun 2016. Semoga buku petunjuk teknis ini dapat bermanfaat. Jakarta, Januari 2016 Direktur Jenderal, Dr. Ir. Hasil Sembiring, M.Sc. NIP 196002101988031001 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan i

Petunjuk Teknis Pengelolaan Sarana Pascapanen dan Pengolahan Hasil Tanaman Pangan Tahun 2016 DAFTAR ISI Hal. KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN i ii iv v I. PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Tujuan... 4 1.3. Sasaran... 5 1.4. Dasar Hukum... 6 1.5. Pengertian... 10 II. MEKANISME PELAKSANAAN KEGIATAN... 14 2.1. Jenis dan Sumber Pembiayaan Bantuan... 14 2.2. Kriteria Lokasi... 17 2.3. Kriteria Penerima... 18 2.4. Mekanisme Penetapan Calon Penerima dan Calon Lokasi (CPCL)... 19 2.5. Distribusi Bantuan Sarana... 21 2.6. Penatausahaan Aset Bantuan... 25 III. PENGELOLAAN SARANA PASCAPANEN DAN PENGOLAHAN HASIL TANAMAN PANGAN 26 3.1. Penanganan Pascapanen dan Pengolahan Hasil... 26 3.2. Pengelolaan Sarana Pascapanen dan Pengolahan Hasil... 30 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ii

Petunjuk Teknis Pengelolaan Sarana Pascapanen dan Pengolahan Hasil Tanaman Pangan Tahun 2016 IV. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN.. 34 4.1. Monitoring dan Evaluasi... 34 4.2. Pelaporan... 35 V. PENUTUP... 37 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan iii

Petunjuk Teknis Pengelolaan Sarana Pascapanen dan Pengolahan Hasil Tanaman Pangan Tahun 2016 DAFTAR TABEL Hal. Tabel 1. Jenis Sarana Pascapanen dan Pengolahan Hasil Tanaman Pangan Tahun 2016 15 Tabel 2. Contoh Sarana Pengolahan Hasil pada Unit Pengolahan Hasil (UPH)..16 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan iv

Petunjuk Teknis Pengelolaan Sarana Pascapanen dan Pengolahan Hasil Tanaman Pangan Tahun 2016 DAFTAR LAMPIRAN Hal. Lampiran 1. Alokasi Sarana Pascapanen dan Pengolahan Hasil Tanaman Pangan Tahun 2016... 40 Lampiran 2. Contoh Format Berita Acara Pemeriksaan dan Serah Terima Hasil Pekerjaan (BAP-STHP)... 42 Lampiran 3. Contoh Format Dokumen Surat Pernyataan Pengadaan Sarana... 44 Lampiran 4. Contoh BASTB Kelompok Tani / Gapoktan... 52 Lampiran 5. Contoh Surat Perjanjian Pendayagunaan Sarana... 54 Lampiran 6. Contoh Surat Pernyataan Hibah Tanah / Lahan... 58 Lampiran 7. Contoh Form Penggunaan Sarana Pascapanen dan Pengolahan Hasil. 62 Lampiran 8. Contoh Form Perbandingan Penggunaan Sarana Pascapanen Secara Tradisional Dan Mekanisasi.. 63 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan v

Petunjuk Teknis Pengelolaan Sarana Pascapanen I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang - Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan menyatakan bahwa kedaulatan pangan adalah hak negara dan bangsa secara mandiri menentukan kebijakan pangan yang menjamin hak atas pangan bagi rakyat dan yang memberikan hak bagi masyarakat untuk menentukan sistem pangan yang sesuai dengan potensi sumber daya lokal. Salah satu prioritas utama dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 adalah kedaulatan pangan. Sebagai penjabaran dari RPJMN, maka pembangunan pertanian periode 2015-2019 bertujuan untuk: (1) Meningkatkan ketersediaan dan diversifikasi untuk mewujudkan kedaulatan pangan, (2) Meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk pangan dan pertanian, (3) Meningkatkan ketersediaan bahan baku bioindustri dan bioenergi (4) Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani, dan (5) 1

Petunjuk Teknis Pengelolaan Sarana Pascapanen Meningkatkan kualitas kinerja aparatur Pemerintah bidang pertanian yang amanah dan profesional. Kedaulatan pangan diwujudkan dari pencapaian swasembada pangan yang secara bertahap diikuti dengan peningkatan nilai tambah hasil pertanian dalam rangka meningkatkan kesejahteraan petani. Dalam rangka pencapaian swasembada pangan, maka setiap tahun disusun sasaran produksi komoditas tanaman pangan sejalan dengan meningkatnya permintaan. Untuk tahun 2016, Pemerintah telah menetapkan sasaran produksi padi sebesar 76,23 juta ton gabah kering giling, jagung sebesar 21,35 juta ton pipilan kering dan kedelai sebesar 1,50 juta ton biji kering. Upaya peningkatan produksi tanaman pangan khususnya padi, jagung dan kedelai masih dihadapkan pada beberapa permasalahan, antara lain masih tingginya susut hasil (padi 10,43 %, jagung 5,20 %, kedelai 15,5 %) dan masih rendahnya nilai tambah produk tanaman pangan. Salah satu upaya untuk mengatasi masalah tersebut adalah melalui penerapan/ penggunaan inovasi teknologi pertanian termasuk penggunaan alat mesin pertanian yang sesuai dengan 2

Petunjuk Teknis Pengelolaan Sarana Pascapanen kondisi spesifik lokasi. Fasilitasi sarana pascapanen tahun 2016 diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap target penurunan susut hasil yang telah ditetapkan yaitu padi 0,18 %, jagung 0,48 % dan kedelai 0,65 %. Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 45 Tahun 2015 tentang Kementerian Pertanian dan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 43/Permentan/OT.010/8/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, fungsi pascapanen, pengolahan, mutu dan standarisasi serta pemasaran dan investasi tanaman pangan menjadi tugas pokok Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan (PPHTP). Dalam rangka mendukung tugas pokok dan fungsi tersebut, Direktorat PPHTP mengalokasikan dukungan fasilitasi sarana pascapanen dan pengolahan hasil untuk komoditas padi, jagung dan kedelai. Salah satu kebijakan Direktorat PPHTP adalah mengamankan produksi melalui penurunan susut hasil, peningkatan mutu hasil dan peningkatan nilai tambah. Penggunaan sarana pascapanen dan pengolahan hasil tanaman pangan memiliki peranan penting dan 3

Petunjuk Teknis Pengelolaan Sarana Pascapanen strategis dalam mendukung peningkatan produktivitas, efisiensi kerja, kualitas, nilai tambah dan daya saing. Selain itu penggunaan sarana pascapanen dapat mengatasi masalah kelangkaan tenaga kerja di sektor pertanian yang banyak terjadi di daerah. Sehubungan dengan hal tersebut, maka Pemerintah memfasilitasi sarana pascapanen dan pengolahan hasil tanaman pangan melalui sumber dana APBN Tahun 2016. Untuk mendukung optimalisasi kegiatan pengelolaan sarana pascapanen dan pengolahan hasil tanaman pangan agar berjalan efektif dan efisien serta sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan, maka disusun Petunjuk Teknis sebagai acuan dalam melaksanakan kegiatan Tahun 2016. Buku Petunjuk Teknis ini, selanjutnya segera dijabarkan oleh Dinas Pertanian Provinsi dengan menyusun petunjuk pelaksanaan secara rinci dan lengkap, termasuk spesifikasi teknis sarana pascapanen dan pengolahan hasil tanaman pangan yang akan dilakukan pengadaannya didaerah. 4

