IV. METODE PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
III METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

3 METODE PENELITIAN. 1. Pangkep 4 33' ' ' ' 2, Takalar , Bulukumba

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di lahan padi sawah irigasi milik Kelompok Tani Mekar

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 sampai Januari 2013.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian telah dilakukan di lahan pertanaman padi sawah (Oryza sativa L.) milik

III. METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

VIII. ANALISIS KEBERLANJUTAN USAHATANI TANAMAN HORTIKULTURA PADA LAHAN BERLERENG DI HULU DAS JENEBERANG

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Prosedur Penelitian dan Parameter Pengamatan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Produktivitas Lahan dan Usahatani Kakao 2.2. Kesesuaian Lahan

III. METODOLOGI KAJIAN

3 METODOLOGI. Laut Jawa. D K I J a k a r ta PULAU JAWA. Gambar 3. Lokasi Penelitian (Kabupaten Tangerang) S e l a t M a d u r a.

III. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Lokasi

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

TATACARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni Oktober 2015 dan dilakukan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

3 METODE UMUM PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

ANALISIS KEBERLANJUTAN PERKEBUNAN KAKAO RAKYAT DI KAWASAN PERBATASAN PULAU SEBATIK, KABUPATEN NUNUKAN, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BAB III. METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Maret 2016

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahanpertanaman ubi kayu yang telah ditanami

III. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016 Maret 2017.

ANALISIS KELAYAKAN DAN KEBERLANJUTAN PENGEMBANGAN WISATA CETACEAN WATCHING DI KABUPATEN KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR.

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Pengambilan sampel tanah dilakukan di Lahan pesisir Pantai Desa Bandengan,

BAB III METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian adalah kerangka atau framework untuk mengadakan

III. METODE PENELITIAN

KAJIAN KORELASI KARAKTERISTIK AGROEKOLOGI TERHADAP PRODUKSI KELAPA SAWIT DAN KARET DI PROVINSI LAMPUNG

III. METODOLOGI PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Tanaman ubi jalar tergolong famili Convolvulaceae suku Kangkungkangkungan,

VI. STATUS KEBERLANJUTAN USAHATANI RAWA LEBAK SAAT INI

III METODE PENELITIAN. 3.2 Jenis Data, Teknik Analisis Data, dan Keluaran

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi

BAB III METODA PENELITIAN

Tujuan, jenis dan cara pengumpulan data, metode analisis, dan output yang diharapkan. Jenis dan Cara Pengumpulan Data

ABSTRACT. Key words : sustainability index, sustainability status, agropolitan, border area ABSTRAK

Gambar 2 Peta lokasi studi

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Provinsi Lampung memiliki kegiatan pembangunan yang berorientasikan pada potensi sumberdaya alam

I. PENDAHULUAN. penduduk di Indonesia bergantung pada sektor pertanian sebagai sumber. kehidupan utama (Suparyono dan Setyono, 1994).

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. lahan pasir pantai Kecamatan Ambal Kabupaten Kebumen dengan daerah studi

III. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan beras di Indonesia meningkat seiring dengan peningkatan laju

IV. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam

BAB III METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

1BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. devisa non migas, penyedia lapangan kerja, dan berkaitan langsung dengan

ANALISIS KEBERLANJUTAN KAWASAN MINAPOLITAN BUDIDAYA DI DESA SARASA KECAMATAN DAPURANG KABUPATEN MAMUJU UTARA

Tri Fitriani, Tamaluddin Syam & Kuswanta F. Hidayat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk

III METODOLOGI. Gambar 2. Peta lokasi penelitian.

Kata Kunci : Kedelai, Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT), Produktivitas, Pendapatan, Keberlanjutan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif (descriptive research) yaitu

I. TINJAUAN PUSTAKA. bahan induk, relief/ topografi dan waktu. Tanah juga merupakan fenomena alam. pasir, debu dan lempung (Gunawan Budiyanto, 2014).

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian

Soal Jawab DIT (dibuat oleh mahasiswa)

H2O2 10%, HCl 2 N, KCNS, K4Fe(CN)6, H2O, KCl, K2Cr2O7, H2SO4,

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. A. Lahan Pasir Pantai. hubungannya dengan tanah dan pembentukkannya.

