ekonomi semakin signifikan diketahui. Scoring dapat dilakukan melalui serangkaian metode dan alat analisis tertentu dengan didasarkan pada teori/

dokumen-dokumen yang mirip
5. PENUTUP. A. Kesimpulan

RESUME HASIL PENATAAN DAERAH PEMILIHAN DAN ALOKASI KURSI ANGGOTA DPRD KABUPATEN PANGANDARAN PEMILIHAN UMUM TAHUN 2019

PENENTUAN PUSAT PERTUMBUHAN DI KABUPATEN PANGANDARAN

BUPATI PANGANDARAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI PANGANDARAN NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Jl. Siliwangi no.24 Tasikmalaya Telp. (0265) ABSTRAK

Penentuan Pusat Pertumbuhan dan Wilayah Pengaruhnya Berbasis Z-score Analysis dan Gravity Index (Studi Kasus: Provinsi Maluku)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Sekapur Sirih. Ciamis, Agustus 2010 Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Ciamis. Ir. Gandjar Rachman

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

Keterkaitan Sektor Ekonomi di Provinsi Jawa Timur

bahwa penataan daerah pemilihan pada kabupaten induk dan pembentukan daerah pemilihan pada kabupaten pemekaran dalam penataan keanggotaan

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN KECAMATAN BANJARANYAR

STUDI PENGEMBANGAN WILAYAH KAWASAN PENGEMBANGAN EKONOMI TERPADU (KAPET) BIMA DI PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT ENIRAWAN

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN, POLA PERTUMBUHAN DAN KETIMPANGAN SPASIAL DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. penghasil devisa terbesar di bawah minyak dan gas bumi, batu bara, minyak

BAB I PENDAHULUAN. adanya perubahan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang

ARAHAN PENGEMBANGAN PUSAT PERTUMBUHAN WILAYAH PENGEMBANGAN IV KABUPATEN BEKASI ABSTRAK

VIII. ANALISIS KEMAMPUAN FASILITAS PELAYANAN DAN HIRARKI PUSAT PENGEMBANGAN WILAYAH DI WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU

Disparitas Pembangunan antar Wilayah Makassar, Maros, Gowa, dan Takalar

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN PANGANDARAN

ANALISIS PERKEMBANGAN PENDAPATAN ASLI DAERAH PASKA PENERAPAN OTONOMI DAERAH DI KABUPATEN BIREUEN ( ) Sri Wahyuni. Dosen Fakultas Ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. yang jumlah potensinya cukup besar di Provinsi Jawa Barat sehingga diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Analisis Pengembangan Wilayah Kecamatan sebagai Pusat Pertumbuhan dan Pusat Pelayanan di Kabupaten Banyuwangi

UPAYA MEMPERTAHANKAN PERKEMBANGAN SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN TEGAL

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pantai selatan Pulau Jawa merupakan wilayah yang paling besar berpotensi gempa bumi sampai kekuatan 9 skala

BAB I PENDAHULUAN. (UU No. 32 tahun 2004) dengan persyaratan wilayah tersebut memiliki. penduduk, luas daerah dan pertimbangan lain yang memungkinkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kata kunci: Laju Pertumbuhan PDRB, PDRB Per Kapita, Uji Beda Rata-rata (t test equal mean), Indeks Location Quotient (LQ).

Daya Saing Kota-Kota Besar di Indonesia

Pendekatan dan Tantangan Pengembangan Wilayah. Dr. Saut Sagala Perencanaan Wilayah dan Kota - Institut Teknologi Bandung

ABSTRAK PENDAHULUAN. Kata kunci : Komoditi Unggulan, Spesialisasi, Lokalisasi dan Lokasi (LQ)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PENENTUAN PUSAT-PUSAT PERTUMBUHAN DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB V PENUTUP. menghasilkan beberapa kesimpulan, yaitu: di Kabupaten Sukoharjo adalah sebagai berikut:

Penentuan Kawasan Agropolitan berdasarkan Komoditas Unggulan Tanaman Hortikultura di Kabupaten Malang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

5 HASIL PEMBAHASAN. 5.1 Identifikasi Sektor Unggulan

JURIDIKTI, Vol. 6 No. 1, April ISSN LIPI :

DAFTAR PUSTKA. Adisasmita, Rahardjo Dasar-Dasar Ekonomi Wilayah. PT Graha Ilmu:Yogyakarta

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Usaha ini

III. METODOLOGI PENELITIAN. ini adalah wilayah penelitian Kota Bandar Lampung dengan wilayah. arah tersedianya pemenuhan kebutuhan masyarakat.

