PEMBELAJARAN KOGNITIF, AFEKTIF DAN PSIKOMOTORIK Oleh : As ari Djohar. Definisi belajar berbeda-beda, menurut pendapat tradisional belajar itu ialah

dokumen-dokumen yang mirip
RANAH RANAH. Misalnya : istilah fakta aturan urutan metode

BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

RANAH-RANAH TAKSONOMI BLOOM RANAH KOGNITIF-PENGETAHUAN (KNOWLEDGE) Kategori Kemampuan Internal Kata-kata Kerja Operasional Jenis Perilaku

Build the world with studying..

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ada di sekitar individu. Menurut Sudjana dalam Rusman. (2011: 1) Belajar

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

Deskriptif Asumsi dasar Pengertian belajar Tujuan belajar Kritik. Teori Belajar. Preskriptif Pengaruh teori belajar Terapan Model-model PBM

Teori Belajar. Oleh : Putri Siti Nadhiroh Putrinadhiroh.blogs.uny.ac.id

Taksonomi Perilaku. 1.mengidentifikasikan. C1 Pengetahuan Mengatahui... Misalnya: istilah, kata benda, kata kerja

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB V PEMBAHASAN. Fiqih dengan melalui penerapan model pembelajaraan kooperatif tipe picture and

II. TINJAUAN PUSTAKA. Eksperimen mengandung makna belajar untuk berbuat, karena itu dapat dimasukkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

Taksonomi Bloom (Ranah Kognitif, Afektif, dan Psikomotor) serta Identifikasi Permasalahan Pendidikan di Indonesia

Jurnal SAP Vol. 1 No. 1 Agustus 2016 ISSN: X

Teori Belajar dan Pembelajaran

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pendekatan ilmiah atau scientific approach. Dalam implementasi kurikulum

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman.

ELLISIA KUMALASARI Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Ponorogo ABSTRAK

BAB II LANDASAN TEORI. Metode pembelajaran adalah suatu teknik penyajian yang dipilih dan

RANAH-RANAH TAKSONOMI BLOOM

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Picture and Picture. a. Pengertian Model Pembelajaran

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV SDN Lariang Melalui Metode Demonstrasi

Prinsip dalam Pembelajaran

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Hasil Belajar. a. Pengertian Hasil Belajar

MODEL PEMBELAJARAN DAN OBJEK PEMBELAJARAN MATEMATIKA

PENGEMBANGAN DESAIN PEMBELAJARAN BERCIRIKAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) Oleh: Bambang Subali, UNY

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Saiful Rahman Yuniarto, S.Sos, MAB

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan salah metode yang sering

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh seseorang untuk

KOMPONEN DESAIN INSTRUKSIONAL

BAB II KAJIAN PUSTAKA. belum diketahui serta memaksimalkan potensi yang dimiliki seseorang.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. fisik, psikis dan emosinya dalam suatu lingkungan sosial yang senantiasa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Dini andriani,2014

BAB II KAJIAN PUSTAKA. berarti tengah, perantara, atau pengantar atau dengan kata lain media

Pengembangan Media Pembelajaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. Rosenberg (dalam Surjono, 2009: 3), mendefinisikan e-learning sebagai

BAB II KAJIAN TEORI. Pembelajaran merupakan proses komunikasi du arah, mengajar dilakukan oleh

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN KOMPETENSI DI PERGURUAN TINGGI Oleh Drs. Putu Agustana, M.Si. 16

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk selalu berfikir dan mencari hal-hal yang baru. Pendidikan tidak

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. IX. No. 1 Tahun 2011, Hlm PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI. Oleh Sukanti 1.

BAB II KAJIAN TEORI. dan berbuat. Motivasi adalah dorongan dasar yang menggerakkan seseorang. tema sesuai dengan motivasi yang mendasarinya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan mampu menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.