Petunjuk Teknis Pengelolaan Sarana Pascapanen 1.2. Tujuan 1. Memberikan penjelasan secara umum tentang kriteria/ syarat dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh penerima sarana pascapanen dan pengolahan hasil tanaman pangan. 2. Memperlancar penanganan sarana pascapanen dan pengolahan hasil tanaman pangan. 3. Memudahkan dalam pengendalian, monitoring dan evaluasi sesuai sasaran yang sudah ditetapkan. 4. Meningkatkan pemanfaatan sarana pascapanen dan pengolahan hasil tanaman pangan. 1.3. Sasaran 1. Terpenuhinya kriteria/syarat dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh penerima sarana pascapanen dan pengolahan hasil tanaman pangan. 2. Terlaksananya penanganan pascapanen dan pengolahan hasil tanaman pangan. 3. Terlaksananya pengendalian, monitoring dan evaluasi sesuai sasaran yang sudah ditetapkan. 4. Termanfaatkannya sarana pascapanen dan pengolahan hasil tanaman pangan secara optimal. 5

Petunjuk Teknis Pengelolaan Sarana Pascapanen 1.4. Dasar Hukum 1. Undang - Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3478); 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah; 3. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2010 tentang Usaha Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 24, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5106); 4. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah; 5. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara; 6

Petunjuk Teknis Pengelolaan Sarana Pascapanen 6. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah; 7. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2015 tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah; 8. Peraturan Presiden Nomor 45 Tahun 2015 tentang Kementerian Pertanian. 9. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.06/ 2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penggunaan, Pemanfaatan, dan Pemindahtanganan Barang- Barang Milik Negara; 10. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 50/PMK.06/2014 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penghapusan Barang Milik Negara; 11. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 4/PMK.06/2015 tentang Pendelegasian Kewenangan dan Tanggung jawab Tertentu Dari Pengelola Barang Kepada Pengguna Barang; 12. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 168/PMK.05/ 2015 tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran 7

Petunjuk Teknis Pengelolaan Sarana Pascapanen Bantuan Pemerintah Pada Kementerian Negara/ Lembaga; 13. Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2015 tentang e-purchasing; 14. Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 05/Permentan/OT.140/1/2007 tentang Syarat dan Tata Cara Pengujian dan Pemberian Sertifikat Alat dan Mesin Budidaya Tanaman; 15. Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 58/Permentan/OT.140/8/2007 tentang Pelaksanaan Sistim Standardisasi Nasional di Bidang Pertanian; 16. Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 35/Permentan/OT.140/7/2008 tentang Persyaratan dan Penerapan Cara Pengolahan Hasil Pertanian Asal Tumbuhan Yang Baik (Good Manufacturing Practices); 17. Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 22/Permentan/HK.140/4/2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pertanian Nomor 44/Permentan/OT.140/10/2009 tentang Pedoman 8

Petunjuk Teknis Pengelolaan Sarana Pascapanen Penanganan Pascapanen Hasil Pertanian Asal Tanaman (Good Handling Practices); 18. Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 43/Permentan/OT.010/8/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian; 19. Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 62/Permentan/RC.130/12/2015 tanggal 16 Desember 2015 tentang Pedoman Pengelolaan dan Penyaluran Bantuan Pemerintah Lingkup Kementerian Pertanian Tahun Anggaran 2016; 20. Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 63/Permentan/RC.130/12/2015 tanggal 16 Desember 2015 tentang Pelimpahan Wewenang Kepada Gubernur Dalam Pelaksanaan Kegiatan dan Tanggung Jawab Pengelolaan Dana Dekonsentrasi Lingkup Kementerian Pertanian Tahun Anggaran 2016; 21. Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 64/Permentan/RC.130/12/2015 tanggal 16 Desember 2015 tentang Penugasan Kepada Gubernur Dalam Pelaksanaan Kegiatan dan 9

Petunjuk Teknis Pengelolaan Sarana Pascapanen Tanggung Jawab Pengelolaan Dana Tugas Pembantuan Provinsi Tahun Anggaran 2016; 1.5. Pengertian 1. Bantuan Pemerintah adalah bantuan yang tidak memenuhi kriteria bantuan sosial yang diberikan oleh Pemerintah kepada Perseorangan, Kelompok Masyarakat atau Lembaga Pemerintah/Non Pemerintah. 2. Standar Nasional Indonesia (SNI) adalah standar yang ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional dan berlaku secara nasional. Standardisasi dimaksudkan untuk meningkatkan perlindungan kepada konsumen, pelaku usaha, tenaga kerja, dan masyarakat baik untuk keselamatan, keamanan maupun pelestarian fungsi lingkungan hidup, serta untuk membantu kelancaran perdagangan dan mewujudkan persaingan usaha yang sehat dalam perdagangan. 3. Laporan uji (Test Report) adalah keterangan hasil pengujian dari uji verifikasi, uji unjuk kerja, uji beban 10

Petunjuk Teknis Pengelolaan Sarana Pascapanen berkesinambungan, uji pelayanan dan uji kesesuaian terhadap alat dan mesin pertanian. 4. Lembaga Sertifikasi Produk (LS Pro) adalah suatu unit atau institusi yang tidak memihak atau netral yang telah diakreditasi untuk melakukan penandaan SNI. 5. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) adalah pejabat yang ditetapkan oleh Pengguna Anggaran (PA) untuk menggunakan APBN atau ditetapkan oleh Kepala Daerah untuk menggunakan APBD. 6. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) adalah pejabat yang bertanggungjawab atas pelaksanaan kegiatan pengadaan barang/jasa. 7. e-procurement (Pengadaan Secara Elektronik) adalah pengadaan barang/jasa yang dilaksanakan dengan menggunakan teknologi informasi dan transaksi secara elektronik sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. 8. e-tendering adalah tata cara pemilihan penyedia barang/jasa yang dilakukan secara terbuka dan dapat diikuti oleh semua penyedia barang/jasa yang terdaftar pada sistem pengadaan secara eletronik 11

Petunjuk Teknis Pengelolaan Sarana Pascapanen dengan cara menyampaikan 1 (satu) kali penawaran dalam waktu yang telah ditentukan. 9. e-catalogue (Katalog Elektronik) adalah sistem informasi elektronik yang memuat daftar, jenis, spesifikasi teknis dan harga barang tertentu dari berbagai penyedia barang/jasa Pemerintah. 10. e-purchasing adalah tata cara pembelian barang/jasa melalui sistem katalog elektronik. 11. Barang Milik Negara, yang selanjutnya disebut BMN adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau berasal dari perolehan lainnya yang sah. 12. Pengelola Barang adalah pejabat yang berwenang dan bertanggungjawab menetapkan kebijakan dan pedoman serta melakukan pengelolaan BMN. 13. Pengguna Barang adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan BMN. 14. Penggunaan adalah kegiatan yang dilakukan oleh Pengguna Barang dalam mengelola dan menatausahakan BMN yang sesuai dengan tugas dan fungsi instansi yang bersangkutan. 12

Petunjuk Teknis Pengelolaan Sarana Pascapanen 15. Pemindahtanganan adalah pengalihan kepemilikan Barang Milik Negara (BMN); 16. Hibah adalah pengalihan kepemilikan barang dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah, dari Pemerintah Daerah kepada Pemerintah Pusat, atau dari Pemerintah Pusat kepada pihak lain, tanpa memperoleh penggantian. 17. Belanja barang untuk diserahkan kepada Masyarakat atau Pemda adalah belanja barang yang diserahkan kepada masyarakat/pemda yang merupakan pengeluaran anggaran belanja Negara untuk diserahkan kepada masyarakat/pemda yang dikaitkan dengan tugas dan fungsi strategis pencapaian kinerja suatu satuan kinerja dan tujuan kegiatannya tidak termasuk dalam kriteria belanja sosial. 13