ANALISIS PROYEKSI SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI MALUKU UTARA. Abstract

PERSPEKTIF GURU SEKOLAH DASAR TERHADAP PELAKSANAAN PILKADA DI KABUPATEN PANGANDARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki 34 provinsi yang kini telah tumbuh menjadi beberapa wacana

I. PENDAHULUAN. pembangunan secara keseluruhan dimana masing-masing daerah memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. Daerah. Hal ini tertuang dalam pasal 6 ayat (1) dan (2) yang. berbunyi:.daerah dapat dihapus dan digabung dengan daerah lain, dan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini penulis berusaha untuk menggambarkan atau

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

Kata kunci : jumlah alumni KKD, opini audit BPK, kinerja pembangunan daerah.

ANALISIS PERBANDINGAN POTENSI EKONOMI KABUPATEN DAN KOTA DI PROVINSI LAMPUNG SKRIPSI

ANALISIS SEKTOR BASIS DAN NON BASIS DI KABUPATEN JAYAPURA. Aurelianus Jehanu 1 Ida Ayu Purba Riani 2

BAB I PENDAHULUAN. 34 provinsi, tentu memiliki peluang dan hambatannya masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

EXECUTIVE SUMMARY Kajian Evaluasi Pembentukan, Pemekaran, Penggabungan dan Penghapusan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Universitas Sumatera Utara

Okto Dasa Matra Suharjo NRP Dosen Pembimbing Dr. Ir. Eko Budi Santoso, Lic.Rer.Reg

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

2 Menetapkan: 2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Djawa Barat sebagaimana telah

BAB I PENDAHULUAN. Data Bank Indonesia menunjukkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia

Pemekaran Daerah : Kebutuhan Atau Euforia Demokrasi? MENGURAI REGULASI PEMEKARAN. Disusun Oleh : Agunan P. Samosir 1 ABSTRAKSI

BAB I PENDAHULUAN. September Matriks Rencana Tindak Pembangunan Jangka Menengah per Kementerian/Lembaga.

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA BARAT BAGIAN SELATAN TAHUN

KONTRIBUSI USAHA PETERNAKAN DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional

LAMPIRAN. Lampiran 1. Matrik Kebutuhan Data, Metode, Jenis dan Sumber Data

BAB I PENDAHULUAN. rentan terhadap pasar bebas yang mulai dibuka, serta kurang mendapat dukungan

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA BARAT BAGIAN SELATAN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan taraf hidup masyarakatnya agar menjadi manusia seutuhnya yang

BUPATI CIAMIS PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 2B TAHUN 2008 TENTANG

ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL DI PROVINSI ACEH PERIODE

ANALISIS PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN DEMAK

ANALISIS OUTPUT MULTIPLIER SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2013 (Pendekatan Input-Output) SKRIPSI

ANALISIS KESENJANGAN PEMBANGUNAN ANTAR WILAYAH PEMBANGUNAN DI KABUPATEN ALOR YUNUS ADIFA

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM UPAYA PENGEMBANGAN DESA WISATA DI KECAMATAN CIJULANG KABUPATEN PANGANDARAN PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. suatu sistem negara kesatuan. Tuntutan desentralisasi atau otonomi yang lebih

Pemekaran Wilayah. Tabel Pemekaran Daerah Tahun

ABSTRACT. Development centers, input-output, scalogram, key sectors, final demand Impact, service fascilities.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan, selain menciptakan

IVAN AGUSTA FARIZKHA ( ) TUGAS AKHIR PW PERCEPATAN PERTUMBUHAN EKONOMI WILAYAH MELALUI KETERKAITAN SEKTORAL DI KABUPATEN LUMAJANG

PENGARUH PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH TERHADAP PENGAMANAN ASET DAERAH (Studi Kasus Pada Pemerintah Kabupaten Gorontalo)

KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA LAPORAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SELAKU SEKRETARIS DPOD KEBIJAKAN PENATAAN DAERAH TERKAIT

4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

STUDI EVALUASI PERANAN KOTA KECIL PADA SISTEM PERKOTAAN SEPANJANG KORIDOR JALAN REGIONAL KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR L2D

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh dengan cepat. Pariwisata merupakan industri baru yang mampu

KETIMPANGAN PERTUMBUHAN PENDAPATAN DAERAH PEMEKARAN KABUPATEN PASAMAN DAN KABUPATEN PASAMAN BARAT. Latifa Hanum 1) ABSTRACTS

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak

Transkripsi:

BAB V PENUTUP Proses pembangunan nasional yang menekankan pada pertumbuhan ekonomi secara spasial diterjemahkan sebagai Growth Pole yang melahirkan kebijakan pengembangan wilayah melalui pembangunan pusat-pusat pertumbuhan. Pusat pertumbuhan dapat diartikan secara geografis sebagai suatu lokasi yang banyak memiliki fasilitas dan kemudahan sehingga menjadi pusat daya tarik (pole of attraction). Diketahui pula bahwa Growth Pole (pusat pertumbuhan) tidak terjadi di segala tempat, tetapi terbatas hanya pada tempat-tempat tertentu yang mempunyai berbagai variabel tertentu dengan intensitas yang berbeda-beda. Kabupaten Pangandaran adalah salah satu kabupaten yang merupakan hasil pemekaran dari wilayah induknya, yakni Kabupaten Ciamis. Kabupaten Pangandaran memekarkan diri dari wilayah induknya menjadi DOB (Daerah Otonomi Baru) pun dimotivasi oleh keinginan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya serta untuk mempercepat proses pembangunan daerah. Untuk itu, Kabupaten Pangandaran perlu memiliki pusat pertumbuhan untuk mendukung proses pembangunan daerahnya sehingga keinginannya dapat dicapai. Berdasarkan pembahasan terhadap analisis-analisis yang dilakukan dan rumusan masalah yang telah dirumuskan, diketahui bahwa terdapat dua kecamatan yang paling berpotensi menjadi pusat pertumbuhan, yakni Kecamatan Padaherang dan Pangandaran. Kecamatan Padaherang dipilih karena kecamatan tersebut unggul berdasarkan hasil Analisis Skalogram dengan penggunaan variabel jumlah penduduk. Lalu dirinya juga unggul berdasarkan hasil Analisis Skalogram dan Analisis Indeks Sentralitas dengan penggunaan jumlah fasilitas serta jumlah jenis fasilitas yang dimiliki. Kecamatan Pangandaran pun dapat dipilih untuk ditetapkan menjadi pusat pertumbuhan karena kecamatan tersebut unggul dalam setiap alat analisis yang dilakukan walaupun dalam Analisis Skalogram dengan penggunaan jumlah penduduk dirinya tidak unggul. Kecamatan Pangandaran juga dapat menjadi pusat pertumbuhan karena dirinya memiliki jumlah penduduk tertinggi kedua setelah Kecamatan Padaherang dan berada pada orde kedua dengan jumlah penduduk tertinggi. Kecamatan Pangandaran unggul dalam penyediaan jenis fasilitas dan jumlah jenis fasilitas berdasarkan hasil Analisis Skalogram dan Analisis Indeks Sentralitas. Berdasarkan penjelasan tersebut, keduanya dapat ditetapkan menjadi 55