MODEL INTERAKSI SOSIAL MODEL PEMROSESAN INFORMASI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Muhamad Nurachim, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Menurut John Holt ( 1981 ) dalam bukunya How Children Fail

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan discovery adalah suatu prosedur mengajar yang dapat. mengalami sendiri bagaimana cara menemukan atau menyelidiki

PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI. Sukanti. Abstrak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat membentuk persamaan dan kemauan siswa, metode ini juga melibatkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2016 PERBAND INGAN HASIL BELAJAR SISWA ANTARA MOD EL PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOFOLIO D ENGAN MOD EL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK D I SMKN 1 SUMED ANG

IMPLEMENTASI STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

TINJAUAN PUSTAKA. Banyak orang belum mengetahui apa itu leaflet dan apa perbedaannya dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

E-LEARNING PERENCANAAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA PERT-3. Oleh Nanang Khuzaini, S.Pd.Si

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN METAKOGNITIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR MATEMATIS TINGKAT TINGGI SISWA KELAS X KEP 3 SMK NEGERI 1 AMLAPURA

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 19 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

Skripsi. Oleh: Alanindra Saputra K

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

WAWASAN PENGEMBANGAN KURIKULUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2000:26). Belajar adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri. waktu yang relatif lama (Sugiyo, 2000:26).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

TEORI PERILAKU. Disusun: IY

BAB II KAJIAN TEORITIS. 2.1.Hakikat Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. (2011: 67) bahwa pendidikan jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah

TUGAS GURU SEBAGAI PENGEMBANG KURIKULUM

KONSEP UMUM PSIKOLOGI BELAJAR PAI

II. TINJAUAN PUSTAKA

konstribusi yang sangat besar dalam memenuhi kebutuhan manusia semakin meningkat (Burns dan Bottino, 1989). Namun sangat disayangkan

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. berkaitan dengan perilaku atau tingkah laku. Hasil belajar diukur

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Pertemuan Ke-4. Oleh: M. Jainuri, S.Pd., M.Pd. Pendidikan Matematika. STKIP YPM Bangko. Teori Belajar Kognitif_M. Jainuri, S.Pd., M.

BAB I PENDAHULUAN. mutu pendidikan, karena pendidikan merupakan sarana yang sangat penting

TINJAUAN PUSTAKA. sendiri. Belajar dapat diukur dengan melihat perubahan prilaku atau pola pikir

II. TINJAUAN PUSTAKA. memperkenalkan produk, karya atau gagasan kepada khalayak ramai.

BAB I PENDAHULUAN. Abad XXI dikenal sebagai abad globalisasi dan abad teknologi informasi.

Konsep dan Makna Belajar

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN PARADIGMA. adanya mekanisme suatu sistem. Kata lainnya yang mendekati pengertian tentang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

LATAR BELAKANG Ketika karyawan baru dipekerjakan, mereka tidak mungkin mampu beradaptasi dgn pekerjaan secara sempurna meskipun mereka lolos seleksi y

II. TINJAUAN PUSTAKA. sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentan. g alam sekitar di sekelilingnya merupakan kodrat manusia sejak ia lahir ke

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

Transkripsi:

PEMBELAJARAN KOGNITIF, AFEKTIF DAN PSIKOMOTORIK Oleh : As ari Djohar I.Pengertian Belajar Definisi belajar berbeda-beda, menurut pendapat tradisional belajar itu ialah menambah dan mengumpulkan sejumlah pengetahuan. Di sini dipentingkan pendidikan untelektual. Kepada peserta didik diberikan bermacam-macam mata pelajaran untk menambah pengetahuan yang harus dimilikinya, terutama dengan jalan menghafal. Pendapat yang lebih modern ialah yang menganggap belajar sebagai a change in behavior atau perubahan perilaku. Implikasi dari pengertian belajar ini terhadap pendidik ialah: a) harus menentukan prilaku apakah yang diharapkan bagi peserta didik. b) harus mengetahui hingga manakah taraf perkembangan prilaku peserta didik, c) harus menyediakan kesempatan dan syarat-syarat yang sebaik-baiknya yang menurut harapannya akan menghasilkan prilaku yang diinginkan. II. Tujuan Belajar. Tujuan pembelajaran dibedakan atas beberapa kategori, sesuai dengan perilaku yang menjadi sasarannya. Gage dan Briggs mengemukakan lima kategori, yaitu intelectual skill, cognitive strategies, verbal information, motor skill dan attitude (1974, h. 23-24). Bloom mengemukakan tiga kategori sesuai dengan domain-domain perilaku individu yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Domain kognitif berkenaan dengan perkembanganm kecakapan dan keterampilan intelektual. Afektif berkenaan berkenaan 1

