BAB I PENDAHULUAN. dapat tercapinya pembangunan sarana dan prasarana yang dibutuhkan. melaksanakan kewajiban perpjakannya.setelah adanya tax reform,

dokumen-dokumen yang mirip
kesadaran masyarakatnya dalam mematuhi aturan-aturan yang ditentukan oleh pelayanan dan fasilitas umum maupun penyediaan biaya bagi pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. Sebagai negara berkembang Negara Republik Indonesia tengah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ) PKLM adalah suatu kegiatan yang dilakukan mahasiswa secara mandiri yang

BAB I PENDAHULUAN. Administrasi Perpajakan dan mata kuliah yang harus dicapai oleh setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ditingkatkan sehingga pembangunan nasional dapat dilaksanakan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Negara pada dasarnya adalah sebuah rumah tangga yang besar, dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. mungkin hidup tanpa adanya masyarakat. Negara adalah masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. dimanfaatkan untuk melaksanakan dan meningkatkan pembangunan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. belum satu satunya. Dari berbagai alasan pengenaan pajak, kebijakan pajak di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB I PENDAHULUAN. H. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Utara, oleh sebab itu mahasiswa/i diwajibkan untuk melakukan riset dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik kerja Lapangan Mandiri. memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. besar pula dalam menjalankan fungsi kenegaraannya.sebagai Negara yang

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Dalam rangka mewujudkan cita-cita pembangunan nasional Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ) untuk mewujudkannya. Untuk menanggulangi dana yang cukup besar itu,

BAB I PENDAHULUAN. anggaran dana yang besar. Dana tersebut diperoleh dari penerimaan dalam negeri dan

BAB I PENDAHULUAN. di lapangan yang secara langsung berhubungan dengan teori-teori keahlian yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) langsung dapat membimbing kita kedalam dunia kerja nyata guna memberikan

BAB I PENDAHULUAN. satu-satunya. Dari berbagai alasan pengenaan pajak, kebijakan pajak di Indonesia akhir-akhir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Pajak merupakan sumber penerimaan yang paling potensial di Indonesia.

BAB IV ANALISA DATA EVALUASI DATA.47. Belawan 47. Paksa Surat Paksa.57 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan..59. B. Saran...

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Pada dasarnya Negara adalah sebuah rumah tangga yang besar, dan

BAB I PENDAHULUAN. Politik Universitas Sumatera Utara. Karena sifatnya untuk memberikan dan belajar keahlian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ) Pembangun Nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus-menerus dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Sebagai salah satu negara berkembang Indonesia sedang melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Praktik kerja lapangan ini adalah salah satu mata kuliah yang harus diambil

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. perpajakan, termasuk pemungutan pajak atau pemotongan pajak tertentu.

BAB II LANDASAN TEORI. Berikut ini beberapa pengertian pajak menurut beberapa ahli, salah. satunya menurut R. Santoso Brotodiharjo sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) tujuan pembangunan tersebut. Untuk mencapai pembangunan itu maka pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) pembangunan Nasional. Untuk itu perlu adanya peningkatan kesadaran dan

yang berlandaskan pada Undang-undang Dasar 1945 dan berasaskan Pancasila. baik dari segi infrastruktur maupun pada sektor pelayanan masyarakat tak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) (APBN) terbesar. Hal ini sesuai dengan kebijaksanaan pemerintahan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Saat ini status Indonesia masih menjadi negara berkembang, yang dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang melakukan pembangunan disegala bidang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. selalu melakukan pembangunan guna kemajuan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) salah satu kota terbesar di Indonesia, tidak luput dari keikutsertaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang potensial bagi negara

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. dianggap mampu mencerminkan kerjasama nasional. Dalam hal pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Pajak merupakan sumber utama penerimaan pendapatan Negaraterbesar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. memenuhi pembangunan nasional secara merata, yang dapat meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. rakyat pada kas negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan)

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) untuk menjembatani antara dunia pendidikan dengan dunia kerja yang

BAB I PENDAHULUAN. adalah Self Assessment System yang berarti wajib pajak diberi kepercayaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Negara dalam menjalankan tugas rutin dan pembangunan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Direktorat Jenderal Pajak telah melakukan berbagai terobosan yang sangat

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. pajak, tentunya perlu dipahami dulu apa yang dimaksud dengan pajak.