pusat pertumbuhan yang paling berpotensi dibandingkan delapan kecamatan lainnya yang berada di Kabupaten Pangandaran. Selain itu, kedua kecamatan tersebut selanjutnya dapat dianalisis kembali untuk melihat keterkaitan antara pusat pertumbuhan dengan wilayah belakangnya melalui Analisis Gravitasi. Berdasarkan aktivitas ekonomi yang terjadi di Kabupaten Pangandaran, kedua kecamatan pusat pertumbuhan tersebut diketahui adalah kecamatan pemilik penyebaran kawasan usaha dan penyerapan tenaga kerja tertinggi dibandingkan kecamatan lainnya. Pernyataan tersebut dapat mengindikasikan bahwa aktivitas ekonomi yang terjadi telah terkonsentrasi di pusat pertumbuhan, yakni Kecamatan Padaherang dan Pangandaran. Hal itu juga dapat semakin memperkuat posisinya sebagai pusat pertumbuhan berdasarkan analisis yang telah dilakukan. Berdasarkan hasil Analisis Gravitasi dapat dilaporkan bahwa Kecamatan Padaherang sebagai pusat pertumbuhan memiliki keterkaitan terkuat dengan Kecamatan Kalipucang sebagai wilayah belakangnya. Dibandingkan dengan delapan kecamatan lainnya di Kabupaten Pangandaran, Kecamatan Kalipucang memiliki nilai hasil Analisis Gravitasi tertinggi yang menggambarkan keterkaitan terbesar dengan Kecamatan Padaherang sebagai pusat pertumbuhannya. Kecamatan Kalipucang pun diketahui berdasarkan peta, berada dekat dan bersebelahan dengan Kecamatan Padaherang tepatnya di sisi selatan Kecamatan Padaherang. Selanjutnya, Kecamatan Pangandaran pun memiliki keterkaitan terkuat dengan Kecamatan Sidamulih sebagai wilayah belakangnya. Hal itu pun diketahui dari nilai hasil Analisis Gravitasi yang dimiliki Kecamatan Sidamulih sebagai wilayah belakang dengan nilai keterkaitan tertinggi dibandingkan dengan delapan kecamatan lainnya di Kabupaten Pangandaran. Kecamatan Sidamulih berdasarkan peta diketahui berada di sebelah barat Kecamatan Pangandaran dan berada dekat atau bersebelahan dengan Kecamatan Pangandaran. Berdasarkan hal itu, dapat diketahui bahwa pusat pertumbuhan memang benar adanya memiliki keterkaitan atau daya tarik terhadap wilayah belakangnya (hinterland) yang memang dekat dengan wilayah pusat pertumbuhan. Keterkaitannya pun diciptakan tidak lain untuk dapat saling mengembangkan wilayahnya. Selain keterkaitan terhadap wilayah belakang pusat pertumbuhan, analisis ini dapat digunakan untuk mengetahui keterkaitan antar pusat pertumbuhan. Berdasarkan hasil analisis ini, dapat dilaporkan bahwa kedua kecamatan pusat pertumbuhan memiliki keterkaitan di antaranya. Hal itu diketahui dari hasil Analisis Gravitasi yang dinyatakan dari kedua wilayah pusat yang dianalisis memiliki nilai 56

hasil analisis yang tinggi. Pada analisis terhadap Kecamatan Padaherang, keterkaitannya dengan Kecamatan Pangandaran menempati posisi kedua tertinggi setelah kecamatan wilayah belakangnya. Sementara itu, pada Kecamatan Pangandaran, keterkaitan terhadap Kecamatan Padaherang menempati posisi ketiga tertinggi. Hal itu telah mengindikasikan bahwa kedua pusat pertumbuhan memiliki keterkaitan. Berdasarkan seluruh uraian yang telah dipaparkan, dapat dilaporkan bahwa penelitian ini telah berhasil melaporkan dua kecamatan yang layak menjadi pusat pertumbuhan, yakni Kecamatan Padaherang dan Kecamatan Pangandaran. Telah ditentukannya kedua kecamatan tersebut sebagai pusat pertumbuhan, hal ini akan berpengaruh terhadap aktivitas ekonomi yang terjadi di kedua wilayah tersebut. Aktivitas ekonomi akan semakin meningkat seiring dengan adanya pusat pertumbuhan akibat dari segala kegiatan yang telah terpusat di pusat pertumbuhan. Aktivitas ekonomi yang tinggi pun akan semakin mendorong pada besarnya angka pengganda yang dihasilkan. Angka pengganda akan semakin besar nilainya seiring dengan tingginya aktivitas ekonomi yang dilakukan di pusat pertumbuhan. Seiring dengan itu, angka pengganda tersebut pun akan berpotensi menciptakan PAD untuk wilayah kecamatan pusat pertumbuhan serta lambat laun akan mendorong pada peningkatan PAD kabupaten. Pada akhirnya, skema ini pun akan berakhir pada tujuan akhir Kabupaten Pangandaran yakni, Kabupaten Pangandaran dapat mandiri secara ekonomi. Penelitian ini dinilai masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penelitian ini pun memiliki kekurangan. Penelitian ini memiliki kekurangan karena dalam proses penghitungan tidak mengakomodasi perbedaan kontribusi berbagai jenis fasilitas terhadap aktivitas ekonomi. Misalnya, fasilitas sosial seperti masjid yang dibandingkan dengan fasilitas ekonomi seperti bank. Keduanya sama-sama dihitung tetapi keduanya tidak dibedakan masing-masing kontribusinya terhadap aktivitas ekonomi wilayah Kabupaten Pangandaran. Penghitungan ini dilakukan agar pusat pertumbuhan dapat ditetapkan di wilayah yang tepat dengan wilayah tersebut memang dapat menumbuhkan pertumbuhan ekonomi wilayahnya. Penulis menyadari bahwa masih terdapat berbagai kekurangan dalam penelitian sehingga disarankan untuk melakukan berbagai langkah penyempurnaan dalam penelitian selanjutnya seperti: 1. Melakukan scoring terhadap fasilitas yang diteliti. Scoring dilakukan agar dapat mengakomodasi perbedaan kontribusi berbagai jenis fasilitas sehingga pengaruhnya terhadap aktivitas 57

