RINGKASAN PENDAHULUAN

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Protein berperan penting untuk perkembangan kecerdasan otak,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Peternakan babi berperan penting dalam meningkatkan perekonomian

METODELOGI PENELITIAN

I. PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. rata-rata konsumsi daging sapi selama periode adalah 1,88

PUDJI KURNIADHI Balm Penelitiun 6%eteriner, Balui Penelitian Veieriner,.l1. R.E. Martadinata 30 Bo,zor, ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Maternal antibodi atau yang bisa disebut maternally derived antibodies atau

Deskripsi. IMUNOGLOBULIN YOLK (IgY) ANTI Canine parvovirus MURNI UNTUK TERAPI INFEKSI VIRUS PARVO PADA ANJING

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...

AKABANE A. PENDAHULUAN

umum digunakan untuk brucellosis yang di Indonesia umumnya menggunakan teknik Rose Bengal Plate Test (RBPT), Serum Agglutination Test (SAT), dan Compl

METODOLOGI PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian. sapi secara maksimal masih terkendala oleh lambatnya pertumbuhan populasi sapi

PERBANDINGAN UJI HI DAN ELISA UNTUK MENGUKUR MATERNAL ANTIBODI ND PADA ANAK AYAM

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan September-Oktober 2013.

PENYAKIT STRATEGIS RUMINASIA BESAR DAN SITUASINYA DI KALIMANTAN TIMUR

STATUS KEBAL TERNAK SAPI PASKA VAKSINASI INFECTIOUS BOVINE RHINOTRACHEITIS (IBR) INAKTIF DI LAPANGAN

Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian 2006 MATERI DAN METODA Vaksin ND ( Newcastle Diseases ) Vaksin ND yang dipergunakan terdiri dari a Ga

TITER ANTIBODI PROTEKTIF TERHADAP NEWCASTLE DISEASE PADA BURUNG UNTA (STRUTHIO CAMELUS)

MATERI DAN METODA Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Penelitian Hewan Percobaan Vaksin AI-ND Pakan Kandang dan Perlengkapannya

BAB III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang secara ekonomi paling penting pada babi di dunia (Fenner et al., 2003)

MATERI DAN METODA. Kandang dan Perlengkapannya Pada penelitian ini digunakan dua kandang litter sebesar 2x3 meter yang

PENGENDALIAN PENYAKIT BRUCELLOSIS DI KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2017

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pertama kali saat terjadinya perang di Crimea, Malta pada tahun Gejala

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis, yaitu bakteri berbentuk batang (basil)

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat E. ictaluri Ikan Lele ( Clarias sp.)

INFEKSI VIRUS TRANSMISSIBLE GASTROENTERITIS PADA BABI

Deteksi Antibodi Terhadap Virus Avian Influenza pada Ayam Buras di Peternakan Rakyat Kota Palangka Raya

SCREENING IBR DAN DIFERENSIAL LEUKOSIT UNTUK PENGENDALIAN GANGGUAN REPRODUKSI SAPI PO DI DAERAH INTEGRASI JAGUNG-SAPI. Bogor, 8-9 Agustus 2017

BAB I PENDAHULUAN. termasuk dalam subfamily Paramyxovirinae, family Paramyxoviridae (OIE, 2009).

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus

HASIL DAN PEMBAHASAN

NEWCASTLE DISEASE VIRUS,,,, Penyebab Newcastle Disease. tahukan Anda???? Margareta Sisca Ganwarin ( )

AVIAN INFLUENZA. Dr. RINALDI P.SpAn Bagian Anestesi/ICU Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof.DR.Sulianti Saroso

Lilis Sri Astuti, Istiyaningsih, Khairul Daulay, Sarji, Deden Amijaya, Neneng Atikah, Meutia Hayati, Ernes Andesfha

BAB III VIRUS TOKSO PADA KUCING

KAJIAN SEROLOGIS BOVINE VIRAL DIARRHEA (BVD) PADA SAPI POTONG IMPOR DI DAERAH JAWA BARAT MAYANG SUCI SEPTIAWATY

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu sumber protein yang baik dikonsumsi oleh

LAPORAN GAMBARAN DURATION OF IMMUNITY VAKSIN RABIVET 92. Pusat Veterinaria Farma ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Letak geografis Kecamatan Kuta Selatan berada di ketinggian sekitar 0-28 meter di

