Oleh: Raras Silvia Gama Pembimbing: dr. Justina Evy Tyaswati, Sp. KJ

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Istilah obsesi menunjuk pada suatu idea yang mendesak ke dalam pikiran.

GANGGUAN OBSESIF KOMPULSIF (F.42) gangguan kecemasan yang ditandai oleh pikiran-pikiran obsesif yang persisten dan

PENYEBAB. Penyebab Obsesif Kompulsif adalah:

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan

EPIDEMIOLOGI MANIFESTASI KLINIS

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing

Dua komponennya yaitu kesadaran akan sensasi fisiologis dan kesadaran bahwa ia gugup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

GANGGUAN STRESS PASCA TRAUMA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

GANGGUAN PSIKOTIK TERBAGI. Pembimbing: Dr. M. Surya Husada Sp.KJ. disusun oleh: Ade Kurniadi ( )

Bab I. Pendahuluan. singkat. Pada awal tahun 1980-an, gangguan obsesif kompulsif dianggap

GANGGUAN SKIZOAFEKTIF FIHRIN PUTRA AGUNG

BIPOLAR. Dr. Tri Rini BS, Sp.KJ

RESENSI FILM. 4. Cuba Gooding, JR sebagai Frank Sachs Seorang dealer lukisan yang sangat dekat dan peduli pada Simon.

GANGGUAN MOOD. dr. Moetrarsi SKF., DTM&H, Sp.KJ

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam

Gangguan Bipolar. Febrilla Dejaneira Adi Nugraha. Pembimbing : dr. Frilya Rachma Putri, Sp.KJ

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang

EATING DISORDERS. Silvia Erfan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

JOURNAL READING GANGGUAN GEJALA SOMATIK. Diajukan Kepada : dr. Rihadini, Sp.KJ. Disusun oleh : Shinta Dewi Wulandari H2A012001

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penyakit Obsesif-Kompulsif ditandai dengan adanya obsesi dan kompulsi.

SISTEM KLASIFIKASI DAN DIAGNOSIS GANGGUAN MENTAL DITA RACHMAYANI, S.PSI., M.A

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SISTEM KLASIFIKASI DAN DIAGNOSIS GANGGUAN MENTAL DITA RACHMAYANI, S.PSI., M.A

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD)

POST TRAUMATIC STRESS DISORDER

FAKTOR PSIKOLOGIS DAN PERILAKU YANG BERHUBUNGAN DENGAN GANGGUAN Pembimbing : dr. Dharmawan Ardi, Sp.KJ

Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi 2013

GAMBARAN KLINIS GANGGUAN KECEMASAN

GANGGUAN STRES PASCA TRAUMA

Gangguan Kepribadian. Mustafa M. Amin Departemen Psikiatri FK USU

Gangguan Mood/Suasana Perasaan

BAB 1 PSIKIATRI KLINIK

BAB I PENDAHULUAN. dari dua kata yaitu obsession dan compulsion. Obsesi (obsession) adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PTSD POSTTRAUMATIC STRESS DISORDER

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang. mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang

BIPOLAR. oleh: Ahmad rhean aminah dianti Erick Nuranysha Haviz. Preseptor : dr. Dian Budianti amina Sp.KJ

PERSOALAN DEPRESI PADA REMAJA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

REFERAT Gangguan Afektif Bipolar

IPAP PTSD Tambahan. Pilihan penatalaksanaan: dengan obat, psikososial atau kedua-duanya.

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Fobia sering kali dimiliki seseorang. Apabila terdapat perasaan takut

Oleh: ADE F SYAIRAH B Pembimbing : dr. Asmarahadi, SpKJ

LAPORAN PENDAHULUAN (LP) ISOLASI SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan perasaan tegang, pikiran khawatir dan. perubahan fisik seperti meningkatnya tekanan darah.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Direktur Bina Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan RI Kesenjangan. tenaga non-medis seperti dukun maupun kyai, (Kurniawan, 2015).