ekonomi semakin signifikan diketahui. Scoring dapat dilakukan melalui serangkaian metode dan alat analisis tertentu dengan didasarkan pada teori/ studi empiri yang sesuai. 2. Menambahkan alat analisis yang dapat digunakan untuk menentukan pusat pertumbuhan. Salah satu alat analisis yang dapat digunakan untuk menentukan pusat pertumbuhan adalah analisis Location Quotient. Analisis LQ dilakukan untuk dapat menentukan sektor basis yang dimiliki suatu wilayah calon pusat pertumbuhan. Diketahuinya sektor basis akan dapat menunjukkan bahwa suatu wilayah calon pusat pertumbuhan bersifat mendorong daerah belakangnya. Bersifat mendorong daerah belakangnya merupakan salah satu ciri untuk suatu wilayah ditetapkan sebagai pusat pertumbuhan (Tarigan, 2005). 3. Menambahkan data hubungan timbal balik/ keterkaitan antar sektor dalam perekonomian dengan menggunakan Tabel Input Output (IO). Penambahan data tersebut dilakukan guna memberikan indikasi adanya efek pengganda di suatu wilayah calon pusat pertumbuhan. Adanya data dari Tabel Input Output (IO) akan dapat semakin memperkuat kenyataan bahwa suatu wilayah memang benar adanya memiliki efek pengganda. Adanya efek pengganda pun akan dapat mendukung salah satu ciri suatu pusat pertumbuhan yang diutarakan Tarigan (2005), yakni adanya efek pengganda. 4. Menambahkan pembahasan dampak pemekaran daerah terhadap lingkungan. Hal ini dilakukan karena pemekaran daerah bukan hanya dapat berdampak pada aspek ekonomi namun juga akan berdampak pada aspek lingkungan. Aspek lingkungan dalam hal ini adalah adanya kemungkinan eksploitasi sumber daya alam khususnya untuk Kabupaten Pangandaran dengan melimpahnya potensi sumber daya alam yang dimiliki. Berpisahnya Kabupaten Pangandaran dari kabupaten induknya akan membuat Kabupaten Pangandaran semakin memanfaatkan/bertumpu pada sumber daya alam yang dimiliki. Lambat laun, hal itu akan membuat sumber daya alam yang dimiliki cepat habis akibat dari adanya kemungkinan eksploitasi terhadap sumber daya alam yang dimiliki. 58