Pengambilan dan Pengiriman Sampel

METODOLOGI UMUM. KAJIAN ECP BAKTERI S. agalactiae MELIPUTI

Lokakarya Fungsional Non Peneliti 1997 Tabel 1. Pengambilan sampel anak sapi diare dan anak sapi tidak diare Peternakan Batu Raden Sukabumi (A) Bandun

The Influence of Body Condition Score in Late Pregnancy on Protein Colostrum Total and Content of Friesian Holstein Cows

MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS

Tenet Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian 2006 Bakteriologi (9 uji) ; Patologi (4 uji) ; Toksikologi (2 uji) ; Mikologi (3 uji) dan Parasitolo

tudi Epidemiologi Penyakit Tuberculosis pada Populasi Sapi di Peternakan

PENGAMBILAN DAN PENGIRIMAN SAMPEL

Imunisasi Hepatitis B Manfaat Dan Kegunaannya Dalam Keluarga

METODE PENELITIAN. Metode Penelitian

RESPON IMUN ANAK BABI PASCA VAKSINASI HOG CHOLERA DARI INDUK YANG TELAH DIVAKSIN SECARA TERATUR ABSTRAK

Buletin Veteriner, BBVet Denpasar, Vol. XXVI, No. 84, Juni 2014 ISSN : X

PENDAHULUAN. Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun Jumlah (ekor) Frekuensi

BAB I PENDAHULUAN. Bakteri Escherichia coli merupakan bakteri yang umum menghuni usus

BAB I PENDAHULUAN. Budidaya lele dumbo tergolong mudah dan pertumbuhannya relatif cepat.

Bakteri Coliform dan Non Coliform yang Diisolasi dari Saluran Pernapasan Sapi Bali

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), bersifat endemis, dan masih

SURVEILANS DAN MONITORING SEROLOGI SE DI WILAYAH KERJA BBVET DENPASAR TAHUN

SITUASI RABIES DI BEBERAPA WILAYAH INDONESIA TIMUR BERDASARKAN HASIL DIAGNOSA BALAI BESAR VETERINER MAROS

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengujian Salmonella spp. dengan Metode SNI

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. yang dapat menyebabkan kematian, yang disebut sebagai salmonellosis. Habitat

I. PENDAHULUAN. disebabkan oleh mikroorganisme Salmonella enterica serotipe typhi yang

LAPORAN ANALISIS RISIKO PEMASUKAN SAPI BIBIT BALI YANG DIKIRIM DARI LOMBOK- NTB KE MAKASSAR TERHADAP PENYAKIT ANTHRAKS

KAJIAN PENYAKIT BOVINE VIRAL DIARRHEA (BVD) PADA SAPI POTONG IMPOR DI PELABUHAN TANJUNG PRIOK ADITYA PRIMAWIDYAWAN

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA BIDANG KEGIATAN PENELITIAN VAKSIN LOKAL AYAM ASAL FESES TEPAT GUNA

Kudrjawzow dan Rumanow (1928) yang telah dimodifikasi oleh Hardjoutomo dan Sri Poernomo (1976). Untuk pembuatan antigen kokto tersebut dikerjakan sepe

BAB I PENDAHULUAN. Escherichia coli yang merupakan salah satu bakteri patogen. Strain E. coli yang

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Hewan coba Metode Penelitian 1 Isolasi dan Produksi Antigen E/S Fasciola gigantica

Gambaran Patologi Kasus Kolibasilosis pada Babi Landrace

I. PENDAHULUAN. Ikan mas (Cyprinus carpio L) merupakan komoditas perikanan yang sangat

BAB 3 METODE PENELITIAN

FLU BURUNG AVIAN FLU BIRD FLU. RUSDIDJAS, RAFITA RAMAYATI dan OKE RINA RAMAYANI

BOVINE VIRAL DIARRHEA PADA SAPI DI INDONESIA DAN PERMASALAHANNYA

RIWAYAT HIDUP. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar pada tahun 2005 di SDN 1

Media Sintetik BAHAN DAN CARA KERJA Untuk menumbuhkan dan memperbanyak kuman M.bovis galur standar AN 5 sebagai pokok kuman digunakan media sintetik D

Vaksinasi adalah imunisasi aktif secara buatan, yaitu sengaja memberikan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 4 Diagram batang titer antibodi terhadap IBD pada hari ke-7 dan 28.