Petunjuk Teknis Pengelolaan Sarana Pascapanen II. MEKANISME PELAKSANAAN KEGIATAN 2.1. Jenis dan Sumber Pembiayaan 1. Jenis Sarana Jenis sarana pascapanen dan pengolahan hasil tanaman pangan secara rinci tertera pada Tabel 1 dan Tabel 2. Untuk Unit Pengolahan Hasil (UPH) jagung dan kedelai apabila sarana yang dibutuhkan tidak tertera pada Tabel 2 tersebut, maka dapat menyesuaikan dengan kebutuhan poktan/gapoktan. Jenis sarana pascapanen dan UPH Jagung/Kedelai yang menggunakan mesin (engine) memiliki Sertifikat Produk Pengguna Tanda Standar Nasional Indonesia (SPPT-SNI) atau minimal memiliki laporan uji/test Report yang masih berlaku dari lembaga pengujian yang ditunjuk oleh Kementerian. 2. Sumber Pembiayaan Sumber pembiayaan untuk pengadaan dan penyaluran sarana adalah dari APBN pada DIPA Tugas Pembantuan Provinsi di masing-masing Satker Dinas Pertanian Provinsi. 14

Petunjuk Teknis Pengelolaan Sarana Pascapanen Tabel 1. Jenis Sarana Pascapanen dan Pengolahan Hasil Tanaman Pangan Tahun 2016 No. Jenis Sarana 1. Combine Harvester Kecil (Daya Motor 7,0 kw - 11,0 kw) 2. Combine Harvester Sedang (Daya Motor 11,1 kw - 31,0 kw) 3. Combine Harvester Besar (Daya Motor 31,1 kw - 65,0 kw) 4. Power Thresher Padi (kapasitas minimal 500 kg/jam) dengan kelengkapan 2 unit terpal ukuran minimal 6 x 6 m 5. Corn Sheller (kapasitas 1-3 ton/jam) dengan kelengkapan 2 unit terpal ukuran minimal 6 x 6 m Awal Revisi I Revisi II Satuan 2300 4016 6224 unit 1500 2872 2872 unit 200 340 340 unit 950 1000 2916 unit 2000 6240 6240 unit 6. Unit Pengolahan Hasil (UPH) Jagung 60 60 60 paket 7. Unit Pengolahan Hasil (UPH) Kedelai 30 30 30 paket 8. Power Thresher Multiguna (kapasitas minimal 450 kg/jam) dengan kelengkapan 2 unit terpal ukuran minimal 6 x 6 m 9. Destoner/pemisah batu (kapasitas 4-5 ton/jam) 300 6500 6500 unit 0 2 2 unit 10. Polisher (kapasitas 500-700 kg/jam) 0 22 22 unit 11. Corn Combine Harvester (minimal Daya Motor 45 kw) 12. Vertical Dryer Padi Kapasitas 30 ton/proses 13. Vertical Dryer Padi Kapasitas 6 ton/proses Volume 0 180 180 unit 2 2 2 unit 3 3 3 unit 14 RMU Kapasitas 1-1,5 ton/jam 100 115 0 unit 15 Bangunan RMU 0 15 0 unit 16 Vertical Dryer Jagung Kapasitas 6 ton/proses 17 Sarana Pengangkut Hasil Pertanian Roda 3 ( mesin minimal 200 cc) 1 1 5 unit 500 700 700 unit 15

*) sedang dalam proses Petunjuk Teknis Pengelolaan Sarana Pascapanen Tabel 2. Contoh Sarana Pengolahan Hasil Pada Unit Pengolahan Hasil (UPH) No. Komoditas Produk Olahan Peralatan 1 Jagung Pati Jagung 1 Bak Perendaman 2 Alat Pemisah Lembaga 3 Alat Penggiling 4 Alat Pengayak 5 Alat Pengemas 6 Alat Press Manual 7 Alat Pengering Tepung Jagung 1 Alat Penepung 2 Pengayak 3 Timbangan 4 Alat Pengemas Marning 1 Bak Perendaman 2 Alat Perebus Jagung Stainless 3 Alat Penggorengan 4 Alat Pengemas 5 Keranjang 6 Baskom Grits Jagung 1 Bak Perendaman 2 Alat Pengering 3 Alat Penggiling 4 Alat Pengayak 5 Alat Pengemas Tepung Instan 1 Alat Pembuat Brondong Jagung 2 Penepung (discmill ) 3 Alat Pengayak 80 Mesh 4 Alat Pengemas Tortila 1 Bak Pencuci/Perendaman 2 Panci Perebus 3 Alat Peniris/Spinner 4 Alat Penggiling/Blender 5 Alat Pemipih 6 Alat Pengering/Oven 7 Alat Penggoreng 8 Alat Pengemas 2 Kedelai Bubuk Kedelai 1 Pengupas Kulit Kedelai 2 Alat Perebus 3 Alat Pengering 4 Mesin Penggiling 5 Pengayak 6 Pencampur 7 Pengemas Sari Kedelai 1 Panci 2 Blender (alat penggiling) 3 Kain Saring 4 Kompor 5 Alat Pengemas Tempe 1 Rak 2 Pengupas Kedelai 3 Sealer Tahu 1 Mesin Pemecah Kedelai 2 Mesin Giling Kedelai Kecap 1 Bak Perendaman 2 Alat Perebus 3 Alat Peniris/Spinner 4 Alat Penyaring Keripik Tempe 1 Alat Pengiris 2 Alat Penggiling 3 Alat Penggoreng 4 Alat Peniris/Spinner 5 Alat Pengemas 16

2.2. Kriteria Lokasi Petunjuk Teknis Pengelolaan Sarana Pascapanen Kriteria lokasi mempertimbangkan beberapa hal sebagai berikut : 1. Memenuhi persyaratan teknis untuk operasional sarana pascapanen atau pengolahan hasil disesuaikan kondisi spesifikasi lokasi. 2. Memperhatikan ketersediaan dan kebutuhan sarana sejenis di wilayah tersebut dengan prioritas tingkat kejenuhan sarana pascapanen dan pengolahan hasil tanaman pangan yang masih rendah. 3. Mendukung upaya khusus peningkatan produksi padi, jagung dan kedelai, diutamakan untuk kegiatan ekstensifikasi dan Peningkatan Indeks Pertanaman Padi, Jagung dan Kedelai. 4. Lokasi dryer padi sebaiknya lebih diprioritaskan pada lokasi yang terintegrasi dengan unit penggilingan padi yang sudah ada dan masih aktif. 5. Khusus sarana pengangkut hasil pertanian roda- 3 untuk mendukung kegiatan Seribu Desa Mandiri Benih. 17

2.3. Kriteria Penerima Petunjuk Teknis Pengelolaan Sarana Pascapanen Penerima sarana pascapanen dan pengolahan hasil tanaman pangan adalah Kelompok tani/gapoktan/ UPJA/Lembaga Masyarakat dan Pemerintah Daerah dengan persyaratan sebagai berikut: 2.3.1.Kelompok tani/gapoktan/upja/lembaga Masyarakat 1. Kelompok tani/ Gapoktan/ UPJA/Lembaga Masyarakat yang memiliki keabsahan (pengukuhan) dari instansi yang berwenang dan direkomendasikan oleh Dinas Pertanian. 2. Bersedia, mau dan mampu mengoptimalkan bantuan, bertanggung jawab dalam memanfaatkan dan merawat bantuan sarana pascapanen atau pengolahan hasil tanaman pangan yang diterimanya dengan baik. 3. Bersedia memanfaatkan dan mengelola sarana pascapanen atau pengolahan hasil tanaman pangan untuk mendukung upaya khusus peningkatan produksi padi, jagung dan kedelai, serta peningkatan nilai tambah. 18