dengan perubahan minat, sikap, nilai-nilai, perkembangan apresiasi dan kemampuan menyesuaikan diri. Domain psikomotor berkenaan dengan keterampilan-keterampilan gerak. Tujuan instruksional juga memiliki tingkat kesukaran yang berbeda. Bloom (1975) membagi domain kognitif atas enam tingkatan yaitu: pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Untuk domain afektif Krethwohl etr al (1974) membaginya atas lima tingkatan yakni: penerimaan, pertisipasi/merespons, penilaian, mengorganisasi nilai dan pembentukan pola/karakterisasi nilai-nilai. Domain psikomotor Harrow (1971) membaginya atas enam tingkatan yakni: persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola gerak dan kreativitas. Tujuan instruksional merupakan suatu tingkah laku yang diperlihatkan mahasiswa pada akhir suatu kegiatan belajar. Perumusan tujuan instruksional yang baik memiliki beberapa spesifikasi yakni: Menggambarkan apa yang diharapkan dapat dilakukan oleh mahasiswa, tingkah laku yang dapat diamati/terukur. Menggambarkan kondisi atau lingkungan yang menunjang terbentuknya tingkah laku itu (lingkungan fisik. psikologis). Menunjukkan mutu tingkah laku yang diharapkan ( ketepatan/ketelitian,kecepatan, panjangnya dan frekuensi respon). Kata-kata kerja operasional yang dapat digunakan dalam merumuskan tujuan instruksional diantaranya adalah: Ranah Kognitif 1. Pengetahuan: menyebutkan, menunjukkan, menyatakan, menyusun daftar dsb. 2

2. Pemahaman : menjelaskan, menguraikan, merumuskan, menerangkan, menyadur dsb. 3. Penerapan : mendemonstrasikan, menghitung, menghubungkan, membuktikan, dsb. 4. Analisis :memisahkan, mmemilih, membandingkan, memperkirakan dsb. 5. Evaluasi : menyimpulkan, mengkritisi, menafsirkan, memberi argumentasi, dsb 6. Kreasi : mengkombinasikan, mengarang, menciptakan, mendisain, mengatur dsb Ranah Afektif 1. Penerimaan : menanyakan, memilih, mengikuti, menjawab, melanjutkan, dsb 2. Partisipasi : melaksanakan, membantu, menawarkan diri, menyambut, dsb 3. Penilaian : melaksanakan, mengambil prakarsa, mengusulkan, membela dsb. 4. Organisasi : berpegang pada, mengintegrasikan, mengubah, mempertahankan dsb 5. Pembentukan Pola : bertindak, menyatakan, memperlihatkan, mempersoalkan dsb Ranah Psikomotor 1. Persepsi : membedakan, menunjukkan, memilih, menghubungkan dsb 2. Kesiapan (menyiapkan diri fisik/mental) : mengawali, bereaksi, mempersiapkan, menanggapi, memprakarsai, dsb. 3. Gerakan terbimbing (meniru contoh) : mempraktikan, mengikuti, mengerjakan, membuat, mencoba, dsb. 4. Gerakan terbiasa (berpegang pada pola): mengoperasikan, memasang, mendemonstrasikan, mengerjakan, dsb. 5. Gerakan kompleks (berketerampilan secara lancar,luwes,gesit): mengoperasikan, mendemonstrasikan, mengerjakan, dsb. Penyesuaian pola gerak bervariasi dan kreatif : mengubah, mengadaftasikan, membuat variasi, merancang, menciptakan, mendesain, merencanakan dsb. 3