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

Paket ANALISIS SOSIAL, EKONOMI DAN FINANSIAL PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN PENGHASIL KAYU

METODE PENELITIAN. Gambar 6 Lokasi penelitian

ANALISIS INDEKS DAN STATUS KEBERLANJUTAN SISTEM KETERSEDIAAN BERAS DI BEBERAPA WILAYAH INDONESIA

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

III. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I. kemampuannya. Indonesia sebagai Negara agraris memiliki potensi pertanian

Analisis Kesesuaian Lahan Pertanian dan Perkebunan

ANALISIS INDEKS KEBERLANJUTAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BOGOR

Governance of Dagho fishing port, Sangihe Islands Regency, Indonesia

III METODE PENELITIAN

Metode Penelitian Kerangka penelitian penelitian secara bagan disajikan dalam Gambar 4. Penelitian ini dipilah menjadi tiga tahapan kerja, yaitu:

I. PENDAHULUAN. bercocok tanam. Berdasarkan luas lahan dan keragaman agroekosistem, peluang

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi. wilayahnya. Iklim yang ada di Kecamatan Anak Tuha secara umum adalah iklim

BAB I PENGANTAR. pola curah hujan, kenaikan muka air laut, dan suhu udara serta peningkatan

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan hubungan dengan kelingkungan (Versatappen, 1983 dalam Suwarno 2009).

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Transkripsi:

IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Pulau Sebatik, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Timur (Gambar 4). Wilayah ini berada di bagian utara Kabupaten Nunukan, yang terletak pada koordinat antara 117 35 20-117 55 31 Bujur Timur, dan 3 57 58-4 10 00 Lintang Utara. Daerah tersebut di sebelah utara berbatasan langsung dengan Negara Malaysia Timur (Sabah), sebelah barat berbatasan dengan Selat Nunukan, sebelah timur dan selatan berbatasan dengan Selat Makasar (Laut Sulawesi). Penelitian dilaksanakan bulan Maret hingga November 2009. Sabah P. Sebatik Prov.Kaltim : Lokasi Penelitian P. Sebatik (a) (b) (c) Gambar 4. Lokasi penelitian (Provinsi Kalimantan Timur [a], Pulau Sebatik dan sekitarnya [b], dan Pulau Sebatik [c]) 4.2. Bahan dan Alat Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat survei (biofisik dan sosial-ekonomi) lapangan (bor tanah, ph meter, Munsell Soil Color Chart, abney level, GPS, Altimeter, kompas, peta-peta, bahan kimia, meteran, tempat sampel tanah) dan kuesioner untuk keperluan wawancara dengan responden. Data sekunder yang diperlukan yaitu (a) data iklim, peta-peta (topografi, tanah, penggunaan lahan, administrasi, zona agroekologi, arahan tata ruang, penggunaan lahan, dan peta pendukung lain), dan (b) laporan-laporan yang dikeluarkan oleh dinas dan instansi terkait (Bappeda, Dinas Pertanian, Dinas Peternakan, Dinas Perkebunan, BPTP Kaltim, BPP [Balai Penyuluhan Pertanian] Sebatik dan Sebatik Barat).

36 4.3. Rancangan Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi literatur, survei lapangan, analisis tanah di laboratorium dan wawancara. Survei lapangan dilakukan untuk mengumpulkan data biofisik lahan dan sosial ekonomi. Wawancara dilakukan untuk: (a) mengetahui permasalahan, peluang, harapan dan pendapat dari stakeholders yang terkait dengan pengembangan komoditas unggulan pertanian, masalah lingkungan dan pola usahatani yang diterapkan; dan (b) mengetahui pendapat pakar atau ahli tentang peningkatan produktivitas lahan untuk pengembangan pertanian berkelanjutan khususnya perkebunan kakao rakyat di kawasan perbatasan Pulau Sebatik. 4.4. Lingkup dan Rencana Kegiatan Lingkup penelitian mencakup aspek ekologi, ekonomi, sosial budaya, infrastruktur dan teknologi, hukum dan kelembagaan, serta pertahanan dan keamanan. Penelitian dilakukan berdasarkan data primer dan data sekunder yang diperoleh dari survei lapangan, serta diperkuat oleh pendapat para pakar atau ahli di bidangnya. Pelaksanaan penelitian dibagi dalam enam tahapan (Gambar 5). Tahap pertama adalah persiapan bahan, alat dan studi pustaka yang digunakan untuk pelaksanaan kegiatan penelitian, baik untuk mengumpulkan data primer maupun data sekunder pada tahap ke-2. Tahap ke-3 adalah melakukan survei lapangan (biofisik dan sosial ekonomi). Tahap ke-4 adalah melakukan enam analisis, yaitu (a) analisis kesesuaian lahan, (b) analisis kesenjangan, dan analisis kendala, (c) analisis ekonomi (kelayakan finansial), (d) analisis kebutuhan stakeholders, (e) analisis keberlanjutan, dan (f) analisis prospekif. Kemudian dilanjutkan pada tahap ke-5, yaitu menyusun skenario rekomendasi kebijakan yang dilakukan berdasarkan gabungan hasil analisis pada tahap 4. Pada tahap ke-6 adalah menyusun rekomendasi kebijakan peningkatan produktivitas lahan berkelanjutan untuk perkebunan kakao rakyat di Pulau Sebatik.