DAFTAR PUSTAKA Badan Informasi Geospasial. (n.d.). [Peta ilustrasi Kabupaten Pangandaran 8 Juni, 2017]. Data Peta Wilayah Kabupaten Pangandaran Diakses dari Peta Rupabumi. Diunduh dari http://www.bakosurtanal.go.id/peta-rupabumi/ Badan Pusat Statistik (BPS). (2017). Penduduk. Diunduh dari https://www.bps.go.id/subjek/view/id/12 BPS dan Bappeda Kabupaten Ciamis. (2013). Ciamis dalam angka tahun 2013. Kabupaten Ciamis: Indonesia. Kantor Percetakan Pemerintah. BPS Kecamatan Cigugur. (2013). Kecamatan Cigugur dalam angka tahun 2013. Kecamatan Cigugur: Indonesia. Kantor Percetakan Pemerintah. BPS Kecamatan Cijulang. (2012). Kecamatan Cijulang dalam angka tahun 2012. Kecamatan Cijulang: Indonesia. Kantor Percetakan Pemerintah. BPS Kecamatan Cimerak. (2011). Kecamatan Cimerak dalam angka 2011. Kecamatan Cimerak: Indonesia. Kantor Percetakan Pemerintah. BPS Kecamatan Kalipucang. (2012). Kecamatan Kalipucang dalam angka 2012. Kecamatan Kalipucang: Indonesia. Kantor Percetakan Pemerintah. BPS Kecamatan Langkaplancar. (2012). Kecamatan Langkaplancar dalam angka tahun 2012. Kecamatan Langkaplancar: Indonesia. Kantor Percetakan Pemerintah. BPS Kecamatan Mangunjaya. (2012). Kecamatan Mangunjaya dalam angka tahun 2012. Kecamatan Mangunjaya: Indonesia. Kantor Percetakan Pemerintah. BPS Kecamatan Padaherang. (2011). Kecamatan Padaherang dalam angka tahun 2011. Kecamatan Padaherang: Indonesia. Kantor Percetakan Pemerintah. BPS Kecamatan Pangandaran. (2011). Kecamatan Pangandaran dalam angka tahun 2011. Kecamatan Pangandaran: Indonesia. Kantor Percetakan Pemerintah. BPS Kecamatan Parigi. (2012). Kecamatan Parigi dalam angka tahun 2012. Kecamatan Parigi: Indonesia. Kantor Percetakan Pemerintah. 59

BPS Kecamatan Sidamulih. (2011). Kecamatan Sidamulih dalam angka tahun 2011. Kecamatan Sidamulih: Indonesia. Kantor Percetakan Pemerintah. Data. (2016). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) online. Diunduh dari http://kbbi.web.id/data Dinas Pariwisata Perindagkop dan UMKM Kabupaten Pangandaran. (2017). Jumlah lokasi dayatarik, kawasan strategis, dan destinasi pariwisata lingkup kabupaten pangandaran. Diunduh dari http://dispar.pangandarankab.go.id/profil-pariwisata-kabupatenpangandaran/ Djati, T. S. S., Tilaar, S., & Sembel, A. (2016). Kajian pertumbuhan wilayah pengembangan di Kota Ambon (Studi kasus: Satuan wilayah pengembangan II). SPASIAL: Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, 3(3), 126-135. Farizal, F., Hidayanti, A. N., & Kumcoro, T. (2011). Penentuan faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya pusat pertumbuhan (studi kasus: Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat). Jurnal Tata Kota dan Daerah, 3(1), 39-46. Fasilitas. (2016). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) online. Diunduh dari http://kbbi.web.id/fasilitas Google Maps. (2017). Akses data jarak antar kecamatan di kabupaten pangandaran. Diunduh dari https://www.google.co.id/maps/place/pangandaran,+west+java/@- 7.640436,108.4162259,11z/data=!3m1!4b1!4m5!3m4!1s0x2e6596ce48211b 65:0x18de882518fc07f6!8m2!3d-7.6150611!4d108.4988269?hl=en Google Maps. (2017). Akses data kantor pemerintahan kabupaten pangandaran. Diunduh dari https://www.google.co.id/maps/search/kantor+pemerintahan+kabupaten+pa ngandaran/@-7.7023742,108.4240029,11z/data=!3m1!4b1?hl=en Herawati, N. R. (2011). Pemekaran daerah di Indonesia. POLITIKA: Jurnal Ilmu Politik, 2(1), 1-9. Jarak. (2016). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) online. Diunduh dari http://kbbi.web.id/jarak 60