Petunjuk Teknis Pengelolaan Sarana Pascapanen 4. Penerima bantuan sarana pascapanen pada tahun 2015 tidak boleh menerima kembali bantuan yang sama pada tahun 2016. 2.3.2. Pemerintah Daerah 1. Bersedia mengelola bantuan sarana dalam bentuk Brigade atau instansi lain yang memenuhi kriteria penerima bantuan dan memiliki keabsahan (pengukuhan) dari instansi yang berwenang. 2. Bersedia menyediakan gudang penyimpanan sarana. 3. Bersedia memobilisasi sarana. 4. Bersedia mengalokasikan dana APBD untuk biaya pemeliharaan sarana. 2.4. Mekanisme Penetapan Calon Penerima dan Calon Lokasi (CPCL) 1. Calon penerima sarana pascapanen dan pengolahan hasil tanaman pangan mengajukan usulan/proposal kepada Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota. Selanjutnya Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota 19

Petunjuk Teknis Pengelolaan Sarana Pascapanen menyampaikan usulan CPCL kepada Dinas Pertanian Provinsi. 2. Usulan CPCL tersebut diseleksi oleh tim verifikasi yang ditunjuk oleh Kepala Dinas Pertanian Provinsi selaku Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) atau pimpinan unit kerja yang mengelola kegiatan sarana tersebut selaku KPA. 3. Tim verifikasi melakukan seleksi CPCL berupa seleksi administrasi dan seleksi aspek teknis. 4. Usulan CPCL selanjutnya ditetapkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Provinsi dan disahkan oleh Kepala Dinas Pertanian Provinsi selaku Kuasa Pengguna Anggaran (KPA). SK penetapan dan pengesahan penerima bantuan tersebut disampaikan kepada Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, C.q Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan. 5. Hasil CPCL yang telah ditetapkan oleh Dinas Pertanian Provinsi tersebut merupakan dasar penyaluran bantuan sarana kepada penerima bantuan. 20

Petunjuk Teknis Pengelolaan Sarana Pascapanen 6. Sebagian CPCL bantuan sarana pascapanen dapat sama dengan CPCL pada kegiatan ekstensifikasi dan peningkatan Indeks Pertanaman, sepanjang belum pernah menerima sarana pascapanen sejenis. 7. Pengadaan sarana pascapanen atau pengolahan hasil menggunakan sistem e-purchasing. Sedangkan untuk pengadaan sarana pascapanen atau pengolahan hasil tanaman pangan yang belum tercantum dalam e-purchasing, dilakukan dengan metode pelelangan atau sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 8. Spesifikasi teknis sarana pascapanen atau pengolahan hasil tanaman pangan secara rinci/detail ditentukan oleh masing-masing Provinsi sesuai spesifik lokasi atau kebutuhan daerah, dan tetap memperhatikan aspek kualitas sarana dalam rangka meningkatkan kinerja sarana dan kualitas hasil. 2.5. Distribusi Sarana Pendistribusian sarana sebagaimana pada lampiran 1 mengikuti beberapa ketentuan sebagai berikut: 21

Petunjuk Teknis Pengelolaan Sarana Pascapanen 1. Bantuan sarana didistribusikan sampai ke titik bagi sesuai kesepakatan dalam dokumen kontrak antara Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dengan Penyedia Barang/Sarana. 2. Penyaluran bantuan tersebut harus dinyatakan dalam Berita Acara Pemeriksaan dan Serah Terima Hasil Pekerjaan (BAP-STHP) dari penyedia kepada Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota atau pejabat yang mewakili Kepala Dinas Pertanian. Format BAP-STHP tersebut sebagaimana tercantum pada Lampiran 2. 3. Dinas Pertanian Kabupaten/Kota menerbitkan Surat Pernyataan bersedia menerima bantuan sarana yang ditandatangani oleh Kepala Dinas atas nama Pemerintah Daerah dengan format sebagaimana Lampiran 3. 4. Surat BAP-STHP dan Surat Pernyataan sebagaimana tersebut pada butir 2) dan butir 3) digunakan sebagai dasar pembayaran kepada pihak penyedia. 5. Penyerahan bantuan sarana kepada Kelompok tani/ Gapoktan/ UPJA/ Lembaga Masyarakat dengan 22

Petunjuk Teknis Pengelolaan Sarana Pascapanen Berita Acara sebagaimana tercantum pada Lampiran 4 menjadi tanggung jawab Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota. Berita Acara tersebut disampaikan kepada Dinas Pertanian Provinsi dan tembusan ke Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Cq. Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan, segera setelah penyerahan sarana. 6. Penyerahan bantuan sarana tersebut agar dilengkapi dokumentasi foto saat penyerahan sarana, baik dari Penyedia kepada Dinas Pertanian Kabupaten serta Dinas kepada Kelompok tani/gapoktan/upja/ Lembaga Masyarakat/Pemda. 7. Sarana yang didistribusikan harus dalam keadaan baik, baru, terakit sempurna, lengkap dan dilakukan uji coba (running test). 8. Apabila dalam pelaksanaannya terdapat sarana yang tidak dimanfaatkan oleh penerima bantuan, maka Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dapat merealokasi sarana tersebut ke kelompok lainnya di wilayah kecamatan yang sama/antar kecamatan. Apabila diperlukan realokasi antar Kabupaten/Kota, 23

Petunjuk Teknis Pengelolaan Sarana Pascapanen maka menjadi kewenangan Kepala Dinas Pertanian Provinsi. 9. Sarana pengering (vertical dryer), sebelum didistribusikan terlebih dahulu disiapkan bangunan dryer sesuai dengan anggaran yang tersedia. Ukuran bangunan dryer disesuaikan dengan dimensi sarana dryer dan kelengkapannya; 10. Untuk sarana dryer, pihak penyedia barang diharuskan untuk melakukan pemasangan instalasi dan merakit komponen dryer hingga siap dioperasikan; 11. Penyedia barang menjamin bahwa barang tersebut memenuhi persyaratan teknis, baik kuantitas maupun kualitasnya dan memperhatikan jaminan layanan purna jual dan suku cadang; 12. Penyedia barang diharuskan melaksanakan pelatihan operasional sarana pascapanen, agar operator dapat memahami penggunaan dan pemeliharaan sarana tersebut; 13. Setiap sarana bantuan diberi tanda dengan grafir/plat nama (name plate) terbuat dari plat yang pemasangannya dirivet secara rapi, sehingga tidak 24

Petunjuk Teknis Pengelolaan Sarana Pascapanen mudah untuk dihilangkan dan ditempatkan di bagian sarana yang mudah terlihat. Plat nama mencantumkan sumber pendanaan kegiatan dan tahun pengadaan. Selain itu perlu juga dicantumkan kontak person produsen (nama dan nomor telepon) yang mudah dihubungi bila terjadi kerusakan. Tata letak name plate dan kontak person penyedia barang ditentukan oleh penyedia barang. 2.6. Penatausahaan Aset Bantuan Mekanisme penatausahaan aset dari bantuan Pemerintah yang diserahkan kepada masyarakat (MAK 526) mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 248/PMK.07/ 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 156/PMK.07/2008 tentang Pedoman Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.06/2007 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penggunaan, Pemanfaatan, dan Pemindahtanganan Barang-Barang Milik Negara. 25