37 Mulai (Persiapan) Tahap I Studi Pustaka Faktor-faktor atau komponen-komponen peningkatan produktivitas lahan berkelanjutan di kawasan perbatasan Pulau Sebatik Tahap II Survei lapangan (biofisik dan sosial ekonomi Tahap III Analisis Kesesuaian lahan Kesenjangan, dan kendala produktivitas lahan Ekonomi (kelayakan finansial) Kebutuhan stakeholders Keberlanjutan Prospektif Tahap IV Skenario Tahap V Rekomendasi (Selesai) Tahap VI Gambar 5. Tahapan penelitian 4.5. Jenis, Sumber dan Teknik Pengumpulan Data Variabel data yang dikumpulkan meliputi: tanah (biofisik, kimia, biologi), iklim (untuk melihat fenomena iklim secara umum di daerah penelitian), tanaman, sosial, ekonomi dan kelembagaan usahatani. Sumber dan teknik pengumpulan data secara rinci disajikan pada Tabel 5.

38 Tabel 5. Sumber dan teknik pengumpulan data No Data Sumber data Teknik pengumpulan data 1. Tanah (fisik, kimia, biologi), iklim Primer Pengamatan, pengukuran di lapang dan analisis tanah di laboratorium (temperatur, curah hujan, kelembaban udara, intensitas hujan, kecepatan angin dan zona agroklimat), fisiografi, topografi. Sekunder Studi literatur, dokumentasi dan laporan dari dinas/instansi terkait 2. Keadaan budidaya tanaman (benih/bibit yang digunakan, jarak Primer - Wawancara (kuesioner) - Pengamatan lapangan tanam, gejala defisiensi hara, pemeliharaan [pemupukan, Sekunder Laporan, dokumen, pemberantasan hama dan penyakit, monografi pemangkasan], produktivitas, pascapanen) 3. Sosial ekonomi (demografi, Primer - Wawancara (kuesioner) - Indepth interview - Diskusi kepemilikan lahan, jumlah anggota keluarga, jumlah usia produktif, curahan tenaga kerja, penggunaan saprodi, peralatan pertanian, biaya hidup, produktivitas, harga saprodi, harga komoditas, pendapatan usahatani dan non usahatani, komponen usahatani, preferensi petani terhadap komoditas unggulan, dll). 4. Kelembagaan (sumber penyediaan saprodi, jenis saprodi, sumber modal, besarnya modal yang diperlukan, sistem penanganan hasil, pemasaran hasil, ketersediaan informasi dan teknologi, pelayanan penyuluhan, penyediaan informasi dan teknologi) 5. Potensi, permasalahan dan peluang peningkatan produktivitas lahan (ketersediaan SDM petani, dukungan pemerintah, partisipasi petani) Sekunder Primer Primer Laporan, dokumen, monografi - Wawancara (kuesioner) - In depth interview - Diskusi PRA (Participatory Rural Appraisal) Data primer yang bersumber dari responden terpilih diperoleh berdasarkan wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner). Data sekunder adalah data yang diperoleh dari laporan dinas dan instansi terkait, serta

39 penelusuran literatur atau publikasi. Diskusi kelompok dilakukan untuk pengisian kuesioner dan menggali informasi dari stakeholders yang terkait dengan persepsi dan keinginan mereka untuk melakukan peningkatan produktivitas lahan secara berkelanjutan. Responden yang menjadi populasi penelitian berasal dari penduduk setempat yang melakukan aktivitas usahatani. 4.5.1. Data sumberdaya lahan Pada kegiatan survei lapangan dilakukan pengamatan, pengambilan sampel tanah, pengumpulan data iklim dan produksi. Data tersebut meliputi: (i) Data tanah adalah data lapangan dan analisis tanah di laboratorium. Data lapangan meliputi: bentuk lahan, lereng, batuan permukaan, bahaya banjir, bahaya erosi, drainase, kedalaman efektif, kemudahan pengolahan dan morfologi tanah. Data untuk analisis laboratorium yaitu ph tanah, tekstur, kandungan bahan organik, Kation-kation dapat ditukar (Na, K, Ca, Mg), Kapasitas Tukar Kation (KTK), P dan K total (terekstrak HCl 25%), P dan K tersedia, Kejenuhan Basa, adanya bahan sulfidik (Balittanah, 2004). Parameter dan metode analisis tanah selengkapnya tertera pada Tabel 6. Pengambilan contoh tanah dilakukan sesuai dengan teknik sampling. Lokasi pengambilan sampel tanah berdasarkan pada peta satuan lahan homogen yang dihasilkan dari overly peta. Pengambilan sampel tanah menggunakan stratified random sampling. Setiap satuan lahan pengamatan diambil contoh tanah komposit hingga kedalaman 60 cm (0-30 cm dan 30-60 cm) untuk analisa sifat fisik dan kimia tanah. (ii) Data iklim (data sekunder) diperlukan untuk mengetahui keadaan iklim secara umum. Data yang dikumpulkan antara lain: curah hujan, suhu udara, kelembaban udara, radiasi matahari, dan kecepatan angin. 4.5.2. Data tanaman Data dan informasi budidaya tanaman diperoleh melalui pengamatan lapangan (data primer) dan data sekunder antara lain meliputi: (i) benih atau bibit yang digunakan (bahan tanam, perlakuan dan pemeliharaan, jenis tanaman yang digunakan, asal benih/bibit; (ii) penanaman (jarak tanam, penyulaman, sistem tanam, pemupukan bibit, tanaman/pohon penaung, penanaman sesuai kontur);