Bagian XIII Infeksi Nosokomial

I. PENDAHULUAN. Escherichia coli adalah bakteri yang merupakan bagian dari mikroflora yang

Famili : Picornaviridae Genus : Rhinovirus Spesies: Human Rhinovirus A Human Rhinovirus B

KETERSEDIAAN TEKNOLOGI VETERINER DALAM PENGENDALIAN PENYAKIT STRATEGIS RUMINANSIA BESAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. darah yang hilang akibat perdarahan, luka bakar, mengatasi shock dan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian. peternakan skala besar saja, namun peternakan skala kecil atau tradisional pun

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP)

BAB I PENDAHULUAN. kecil. Pengelolaan sapi perah rakyat pada kenyataannya masih bersifat tradisional.

Kualitas Susu Kambing Peranakan Etawah Post-Thawing Ditinjau dari Waktu Reduktase dan Angka Katalase

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. unggas yang dibudidayakan baik secara tradisional sebagai usaha sampingan

REAKSI ANTIGEN-ANTIBODI DAN KAITANNYA DENGAN PRINSIP DASAR IMUNISASI. Oleh : Rini Rinelly, (B8A)

HASIL DAN PEMBAHASAN

SISTEM IMUN. Pengantar Biopsikologi KUL VII

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. peningkatan angka kejadian, tidak hanya terjadi di Indonesia juga di berbagai

Lokakarya Fungsional Non Penelib' mycoplasma broth base (oxoid), D-glucose (BDH Chemicals), L.cystein HCI (BDH Chemicals), Thallous acetate (BDH Chemi

BAB I PENDAHULUAN. oleh manusia. Sumber protein tersebut dapat berasal dari daging sapi,

BAB l PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia (Dastkhosh et al,2014). WHO memperkirakan orang

RESPONS KLINIS SAPI BALI YANG DIVAKSIN TERHADAP UJI TANTANG DENGAN BOVINE HERPES VIRUS-1 ISOLAT LOKAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laktasi atau mendekati kering kandang (Ramelan, 2001). Produksi susu sapi perah

Transkripsi:

Ternu Teknis Fungsional Non Peneliti 200/ PENERAPAN UJI NETRALISASI SERUM UNTUK DIAGNOSIS SEROLOGIK PENYAKIT BOVINE VIRAL DIARRHOEA (BVD) PADA SAPI PUDJI KURNIADHI Balai Penelitian Veteriner, JI.R.E.Martadinata 30 Bogor 16114 RINGKASAN Penyakit bovine viral diarrhoea (BVD) Merupakan penyakit virus yang menyerang ternak sapi, disebabkan oleh virus dari golongan Pestivirus (BAKER, 1987). Telah dilakukan uji netralisasi serum untuk pemeriksaan antibodi terhadap virus BVD pada sapi. Sampel yang berupa serum diambil dari sapi Bali di daerah Kendari, Sulawesi Tenggara pada tahun 1990 yaitu dari desa yang pernah terserang wabah penyakit diare ganas. Dari hasil pemeriksaan serum sebanyak 45 sampel, ditemukan 12 sampel (26,6%) yang positif mengdanung antibodi terhadap virus BVD, dengan titer yang bervariasi antara 1 :4 sampai dengan 1 :128. Dengan hasil seperti tersebut, diduga penyakit diare yang menyerang sapi tersebut diatas adalah penyakit BVD. Kata kunci : uji netralisasi serum; diagnosis serologik ; bovine viral diarrhoea PENDAHULUAN Penyakit bovine viral diarrhoea (BVD) Merupakan penyakit virus yang menyerang ternak sapi, disebabkan oleh virus dari golongan Pestivirus (BAKER, 1987). Penyakit ini ditemukan pertama kali pada tahun 1946 di Amerika Serikat oleh Olafson (BRUNER DAN GILLESPIE, 1976). Infeksi oleh virus BVD dapat berupa subklinis (ringan), tetapi pada kasus dimana virusnya bersifat virulen (ganas), dapat menyebabkan kematian yang disertai dengan perdarahan pada organ tubuhnya, terutama sekali organ pencernaan (CORAPI et al, 1990). Umur hewan yang peka terhadap infeksi virus BVD berkisar antara 6 bulan-2 tahun (BAKER, 1987). Kerugian ekonomi akibat penyakit BVD antara lain berupa gangguan reproduksi, hambatan pertumbuhan, merosotnya berat badan serta kematian (RADOSTITS DAN LITTLEJOHN, 1988), sedang pada sapi perah disertai dengan merosotnya produksi air susu (BAKER, 1987). Penularan penyakit biasanya terjadi melalui pernapasan dan pencernaan, yaitu melalui pakan dan air minum yang tercemar oleh air liur, air kencing atau leleran dari mata dan hidung hewan yang terserang penyakit BVD (BAKER, 1987). Virus BVD juga menyerang organ yang berperan dalam mempertahankan kekebalan tubuh, sehingga akibat infeksi virus ini menyebabkan gangguan pembentukan antibodi (JOHNSON DAN MUSCOPLAT, 213