Petunjuk Teknis Pengelolaan Sarana Pascapanen III. PENGELOLAAN SARANA PASCAPANEN DAN PENGOLAHAN HASIL TANAMAN PANGAN 3.1. Penanganan Pascapanen dan Pengolahan Hasil Penanganan pascapanen tanaman pangan yang baik dan benar (Good Handling Practices/GHP) merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan secara baik dan benar, dimulai dari panen sampai dengan siap dikonsumsi dan/atau diolah, meliputi : pengumpulan, perontokan, pembersihan, pengupasan, sortasi, pengeringan, pengemasan, penyimpanan dan pengangkutan. Pengolahan Hasil Pertanian Yang Baik (Good Manufacturing Practices/ GMP) merupakan serangkaian kegiatan yang baik untuk memproduksi suatu produk olahan antara lain mencakup lokasi, bangunan, ruang dan sarana pabrik, proses pengolahan, peralatan pengolahan, penyimpanan dan distribusi produk olahan, kebersihan dan kesehatan pekerja, serta penanganan limbah dan pengelolaan lingkungan. Hal tersebut diupayakan untuk dapat mencegah terjadinya kontaminasi/pencemaran oleh 26

Petunjuk Teknis Pengelolaan Sarana Pascapanen mikro organisme, benda/bahaya fisik dan senyawa kimia yang dapat mengganggu atau membahayakan kesehatan manusia dan masyarakat serta menjaga kesehatan dan keselamatan pekerja. Pengelolaan pascapanen dan pengolahan hasil tanaman pangan merupakan suatu proses kegiatan yang dimulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap kegiatan penanganan pascapanen dan pengolahan hasil tanaman pangan, serta penggunaan sumberdaya dalam mencapai tujuan yang tidak terlepas dari aspek sumberdaya manusia. Pengelolaan yang baik adalah sebagai pondasi bagi pengembangan setiap organisasi dan unsur yang terlibat langsung meliputi : perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating), dan pengawasan (controlling). Pengelolaan pascapanen dan pengolahan hasil tanaman pangan diarahkan pada upaya untuk mewujudkan pengembangan dari hulu hingga industri hilir pada kawasan yang diarahkan untuk mengolah komoditas pertanian primer menjadi produk olahan 27

Petunjuk Teknis Pengelolaan Sarana Pascapanen baik produk antara (intermediate product) maupun produk akhir (final product) agar terjadi peningkatan nilai tambah dan memiliki daya saing produk. Untuk itu dibutuhkan adanya dukungan Pemerintah berupa fasilitasi sarana pascapanen dan pengolahan tanaman pangan, sehingga produk tanaman pangan yang dijual tidak hanya dalam bentuk segar namun sudah dalam bentuk produk olahan. Oleh sebab itu, produk olahan tersebut perlu dilakukan standarisasi produk akhir terutama untuk komoditas yang mempunyai prospek di pasar luar negeri. Pengembangan unit pengolahan pertanian yang akan dilaksanakan saat ini melalui pendekatan sistem agribisnis. Pendekatan agribisnis dalam pengembangan kawasan komoditi tanaman pangan bermakna bahwa kegiatan pertanian pada suatu kawasan agar lebih berorientasi pada keuntungan usaha tani. Pendekatan agribisnis mensyaratkan adanya keterpaduan antar pemangku kepentingan pertanian yang terdiri dari kalangan bisnis atau usaha, masyarakat dan Pemerintah. 28

Petunjuk Teknis Pengelolaan Sarana Pascapanen Salah satu indikator dan kriteria keberhasilan di tingkat kawasan pertanian tanaman pangan adalah meningkatnya aktivitas penanganan pascapanen dan pengolahan hasil serta nilai tambah produk. Keberadaan aktivitas usaha pascapanen dan pengolahan hasil mencerminkan bahwa kawasan pertanian telah ada dan terintegrasi dalam sistem dan usaha agribisnis mulai hulu sampai hilir. Peningkatan aktivitas pascapanen dan pengolahan akan meningkatkan efisiensi kerja, kualitas dan nilai tambah dari produk yang dihasilkan dan dapat diukur dari bertambahnya volume komoditas yang diolah, bertambahnya jumlah dan jenis usaha pascapanen dan pengolahan produk, meningkatnya penggunaan alat dan mesin pascapanen dan pengolahan. Pengembangan agroindustri tanaman pangan merupakan suatu sistem yang terintegrasi mulai dari aspek budidaya (on-farm), pascapanen hingga pengolahan (off-farm) dan pemasaran. Semua aspek tersebut dilakukan dalam suatu aktivitas yang saling terkait antara seluruh komponen pendukung mulai dari 29

Petunjuk Teknis Pengelolaan Sarana Pascapanen hulu (kontinuitas pasokan bahan baku) sampai hilir (pengolahan dan akses pemasaran). Pada saat ini penanganan pascapanen maupun pengolahan hasil tanaman pangan masih belum dilaksanakan secara optimal, sehingga membutuhkan adanya sentuhan dan perbaikan teknologi dengan turut memperhatikan segi efektivitas, efisiensi, mutu dan pasar. Untuk mendukung perbaikan teknologi tersebut Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan melalui dana APBN tahun 2016 telah mengalokasikan fasilitasi sarana pascapanen dan fasilitasi sarana pengolahan hasil tanaman pangan. 3.2. Pengelolaan Sarana Pascapanen dan Pengolahan Hasil Pengelolaan pemanfaatan sarana pascapanen dan pengolahan hasil tanaman pangan agar dapat berjalan secara optimal harus memperhatikan beberapa aspek penting yaitu aspek operasional sarananya, manajemen, maupun struktur kelembagaannya. 30

Petunjuk Teknis Pengelolaan Sarana Pascapanen Pengelolaan pemanfaatan bantuan sarana adalah sebagai berikut : 1. Kelompoktani/ Gapoktan/ UPJA/ Lembaga Masyarakat/Pemda a. Kelompok tani/ Gapoktan/ UPJA/ Lembaga Masyarakat harus mempunyai struktur organisasi yang dilengkapi uraian tugas dan fungsi secara jelas dan disepakati semua anggota. b. Kepemilikan alat dan sarana adalah milik Kelompok tani/ Gapoktan/ UPJA/ Lembaga Masyarakat (bukan milik perorangan) dan dioperasionalkan oleh Kelompok tani/ Gapoktan/ UPJA/ Lembaga Masyarakat. c. Mekanisme dan tata hubungan kerja antar anggota Kelompok tani/gapoktan/ UPJA/ Lembaga Masyarakat disusun secara partisipatif. d. Proses pengambilan keputusan dilakukan secara musyawarah/mufakat dan dituangkan dalam berita acara atau risalah rapat yang ditandatangani oleh pengurus dan diketahui oleh unsur pembina atau instansi terkait. 31

Petunjuk Teknis Pengelolaan Sarana Pascapanen e. Anggota melakukan pengawasan terhadap pengembangan usaha Kelompok tani/ Gapoktan/ UPJA / Lembaga Masyarakat. f. Pengembangan Kelompok tani/gapoktan/ UPJA/ Lembaga Masyarakat diarahkan untuk menuju terbangunnya lembaga ekonomi seperti koperasi atau unit usaha berbadan hukum lainnya. g. Bersedia untuk mendukung panen serempak dan percepatan panen 2. Pemerintah Daerah a. Brigade agar dilengkapi dengan struktur organisasi pengelolaan brigade. b. Pengelolaan brigade harus sesuai dengan aturan dan ketentuan yang telah ditetapkan. c. Pengelolaan brigade dilaksanakan oleh Dinas Pertanian bersama-sama dengan Instansi Terkait untuk mendukung kelancaran penerapan panen serempak dalam rangka pelayanan kepada petani/kelompok tani yang membutuhkan layanan penggunaan sarana panen dengan mempertimbangkan keberadaan sarana didaerah tersebut. 32