A. Gangguan Bipolar Definisi Gangguan bipolar merupakan kategori diagnostik yang menggambarkan sebuah kelas dari gangguan mood, dimana seseorang

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS PSIKIATRI

PEMERIKSAAN PSIKIATRI

BAB II TINJAUAN TEORI

BUNUH DIRI DAN GANGGUAN BIPOLAR

Gangguan Waham Menetap (Paranoid)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gangguan Suasana Perasaan. Dr. Dharmawan A. Purnama, SpKJ

Materi ini merupakan salah satu Bahan kuliah online gratis Bagi anggota keluarga, relawan kesehatan jiwa Dan perawat pendamping. Anxiety (kecemasan)

1. Dokter Umum 2. Perawat KETERKAITAN : PERALATAN PERLENGKAPAN : 1. SOP anamnesa pasien. Petugas Medis/ paramedis di BP

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan disability (ketidakmampuan) (Maramis, 1994 dalam Suryani,

b. Tujuan farmakoekonomi...27 c. Aplikasi farmakoekonomi...28 d. Metode farmakoekonomi Pengobatan Rasional...32

BAB I PENDAHULUAN. dapat ditemukan pada semua lapisan sosial, pendidikan, ekonomi dan ras di

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda. Tekanan psikologis dan kekhawatiran tentang infertilitas memiliki efek

LAPORAN KASUS SKIZOFRENIA HEBEFRENIK

Gangguan Penyesuaian (Adjustment Disorder)

SKRIPSI. Skripsi ini disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat. Melakukan Penelitian di Bidang Kesehatan Masyarakat. Disusun oleh :

Obsesi yang paling banyak dijumpai adalah kontaminasi (55%), impuls agresif (50%), seks (32%), ketakutan somatis (35%), dan need for symmetry (37%).

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN TEORI. pengecapan maupun perabaan (Yosep, 2011). Menurut Stuart (2007)

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan upaya yang dapat mendatangkan stres karena terdapat ancaman

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Skizofrenia merupakan sindroma klinis yang berubah-ubah dan sangat

Pendahuluan Masalah kesehatan jiwa sering terabaikan karena dianggap tidak menyebabkan kematian secara langsung. DALY (disability-adjusted adjusted li

Mata: sklera ikterik -/- konjungtiva anemis -/- cor: BJ I-II reguler, murmur (-) gallop (-) Pulmo: suara napas vesikuler +/+ ronki -/- wheezing -/-

TINJAUAN PENATALAKSANAAN DEMAM BERDARAH DENGUE PADA ANAK DI SELURUH PUSKESMAS KEPERAWATAN WILAYAH KABUPATEN JEMBER PERIODE 1 JANUARI 31 DESEMBER 2007

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesalahpahaman, dan penghukuman, bukan simpati atau perhatian.

GANGGUAN ELIMINASI. Dr. Noorhana, SpKJ(K)

Sinonim : - gangguan mood - gangguan afektif Definisi : suatu kelompok ggn jiwa dengan gambaran utama tdptnya ggn mood yg disertai dengan sindroma man

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah

DEPRESI. Oleh : dr. Moetrarsi, SKF, DTM&H, SpKJ

BAB 1 PENDAHULUAN. sisiokultural. Dalam konsep stress-adaptasi penyebab perilaku maladaptif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penjelasan dari individu dengan gejala atau gangguan autisme telah ada

LAMPIRAN. Depresi. Teori Interpersonal Depresi

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Gangguan bipolar menurut Diagnostic and Statistical Manual of

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga

Jika ciprofloxacin tidak sesuai, Anda akan harus minum antibiotik lain untuk menghapuskan kuman meningokokus.

BAB 1 PENDAHULUAN. perilaku berkaitan dengan gangguan fungsi akibat gangguan biologik, sosial,

Gangguan Mental Terkait Trauma. Pusat Kajian Bencana dan Tindak Kekerasan Departemen Psikiatri FKUI/RSCM

BAB I PENDAHULUAN. kualitas yang melayani, sehingga masalah-masalah yang terkait dengan sumber

Gangguan makan. Anorexia nervosa Bulimia nervosa Gangguan binge-eating Reverse anorexia

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

Oleh: Raras Silvia Gama 082011101038 Pembimbing: dr. Justina Evy Tyaswati, Sp. KJ SMF Ilmu Kesehatan Jiwa RSD dr.soebandi Fakultas Kedokteran Universitas Jember 2013

Gangguan Obsesif-kompulsif Gangguan Obsesif-Kompulsif (Obsessive Compulsive Disorder/OCD) adalah gangguan kecemasan yang ditandai oleh pikiran-pikiran obsesif yang persisten dan disertai tindakan kompulsif. Gangguan Obsesif-kompulsif membutuhkan adanya obsesi atau kompulsi yang merupakan sumber gangguan atau kerusakan yang signifikan dan bukan karena gangguan mental lainnya

