ISSN 2883 Vol 5, ed 2, Oktober 214 HUBUNGAN PERILAKU CUCI TANGAN PAKAI SABUN (CTPS) DI SD 5 DAN SD 6 DENGAN KEJADIAN DIARE WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANGKINANG KOTATAHUN 214 RIDHA HIDAYAT Dosen STIKes Tuanku Tambusai ABSTRAK Diare adalah sauatu keadaan abnormal dari pengeluaran feces dengan frekuensi tiga kali atau lebih dengan konsistensi lembek, cair, sampai dengan atau tanpa darah dan lendir dalam tinja. Tujuan penelitian : menganalisa hubungan antara perilaku cuci tangan pakai sabun (CTPS) dengan kejadian diare pada anak umur 9-11 tahun di SD 5 dan SD 6 Wilayah Kerja Puskesmas Bangkinang Kota. Penelitan ini merupakan jenis crossectional yaitu mencari hubungan antara perilaku cuci tangan pakai sabun (CTPS) dengan kejadian diare pada anak umur 9-11 tahun, Populasi dalam penelitian ini adalah anak umur 9-11 di SD 5 dan SD 6 Wilayah Kerja Puskesmas Bangkinang Kota yang bersedia jadi responden. Hasil : penelitian menunjukkan bahwa perilaku cuci tangan pakai sabun yang baik sebanyak 28 anak (31,1%), dan yang kurang baik sebanyak 62 anak (68,9%). Anak SD yang menderita diare dalam 3 bulan terakhir 57 anak (63,3%), dan yang tidak menderita diare sebanyak 33 anak (36,7). Kesimpulan : ada hubungan antara perilaku cuci tangan pakai sabun (CTPS) pada anak umur 9-11 tahun di SD 5 dan SD 6 Wilayah Kerja Puskesmas Bangkinang Kota dengan kejadian diare. Dengan nilai p =,, ini berarti hubungan antara cuci tangan pakai sabun (CTPS) sangat penting untuk mencegah penyakit termasuk diare. Daftar Bacaan :42 (23-213) Kata Kunci :perilaku cuci tangan pakai sabun (CTPS), diare Jurnal Keperawatan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 47
ISSN 2883 Vol 5, ed 2, Oktober 214 PENDAHULUAN Kesehatan merupakan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis (KBBI, 27), sedangkan pengertian kesehatan menurut World Health Organization (WHO) tahun 25 menyebutkan bahwa kesehatan merupakan suatu keadaan fisik, mental dan sosial dalam keadaan sejahtera bukan hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan. Sedangkan pengertian anak sehat adalah anak yang sehat secara fisik dan psikis, kesehatan anak dapat dimulai dari hal kecil seperti menjaga kebersihan diri, lingkungan hingga pola makan teratur (Soegeng, 28). Anak pada hakikatnya merupakan aset terpenting dalam tercapainya keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa selanjutnya. Derajat kesehatan anak pada saat ini belum bisa dikatakan baik karena masih banyak terdapat masalah kesehatan khususnya pada anak sekolah. Anak usia sekolah merupakan kelompok usia yang kritis karena pada usia tersebut rentan terhadap masalah kesehatan. Anak usia sekolah selain rentan terhadap masalah kesehatan juga peka terhadap perubahan (WHO, 21). Peningkatan kualitas hidup anak salah satunya ditentukan oleh penanaman perilaku kesehatan anak sejak dini. Perilaku anak sekolah sangat bervariatif. Bila tidak dikenali dan ditangani sejak dini, gangguan kesehatan ini akan mempengaruhi prestasi belajar dan masa depan anak (Hendra, 27). Anak dalam usia sekolah disebut sebagai masa intelektual, dimana anak mulai belajar berpikir secara konkrit dan rasional. Tugas perkembangan anak dalam usia sekolah adalah belajar mengembangkan kebiasaan untuk memelihara badan meliputi kesehatan dan kebersihan diri, serta terdapat adanya hubungan positif yang tinggi antara jasmani dan prestasi dimana apabila tubuh anak sehat maka banyak prestasi belajar yang diraihnya (Yusuf, 27). Menurut Syamsu (22), faktor faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan khususnya pada anak diantaranya kesehatan, budaya, agama, dan kebiasaan setempat serta perlakuan orang tua dalam mendidik anak. Perilaku hidup sehat pada anak tidak hanya diajarkan secara non formal dirumah tetapi juga diajarkan secara formal di lingkungan sekolah yang mana akan memantapkan pengetahuan anak tentang pentingnya perilaku bersih. Sekolah adalah institusi formal yang teroirganisir dengan baik dan merupakan wadah pembentukan karakter dan media yang mampu mananamkan pengertian dan kebiasaan hidup sehat. Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku dalam diri manusia yang diperoleh dari berbagai pengalaman belajar yang mendorong dan memungkinkan seseorang untuk memperoleh derajat kesehatan yang lebih baik (Martianto, 25). Menurut Notoatmodjo (21), perilaku tentang kebersihan diri dan hidup sehat sangat dibutuhkan oleh setiap individu dalam mempertahankan kebiasaan hidup yang sesuai dengan kesehatan dan akan menciptakan kesejahteraan serta kesehatan yang optimal. Dari pengalaman terhadap praktek yang didasari oleh perilaku akan lebih langgeng dari praktek yang tidak Jurnal Keperawatan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 48
didasari oleh perilaku. Sikap yang diharapkan dimiliki anak bukan hanya tahu menyebutkan bagaimana harus bersikap, tetapi tumbuhnya sikap itu sendiri untuk berperilaku lebih baik. Sikap merupakan kesediaan untuk bertindak atau predisposisi tindakan suatu perilaku kesejahteraan serta kesehatan yang optimal dengan melakukan perawatan kesehatan diri. Dari pengalaman terhadap praktek yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari praktek yang tidak didasari oleh pengetahuan. Menyatakan selain pengetahuan sikap merupakan domain yang penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Mencuci tangan pakai sabun yang tepat mengurangi resiko diare, flu burung, pneumonia, dan yang lain. Sangat efektif untuk mencegah penyakit-penyakit tersebut. Mencuci tangan pakai sabun dapat mengurangi resiko diare pada anak (Siswanto, 29). Diare adalah buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dan konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair dan bersifat mendadak datangnya dan berlangsung dalam waktu kurang dari 2 minggu (Suharyono, 28). Masalah diare pada anak usia sekolah kurang begitu diperhatikan baik oleh orang tua, sekolah atau para klinisi serta profesional kesehatan lainnya yang saat ini masih memprioritaskan kesehatan anak balita. Padahal peranan mereka yang sangat dominan akan mempengaruhi kualitas hidup anak di kemudian hari (Gobel, 29). Distribusi Frekuensi Kasus Diare Pada Anak Umur 6-12 Tahun di Dinas Kesehatan Kabupaten Kampar Tahun 213 NO NAMA PUSKES MAS 1 Bangkinan g barat 2 Bangkinan g Seberang 3 Gunung Sahilan 4 Kampar Kiri Hulu II L 27 3 18 5 13 4 P 3 26 7 82 15 2 5 XIII Koto Kampar II 19 18 6 XIII Koto Kampar I 22 14 7 Salo 2 16 8 Bangkina ng Kota 96 88 9 Kampar Kiri Hulu I 13 14 1 Kampar Kiri 53 38 11 Siak Hulu III 21 16 12 Kampar 67 74 13 Kampar 22 24 Utara 14 Tapung II 42 33 15 XIII Koto Kampar III 6 1 16 Tapung Hilir I 3 25 17 Koto Kampar 12 16 Hulu 18 Perhentian Raja 14 14 19 Tapung I 15 17 2 Kampar Timur 25 11 21 Rumbio Jaya 9 19 22 Tambang 4 45 23 Kampar Kiri Tengah 17 14 JUML AH % 573 2.4 4 461 1.5 216 1.1 4 35.9 4 37.5 36.4 4 36.4 148.3 5 27.3 3 91.3 1 37.3 141.2 8 46.2 6 75.2 4 16.2 2 55.2 2 28.2 28.1 8 32.1 7 36.1 6 28.1 6 85.1 4 31.1 2 Jurnal Keperawatan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 49