40 (iii) pemeliharaan (gejala defisiensi hara, pemupukan, hama-penyakit dan cara pengendaliannya, pemangkasan (Wahyudi dan Rahardjo,2008); (iv) produktivitas hasil; dan (v) pascapanen. Tabel 6. Parameter dan metode analisis tanah No. Parameter tanah (sifat fisik, kimia, biologi) Metode analisis 1. Tekstur (3 fraksi) Pipet 2. Bobot isi (g cm -3 ) Gravimetri 3. Porositas (%) Gravimetri 4. Kemantapan agregat (%) Metode ayakan basah 5. ph H 2 O Gelas elektrode 6. N-total (%) Kjeldahl 7. P-total (%) HCl 25% 8. K-total (%) HCl 25% 9. P-tersedia (ppm) Bray I 10. K-tersedia (cmol + kg -1 ) Morgan 11. Al-dd (cmol + kg -1 ) Titrimetri, KCN 1N 12. KTK (cmol + kg -1 ) Ekstrak NH 4 OAc ph 7 13. Kejenuhan Basa (%) Ekstrak NH 4 OAc ph 7 14. C-organik (%) Walkey and Black 15. C-microbial biomass (ppm) Fumigasi ekstraksi 4.5.3. Data sosial, ekonomi dan kelembagaan Penentuan responden berdasarkan metode stratified random sampling. (Walpole, 1995). Responden dikelompokkan berdasarkan mata pencaharian dan kontribusinya terhadap kegiatan pertanian. Pembagiannya meliputi petani, pedagang, tokoh masyarakat, penyuluh pertanian lapangan (PPL), masyarakat, aparat (desa dan kecamatan), lembaga penyedia modal, dan para pakar/ahli (pertanian, pengelolaan lahan, dan perencanaan/kebijakan). Stakeholders yang menjadi responden meliputi: (a) masyarakat atau petani kakao 77 orang, pedagang pengumpul 4 orang, penyuluh pertanian lapangan (PPL) 5 orang, tokoh masyarakat 2 orang, aparat pemerintah (desa dan kecamatan) 3 orang. Jumlah responden tersebut dipilih secara acak sederhana, yang jumlahnya ditetapkan secara proporsional (proporsional cluster random sampling); (b) kalangan pakar/ahli yang dipilih secara sengaja (purposive sampling) berjumlah 6 orang. Responden dari kalangan ahli yang dipilih memiliki

41 kepakaran sesuai dengan bidang yang diteliti dengan kriteria: (i) mempunyai pengalaman sesuai dengan bidang yang diteliti, (ii) memiliki reputasi, kedudukan/jabatan dalam kompetensinya sesuai dengan bidang yang diteliti, serta (iii) memiliki kredibilitas tinggi dan bersedia sebagai responden. Data dan informasi dari para pakar dilakukan dengan wawancara secara mendalam (indepth interview), yang bersifat lebih teknis sesuai dengan pengalaman dan keahliannya. 4.5.4. Potensi, peluang dan permasalahan Diskusi kelompok dilakukan pada saat dilakukan Participatory Rural Appraisal (PRA). PRA merupakan cara belajar dari dan dengan masyarakat untuk menemukan, menganalisis, mengevaluasi kendala dan peluang pengembangan pertanian di wilayah setempat. PRA dilaksanakan dengan teknik wawancara langsung dengan kelompok (focus group discussion) yang terdiri dari kelompok tani, tokoh masyarakat, PPL, aparat desa, dan stakeholders yang dilaksanakan di empat tempat. 4.6. Formulasi Rekomendasi Kebijakan Formulasi rekomendasi kebijakan untuk menyusun model peningkatan produktivitas lahan berkelanjutan perkebunan kakao rakyat di kawasan perbatasan Pulau Sebatik dilakukan dengan menggunakan analisis prospektif. Analisis prospektif digunakan untuk mendapatkan skenario rekomendasi kebijakan peningkatan produktivitas lahan berkelanjutan perkebunan kakao rakyat, dengan cara menentukan faktor-faktor kunci yang berpengaruh terhadap kinerja sistem. 4.7. Analisis Data Analisis data meliputi: (a) analisis kesesuaian lahan, (b) analisis kesenjangan produktivitas lahan, (c) analisis kendala produktivitas lahan, (d) analisis ekonomi [kelayakan finansial], (e) analisis keberlanjutan, (f) analisis kebutuhan stakeholders, dan (g) analisis prospektif. Analisis yang dilakukan dan keterkaitannya dengan tujuan dan keluaran yang diharapkan secara rinci tertera pada Tabel 7.