Gangguan Obsesif-kompulsif Gangguan Obsesif-Kompulsif diklasifikasikan dalam Diagnostik and Statistic Manual of Mental Disorders, Fourth Edition, Text Revision (DSM IV TR) sebagai gangguan kecemasan

EPIDEMIOLOGI Untuk orang dewasa, laki-laki dan wanita prevalensinya sama; untuk remaja, laki-laki lebih sering terkena gangguan obsesifkompulsif dibandingkan perempuan Usia rata-rata terjadinya onset berkisar antara usia 22-36 tahun. Pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif umumnya dipengaruhi oleh gangguan mental lain. Prevalensi seumur hidup untuk gangguan depresif berat pada pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif adalah kira-kira 67 % dan untuk fobia sosial adalah kira-kira 25%

Obsesi Definisi: - Ide atau bayangan mental yang mendesak ke dalam pikiran secara berulang. - Hal yang mengganggu, berulang, ide-ide yang tidak diinginkan pikiran, atau impuls yang sulit untuk diberhentikan meskipun mengganggu alam sadar mereka. Pikiran atau bayangan obsesif dapat berupa kekhawatiran yang biasa hingga fantasi yang aneh dan menakutkan.

Kompulsi Definisi: - Dorongan atau impuls yang tidak dapat ditahan untuk melakukan susuatu. - Perilaku yang dilakukan berulang, baik yang dapat diamati ataupun secara mental yang dilakukan untuk mengurangi kecemasan yang ditimbulkan oleh obsesi.

Obsesi Perhatian terhadap kebersihan (kotoran, kuman, kontaminasi) Perhatian pada ketepatan Perhatian pada peralatan rumah tangga (piring, sendok) Perhatian terhadp sekresi tubuh (ludah, feses, urin) Kompulsi Ritual mandi, mencuci dan membersihkan yang berlebihan Ritual mengatur posisi yang berlebihan Memeriksa berulang-ulang Ritual menghindari kontak dengan sekret tubuh, menghindari sentuhan Obsesi religius Ritual keagamaan yang berlebihan (berdoa sepanjang hari) Obsesi seksual (nafsu seksual atau tindakan seksual yang agresif) Ritual berhubungan seksual yang kaku Obsesi kesehatan (sesuatu yang buruk bisa terjadi dan menimbulkan kematian) Obsesi ketakutan (menyakiti diri sendiri atau orang lain) Pemikiran mengganggu tentang suara, kata-kata atau musik Ritual berulang pemeriksaan tanda vital berulang, diet yang terbatas, mencari informasi tentang kesehatan dan kematian Pemeriksaan pintu, kompor, gembok, secara berulang Menghitung, berbicara, menulis, yang berlebihan

ETIOLOGI 1. Aspek Biologis > Neurotransmitter A. Sistem Serotoninergik Terdapat hipotesis mengenai disregulasi serotonin dalam kaitannya terhadap gejala obsesif-kompulsif. Banyak data yang menunjukkan obat serotonergik lebih efektif dibandingkan obat lain yang juga mempengaruhi neurorotransmitter. Kesimpulan pasti keterlibatan serotonin dalam terjadinya Obsesif-kompulsif masih belum pasti.

ETIOLOGI 1. Aspek Biologis > Neurotransmitter B. Sistem Noradrenergik Bukti pasti mengenai disfungsi fungsi noradrenergik dalam terjadinya Obsesifkompulsif masih kurang. Terdapat laporan mengenai penggunaan Clonidine oral yang bisa menurunkan gejala.

ETIOLOGI 1. Aspek Biologis > Neurotransmitter C. Sistem Neuroimunologi Terdapat hipotesis antara infeksi Streptococcus B hemoliticus penyebab demam rematik dengan gejala Obsesif-kompulsif. Terdapat beberapa laporan yang menyebutkan bahwa 10-30% pasien dengan demam reumatik mengalami Sydenhamm s chorea dan Gangguan Obsesif-kompulsif D. Genetik

ETIOLOGI 2. Psikologis - Gangguan Obsesif-kompulsif menyetarakan pikiran dengan tindakan atau aktivitas tertentu yang dipresentasikan oleh pikiran, disebut fusi pikiran dan tindakan (though action fusion) - Penyebab: rasa tangggung jawab berlebihan, rasa bersalah berlebihan, dan adanya niat jahat.