24 Kampar Kiri Hilir 25 Tapung Perawatan 26 Tapung Hulu II 27 Tapung Hilir II 28 Siak Hulu II 29 Tapung Hulu I 3 Siak Hulu I 4 7 17 18 22 15 13 16 14 17 22 11 14 1 12 56 12 69 11.1 35.1 37.1 29.1 31. 9 33. 6 24. 5 2525 Sumber : Dinas kesehatan Kabupaten Kampar Tahun 213 Dari data diatas Puskesmas Bangkinang Kota menempati urutan ke delapan yang terbanyak menderita Diare untuk umur 6-12 tahun yaitu 148 kasus. Berdasarkan laporan Puskesmas Bangkinang Kota, kelurahan Bangkinang merupakan salah satu desa yang memiliki penduduk terbanyak menderita Diare untuk umur 6-12 tahun. Alasan dilakukannya penelitian di Puskesmas Bangkinang Kota, dikarenakan Bangkinang merupakan kecamatan yang paling dekat dengan fasilitas kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah Bangkinang dan juga dekat dengan pusat pemerintahan Kabupaten Kampar, sehingga seharusnya kasus diare dapat lebih ditekan. Distribusi Frekuensi kasus Diare untuk umur 6-12 tahun di wilayah kerja Puskesmas Bangkinang Kota pada tahun 213 No Kelurahan Jumlah Persentase 1 Kelurahan Bangkinang 2 Kelurahan Langgini 3 Desa Kumantan 4 Desa Ridan Permai 9,6 6,4 5,5 4,1 Melihat jumlah kasus diare di atas diwilayah kerja Puskesmas Bangkinang Kota, kasus terbanyak penderita diare untuk umur 6-12 tahun adalah dikelurahan Bangkinang tahun 214. Dari hasil survey pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 14 April 214 dengan beberapa murid SD 5 dan SD 6 dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan mengenai diare dan cuci tangan. Peneliti mendapatkan anak dalam mencuci tangannya kadang mempergunakan sabun, kadang tidak mempergunakan sabun baik saat akan makan, maupun setelah buang air besar. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep perilaku Pengertian Perilaku Perilaku manusia merupakan hasil daripada segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan respon/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan : berpikir, berpendapat, bersikap) maupun aktif (melakukan tindakan). Sesuai dengan batasan ini, perilaku kesehatan dapat di rumuskan sebagai bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya, khususnya yang menyangkut pengetahuan dan sikap tentang kesehatan. Perilaku aktif dapat dilihat, sedangkan perilaku pasif tidak tampak, seperti pengetahuan, persepsi, atau motivasi. Beberapa ahli Jurnal Keperawatan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 5
membedakan bentuk-bentuk perilaku ke dalam tiga domain yaitu pengetahuan, sikap, dan tindakan atau sering kita dengar dengan istilah knowledge, attitude, practice (Sarwono, 24). B. Konsep Cuci tangan Menurut Dr. Handrawan Nadesul, (26) tangan adalah media utama bagi penularan kuman-kuman penyebab penyakit. Akibat kurangnya kebiasaan cuci tangan, anak-anak merupakan penderita tertinggi dari penyakit diare dan penyakit pernapasan. Hingga tak jarang berujung pada kematian. Menurut Kusnoputranto, (1997) mengatakan bahwa kebersihan perorangan (hygiene) adalah usaha kesehatan masyarakat yang mempengaruhi kondisi lingkungan terhadap kesehatan manusia. Sanitasi lingkungan adalah usaha pengedalian dari semua faktor - faktor lingkungan fisik manusia yang dapat menimbulkan hal - hal yang merugikan bagi perkembangan fisik, kesehatan dan daya tahan hidup manusia. C. Konsep Diare Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir darah/lendir saja (Ngastiyah, 25, p.224). Diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya. Perubahan yang terjadi berupa peningkatan volume, keenceran dan frekuensi dengan atau tanpa lendir darah, seperti lebih dari 3 kali/hari dan pada neonatus lebih dari 4 kali/hari (Aziz, 25, p.11). D. Klasifikasi Diare a. Klasifikasi diare menurut terjadinya, yaitu : 1) Diare akut Diare akut adalah kumpulan gejala diare berupa defekasi dengan tinja cair atau lunak dengan atau tanpa darah atau lendir dengan frekuensi 3 kali atau lebih per hari dan berlangsung kurang dari 14 hari dan frekuensi kurang dari 4 kali per hari. 2) Diare kronik Diare kronik adalah diare yang berlanjut 2 minggu atau lebih dengan kehilangan berat badan atau berat badan tidak bertambah selama masa diare tersebut. b. Klasifikasi diare menurut derajat dehidrasi Diare dibagi menjadi diare tanpa dehidrasi dan diare dengan dehidrasi ringan-sedang dan diare dengan dehidrasi berat (Ngastiyah, 25, p.234). 3. Frekuensi diare 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi diare pada bayi a. Pada garis besarnya kejadian diare dipengaruhi beberapa faktor, yaitu: 1) Pemberian ASI Pemberian ASI ekslusif pada bayi sampai berusia 6 bulan akan memberikan kekebalan kepada bayi terhadap berbagai macam penyakit karena ASI adalah cairan yang mengandung zat Jurnal Keperawatan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 51