BAB II LANDASAN TEORI. rakyat kepada Negara berdasarkan Undang-Undang yang dapat dipaksakan. ditunjuk atau digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. ini pemungutnya dilaksakan oleh Pemerintah Pusat khususnya Depertemen

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengatur keseimbangan kehidupan perekonomian dan pemanfaatan dana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Untuk menyukseskan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) Sebagai mahluk hidup dan juga sosial manusia memerlukan fasilitas-fasilitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus

BAB I PENDAHULUAN. agar dapat bersaing dengan negara-negara lain. Dalam hal ini peran masyarakat Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan. Pembangunan tersebut untuk mensejahterakan rakyat indonesia

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Istilah pajak berasal dari bahasa Jawa yaitu ajeg yang berati pungutan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM ) bebas yang menyeluruh (global). Negara Indonesia berusaha segiat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. Dimana setiap warga negara yang memenuhi syarat secara hukum, wajib untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) pada pembangunan di masing-masing daerah. Terutama kota Medan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. memperhatikan masalah pembiayaan dan pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Negara Republik Indonesia berlandaskan Pancasila dan Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kebudayaan manusia dalam era globalisasi menuntut

BAB I PENDAHULUAN. atas hukum yang berlaku di Indonesia dalam bentuk ketidakpatuhan dalam. mana ini nantinya akan merugikan masyarakat sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Peranan pajak sebagai penerimaan dalam negeri semakin besar, hal ini di

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendanai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), hal tersebut

Sejak dilakukan reformasi perpajakan pada tahun 1983 yang ditandai dengan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. peraturan perundang-undangan tanpa imbalan jasa secara langsung untuk. membiayai penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia adalah sebuah negara berkembang yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. Peranan penerimaan dalam negeri sangatlah penting dalam mensukseskan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan iuran warga negara kepada negara yang akan digunakan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTEK KERJA LAPANGAN MANDIRI. Praktik Kerja Lapangan Mandiri adalah kegiatan yang dilakukan

BAB II LANDASAN TEORI. Berdasarkan pasal 1 undang undang No.6 tahun 1983 tentang kententuan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang berasal dari hasil Pajak Daerah. Pajak

BAB I PENDAHULUAN. yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. disebabkan masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui dengan baik

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dana untuk pembiayaan pembangunan guna mencapai tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang tentunya akan terus-menerus

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang taat pajak. Hal tersebut dapat dilihat dari semakin tingginya

BAB I PENDAHULUAN. pembinaan terhadap Wajib Pajak dalam melakukan kewajiban perpajakannya. Oleh

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

BAB I PENDAHULUAN. Pemungutan pajak di Indonesia mengacu pada sistem self assessment. Self assessment

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan terbesar bagi negara yang memiliki kontribusi untuk menunjang pembangunan yang sedang dilaksanakan bangsa Indonesia. Sehingga semakin besar pajak yang diterima maka akan semakin baik pula kondisi keuangan negara dan juga dapat tercapinya pembangunan sarana dan prasarana yang dibutuhkan masyarakat. Jadi diperlukan kesadaran dari rakyat/wajib pajak untuk melaksanakan kewajiban perpjakannya.setelah adanya tax reform, pembayaran pajak di Indonesia menganut sistem Self Assessment, yang berarti wajib pajak memiliki kewenangan untuk menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri pajak terutangnya ke Kantor Pos atau Bank Persepsi yang dipilih oleh Kantor Pelayanan Pajak.Dengan sistem pembayaran pajak Self Assessment ini diharapkan wajib pajak memiliki kesadaran dan kejujuran yang tinggi untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya dan menyadari pentingnya membayar pajak. Namun pada kenyataannnya masih banyak wajib pajak yang tidak melaksanakan kewajiban perpjakannya dengan benar yang menyebabkan pendapatan negara disektor perpajakan menjadi tidak baik. Masih banyak wajib pajak yang tidak melaporkan dan menyembunyikan hartanya bahkan tidak melunasi utang pajaknya sehingga sering terjadi tunggakan pajak