ETIOLOGI 3. Faktor Psikososial Regresi fase anal dalam masa perkembangan Mekanisme pertahanan psikologis mungkin memegang peranan pada beberapa manifestasi gangguan obsesif kompulsif. Represi perasaan marah terhadap seseorang mungkin menjadi alasan timbulnya pikiran berulang untuk menyakiti orang tersebut.

DIAGNOSIS Diagnosis obsesif-kompulsif didasarkan atas gejala klinisnya Pasien dengan Gangguan Obsesif-kompulsif biasanya menunjukkan wawasan dan menyadari bahwa perilaku mereka tidak normal atau tidak logis.

DIAGNOSIS Diagnosis pasti>>berdasarkan PPDGJ III : gejala harus ada hampir setiap hari selama 2 minggu berturut-turut. Hal tersebut merupakan sumber penderitaan (distress) atau mengganggu aktivitas penderita.

DIAGNOSIS Gejala gejala obsesif harus mencakup hal-hal berikut: a. Harus disadari sebagai pikiran atau impuls diri sendiri. b. Setidaknya satu pikiran atau tindakan yang tidak berhasil dilawan, meskipun ada lainnya yang tidak lagi dilawan oleh penderita.

DIAGNOSIS c. Pikiran untuk melakukan tindakan tersebut di atas bukan merupakan hal yang memberi kepuasan atau kesenangan (sekedar perasaan lega dari ketegangan atau anxietas, tidak dianggap sebagai kesenangan seperti dimaksud diatas. d. Gagasan, bayangan pikiran, atau impuls tersebut harus merupakan pengulangan yang tidak menyenangkan.

DIAGNOSIS Menurut DSM IV, gejala gejala kompulsi harus memenuhi kriteria: Individu melakukan perilaku berulang (mencuci tangan, pemesanan, memeriksa) atau tindakan mental (berdoa, menghitung, mengulang kata diam-diam) dalam menanggapi obsesi dan bukan dikarenakan efek fisiologis suatu zat atau kondisi medis umum. Perilaku/tindakan mental digunakan untuk mencegah atau mengurangi gangguan atau mencegah peristiwa yang dicemaskan Pasien mengetahui bahwa obsesi maupun kompulsi itu berlebihan atau tidak masuk akal (tidak berlaku untuk anakanak)

DIAGNOSIS obsesi ataupun kompulsi menimbulkan penderitaan yang memakan waktu (>1jam/hari) atau secara signifikan mengganggu rutinitas normal Jika Axis I lainnya muncul isi dari obsesi atau kompulsi tidak terbatas pada itu saja Gangguan ini tidak terjadi karena pengaruh langsung zat psikotik atau kondisi medis tertentu Spesifikasi tambahan dengan tilikan rendah dibuat bagi seseorang dengan gangguan obsesif kompulsif jika dalam suatu periode panjang orang tersebut tidak mengenali bahwa gejala tersebut berlebihan atau tidak masuk akal.

DIAGNOSIS Ada kaitan erat antara gejala obsesif, terutama pikiran obsesif dengan gejala depresi. Penderita obsesif-kompulsif seringkali juga menunjukkan gejala depresi, dan sebaliknya penderita gangguan depresi berulang dapat menunjukkan pikiran-pikiran obsesif selama periode depresifnya. Diagnosis gangguan obsesif-kompulsif ditegakkan hanya bila tidak ada ganggaun depresi pada saat gejala obsesif-kompulsif timbul Bila dari keduanya tidak ada gejala yang menonjol, maka lebih baik menganggap depresi sebagai diagnosis yang primer.

DIAGNOSIS Klasifikasi Diagnosis Menurut PPDGJ III: F42 Gangguan Obsesif-Kompulsif F42.0 Predominan Pikiran Obsesif atau Pengulangan F42.1 Predominan Tindakan Kompulsi F42.2 Campuran Pikiran dan Tindakan Obsesif F42.8 Gangguan Obsesif Kompulsif Lainnya F42.9 Gangguan Obsesif Kompulsif Yang Tidak Tergolongkan

42.0 Predominan Pikiran Obsesif atau Pengulangan Pedoman Diagnostik: - Keadaan ini dapat berupa : gagasan, bayangan pikiran atau impuls (dorongan perbuatan), yang sifatnya mengganggu (ego alien). - Meskipun isi pikiran tersebut berbeda beda, umumnya hampir selalu menyebabkan penderitaan (distress).