Temu Teknis Fungsional Non Peneliti 200/ 1973), yang menyebabkan hewan menjadi rentan terhadap serangan kuman lainnya. Karena pertahanan tubuh terganggu, memudahkan terjadinya penyebaran bakteri dalam darah yang akibatnya memperberat penyakit (REGGIARDO DAN KAEBERLE, 1981). Berdasarkan kenyataan bahwa virus BVD banyak ditemukan bersama dengan bakteri Pasteurella sp pada kasus radang paru-paru dari sapi yang menjalani transportasi jarak jauh dengan kapal, maka penyakit BVD juga diklasifikasikan sebagai penyakit pernapasan pada sapi (BAKER, 1987). Di Indonesia penyakit BVD dilaporkan pernah menyerang sapi Bali di Sulawesi Selatan pada tahun 1989 yang kemudian dikenal sebagai wabah diare ganas pada sapi (DGS). Pada waktu wabah di Kabupaten Gowa, penyakit ini mengakibatkan kematian sapi sebanyak 50 ekor dari 100 ekor yang sakit, di Kotamadya Pare-Pare kematian 70 ekor dari 300 ekor yang sakit, di Kabupaten Maros kematian 33 ekor dari 100 ekor yang sakit (ANONYMOUS, 1989). Untuk membantu diagnosis penyakit, selain berdasarkan gejala penyakit, dapat pula dilakukan pemeriksaan serologik untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap virus BVD misalnya dengan uji netralisasi serum (EDWARDS, 1990). Tujuan penulisan ini adalah untuk menguraikan tentang cara kerja uji netralisasi serum tersebut serta interprestasinya yang dilakukan dilaboratorium virologi Balai Penelitian Veteriner Bogor. Serum Sampel serum yang diperiksa sebanyak 45 sampel, berasal dari sapi yang menunjukkan gejala klinis BVD di daerah Kendari, Sulawesi Tenggara pada tahun 1990. Biakan sel Virus MATERI DAN METODA Biakan sel yang dipakai adalah biakan sel lestari bovine turbinate (BT). Virus yang dipakai sebagai antigen pada uji netralisasi serum ini adalah virus BVD galur NADL yang berasal dari Amerika. Serum kontrol positif standarbvd Serum kontrol positif standar BVD adalah serum sapi yang mengandungung antibodi terhadap virus BVD, diperoleh dari JamesCook University, Townsville, Australia. Serum kontrol negatif BVD Serum kontrol negatif BVD adalah serum janin sapi yang tidak mengdanung antibodi terhadap virus BVD, serum yang dipakai adalah serum janin sapi/foetal bovine serum (FBS) produksi FLOW, lab. 214