Jayadinata, J. T. (1999). Tata guna tanah dalam perencanaan pedesaan, perkotaan, dan wilayah. Bandung: Institut Teknologi Bandung. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Data dasar puskesmas provinsi Jawa Barat keadaan desember 2013 [File Data]. Diunduh dari http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/data-dasar- puskesmas/12.%20data%20dasar%20puskesmas%20final%20- %20Jawa%20Barat.pdf Marmuksinudin, Ujang. (2013, Februari 10). Pemekaran Kabupaten Pangandaran sudah sah. Sindonews.com. Diunduh dari http://daerah.sindonews.com/read/716113/21/pemekaran-kabupatenpangandaran-sudah-sah-1360425654 Mypangandaran News. (2011, September 12). Penantian panjang pemekaran Pangandaran. Mypangandaran.com. Diunduh dari http://news.mypangandaran.com/artikel/read/pemekaranpangandaran/107/penantian-panjang-pemekaran-pangandaran.html Nainggolan, P. T. P. (2013). Analisis penentuan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Simalungun. Jurnal Ekonomi dan Keuangan, 1(12), 15-26. Panjiputri, A. F. (2013). Analisis potensi pengembangan pusat pertumbuhan ekonomi di kawasan strategis Tangkallangka. Economics Development Analysis Journal, 2(3), 1-13. Pikiran Rakyat. (2013, Maret 15). Pangandaran bakal jadi pusat pertumbuhan Jabar selatan. Pikiran Rakyat. Diunduh dari http://www.pikiran-rakyat.com/jawabarat/2013/03/15/227029/pangandaran-bakal-jadi-pusat-pertumbuhan-jabarselatan Pos Indonesia Online. (2017). Unit layanan pos: Alamat kantor pos. Diunduh dari http://www.posindonesia.co.id/index.php/hasil-pencarian-alamat-kantorpos/ Pribadi, D. O., Putra, A. S., & Rustiadi, E. (2015). Determining optimal location of new growth centers based on LGP-IRIO model to reduce regional disparity in Indonesia. The Annals of Regional Science, 54(1), 89-115. Rahayu, E., & Santoso, E. B. (2014). Penentuan pusat-pusat pertumbuhan dalam pengembangan wilayah di Kabupaten Gunungkidul. Jurnal Teknik Pomits, 3(2), 290-295. 61

Rochmi, M. N. (2016, Ferbuari 27). Pemerintah moratorium pemekaran daerah baru. Beritagar.id. Diunduh dari https://beritagar.id/artikel/berita/pemerintahmoratorium-pemekaran-daerah-baru Samsudin, D. (2003). Penentuan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi wilayah Kabupaten Tangerang (Tesis). Diunduh dari Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik, Program Pasca Sarjana, Universitas Indonesia. htttp://www.digilib.ui.ac.id Saputra, A. (2008). Pemekaran daerah dan implikasinya pada pembangunan. Jurnal Administrasi Publik, 5(1), 69-82. Siregar, O. K. (2015). Penerapan model location quotient dan skalogram dalam mendorong pusat pertumbuhan baru di wilayah perbatasan Kota Medan. Prosiding Seminar Nasional Ekonomi Manajemen dan Akuntansi (SNEMA) (pp. 55-65). Padang: Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang. Sudjana, N. (2006). Penelitian dan penilaian pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Tarigan, R. (2005). Ekonomi regional, teori, dan aplikasi (edisi revisi). Jakarta: Bumi Aksara. Tarigan, R. (2007). Ekonomi regional, teori, dan aplikasi (edisi keempat). Jakarta: Bumi Aksara. Tenrini, R. H. (2013, November 21). Pemekaran daerah: Kebutuhan atau euphoria demokrasi? Mengapa harus mekar. Diunduh dari http://www.kemenkeu.go.id/sites/default/files/2013_kajian_pkapbn_mengapa %20Harus%20Mekar_RTH.pdf Variabel. (2016). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) online. Diunduh dari http://kbbi.web.id/variabel Wiwoho, L. H. (2015, Juli 11). Kemendagri perketat pemekaran daerah baru. Kompas.com. Diunduh dari http://nasional.kompas.com/read/2015/07/11/16491141/kemendagri.perketa t.pemekaran.daerah.baru 62