42 Analisis kesesuaian lahan Analisis kesesuaian lahan disusun untuk mendapatkan kesesuaian penggunaan lahan tanaman kakao melalui pendekatan sistem matching atau kecocokan antara kualitas dan sifat-sifat tanah (land qualities/land characteristics) dengan kelas kesesuaian lahan yang disusun berdasarkan persyaratan tumbuh tanaman kakao (Djaenudin et al., 2000). Analisis kesenjangan Analisis kesenjangan (gap analysis) bertujuan mengetahui kesenjangan antara produktivitas lahan perkebunan kakao rakyat kondisi saat ini (eksisting) dengan produktivitas lahan yang diharapkan (optimal). Hasil analisis kesenjangan digunakan untuk mengidentifikasi kendala dan upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan produktivitas lahan. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Tarmizi et al. (2006), bahwa untuk mendapatkan hasil yang optimal pada perkebunan kelapa sawit dibutuhkan praktek pengelolaan tanah yang baik berdasarkan kesenjangan antara produktivitas hasil eksisting dan yang diharapkan. Analisis kendala Analisis ini dilakukan terhadap aspek-aspek yang berkaitan dengan peningkatan produktivitas lahan berkelanjutan perkebunan kakao rakyat di Pulau Sebatik, dengan menggunakan metode ISM (Eriyatno dan Sofyar, 2007; Marimin, 2004). Data dan informasi yang dikumpulkan adalah: (a) informasi pengelolaan lahan secara umum, antara lain luas kepemilikan lahan, lokasi, jenis pengelolaan lahan, status kepemilikan, kemiringan lahan, dan sistem pertanaman, (b) Local Ecological Knowledge (LEK) dalam menerapkan teknik budidaya dan pengelolaan lahan, pengetahuan dan pengalaman petani dalam mengelola lahan untuk budidaya tanaman, (c) jenis komoditas yang diusahakan (tanaman semusim, tahunan dan ternak), (d) program pembangunan pertanian di kawasan perbatasan, (e) potensi dan kendala pengembangan komoditas unggulan pertanian dari berbagai dimensi atau aspek keberlanjutan, serta (f) jumlah dan jenis lembaga yang ada, serta aktivitasnya.

43 Tabel 7. Keterkaitan antara tujuan penelitian, kegiatan, data yang diperlukan, analisis data, dan keluaran yang diharapkan. No Tujuan Kegiatan Sumber Data Analisis Data Keluaran Yang Diharapkan 1. Evaluasi kesesuaian penggunaan lahan untuk tanaman kakao 2. Komponen-komponen peningkatan produktivitas lahan berkelanjutan 3. Rekomendasi kebijakan peningkatan produktivitas lahan Analisis tanah Evaluasi kesesuaian lahan Survei lapangan Identifikasi responden Analisis kendala Analisis ekonomi Analisis keberlanjutan Analisis kebutuhan stakeholders Sampel tanah, topografi, hidrologi, vegetasi dan iklim Informasi pengelolaan lahan secara umum, jenis komoditas yang diusahakan Biofisik dan sosial ekonomi kawasan perbatasan Pulau Sebatik Responden stakeholders di lokasi penelitian Responden pakar/ahli Informasi pengelolaan lahan untuk perkebunan kakao rakyat Kelembagaan (jumlah, jenis, aktivitas) Skala usahatani, pengeluaran biaya usahatani, perkembangan tingkat harga komoditi, suku bunga Bank, besarnya PBB (pajak bumi dan bangunan) Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keberlanjutan Analisis laboratorium Evaluasi lahan, Automated Land Evaluation System (ALES). Deskriptif Analisis kesenjangan (gap analysis) FGD ISM B/C ratio, NVP (Net Present Value), IRR (Internal Rate of Return), kebutuhan hidup layak RAP-COCOA SEBATIK (MDS) Sifat fisik, kimia dan biologi tanah Kelas kesesuaian lahan untuk tanaman kakao Data sumberdaya lahan Produktivitas lahan kondisi eksisting dan yang diharapkan Variabel-variabel kunci peningkatan produktivitas lahan Kendala, kebutuhan dan lembaga yang terlibat Kelembagaan usahatani yang diperlukan Tingkat kelayakan usahatani kakao Indeks dan status keberlanjutan Sosial ekonomi dan stakeholders Prospektif Faktor-faktor kunci Rancangan rekomendasi kebijakan Data-data analisis setiap sub kegiatan Hasil alternatif rancangan rekomendasi kebijakan Gabungan analisis antar sub analisis kegiatan Pilihan skenario rekomendasi kebijakan