kekebalan tubuh yang dapat melindungi bayi dari berbagai penyakit. Oleh karena itu, dengan adanya zat anti kekebalan dari ASI, maka bayi ASI eksklusif dapat terlindung dari penyakit diare (Roesli, 25, E. Kerangka Teori Faktor Pendukun g METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Faktor Predisposisi - Pendidikan - Perilaku - Sikap - Persepsi Kejadian Diare Pada Anak Faktor Pendorong - Keluarga - Kebiasaan - Pola hidup Jenis penelitian yang dilakukan merupakan studi analitik observasional dengan menggunakan desain cross sectional, yaitu untuk mengetahui hubungan antara variabel independent (perilaku cuci tangan pakai sabun pada anak umur 9-11 tahun di SD 5 dan SD 6), dengan variabel dependent (kejadian diare), (Nursalam, 28). B. Lokasi dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD 5 dan SD 6 Wilayah Kerja Puskesmas Bangkinang Kota dari tanggal 2-15 Juni 214. C. Populasi Dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah sekelompok subjek atau data dengan karakteristik tertentu keseluruhan. Populasi dari penelitian ini adalah semua anak di SD 5 dan SD 6 wilayah kerja Puskesmas Bangkinang Kota tahun 214 yaitu sebanyak 99 orang (Nursalam, 213). 2. Sampel Sampel merupakan sebagian dari populasi yang diharapkan dapat mewakili atau representatif populasi. Sampel kasus dalam penelitian ini adalah anak umur 9-11 di SD 5 dan SD 6 Wilayah Kerja Puskesmas Bangkinang Kota, Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah simple random sampling yaitu pengambilan sampel secara acak atau random (Nursalam, 213). Jumlah sampel yang direncanakan pada penelitian ini adalah sebanyak 91 sampel, dengan kriteria sebagai berikut : a. Kriteria Inklusi 1) Anak umur 9-11 di SD 5 dan SD 6 Wilayah Kerja Puskesmas Bangkinang Kota yang pernah menderita Diare dan yang tidak menderita Diare. Jurnal Keperawatan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 52
2) Dapat berkomunikasi dengan baik. 3) Bersedia menjadi responden. 4) Bisa baca dan tulis. b. Kriteria Eksklusi 1) Anak umur 9-11 di SD 5 dan SD 6 Wilayah Kerja Puskesmas Bangkinang Kota yang pindah atau meninggal saat penelitian dilakukan. 2) Tidak dapat berkomunikasi dengan baik. 3) Tidak bersedia menjadi responden. 4) Tidak bisa baca dan tulis n = N 1+N(d 2 ) n =998 1+998 (.1 2 ) n =998 1,98 n = 9,7 dibulatkan menjadi 91 keterangan : N = Besar Populasi n = Besar Sampel d = Tingkat kepercayaan / ketepatan yang diinginkan (Nursalam, 213). D. Etika Penelitian Dalam melakukan penelitian ini sebelumnya peneliti mendapatkan rekomendasi dari STIKes Tuanku Tambusai untuk permintaan izin kepada kepala Puskesmas Bangkinang Kota, setelah mendapat persetujuan barulah melakukan penelitian yang meliputi : 1. Lembar persetujuan menjadi responden (Informet Concent) Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang ingin diteliti,peneliti menjelaskan maksud dan tujuan dari riset yang dilakukan,serta dampak yang mingkin terjadi setelah pengumpulan data. Jika responden responden bersedia menjadi sampel penelitian, maka mereka harus menanda tangani lembar persetujuan tersebut. Dan seandainya responden menolak untuk menjadi sampel, maka peneliti tidak akan memaksakan dan tetap menghormati hak-hak nya. 2. Tanpa nama ( Anonimity) Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak mencantumkan nama pada lembar pengumpulan data, tetapi hanya digunakan untuk kode pada masing-masing lembar tersebut. 3. Kerahasiaan (confidentiality) Kerahasiaan informasi dari responden dijaminsepenuhnya oleh peneliti. Kuesioner yang telah di berikan yang sudah berisi jawaban dan identitas responden beserta tempat penelitiannya hanya digunakan untuk kepentingan pengelolaan data dan akan segera dimusnahkan bila tidak digunakan lagi. E. Alat pengumpulan data. Alat pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah lembar observasi tentang perilaku Jurnal Keperawatan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 53