yang menyebabkan pendapatan negara berkurang. Oleh sebab itu diperlukan juga peran serta pemerintah / fiskus dalam membina, meneliti dan mengawasi setiap pelaksanaan kewajiban perpajakan yang dilakukan oleh wajib pajak.apabila terjadi penyimpangan pembayaran pajak fiskus berhak untuk melakukan tindakan-tindakan tegas untuk mencegah penyimpangan itu terjadi termasuk dalam memberikan sanksi terhadap wajib pajak dan juga dalam hal melakukan penyitaan. Adapun maksud dari penyitaan yang dilakukan oleh jurusita adalah untuk memperoleh jaminan pelunasan utang pajak dari wajib pajak.oleh karena itu, penyitaan dapat dilakukan terhadap semua barang wajib pajak baik yang berada di dalam daerah kerja KPP maupun di luar wilayah kerja KPP yang bersangkutan dan prinsip penyitaan dilakukan terhadap sejumlah barang yang bergerak maupun yang tidak bergerak. Sebagai contoh, dimisalkan Tuan Adam wajib pajak Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur yang bertempat tinggal di kecamatan Medan Perjuangan dilakukan penyitaan oleh Juru Sita Pajak atas utang pajaknya sebesar Rp. 350.000.000,00. Setelah melakukan penyitaan Juru Sita Pajak (JSP) membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita (BAPS) dimana berita acara ini harus ditandatangani oleh JSP, saksi dan wajib pajak.namun Tuan Adam tidak mau menandatangani Berita Acara Pelaksanaan Sita tersebut. Maka hal apa yang akan dilakukan oleh Juru Sita Pajak dalam kasus tersebut. Apabila Tuan Adam tidak menandatangani Berita Acara Pelaksanaan Sita Tersebut.

Oleh karena itu, dari kejadian diatas penulis tertarik untuk memahami dan mepelajari upaya-upaya apa saja yang dilakukan Juru Sita Pajak dalam menghadapi kendala-kendala tersebut. Dan pada kesempatan kali ini, penulis ingin membahas dan mengangkatnya menjadi sebuah karya ilmiah yang berjudul : PELAKSANAAN PROSEDUR PENYITAAN BARANG WAJIB PAJAK AKIBAT UTANG PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN TIMUR. B. Tujuan dan Manfaat Penulisan 1. Tujuan Penulisan Adapun tujuan tulisan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut : (a) Untuk mengetahui penyebab timbulnya penyitaan yang dilakukan oleh Juru Sita Pajak terhadap harta / kewajiban wajib pajak (b) Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi oleh fiskus dalam menjalankan pelaksanaan penyitaan (c) Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan oleh fiskus dalam mengatasi kendala-kendala yang terjadi dalam pelaksanaan penyitaan (d) Untuk mengetahui pelaksanaan prosedur penyitaan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur 2. Manfaat Penulisan (a) Bagi Mahasiswa 1) Memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada program studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU

2) Memperoleh pengalaman, menambah, serta mengaplikasikan ilmu pengetahuan khususnya tentang perpajakan pada dunia kerja secara nyata 3) Melatih kemampuan diri agar dapat mengatasi kondisi berbeda antara teori di bangku kuliah dengan kenyataan di lapangan. 4) Dapat mengetahui dan mengembangkan kemampuan pribadi dengan ilmu yang dimiliki (b) Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur 1) Sebagai sarana mempererat hubungan yang positif antara Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur dengan lembaga pendidikan khususnya 2) Membantu membentuk jiwa kerja yang unggul dan tenaga-tenaga yang terampil yang sesuai dengan keahliannya yang nantinya merupakan tenaga ahli yang siap pakai sesuai dengan bidang ilmu yang ditekuni (c) Bagi Program Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU 1) Guna meningkatkan profesionalisme, memperluas wawasan serta memantapkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam menerapkan ilmunya khususnya dibidang perpajakan 2) Sebagai pengenalan antara mahasiswa dengan Kantor Pelayanan Pajak Pratama dalam memberikan uji nyata mengenai pengetahuan yang diterima mahasiswa dalam peningkatan kreatifitas pribadi mahasiswa