44 Analisis ekonomi Analisis ekonomi dilakukan untuk menghitung B/C-ratio, nilai tunai bersih (Net Present Value), Internal Rate of Return (IRR). Data yang diperlukan antara lain skala penggunaan lahan, pengeluaran biaya produksi, luas kawasan budidaya, perkembangan tingkat harga komoditas, kredit usahatani dan suku bunga bank, dll. Data kondisi sosial ekonomi diperoleh melalui wawancara terstruktur terhadap responden yang dipilih secara acak dengan menggunakan bantuan kuesioner. Analisis keberlanjutan Metode analisis yang digunakan adalah Multi Dimensional Scaling (MDS) yang disebut dengan RAP-COCOA SEBATIK (Rapid Appraisal for Cocoa on SEBATIK Island), merupakan modifikasi dari RAPFISH (Rapid Appraisal Technique for Fisheries) yang digunakan oleh University of British Columbia, Canada. Metode ini digunakan untuk menilai indeks dan status keberlanjutan serta untuk mengindentifikasi atribut-atribut yang paling sensitif dari masing-masing dimensi keberlanjutan melalui leverage analysis. Teknik ordinasi RAP-COCOA SEBATIK dengan metode MDS dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu (1) penentuan atribut pada setiap dimensi keberlanjutan dan mendefinisikannya melalui kajian pustaka dan pengamatan lapangan. Bagan proses aplikasi RAP- COCOA SEBATIK selengkapnya tertera pada Gambar 6. Penelitian ini mencakup 62 atribut pada 6 dimensi yang dianalisis, yaitu 13 atribut dimensi ekologi, 9 atribut dimensi ekonomi, 13 atribut dimensi sosial budaya, 9 atribut dimensi infrastruktur dan teknologi, 9 atribut dimensi hukum dan kelembagaan, serta 9 atribut dimensi pertahanan dan keamanan; (2) penilaian setiap atribut dalam skala ordinal (skoring) berdasarkan hasil pengamatan lapangan dan pendapat para pakar; (3) analisis ordinasi untuk menentukan posisi status keberlanjutan pada setiap dimensi dalam skala indeks keberlanjutan; (4) menilai indeks dan status keberlanjutan pada setiap dimensi; (5) melakukan sensitivity analysis (leverage analysis) untuk menentukan peubah yang sensitif mempengaruhi keberlanjutan, dan; (6) analisis Monte Carlo untuk memperhitungkan dimensi ketidakpastian (Kavanagh, 2001; Pitcher dan David, 2001). Skala indeks keberlanjutan sistem yang dikaji mempunyai selang 0-100 persen, seperti tertera pada Tabel 8.

45 Tabel 8. Kategori indeks status keberlanjutan perkebunan kakao rakyat Nilai indeks Kategori 0,00-25,00 Buruk (tidak berkelanjutan) 25,01-50,00 Kurang (kurang berkelanjutan) 50,01-75, 00 Cukup (cukup berkelanjutan) 75,01-100,00 Baik (berkelanjutan) Pada analisis dengan menggunakan MDS juga dilakukan analisis leverage, analisis Monte Carlo, penentuan nilai stress dan koefisien determinasi (R 2 ). Analisis leverage dilakukan untuk mengetahui atribut yang sensitif dan intervensi yang perlu dilakukan. Atribut yang sensitif diperoleh berdasarkan hasil analisis leverage yang terlihat pada perubahan Root Mean Square (RMS) ordinasi pada sumbu X. Semakin besar perubahan RMS, maka semakin sensitif peranan atribut tersebut terhadap peningkatan status keberlanjutan. Start Review atribut (berbagai kategori dan skoring kriteria) Identifikasi dan pendefinisian produktivitas lahan perkebunan kakao rakyat (didasarkan kriteria yang konsisten) Penilaian skor setiap atribut Multidimensional Scaling Ordination (untuk setiap atribut) Analisis Monte Carlo (analisis ketidakpastian) Analisis Leverage (analisis anomali) Analisis keberlanjutan (sustainability assessment) Gambar 6. Bagan proses aplikasi RAP-COCOA SEBATIK (dimodifikasi dari Alder et al. (2000); Fauzi dan Anna (2005)