cuci tangan yang dilakukan oleh anak usia 9-11 tahun dengan kejadian diare di SD 5 dan SD 6 Wilayah Kerja Puskesmas Bangkinang Kota, yang apabila melakukan semua langkah dikatan baik dan kurang apabila meninggalkan salah satu langkah mencuci tangan. F. Prosedur Pengumpulan Data Dalam melakukan penelitian ini, peneliti akan mengumpulkan data melalui prosedur sebagai berikut : a. Mengajukan surat permohonan izin kepada Instusi STIKes Tuanku Tambusai Riau untuk mengadakan penelitian di kelurahan Bangkinang Wilayah Puskesmas Bangkinang Kota. b. Setelah mendapat surat izin, peneliti memohon izin kepada Kepala Puskesmas Bangkinang Kota untuk melakukan Penelitian. c. Peneliti akan memberikan informasi secara lisan dan tulisan tentang manfaat dan etika penelitian serta menjamin kerahasiaan responden. d. Jika calon responden bersedia menjadi responden, maka mereka harus menandatangani surat persetujuan menjadi responden yang diberikan peneliti. e. Setelah responden menjawab semua pertanyaan, maka kuesioner dikumpulkan kembali dikelompokkan. untuk G. Definisi Operasional Definisi Operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena (Hidayat.A, 29). HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan Perilaku CTPS dengan kejadian diare anak umur 9-11 tahun di SD 5 dan SD 6 Wilayah Kerja Puskesmas Bangkinang Kota. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 2-21 Juni 214 dengan jumlah responden adalah 9 orang. Responden tersebut adalah anak umur 9-11 tahun di SD 5 dan SD 6. Hasil penelitian ini di analisis dengan menggunakan analisa univariat dan bivariat. Hasil penelitian sebagai berikut: 1. Analisa Univariat a. Karakteristik Responden Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi: umur, jenis kelamin, dan kelas. Hasil analisis disajikan dalam tabel 4.1 Jurnal Keperawatan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 54
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik di SD 5 dan SD 6 Wilayah Kerja Puskesmas Bangkinang Kota Tahun 214 No Umur Frekue Persentase nsi (%) 1 9 tahun 22 24,4 2 1 tahun 39 43,3 3 11 tahun 29 32,2 Total 9 1 No Jenis Frekue Kelamin nsi 1 Laki Laki 37 41,1 2 Perempuan 53 58,9 Total 9 1 Persentase (%) No Kelas Frekue Persentase nsi (%) 1 IV 46 51,1 2 V 44 48,9 Total 9 1 Seperti disajikan pada tabel 4.1 dapat dilihat bahwa sebagian responden berumur 1 tahun yaitu sebanyak 39 orang (43,3%), jenis kelamin lebih dari separuh perempuan yaitu sebanyak 53 orang (58,9%), dan sebagian besar berasal dari kelas 4 sebanyak 46 orang (51,1%). b. Distribusi Responden Distribusi responden dalam penelitian ini meliputi: Perilaku CTPS dan kejadian diare. Hasil analisis disajikan dalam tabel 4.2 dan 4.3. Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) di SD 5 dan SD 6 Wilayah Kerja Puskesmas Bangkinang Kota Tahun 214 2 Kurang 62 68.9 baik Total 9 1 Berdasarkan tabel 4.2 terlihat bahwa sebagian besar responden memiliki perilaku yang kurang baik sebanyak 62 orang (68,9%). Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Kejadian Diare di SD 5 dan SD 6 Wilayah Kerja Puskesmas Bangkinang Kota Tahun 214 No Kejadian Frekuensi Persentase Diare 1 Ya 57 63.3 2 Tidak 33 36.7 Total 9 1 Berdasarkan tabel 4.3 di atas dilihat bahwa sebagian besar responden mengalami diare sebanyak 57 orang (63,3%). 