3) Mempererat hubungan antara khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan dengan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur 4) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang dihasilkan dari lembaga pendidikan nasional khususnya Universitas Sumatera Utara C. Uraian Teoritis 1. Defenisi Pajak 1 Pengertian Pajak menurut Undang-undang pasal 1 angka 1 Undang- Undang nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah beberapa kali dengan Undang- Undang nomor 16 tahun 2009, sebagai berikut: Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. 2 Menurut Rochmat Soemitro (dalam Resmi,2014:1) pengertian pajak adalah sebagai berikut: Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa imbalan (kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. 1 Undang-Undang nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah beberapa kali dengan Undang-Undang nomor 16 tahun 2009 2 Resmi,Siti.2014.Perpajakan Teori dan Kasus.Salemba Empat,Jakarta

Dari pengertian-pengertian diatas, dapat disimpulkan ciri-ciri pajak yang melekat dalam pengertian pajak diatas sebagai berikut: 1) Pajak peralihan kekayaan dari orang/badan ke pemerintah 2) Pajak dipungut berdasarkan/dengan kekuatan undang-undang serta aturan pelaksanaannya, sehingga dapat dipaksakan 3) Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi langsung secara individual yang diberikan oleh pemerintah 4) Pajak dipungut oleh negara baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah 5) Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila dari pemasukannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk membiayai public investment. 6) Pajak dapat digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu dari pemerintah 7) Pajak dapat dipungut secara langsung atau tidak langsung 2. Pengertian Penanggung Pajak, Penagihan Pajak, Juru Sita Pajak, dan Penyitaan Pajak a) Pengertian Penanggung Pajak Menurut Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000, disebutkan bahwa Penanggung Pajak (PP) adalah orang pribadi atau badan yang bertanggung jawab atas pembayaran pajak, termasuk wakil yang

menjalankan hak dan memenuhi kewajiban wajib pajak menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. b) Pengertian Penagihan Pajak Menurut Pasal 1 ayat 9 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000. Penagihan Pajak adalah serangkaian tindakan agar PP melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan cara menegur atau meperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan surat paksa, mengusulkan pencegahan keluar negeri, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan, dan menjual barang disita (lelang). c) Pengertian Juru Sita Pajak Menurut Pasal 1 ayat 6 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000. Juru Sita Pajak adalah pelaksana tindakan penagihan seketika dan sekaligus, pemberitahuan SP, Penyitaan dan Penyanderaan. d) Pengertian Penyitaan Pajak Menurut Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000. Penyitaan adalah tindakan jurusita pajak untuk menguasai barang penanggung pajak yang dapat

digunakan sebagai jaminan untuk melunasi utang pajak menurut peraturan perundang-undangan. D. Ruang Lingkup Adapun yang menjadi ruang lingkup dalam Tugas Akhir ini adalah: 1) Penyebab timbulnya penyitaan yang dilakukan oleh Juru Sita Pajak terhadap harta/kewajiban wajib pajak 2) Kendala yang dihadapi fiskus dalam melaksanakan penyitaan tersebut 3) Upaya-upaya yang dilakukan oleh fiskus dalam mengatasi kendalakendala yang terjadi dalam pelaksanaan penyitaan 4) Pelaksanaan prosedur penyitaan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur E. Metode Penulisan Dalam melasanakan Metode dan teknik penulisan Tugas Akhir maka penulis melakukan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Tahap Persiapan Yaitu kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa sebelum melakukan penelitian ke objek lokasi yang meliputi kegiatan seperti pemilihan objek dan lokasi penelitian, pengajuan judul, penentuan judul, penentuan dosen pembimbing, penyusunan proposal, diskusi dan konsultasi dengan dosen pembimbing, dan pengajuan surat izin ke lokasi penelitian dari pihak Fakultas atau Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.