46 Analisis Monte Carlo digunakan untuk menduga pengaruh galat pada selang kepercayaan 95 persen. Nilai indeks Monte Carlo ini dibandingkan dengan indeks MDS. Nilai stress dan koefisien determinasi (R 2 ) berfungsi untuk mengetahui perlu tidaknya penambahan atribut, dan mencerminkan keakuratan dimensi yang dikaji dengan keadaan yang sebenarnya. Nilai tersebut diperoleh berdasarkan 2 titik yang berdekatan terhadap titik asal ordinasi. Penentuan jarak dalam MDS berdasarkan pada Euclidian Distance (Fauzi dan Anna, 2005). Dalam ruang berdimensi n persamaannya adalah: 2 2 2 ( x1 x2 + y1 y2 + z1 2 +...) d = z... (4) Ordinasi dari obyek atau titik kemudian diaproksimasi dengan meregresikan jarak Euclidian (d ij ) dari titik i ke titik j dengan titik asal (δ ij ). d ij = α + βδij + ε... (5) Untuk meregresikan persamaan di atas, digunakan metode least squared bergantian berdasarkan akar Euclidian Distance (square distance) atau disebut dengan metode ALSCAL (Fauzi dan Anna, 2005). Metode ini mengoptimalkan jarak kuadrat (squared distance=d ijk ) terhadap data kuadrat (titik asal=o ijk ). Dalam tiga dimensi (i,j,k) disebut S-Stress, sesuai dengan persamaan: S = 2 2 ( dijk oijk ) 2 m 1 i j m =... (6) 4 k 1 oijk i j Jarak kuadrat merupakan jarak Euclidian, sesuai dengan persamaan: d ( ) 2 2 = wka ijk xia x... (7) ja Goodness of fit dalam MDS mengukur ketepatan konfigurasi dari suatu titik yang dapat mencerminkan data aslinya. Goodness of fit mencerminkan besaran nilai S-Stress dari R 2. Nilai S-Stress yang rendah menunjukkan good fit, sedangkan nilai S-Stress yang tinggi menunjukkan sebaliknya (Fauzi dan Anna, 2005; Malhotra, 2006). Menurut Kavanagh dan Pitcher (2004), model yang baik

47 (hasil analisis cukup baik) jika nilai S-stress kurang dari 0,25 (S < 0,25), dan R 2 mendekati 1 (100%). Melalui metode MDS, maka posisi titik keberlanjutan dapat divisualisasikan melalui sumbu horizontal dan sumbu vertikal. Dengan metode rotasi, maka posisi titik dapat divisualisasikan pada sumbu horizontal dengan nilai indeks keberlanjutan diberi nilai skor 0% (buruk) dan 100% (baik). Jika sistem yang dikaji mempunyai nilai indeks keberlanjutan lebih besar atau sama dengan 50%, maka sistem dikatakan berkelanjutan (sustainable), dan tidak berkelanjutan jika nilai indeks kurang dari 50%. Ilustrasi hasil ordinasi nilai indeks keberlanjutan dapat dilihat pada Gambar 7. Buruk Baik 0% 100% Gambar 7. Ilustrasi penentuan indeks keberlanjutan produktivitas lahan perkebunan kakao rakyat di kawasan perbatasan dalam skala ordinasi pada dua titik ekstrim buruk (0%) dan baik (100%) Nilai indeks keberlanjutan setiap dimensi dapat divisualisasikan dalam bentuk diagram layang-layang (kite diagram) seperti tertera pada Gambar 8. Hankam Ekologi 100 80 60 40 20 0 Ekonomi Hukum dan Kelembagaan Sosial Budaya Infrastruktur & Teknologi Gambar 8. Ilustrasi diagram layang-layang indeks keberlanjutan

48 Hasil analisis tersebut diperoleh pengaruh galat yang dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti kesalahan dalam pembuatan skor karena kesalahan pemahaman terhadap atribut atau kondisi lokasi penelitian yang belum sempurna, variasi skor akibat perbedaan opini atau penilaian oleh peneliti, proses analisis MDS yang berulang-ulang, kesalahan input data atau ada data yang hilang dan tingginya nilai stress. Nilai stress dapat diterima jika nilainya < 25% (Kavanagh dan Pitcher, 2004). Untuk mengevaluasi pengaruh galat pada pendugaan nilai ordinasi digunakan analisis Monte Carlo, yaitu metode simulasi statistik untuk mengevaluasi efek dari random error pada proses pendugaan, serta untuk mengestimasi nilai yang sebenarnya. Analisis kebutuhan stakeholders Analisis kebutuhan dilakukan untuk memperoleh komponen-komponen yang berpengaruh dan berperan dalam sistem peningkatan produktivitas lahan berkelanjutan dari semua stakeholders yang terlibat. Setelah mendapatkan data pendukung untuk penetapan kebutuhan dasar yang diperoleh berdasarkan analisis kebutuhan stakeholders, selanjutnya diperkirakan kebutuhan setiap stakeholders. Analisis prospektif Analisis prospektif digunakan untuk mendapatkan skenario peningkatan produktivitas lahan berkelanjutan untuk perkebunan kakao rakyat di kawasan perbatasan Pulau Sebatik pada masa yang akan datang, dengan cara menentukan faktor-faktor kunci yang berpengaruh terhadap kinerja sistem. Analisis prospektif bertujuan memprediksi kemungkinan yang akan terjadi di masa yang akan datang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Analisis prospektif dilakukan melalui tiga tahap yaitu (1) mengindentifikasi faktor kunci di masa depan, (2) menentukan tujuan, strategis dan kepentingan pelaku utama, dan (3) mendefinisikan dan mendeskripsikan evolusi kemungkinan di masa depan dan menentukan strategi secara berkelanjutan sesuai dengan sumberdaya yang ada. Penentuan faktor-faktor kunci dalam analisis prospektif ini dilakukan dengan menggabungkan faktor-faktor kunci yang sensitif berpengaruh terhadap kinerja sistem hasil analisis keberlanjutan dan faktor kunci yang diperoleh dari