2. Analisa Bivariat Setelah dilakukan analisa univariat, hasil penelitian dialanjutkan dengan analisa bivariat yaitu dengan menggunakan uji chi-square untuk mengetahui hubungan antara variabel independen (perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun) dengan variabel dependen (kejadian diare), hasil analisis dapat dilihat pada tabel 4.4 Tabel 4.4 Hubungan Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun Dengan Kejadian Diare di SD 5 dan SD 6 Wilayah Kerja Puskesmas Bangkinang Kota Tahun 214 No Perilaku Frekuensi Persentase CTPS (%) 1 Baik 28 31.1 Jurnal Keperawatan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 55
No Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun Kejadian Diare Ya % Tidak % 1 Baik 8 8.9 2 22.2 28 31.1 2 Kurang Baik 49 54.4 13 14.4 62 68.9 Total 57 63.3 33 36.7 9 1 Seperti disajikan pada tabel 4.4 dapat dilihat bahwa, dari 62 orang anak yang kurang baik perilaku CTPS nya (68,9%) yang terkena kejadian diare ada 49 orang (54,4%) dan yang tidak terkena diare ada 13 orang (14,4%), sedangkan dari 28 orang yang baik perilaku CTPS nya (31,1%) yang terkena diare sebanyak 8 orang (8,9%) dan yang tidak terkena diare sebanyak 2 orang (22,2%). Dari hasil analisa uji statistik chisquare diperoleh ada hubungan yang signifikan antara perilaku CTPS dengan Kejadian diare di SD 5 dan SD 6 Bangkinang Kota 214, ini dibuktikan dengan P value < α yaitu, <,5. PEMBAHASAN A. Analisa Univariat 1. Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) di Sekolah Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat dilihat bahwa dari 9 orang responden diperoleh Perilaku CTPS yang tidak baik sebanyak 49 orang (54,4%). Asumsi peneliti ini bukan karna fasilitas cuci tangan yang buruk di SD 5 dan SD 6, tapi lebih dikarnakan lingkungan sosial dari anak itu sendiri, dimana anak cenderung meniru kebiasaan teman yang lain dan malas harus melakukan cuci tangan, serta kurangnya pengetahuan anak akan pentingnya X2 p value CTPS dalam kehidupan sehari-hari. Total % Perilaku dari pandangan biologis merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia 19.33. pada hakekatnya adalah aktifitas dari manusia itu sendiri. Oleh sebab itu perilaku manusia mempunyai bentangan yang sangat luas, mencakup berjalan, berbicara, bereaksi, berpakaian dan sebagainya. Bahkan kegiatan internal (internal activity) seperti berfikir, persepsi dan emosi juga merupakan perilaku manusia (A wawan, 211). Bloom (198) dalam Notoatmodjo (27), membagi perilaku manusia kedalam tiga domain, yaitu pengetahuan, sikap dan praktik. Sehingga perilaku dipengarahi oleh ketiga domain tersebut. Semakin baik pengetahuan, sikap dan praktik, maka perilaku yang terbentuk akan baik pula. Anak yang perilaku CTPS nya baik seharusnya akan lebih jarang terkena penyakit pencernaan dibandingkan anak yang kurang baik perilaku CTPS nya. Perilaku CTPS dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas kesehatan anak khususnya dalam masa sekolah. 2. Kejadian Diare Berdasarkan hasil penelitian dilakukan pada anak umur 9-11 tahun dapat dilihat bahwa dari 9 orang responden, terdapat 57 anak (63,3%) yang terkena diare, terdiri dari anak yang memiliki perilaku CTPS yang baik dan kurang baik. Asumsi peneliti mengapa banyak anak yang terkena diare bukan hanya karena perilaku CTPS yang kurang baik tapi juga Jurnal Keperawatan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 56