III. Teori Belajar. Ada beberapa teori belajar yang dalam hal ini tiga teori belajar yang akan dibahas yakni:teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Daya, Teori Asosiasi dan Teori Organismic atau Gestalt. a. Teori Ilmu Jiwa Daya. Menuror teori ini otak manusia terdiri dari beberapa faculties atau daya-daya yang masing-masing mempunyai fungsi tertentu (mengamat, menngingat, menanggap, menganalisis, berpikir dan sebagainya. Tiap-tiap daya dapat dikembangkan melalui latihan. Di sekolah peserta didik diberi soal-soal untuk melatih daya-daya yang dimiliki oleh peserta didik itu, makin sulit soal yang diberikan makin terlatih kemampuan berpikir mereka. Soal-soal yang diberikan tidak perlu sesuai dengan dengan keadaan dalam kehidupan yang sebenarnya dihadapi, oleh karenanya mata pelajaran yang paling sesuai untuk melatih daya pikir ini adalah matematika. Itulah alasannya sampai saat ini mata pelajaran itu menjadi andalan untuk mengasah otak sampai tajam dan mengembangkan serta menguji kemampuan berpikir peserta didik, sehingga mereka mampu memecahkan berbagai masalah yang dihadapi dalam berbagai bidang kehidupan baik politik, ekonomi, sosial, teknologi dan sebagainya. Kesanggupan berpikir yang telah terlatih dianggap dengan sendirinya dapat pakai, dipindahkan kepada bidang-bidang lain dalam kehidupan anak. Menurut teori ini transfer itu mutlak. Yang diutamakan bukanlah penguasaan bahan, melainkan latihan dengan bahan-bahan itu guna pembentukan daya-daya, jadi pembentukan formalnya (mental discipline) 4

b. Teori Asosiasi Menurut teori ini mengajar adalah kegiatan memberi stimulus (S) kepada anak yang menimbulkan padanya suatu reaksi atau respons (R). Hubungan antara S dengan R diulang ulangsehingga menjadi kebiasaan dan tidak segera dilupakan. Dengan latihanlatihan dan diulang ulang banyak diberikan hubungan S-R yang dikehendaki. Belajar secara ini bersifat mekanistik. Anak-anak dilatih bereaksi seperti mesin yang bergerak menurut cara-cara tertentu asal diberi stimulus tertentu. Teori ini tidak menerima adanya transfer mutlak. Seseorang hanya dapat bereaksi dengan tepat terhadap stimulus atau situasi yang telah pernah dihadapinya atau yang sama dengan itu. Itu sebabnya maka anak-anak harus memiliki sebanyak mungkin S-R bonds. Teori ini mementingkan penguasaan bahan pelajaran yang sebanyak-banyaknya atau mengutamakan pembentukan material. Belajar menurut teori ini berarti mengumpulkan ilmu, menumpuk-numpuk berbagai pengetahuan. Teori ini menimbulkan pendidikan intelektualistis, aspek-aspek pembentukan pribadi anak sering terabaikan. Anak dianggap sebagai makhluk yang pasif, sebagai bejana kosong yang harus diisi dengan berbnagai pengetahuan, guru memegang peranan yang penting yang aktif. Skinner mengembangkan teori ini dalam programmed instruction dan teaching machines c.teori organismic atau Gestalt Teori ini mengemukakan kesdeluruhan sebagai prinsip yang penting, suatu organisme yang dinamis yang senantiasa dalam keadaan interaksi dengan dunia sekitar untuk mencapai tujuan-tujuannya. Anak itu menerima perangsang dari luar, bersifat 5

selektif terhadap perangsang yang diterimanya, dan bereaksi terhadap perangsang itu dengan mengolahnya. Jadi belajar itu berlangsung berdasarkan pengalaman, yakni interaksi antara anak dengan lingkungan dan dalam hal ini anak itu aktif seperti learning by doing, melakukan reflection atau pemikiran, renungan tentang apa yang telah dilakukan. Belajar menurut teori ini bukanlah menghafal fakta-fakta, akan tetapi dengan menghadapi sejumlah masalah yang harus dipecahkan dengan menggunakan metode ilmiah yang pada pokoknya terdiri atas langkah-langkah: 1) menyadari adanya suatu masalah. 2) memajukan hipotesis-hipotesis. 3) mengumpulkan keterangan atau data 4) membuktikan hipotesis berdasarkan data. 5) mengambil kesimpulan. Prinsip-prinsip belajar dalam teori ini adalah: 1) Belajar itu berdasarkan keseluruhan. 2) Anak yang belajar merupakan keseluruhan pribadinya. 3) Belajar berkat insight, pemahaman atau tilikan sebagai syarat mutlak dalam belajar. 4) Belajar berdasarkan pengalaman. 5) Belajar ialah suatu proses perkembangan 6) Belajar ialah proses yang kontinyu 7) Belajar lebih berhasil bila dihubungkan dengan minat keinginan dan tujuan anak. IV. Teknik Pengajaran 6