49 analisis kebutuhan (need analysis). Selanjutnya hasil penggabungan faktor kunci disusun keadaan (state) yang mungkin terjadi di masa yang akan datang. Tahapan analisis prospektif menurut Bourgeois (2007) yaitu (a) menerangkan tujuan, (b) melakukan identifikasi kriteria, (c) mendiskusikan kriteria yang telah ditentukan, (d) analisis pengaruh antar faktor, (e) merumuskan kondisi faktor, (f) membangun dan memilih skenario, serta (g) implikasi skenario. Pengaruh antar faktor diberikan skor oleh pakar dengan menggunakan pedoman analisis prospektif, seperti tertera pada Tabel 9. Pengaruh antar faktor diisi sesuai dengan pedoman analisis prospektif adalah sebagai berikut: 1. Jika faktor tersebut tidak ada pengaruhnya terhadap faktor lain, jika ya diberi nilai 0. 2. Jika tidak, selanjutnya dilihat apakah pengaruhnya sangat kuat, jika ya diberi nilai 3. 3. Jika tidak, baru dilihat apakah pengaruhnya kecil = 1, atau pengaruhnya sedang = 2. Tabel 9. Pedoman penilaian analisis prospektif Skor Keterangan 0 Tidak ada pengaruh 1 Berpengaruh kecil 2 Berpengaruh sedang 3 Berpengaruh sangat kuat Sumber: Hardjomidjojo (2006) pada Tabel 10. Selanjutnya pengaruh antar faktor disusun menggunakan matrik seperti Tabel 10. Pengaruh antar faktor peningkatan produktivitas lahan berkelanjutan untuk perkebunan kakao rakyat di kawasan perbatasan Pulau Sebatik Dari Terhadap A B C D E... Sumber: Bourgeois (2007) A B C D E...

50 Untuk menentukan kemungkinan-kemungkinan di masa depan yang terbaik dapat ditentukan berdasarkan hasil penentuan elemen-elemen kunci di masa depan dari berbagai faktor atau elemen-elemen yang sangat berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas lahan berkelanjutan untuk perkebunan kakao rakyat. Cara menentukan elemen kunci tertera pada Gambar 9. Faktor penentu INPUT Faktor penghubung STAKE Faktor bebas UNUSED Faktor terikat OUTPUT Gambar 9. Penentuan elemen kunci peningkatan produktivitas lahan berkelanjutan untuk perkebunan kakao rakyat (Bourgeouis dan Jesus, 2004; Hardjomidjojo, 2006; Bourgeois, 2007) Berdasarkan faktor dominan yang berpengaruh terhadap sistem, maka dibangun keadaan yang mungkin terjadi di masa depan dari faktor-faktor tersebut sebagai alternatif menyusun skenario. Ilustrasi keadaan yang mungkin terjadi di masa depan dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Ilustrasi keadaan yang mungkin terjadi di masa depan pada peningkatan produktivitas lahan berkelanjutan untuk perkebunan kakao rakyat di kawasan perbatasan Pulau Sebatik Faktor Keadaan yang mungkin terjadi 1 1A 1B 1C 2 2A 2B 2C 3 3A 3B 3C... n na nb nc

51 Selanjutnya berdasarkan hasil dari Tabel 11 dibangun skenario rekomendasi kebijakan peningkatan produktivitas lahan berkelanjutan untuk perkebunan kakao rakyat, dengan beberapa kemungkinan skenario di masa depan seperti disajikan pada Tabel 12. Tabel 12. Hasil analisis skenario peningkatan produktivitas lahan berkelanjutan untuk perkebunan kakao rakyat di Pulau Sebatik Skenario Uraian Urutan Faktor 1 Bertahan pada kondisi seperti saat ini, dengan perbaikan terbatas 2 Melakukan perbaikan, tetapi tidak maksimal 3 Melakukan perbaikan secara menyeluruh dan terpadu.........