Petunjuk Teknis Pengelolaan Sarana Pascapanen d. Operasional pemanfaatan sarana dibebankan kepada pengguna jasa (Kelompok tani/gapoktan/upja/ Lembaga Masyarakat). e. Brigade wajib melakukan pemeliharaan atau perawatan sarana secara regular, sehingga kondisi sarana selalu terawat dengan baik. Hasil akhir yang diharapkan dengan dilakukannya pengelolaan sarana pascapanen dan pengolahan hasil tanaman pangan adalah : 1. Penerima bantuan sarana mampu mengoptimalkan pemanfaatan sarana dalam penanganan pascapanen dan pengolahan hasil tanaman pangan, sehingga dapat menghasilkan keuntungan bagi kelompok untuk pengembangan usaha. 2. Penerima bantuan sarana mampu mengatur arus kas dan berorientasi profit oriented. 3. Penerima bantuan sarana mengembangkan kapasitas organisasi dan skala usaha kelompok. 4. Penerima bantuan sarana memiliki kesadaran dalam meminimalkan susut hasil tanaman pangan. 5. Penerima bantuan sarana sudah berorientasi peningkatan nilai tambah dan daya saing. 33

Petunjuk Teknis Pengelolaan Sarana Pascapanen IV. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN 4.1. Monitoring dan Evaluasi Pembinaan terhadap pemanfaatan sarana dilaksanakan melalui monitoring dan evaluasi agar bantuan sarana dapat berdayaguna dan berhasil guna. Untuk itu diperlukan pengawalan terhadap Kelompok tani/gapoktan/upja/lembaga Masyarakat penerima bantuan sarana. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi dilaksanakan oleh petugas Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk mengetahui kondisi sarana, perkembangan pemanfaatan dan permasalahan yang muncul di lapangan, serta untuk mendapatkan masukan langsung dari pengguna terhadap sarana yang diterima. Masukan yang diperoleh digunakan untuk acuan dalam penentuan kebijakan selanjutnya. 34

4.2. Pelaporan Petunjuk Teknis Pengelolaan Sarana Pascapanen Pelaporan dilaksanakan secara berjenjang mulai dari penerima bantuan, Dinas Pertanian Kabupaten/Kota, Dinas Pertanian Provinsi sampai Pusat. Penerima bantuan sarana pascapanen tanaman pangan melaporkan kinerja penggunaan sarana setiap musim tanam,sedangkan untuk Kelompok tani/gapoktan/upja/masyarakat penerima bantuan sarana pengolahan menyampaikan laporan kinerja, kondisi sarana pengolahan dan perkembangan usahanya 1 (satu) kali setiap tahun. Laporan ditujukan pada Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dan dilengkapi dengan gambar/foto pemanfaatan sarana tersebut di lapangan. Laporan dari penerima bantuan sarana pascapanen tanaman pangan dibuat rekapitulasinya oleh Dinas Pertanian Kabupaten/Kota untuk disampaikan ke Dinas Pertanian Provinsi. Laporan dari Dinas Pertanian Provinsi selanjutnya disampaikan kepada Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian dengan alamat: 35

Petunjuk Teknis Pengelolaan Sarana Pascapanen Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan - Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Jalan Ragunan Nomor 15 Pasar Minggu Jakarta Selatan, 12520 Telp : (021) 7806090 Fax : (021) 78832318, 7804658 e-mail : dit.pphtp@gmail.com Pelaporan ini merupakan masukan penting bagi perencanaan pengembangan sarana pascapanen dan pengolahan hasil tanaman pangan pada masa mendatang, sehingga keterlambatan maupun kelalaian dalam pembuatan laporan tersebut akan menjadi evaluasi kinerja dan pertimbangan dalam kebijakan pemberian bantuan selanjutnya. 36

Petunjuk Teknis Pengelolaan Sarana Pascapanen V. PENUTUP Dukungan terhadap ketersediaan sarana pascapanen dan pengolahan hasil tanaman pangan di lokasi sentra-sentra tanaman pangan sebagai salah satu upaya khusus untuk mendukung tercapainya sasaran peningkatan produksi tanaman pangan dan kesejahteraan masyarakat tani. Dengan adanya dukungan sarana tersebut akan diperoleh efisiensi waktu, efisiensi jumlah tenaga kerja, efisiensi biaya usaha tani, meningkatkan produksi dan kualitas hasil pertanian dan pada akhirnya meningkatkan pendapatan petani. Diperlukan peran aktif dari Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota atau instansi terkait dalam pendampingan, pengawalan dan pengawasan pengelolaan sarana kepada Kelompok tani/ Gapoktan/UPJA/Masyarakat, sehingga investasi sarana tersebut dapat mendorong pengelolaan sarana pascapanen dan pengolahan hasil tanaman pangan ke arah mandiri, serta menjadi perintis berkembangnya kelembagaan dan sarana di wilayahnya masing - masing. 37

Petunjuk Teknis Pengelolaan Sarana Pascapanen Bantuan sarana ini diharapkan dapat membantu Kelompok tani/gapoktan/upja/masyarakat agar tahapan pasca panen dan pengolahan hasil tanaman pangan menjadi efisien dan dapat menurunkan susut hasil, serta memberikan nilai tambah bagi kesejahteraan seluruh anggotanya. 38

Petunjuk Teknis Pengelolaan Sarana Pascapanen LAMPIRAN 39

Petunjuk Teknis Pengelolaan Sarana Pascapanen dan Pengolahan Hasil Tanaman Pangan Tahun 2016 SARANA PASCAPANEN PADI NO PROVINSI COMBINE HARVESTER KECIL COMBINE HARVESTER SEDANG COMBINE HARVESTER BESAR (UNIT) (UNIT) (UNIT) AWAL REVISI I REVISI II AWAL REVISI I REVISI II AWAL REVISI I REVISI II 1 Jawa Barat 168 383 413 21 26 26 2 Jawa Tengah 435 554 594 103 155 155 3 DI Yogyakarta 32 35 35 4 Jawa Timur 108 474 675 283 381 381 5 Banten 66 83 113 20 20 6 Bali 51 47 57 1 1 1 7 Aceh 124 161 386 79 141 141 15 15 8 Sumatra Utara 120 260 145 306 306 29 41 41 9 Sumatra Barat 7 7 10 Riau 64 110 110 16 70 70 11 Jambi 62 128 178 4 9 9 2 2 12 Sumatra Selatan 25 122 472 35 141 141 14 50 50 13 Lampung 173 279 525 141 204 204 15 18 18 14 Kalimantan Barat 60 99 124 36 36 36 15 Kalimantan Tengah 90 170 170 10 10 16 Kalimantan Selatan 148 240 340 53 95 95 9 9 9 17 Kalimantan Timur 65 117 137 48 43 43 18 Sulawesi Utara 65 112 237 10 90 90 3 3 19 Sulawesi Tengah 98 24 34 59 169 169 15 44 44 20 Sulawesi Selatan 55 170 400 400 65 81 81 21 Sulawesi Tenggara 140 160 75 143 143 16 20 20 22 Maluku 52 90 190 16 30 30 2 4 4 23 Nusa Tenggara Barat 172 178 178 50 137 137 9 10 10 24 Nusa Tenggara Timur 48 35 85 30 30 30 6 6 6 25 Papua 34 70 35 57 57 8 10 10 26 Bengkulu 8 10 50 27 Maluku Utara 84 98 198 15 50 50 5 5 28 Bangka Belitung 20 20 25 29 Gorontalo 72 72 46 41 41 5 9 9 30 Kepulauan Riau 31 Papua Barat 35 74 99 13 13 32 Sulawesi Barat 30 175 30 75 75 6 12 12 33 Kalimantan Utara 17 Total 2300 4016 6224 1500 2872 2872 200 340 340 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 40