a. Kognitif Pengajaran kognitif dimaksudkan disini ialah suatu proses pembelajaran yang membentuk kemampuan kognitif peserta didik. Teknik pengajaran yang dipertimbangkan mampu membentuk kemampuan kognitif diantaranya adalah: 1) eksperimentasi 2) problem solving, diskusi, tanya jawab. 3) Belajar secara induktif (mahasiswa dihadapkan pada contoh-contoh, kemudian mereka menyimpulkan sendiri konsep-konsep pengetahuan yang tersirat dalam contoh-contoh itu). Mengatur topik dari yang paling konkrit ke yang abstrak, dari yang sederhana ke yang kompleks. 4) Pembelajaran dengan menggunakan advance organizer paling tidak dengan cara membuat rangkuman terhadap materi yang diberikan, dilengkapi dengan uraian singkat yang menunjukkan relevansi materi yang sudah diberikan dengan materi baru. Mengajarkan mahasiswa memahami konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang sudah ditentukan, dengan memberi fokus pada hubungan yang terjalin antara konsep-konsep yang ada. b. afektif. Teknik pengajaran untuk membentuk afektif peserta didik dapat dilakukan melalui beberapa teknik sebagai berikut: 1) Eksperimentasi. 2) Roleplaying. 7

3) Memberikan penguatan/reinforcement (penguatan positif ataupun negatif). 4) Memecahkan materi pelajaran menjadi bagian-bagian kecil, sehingga mudah untuk difahami. 5) Memberikan stimulus yang mungkin berupa a)pertanyaan (lisan atau tertulis), b)tes, c)latihan, d)tugas-tugas. 6) Memberikan umpan balik 7) Memberikan simulasi 8) Problem solving; peserta didik dihadapkan pada kecenderungan masalah yang dewasa ini dihadapi. 9) Pembelajaran individual. c. Psikomotor Teknik pengajaran untuk membentuk kemampuan psikomotorik peserta didik dapat dipertimbangan melalui beberapa teknik pemberian latihan dengan memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut: 1) Latihan akan efisien apabila disediakan lingkungan yang sesuai dimana mereka kelak akan bekerja. 2) Latihan yang efektifhanya dapat diberikan jika tugas-tugas yang diberikan memiliki kesamaan operasional, dengan peralatan yang sama dan dengan mesin-mesin yang sama dengan yang akan dipergunakan di dalam kerjanya kelak. 3) terbesar. 4) Latihan sudah dibiasakan dengan perilaku yang akan ditunjukkan dalam pekerjaannya kelak. 8

5) Latihan hanya dapat diberikan kepada kelompok peserta yang memang memerlukan, menginginkan dan sanggup memanfaatkannya. 6) Latihan akan efektif apabila pemberian latihan berupa pengalaman khusus terwujud dalam kebiasaan-kebiasaan yang benar. 7) Latihan diarahkan pada pencapaian kompetensi (persyaratan minimal) yang harus dimiliki individu dapat melakukan/melaksanakan suatu jabatan/pekerjaan. Bandung, Nopember 2003 Konsultan Pendidikan PPPG Teknologi Bandung Dr. As ari Djohar 9

Daftar Bacaan : Anderson, W. Orin and Krathwohl. R.D, 2001, A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing, Addison Wesley Longman, Inc. New York. Arikunto Suharsimi, 1988, Organisasi dan Administrasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan. Depdikbud Dirjen Dikti. Jakarta. Nasution, S, 1982, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar, Bina Aksara. Jakarta. -------------, 1982, Asas-Asas Kurikulum, Jemars. Bandung. Sukmadinata, N,S, 1988, Prinsip dan Landasan Pengembangan Kurikulum, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Jakarta Sumantri, Mulyani, 1988, Kurikulum dan Pengajaran, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Jakarta. 10

11