2) Studi Literatur Merupakan kegiatan studi mencari data serta informasi-informasi dengan membaca landasan teori, menelaah buku-buku literatur, Peraturan perundang-undangan dibidang perpajakan, Peraturan Pemerintah, majalah, surat kabar, internet, catatan-catatan, maupun bahasa yang tertulis yang behubungan secara langsung dengan kegiatan tugas akhir 3) Pengumpulan Data Didalam melaksanakan laporan Tugas Akhir, penulis juga mengumpulkan data yang diperlukan dari kegiatan penelitian.data tersebut diperoleh baik dari hal-hal yang sudah dilihat dan tentu saja dari data-data yang sudah diberikan pihak Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur baik yang tertulis maupun yang secara lisan. Metode Pengumpulan data terdiri dari dua, yaitu: (a) Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung.contoh : data primer yang diperoleh dari responden melalui kuisioner, kelompok fokus dan panel, atau juga data hasil wawancara peneliti dengan narasumber (baik fiskus maupun wajib pajak). (b) Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah ada.contoh data sekunder misalnya catatan atau dokumentasi perusahaan berupa absensi, gaji, laporan keuangan publikasi perusahaan, laporan pemerintah, data yang diperoleh dari majalah, dan lain sebagainya.

4) Analisa dan Evaluasi Setelah data yang diperlukan telah terkumpul secara lengkap maka penulis dapat menganalisa dan mengevaluasi data atau keterangan mengenai Prosedur Penyitaan Barang Wajib Pajak AkibatUtang Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur. F. Metode Pengumpulan Data Adapun cara-cara pengumpulan data diatas adalah sebagai berikut : 1) Wawancara Melalui metode ini penulis melakukan wawancara langsung dengan pihakpihak yang berkompeten dibidangnya, serta pihak-pihak lain yang dianggap memiliki pengetahuan tentang permasalahan yang diajukan penulis. 2) Dokumentasi Pengumpulan daftar-daftar dokumentasi yang diperlukan dalam instansi yang bersangkutan untuk menambah objektifitas yang diperlukan untuk melengkapi laporan Tugas Akhir. G. Sistematika Penulisan Dalam pembahasan penulisan laopran ini penulis menyajikan pembahasan ke dalam lima bab yang terdiri dari: BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini diberikan gambaran mengenai keseluruhan isi laporan ini. Bab ini terdiri dari Latar Belakang, Tujuan dan

Manfaat Penulisan, Uraian Teoritis, Ruang Lingkup, Metode Penulisan, Metode Pengumpulan Data, Sistematika Penulisan. BAB II GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA MEDAN TIMUR Pada bab ini penulis akan menjelaskan tentang sejarah umum Direktorat Jenderal Pajak, Sejarah Singkat berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur, Visi, Misi, Struktur Organisasi, Tugas dan Fungsi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur BAB III GAMBARAN DATA Pada bab ini penulis akan menguraikan tentang ketentuanketentuan mengenai perpajakan, kewajiban kewajiban perpajakan, dasar-dasar penagihan pajak, tata cara penerbitan surat teguran dan surat paksa, Tugas dan Wewenang Juru Sita Pajak dan Ketentuan mengenai Penyitaan. BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI DATA Pada bab ini penulis akan menganalisa tentang penyebab timbulnya penyitaan, kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan penyitaan, upaya-upaya yang dilakukan dalam mengatasi kendala dalam penyitaan, dan prosedur penyitaan.

BAB V PENUTUP Pada bab ini penulis akan mengemukakan dua hal yaitu kesimpulan dan saran dari masalah yang dibahas pada bab - bab sebelumnya.