dipengaruhi oleh hal yang lain seperti kebiasaan jajan anak yang sembarangan, kurangnya kebersihan lingkungan, serta kurangnya kepedulian akan kebersihan diri sendiri. Penyakit diare menular melalui makanan atau minuman yang tercemar bakteri. Masa tunasnya sangat akut dan pendek, dari beberapa jam hingga beberapa hari (antara 8 jam sampai 5 hari), tergantung penyebab sakitnya. Perilaku yang tidak baik juga dapat menjadi sarana penularan diare. Misalnya kebiasaan membuang air besar di tempat terbuka yang berakibat mencemari air, tanah dan menjadi tempat hinggap lalat. Tidak mencuci tangan atau mencuci tangan tetapi tidak memakai sabun. Tidak memanfaatkan sarana air bersih (Ratna, 211). B. Analisa Bivariat 1. Hubungan Perilaku CTPS dengan Kejadian Diare Berdasarkan uji chi-square dapat dilihat bahwa ada hubungan antara perilaku CTPS dengan kejadian diare pada anak umur 9-11 tahun di SD 5 dan SD 6 tahun 214, dibuktikan dengan nilai P value, < α,5. Dan berdasarkan uji chi-square dapat dilihat juga bahwa terdapat hubungan antara perilaku CTPS yang dilakukan disekolah dengan kejadian diare, dibuktikan dengan nilai P value,3< α,5. Anak yang perilaku CTPS nya kurang baik akan lebih rentan terkena penyakit diare dibandingkan dengan anak yang mempunyai perilaku CTPS yang baik. Hal ini didukung dengan hasil penelitian ini bahwa anak yang perilaku CTPS nya kurang baik disekolah, mengalami kejadian diare sebanyak 49 orang (54,4%). Namun ada juga anak yang perilaku cuci tangannya kurang baik tidak terkena diare, ini bisa dikarnakan imunitas tubuh anak lebih baik dibandingkan anak yang terkena diare dan anak yang perilaku cuci tangannya sudah baik tapi masih terkena diare, asumsi peneliti masih ada faktor lain yang mempengaruhi terjadinya diare pada anak, seperti makanan yang dikonsumsi oleh anak itu sendiri baik makanan yang dibuat dirumah maupun makanan yang dibeli anak dipinggir jalan dimana peneliti menemukan bahwa jajanan yang dijual disekitar sekolah banyak yang terpapar langsung oleh debu karena tidak diberi penutup. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Megaria (212) bahwa perilaku anak dalam mencuci tangan mempunyai hubungan yang signifikan dengan terjadinya diare P value (,35), khususnya pada anak masa sekolah. Dimana perilaku anak yang baik lebih jarang terkena diare dibandingkan dengan perilaku anak yang kurang baik. Perilaku mencuci tangan pakai sabun adalah salah satu tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan dan jari jemari menggunakan air dan sabun oleh manusia untuk menjadi bersih dan memutuskan mata rantai kuman. Mencuci tangan dengan sabun dikenal juga sebagai salah satu upaya pencegahan penyakit. Hal ini dilakukan karena tangan seringkali menjadi agen yang membawa kuman dan menyebabkan patogen berpindah dari satu orang ke orang lain, baik dengan kontak langsung ataupun kontak tidak langsung (menggunakan permukaan-permukaan lain seperti Jurnal Keperawatan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 57
handuk, gelas) (Behrman, Alvin 27). Peneliti menyadari bahwa perilaku CTPS bukanlah faktor utama penyebab diare, karna didalam hasil penelitian peneliti juga menemukan anak yang perilaku CTPS nya sudah baik masih terkena diare dan anak yang perilaku CTPS nya kurang baik tidak terkena diare, sehingga ada faktor lain yang mempengaruhi kejadian diare pada anak yang tidak peneliti bahas didalam penelitian ini. PENUTUP A. Simpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan dalam bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Perilaku cuci tangan pakai sabun (CTPS) pada anak umur 9-11 tahun berhubungan dengan kejadian diare di Wilayah Kerja Puskesmas Bangkinang Kota kurang baik. 2. Ada hubungan antara perilaku cuci tangan pakai sabun pada anak umur 9-11 tahun dengan kejadian Diare di SD 5 dan SD 6 Wilayah Kerja Puskesmas Bangkinang Kota tahun 214. B. Saran 1. Teoritis Diharapkan bagi peneliti lain yang ingin meneliti diare, bisa dijadikan sebagai acuan dan melanjutkan dengan variabelvariabel lain yang terkait. 2. Praktis Bagi petugas kesehatan dapat melakukan penyuluhan untuk meningkatkan perilaku CTPS terhadap penderita diare Puskesmas Bangkinang Kota khususnya, serta dapat menambah bahan bacaan kepustakaan. Jurnal Keperawatan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 58