Petunjuk Teknis Pengelolaan Sarana Pascapanen dan Pengolahan Hasil Tanaman Pangan Tahun 2016 SARANA PASCAPANEN PADI NO PROVINSI VERTICAL DRYER PADI KAP 30 TON VERTICAL DRYER PADI KAP 3,5-6 TON (UNIT) (UNIT) POWER THRESHER (UNIT) AWAL REVISI I REVISI II AWAL REVISI I REVISI II AWAL REVISI I REVISI II 1 Jawa Barat 3 3 3 142 160 374 2 Jawa Tengah 126 128 325 3 DI Yogyakarta 16 20 56 4 Jawa Timur 154 154 428 5 Banten 42 42 117 6 Bali 41 41 102 7 Aceh 20 20 49 8 Sumatra Utara 24 24 124 9 Sumatra Barat 30 30 60 10 Riau 18 18 53 11 Jambi 10 10 43 12 Sumatra Selatan 43 43 153 13 Lampung 10 14 92 14 Kalimantan Barat 65 100 15 Kalimantan Tengah 10 16 54 16 Kalimantan Selatan 14 26 95 17 Kalimantan Timur 6 17 50 18 Sulawesi Utara 10 10 30 19 Sulawesi Tengah 12 12 32 20 Sulawesi Selatan 2 2 2 137 21 Sulawesi Tenggara 10 10 30 22 Maluku 27 22 49 23 Nusa Tenggara Barat 20 24 Nusa Tenggara Timur 21 21 21 25 Papua 45 26 Bengkulu 85 85 118 27 Maluku Utara 28 28 Bangka Belitung 12 12 46 29 Gorontalo 30 30 Kepulauan Riau 31 Papua Barat 55 32 Sulawesi Barat 30 33 Kalimantan Utara 37 Total 2 2 2 3 3 3 950 1000 2916 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 41

Petunjuk Teknis Pengelolaan Sarana Pascapanen dan Pengolahan Hasil Tanaman Pangan Tahun 2016 NO PROVINSI SARANA PASCAPANEN PADI RMU (UNIT) POLISHER (UNIT) DESTONER (UNIT) AWAL REVISI I REVISI II AWAL REVISI I REVISI II AWAL REVISI I REVISI II 1 Jawa Barat 8 8 1 1 2 Jawa Tengah 7 5 3 DI Yogyakarta 1 1 4 Jawa Timur 7 7 1 1 5 Banten 4 4 22 22 6 Bali 4 4 7 Aceh 4 2 8 Sumatra Utara 4 9 Sumatra Barat 10 Riau 11 Jambi 2 2 12 Sumatra Selatan 8 10 13 Lampung 6 6 14 Kalimantan Barat 2 2 15 Kalimantan Tengah 2 2 16 Kalimantan Selatan 3 3 17 Kalimantan Timur 2 2 18 Sulawesi Utara 2 2 19 Sulawesi Tengah 3 9 20 Sulawesi Selatan 6 11 21 Sulawesi Tenggara 2 2 22 Maluku 23 Nusa Tenggara Barat 3 3 24 Nusa Tenggara Timur 3 25 Papua 3 3 26 Bengkulu 2 2 27 Maluku Utara 15 28 Bangka Belitung 29 Gorontalo 5 5 30 Kepulauan Riau 31 Papua Barat 32 Sulawesi Barat 5 5 33 Kalimantan Utara 2 Total 100 115 0 0 22 22 0 2 2 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 42

Petunjuk Teknis Pengelolaan Sarana Pascapanen dan Pengolahan Hasil Tanaman Pangan Tahun 2016 SARANA PASCAPANEN JAGUNG NO PROVINSI CORN COMBINE HARVESTER (UNIT) CORN SHELLER (UNIT) AWAL REVISI I REVISI II AWAL REVISI I REVISI II 1 Jawa Barat 6 6 105 350 344 2 Jawa Tengah 9 9 115 358 358 3 DI Yogyakarta 9 3 9 4 Jawa Timur 17 17 180 636 636 5 Banten 6 24 24 6 Bali 15 34 34 7 Aceh 8 8 65 240 240 8 Sumatra Utara 9 9 100 412 412 9 Sumatra Barat 162 162 10 Riau 2 2 25 66 66 11 Jambi 4 4 45 54 54 12 Sumatra Selatan 7 7 85 225 225 13 Lampung 14 14 95 464 464 14 Kalimantan Barat 40 52 52 15 Kalimantan Tengah 10 22 22 16 Kalimantan Selatan 10 10 65 220 220 17 Kalimantan Timur 10 29 29 18 Sulawesi Utara 14 14 156 480 480 19 Sulawesi Tengah 7 7 60 140 140 20 Sulawesi Selatan 17 17 247 686 686 21 Sulawesi Tenggara 1 1 90 100 100 22 Maluku 20 15 15 23 Nusa Tenggara Barat 14 14 135 400 400 24 Nusa Tenggara Timur 12 12 107 408 408 25 Papua 7 7 26 Bengkulu 25 53 53 27 Maluku Utara 20 12 12 28 Bangka Belitung 29 Gorontalo 14 14 130 388 388 30 Kepulauan Riau 31 Papua Barat 4 4 32 Sulawesi Barat 15 15 40 184 184 33 Kalimantan Utara 12 12 Total 0 180 180 2000 6240 6240 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 43

Petunjuk Teknis Pengelolaan Sarana Pascapanen dan Pengolahan Hasil Tanaman Pangan Tahun 2016 SARANA PASCAPANEN JAGUNG NO PROVINSI VERTICAL DRYER JAGUNG KAP 3,5-6 TON GUDANG/LANTAI JEMUR JAGUNG (UNIT) (PAKET) AWAL REVISI I REVISI II AWAL REVISI I REVISI II 1 Jawa Barat 1 1 1 2 Jawa Tengah 3 DI Yogyakarta 4 Jawa Timur 3 5 Banten 6 Bali 7 Aceh 8 Sumatra Utara 9 Sumatra Barat 10 Riau 11 Jambi 12 Sumatra Selatan 13 Lampung 14 Kalimantan Barat 15 Kalimantan Tengah 16 Kalimantan Selatan 17 Kalimantan Timur 18 Sulawesi Utara 19 Sulawesi Tengah 20 Sulawesi Selatan 21 Sulawesi Tenggara 22 Maluku 23 Nusa Tenggara Barat 24 Nusa Tenggara Timur 4 25 Papua 26 Bengkulu 27 Maluku Utara 28 Bangka Belitung 29 Gorontalo 30 Kepulauan Riau 31 Papua Barat 32 Sulawesi Barat 33 Kalimantan Utara Total 1 1 5 0 3 0 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 44