F42.1 Predominan Tindakan Kompulsi Pedoman Diagnostik: - Umumnya tindakan kompulsif berkaitan dengan : kebersihan (khususnya mencuci tangan), memeriksa berulang untuk meyakinkan bahwa suatu situasi yang dianggap berpotensi bahaya tidak terjadi atau masalah kerapihan dan keteraturan. - Hal tersebut dilatar belakangi perasaan takut terhadap bahaya yang mengancam dirinya atau bersumber dari dirinya dan tindakan ritual tersebut merupakan ikhtiar simbolik dan tidak efektif untuk menghindari bahaya tersebut. - Tindakan ritual kompulsif tersebut menyita waktu sampai beberapa jam dalam sehari dan kadang kadang berkaitan dengan ketidakmampuan mengambil keputusan dan kelambanan.

F42.2 Campuran Pikiran dan Tindakan Obsesif Pedoman Diagnostik: - Kebanyakan dari penderita penderita obsesif kompulsif memperlihatkan pikiran serta tindakan kompulsif. Diagnosis ini digunakan bilamana kedua hal tersebut sama sama menonjol, yang umumnya memang demikian. - Apabila salah satu memang jelas lebih dominan, sebaiknya dinyatakan dalam diagnosis F42.0 atau F42.1. Hal ini berkaitan dengan respon yang berbeda terhadap pengobatan. Tindakan kompulsif lebih responsif terhadap terapi perilaku.

PENATALAKSANAAN Beberapa terapi untuk penatalaksanaan gangguan obsesif kompulsif antara lain: 1. Terapi farmakologi (farmakoterapi) 2. Psikoterapi suportif > Terapi tingkah laku (psikoterapi) Kombinasi kedua bentuk terapi tersebut memberikan hasil yang lebih efektif daripada terapi tunggal

FARMAKOTERAPI Kelompok obat obatan yang terbukti efektif untuk terapi pada pasien gangguan obsesif kompulsif adalah 1. SSRI (fuoxetine, fluvoxamine, paroxetine, setraline) 2. TCA > Clomipramine (Analafril) 3. MAOI s (phenelzine,tranylcipromine, isocarboxazid) - Pemberian MAOI s harus diikuti pantangan makan berkeju, anggur merah, pil KB, analgesik, obat alergi dan suplemen. - Kontraindikasi MAOI s: tekanan darah tinggi. - MAOI s jarang digunakan

PSIKOTERAPI SUPORTIF Tujuan: 1. Menguatkan daya tahan mental yang ada 2. Mengembangkan mekanisme baru dan lebih baik untuk mempertahankan kontrol diri 3. Mengembalikan keseimbangan adaptif. Cara: 1. Persuasi 2. Bimbingan dan penyuluhan 3. Terapi kerja 4. Hipno-terapi 5. Psikoterapi kelompok 6. Terapi perilaku

Terapi Tingkah Laku (PSIKOTERAPI) >> Baku emas terapi tingkah laku untuk gangguan obsesif kompulsif meliputi paparan dan pencegahan ritual (aktivitas). Cara: pasien dipaparkan dengan stimuli yang memprovokasi obsesinya, misalnya dengan menyentuh objek yang terkontaminasi. pasien ditahan untuk tidak kompulsi misalnya menunda mencuci tangan. Terapi tingkah laku ini dimulai dengan pasien membuat daftar tentang obsesinya kemudian diatur sesuai hierarki mulai dari yang kurang membuat cemas sampai yang paling membuat cemas. Dengan melakukan paparan berulang terhadap stimulus diharapkan akan menghasilkan kecemasan yang minimal karena adanya habituasi.

PROGNOSIS 1. 20 30% pasien menunjukkan perubahan gejala yang signifikan. 2. 40 50% menunjukkan perubahan sedang, 3. Sekitar 20 40% tetap terganggu bahkan bertambah parah.

PROGNOSIS Kondisi yang dapat memperburuk prognosis gangguan obsesif kompulsif : - pasien tidak mampu menahan dorongan kompulsi - onset pada masa kecil - kompulsi yang aneh atau kacau - pasien rawat inap disertai gangguan depresi berat - keyakinan delusional atau gangguan skizotipal - tidak respon atau menolak terapi yang dianjurkan. Prognosis pasien dinyatakan baik apabila: - kehidupan sosial dan pekerjaan baik - adanya stressor dan gejala yang bersifat periodik.

Terima Kasih