DAFTAR PUSTAKA Alimul A, (26). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : Salemba Medika. Arikunto S, (26). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi VI. Jakarta : Rineka Cipta. Badriah L.D, (26). Metodologi Penelitian Ilmu Kesehatan. Jakarta : Multazam. Badan Koordinasi Gastroenterologi Anak Indonesia, (27). Modul pelatihan Tata Laksana Diare Pada Anak. Jakarta. Behrman, Alvin, (27). Buku Ajar Gastroenterologi Hepatologi Jilid 1. Jakarta : EGC Didit A, (28). Rahasia Terapi Herba Untuk Diare. Jakarta : Pustaka Sunny. Brunner & Suddarth, (25). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC. Chris B, (28). Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta : EGC. Muttaqin A, Sari K, (211). Gangguan Gastrointestinal. Jakarta : Salemba Medika. Dinkes Kab Kampar, (212) Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Kampar. Bangkinang Djauzi S, (27). Raih Kembali Kesehatan. Jakarta : Kompas. Farida N, (27). Bad And Good Habbit Kebiasaan Untuk Tetap Sehat. Jakarta : Gramedia. Heru A, (26). Kader Kesehatan Masyarakat. Jakarta : EGC Hidayat, (29). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Hidayat, Alimul A, (28). Metode Penelitian Keperawatan dan teknik Analisa Data. Jakarta : Salemba Medika. Hurlock, E.B, (25). Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga. John W, (211). Masa Perkembangan Anak Children. Jakarta : Salemba Medika. Kemenkes RI, (21). Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun (CPTS) Menurunkan Insiden Diare. Jakarta : Depkes RI., (21). Peta Kesehatan Indonesia. Jakarta : Depkes RI., (211). Buku Saku Lintas Diare. Jakarta : Depkes RI., (211). Situasi Diare Indonesia. Jakarta : Depkes RI., (213). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta : Depkes RI. Marelli. T.M, (27). Buku Saku Dokumentasi Keperawatan. Jakarta : EGC. Maramis, (26). Ilmu Perilaku Dalam Pelayanan Kesehatan. Surabaya : Universitas Airlangga. Nelson, (23). Ilmu Kedokteran Anak Edisi 15. Jakarta : EGC. Notoatmodjo S, (25). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta., (21). Promosi Kesehatan Teori Dan Aplikasi (Edisi Revisi). Jakarta : Rineka Cipta., (21). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta., (212). Promosi Kesehatan dan Promosi Kesehatan (Edisi Revisi). Jakarta : Rineka Cipta. Jurnal Keperawatan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 59
Perry & Potter, (25). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC Puruhito, (28). Menuju Indonesia Sehat 21. Surabaya : Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Purwanto, Heri. (25). Pengantar Perilaku Manusia. Jakarta : EGC. Schaefer, (27). Cara Efektif Mendidik dan Mendisiplinkan Anak. Jakarta : EGC Suharyono, (28). Diare Akut: Klinik dan Laboratorik. Jakarta : Rineka Cipta. Soegeng S, (28). Kesehatan dan Gizi. Jakarta : Rineka Cipta. Syaifuddin, (29). Fisiologi Tubuh Manusia Untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Wilkinson, Nancy, (212). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC. Wijaya M.C, (28). Mengatasi Diare dan Keracunan Pada Balita. Jakarta : Kawan Pustaka. Wijaya T, (29). Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS. Yogyakarta : Universitas Atma Jaya Yogyakarta. World Health Organisation (WHO), (212). Cuci Tangan Pakai sabun (CPTS). New York : Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB). Wong, (29). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC. Yatim F, (25). Gangguan Kesehatan Pada Anak Usia Sekolah. Jakarta : Buku Obor. Jurnal Keperawatan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 6
Jurnal Keperawatan STIKes Tuanku Tambusai Riau Page 61