Petunjuk Teknis Pengelolaan Sarana Pascapanen dan Pengolahan Hasil Tanaman Pangan Tahun 2016 SARANA PASCAPANEN KEDELAI SARANA PENGANGKUT HASIL PERTANIAN NO PROVINSI POWER THRESHER MULTIGUNA (UNIT) RODA 3 (UNIT) AWAL REVISI I REVISI II AWAL REVISI I REVISI II 1 Jawa Barat 23 362 362 23 40 40 2 Jawa Tengah 23 166 166 22 38 38 3 DI Yogyakarta 6 7 7 4 Jawa Timur 24 1293 1293 32 40 40 5 Banten 10 123 123 10 12 12 6 Bali 9 9 9 5 3 3 7 Aceh 21 270 270 15 38 38 8 Sumatra Utara 18 294 294 23 33 33 9 Sumatra Barat 9 42 42 10 Riau 6 72 72 13 17 17 11 Jambi 10 122 122 16 17 17 12 Sumatra Selatan 12 409 409 27 35 35 13 Lampung 15 71 71 17 38 38 14 Kalimantan Barat 37 37 13 30 30 15 Kalimantan Tengah 30 30 13 21 21 16 Kalimantan Selatan 8 491 491 18 28 28 17 Kalimantan Timur 58 58 12 19 19 18 Sulawesi Utara 8 264 264 11 20 20 19 Sulawesi Tengah 11 146 146 13 21 21 20 Sulawesi Selatan 14 859 859 50 36 36 21 Sulawesi Tenggara 17 192 192 14 17 17 22 Maluku 35 35 16 8 8 23 Nusa Tenggara Barat 25 750 750 20 25 25 24 Nusa Tenggara Timur 8 100 100 18 24 24 25 Papua 11 37 37 16 13 13 26 Bengkulu 10 98 98 15 17 17 27 Maluku Utara 40 40 10 11 11 28 Bangka Belitung 2 7 7 29 Gorontalo 5 53 53 12 14 14 30 Kepulauan Riau 31 Papua Barat 6 30 30 14 13 13 32 Sulawesi Barat 51 51 15 16 16 33 Kalimantan Utara 6 38 38 Total 300 6500 6500 500 700 700 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 45

Petunjuk Teknis Pengelolaan Sarana Pascapanen dan Pengolahan Hasil Tanaman Pangan Tahun 2016 SARANA PENGOLAHAN NO PROVINSI UPH JAGUNG (PAKET) UPH KEDELAI (PAKET) AWAL REVISI I REVISI II AWAL REVISI I REVISI II 1 Jawa Barat 1 1 1 2 2 2 2 Jawa Tengah 6 6 6 2 2 2 3 DI Yogyakarta 4 Jawa Timur 2 2 2 5 Banten 1 1 1 6 Bali 3 3 3 1 1 1 7 Aceh 4 4 4 3 3 3 8 Sumatra Utara 6 6 6 9 Sumatra Barat 10 Riau 11 Jambi 1 1 1 1 1 1 12 Sumatra Selatan 2 2 2 13 Lampung 2 2 2 14 Kalimantan Barat 1 1 1 15 Kalimantan Tengah 16 Kalimantan Selatan 17 Kalimantan Timur 18 Sulawesi Utara 2 2 2 3 3 3 19 Sulawesi Tengah 1 1 1 2 2 2 20 Sulawesi Selatan 6 6 6 1 1 1 21 Sulawesi Tenggara 6 6 6 5 5 5 22 Maluku 1 1 1 2 2 2 23 Nusa Tenggara Barat 1 1 1 24 Nusa Tenggara Timur 7 7 7 25 Papua 3 3 3 26 Bengkulu 2 2 2 2 2 2 27 Maluku Utara 28 Bangka Belitung 29 Gorontalo 4 4 4 2 2 2 30 Kepulauan Riau 31 Papua Barat 32 Sulawesi Barat 1 1 1 1 1 1 33 Kalimantan Utara Total 60 60 60 30 30 30 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 46

Petunjuk Teknis Pengelolaan Sarana Pascapanen dan Pengolahan Hasil Tanaman Pangan Tahun 2016 Lampiran 2. Contoh Format Berita Acara Pemeriksanaan dan Serah Terima Hasil Pekerjaan (BAP-STHP) KOP DINAS PERTANIAN KABUPATEN/KOTA BERITA ACARA PEMERIKSAAN DAN SERAH TERIMA HASIL PEKERJAAN (BAP-STHP) BANTUAN... (JENIS SARANA) KEGIATAN BANTUAN SARANA TAHUN 2016 Nomor : Pada hari ini... tanggal... bulan... tahun dua ribu enam belas, kami yang bertandatangan dibawah ini : PIHAK PERTAMA : Nama :... Jabatan :... Alamat :... PIHAK KEDUA : Nama :... Jabatan :... Alamat :... Dengan ini menyatakan bahwa PIHAK PERTAMA menyerahkan barang kepada PIHAK KEDUA berupa... (jenis sarana), sesuai Perjanjian (kontrak) Nomor:... tanggal... 2016, dengan rincian sebagai berikut : No. Nama/Jenis Barang Merk/Tipe 1. 2. 3. Jumlah Barang Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 47

Petunjuk Teknis Pengelolaan Sarana Pascapanen dan Pengolahan Hasil Tanaman Pangan Tahun 2016 Seluruh barang yang diserahterimakan dalam keadaan baik, baru, dan lengkap sesuai dengan spesifikasi terlampir, serta telah dilakukan uji coba (running test). Demikian Berita Acara Pemeriksaan dan Serah Terima Hasil Pekerjaan ini dibuat dan ditandatangani kedua belah pihak dengan sebenarnya. Berita Acara Pemeriksaan dan Serah Terima Hasil Pekerjaan ini dibuat rangkap 6 (enam) untuk dipergunakan sebagaimana mestinya. PIHAK KEDUA **) PIHAK PERTAMA *) Yang Menerima, Yang Menyerahkan, (... ) (... ) NIP. Mengetahui : ***) (... ) NIP. Keterangan : *) : Pihak Penyedia Barang **) : Petugas Penerima... (Jenis sarana) Kabupaten/Kota ***) : Kepala Dinas atau Pejabat yang ditunjuk Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 48

Petunjuk Teknis Pengelolaan Sarana Pascapanen dan Pengolahan Hasil Tanaman Pangan Tahun 2016 Lampiran 3. Contoh Format Dokumen Surat Pernyataan Bersedia Menerima Bantuan Sarana KOP SURAT DINAS PERTANIAN PROVINSI Nomor : Lampiran : 2 berkas Hal : Penyampaian Surat Pernyataan Bersedia Menerima Hibah...,... 2016 Yth. Kepala Dinas... Kabupaten/Kota... di Tempat Sehubungan telah selesainya pendistribusian bantuan sarana... (jenis dan merk sarana), kegiatan Pengadaan Bantuan Sarana Pascapanen dan Pengolahan Hasil Tanaman Pangan TA. 2016, dapat kami sampaikan hal-hal sebagai berikut : 1. Bantuan sarana tersebut merupakan pos belanja barang yang menggunakan AKUN 526 yaitu belanja barang yang diserahkan kepada Masyarakat/Pemerintah Daerah. 2. Dalam rangka tertib administrasi dan pengelolaan Barang Milik Negara (BMN), maka sarana tersebut akan dihibahkan kepada Masyarakat/Pemerintah Daerah. 3. Untuk proses usulan penghibahan ke Pengelola Barang Cq. Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) dipersyaratkan adanya Surat Pernyataan bersedia menerima hibah, selanjutnya kami mohon kesediaannya agar dapat menandatangani surat pernyataan sebagaimana lampiran 1 dan 2. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 49

Petunjuk Teknis Pengelolaan Sarana Pascapanen dan Pengolahan Hasil Tanaman Pangan Tahun 2016 4. Surat Pernyataan dibuat diatas kertas kop Dinas Pertanian, ditandatangani dan distempel. 5. Surat pernyataan asli dan lampirannya agar dapat dikirimkan kepada kami melalui pos dengan alamat : Dinas Pertanian Provinsi Jalan. Demikian kami sampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih. Kepala Dinas.... Provinsi.. Tembusan : 1. Direktur Jenderal Tanaman Pangan 2. Bupati.. 3. Direktur PPHTP, Ditjen. Tanaman Pangan (... ) NIP. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 50