Temu Teknis Fungsional Non Peneliti 2001 Prosedur kerja uji netralisasi serum Semua sampel serum yang akan diuji diinaktifkan terlebih dahulu dengan jalan dipanaskan pada suhu 56 C selama 30 menit. Kemudian sampel serum tersebut diencerkan menjadi 1/4, 1/8, 1/16, 1/32, 1/64 dan 1/128 dengan Dulbecco's Modified Eagle Medium (DMEM) produksi FLOW, lab yang mengdanung 2% Foetal Bovine Serum (FBS). Setiap enceran serum tersebut dimasukkan ke dalam lubang plat mikrotiter produksi NUNC masing-masing sebanyak 50 ul. Untuk kontrol serum positip, kontrol serum negatip dan kontrol sel Setiap plat mikrotiter cukup 2 lubang dengan enceran 1/4 dan kontrol sel hanya diisi dengan DMEM yang mengdanung 2% FBS sebanyak 100 ul. Kemudian pada setiap lubang, kecuali lubang kontrol sel ditambahkan 50 ul virus yang mengandung 100 Cell Culture Infective Dose (CCID) SO,. Campuran serum dan virus ini diinkubasikan selama 1 jam pada suhu 37 C, selanjutnya kedalam setiap lubang ditambahkan suspensi sel bovine turbinate (BT) dengan kandungan sel 3 X 104/ml sebanyak 50 ul dan diinkubasikan pada suhu 37 C selama 3-5 hari. Titer antibodi dinyatakan dengan melihat enceran serum yang tertinggi yang masih dapat menetralisir virus dan ini ditandai dengan tidak adanya perubahan Sitopatik atau Citopatic Effect (CPE) yaitu kerusakan pada sel yang disebabkan oleh virus. Untuk menguji kebenaran kandungan virus 100 CCIDso yang dipakai dilakukan titrasi ulang (back titration) dengan cara sebagai berikut virus 100 CCIDso diencerkan kelipatan 10 mulai dari 1/10, 1/100 dan 1/1.000 dan diisikan ke lubang plat mikrotiter sebanyak 50 ul tiap lubang, Setelah itu ditambahkan DMEM yang mengandung 2% FBS sebanyak 50 ul tiap lubang, Untuk kontrol sel sebanyak 100 ul tiap lubang. Selanjutnya ditambahkan suspensi sel dengan kandungan sel 3 X 104 / ml sebanyak 50 ul tiap lubang kemudian diinkubasikan pada suhu 37 C selama 5 hari. Pembacaan titrasi ulang dilakukan setiap hari sampai hari ke-5. Apabila pada enceran virus 1/100, perubahan CPE terjadi pada 2 lubang dari 4 lubang yang diinfeksi (50 %) maka virus yang dipakai untuk uji serum netralisasi tepat 100 CCIDso. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan pemeriksaan dengan uji netralisasi serum, dari 45 sampel serum sapi tersebut, terdapat 12 sampel (26,6 %) yang positif mengdanung antibodi terhadap virus BVD, dengan titer yang bervariasi dari enceran 1 :4 (enceran '/4) sampai dengan 1 :>_128 (enceran 1/128) (Tabel 1). Antibodi dalam tubuh hewan dapat timbul karena adanya rangsangan antigen yang masuk kedalam tubuh, baik akibat vaksinasi maupun infeksi alam oleh mikroorganisme yang ada di lingkungan sekitarnya. Kemungkinan lainnya adalah akibat kekebalan perolehan yang diberikan oleh induk yang telah mempunyai kekebalan kepada anaknya melalui kolostrum (antibodi maternal). Menurut KENDRICK DAN FRANTI (1974) antibodi maternal terhadap virus BVD hanya bertahan antara 105-230 hari (3.5-7 bulan), tergantung pada titer awal, selewat waktu tersebut sudah tidak terdeteksi lagi, karena titernya sudah amat rendah. 21 5

Temu Teknis Fungsional Non Peneliti 2001 Tabel. 1. Hasil pemeriksaan serum sapi dari daerah Kendari pada tahun 1990 No. Nomor Serum Titer Antibodi Keterangan l B2 - Negatif 2 G2 - Negatif 3 2 1 : 16 Positif 4 A28 - Negatif 5 G6 - Negatif 6 A2 1 : >_128 Positif 7 A3 - Negatif 8 A14 - Negatif 9 N13 1 : >_128 Positif 10 B1 - Negatif 11 A27 - Negatif 12 A21 - Negatif 13 N23 1 : >_128 Positif 14 LB2 - Negatif 15 A25 - Negatif 16 All - Negatif 17 A4 - Negatif 18 12 1 : 8 Positif 19 A18 - Negatif 20 B9 - Negatif 21 LB4 - Negatif 22 N14 1 : >_128 Positif 23 B8 - Negatif 24 B6 - Negatif 25 N10 - Negatif 26 A30 - Negatif 27 N21 1 - : >128 - Posit if 28 G8 - Negatif 29 Bll - Negatif 30 B4 - Negatif 31 A8 - Negatif 32 Nl 1 1 : >_128 Positif 33 A29 - Negatif 34 A17 - Negatif 35 A13 - Negatif 36 G1 - Negatif 37 B3 - Negatif 38 N15 1 : >_128 Positif 39 LB1 - Negatif 40 B10 - Negatif 41 LB9 - Negatif 42 A23 - Negatif 43 A20 1 :4 Positif 44 26 1 : >_128 Positif 45 LB3 1:4 Positif 21 6

Temu Teknis Fungsional Non Peneliti 1001 Hasil penelitian yang dilakukan oleh BRAR et a, (1978) memberikan hasil yang serupa, yaitu antibodi maternal terhadap virus BVD masih terdeteksi antara 95-231 hari (3-7 bulan) saja. Mengingat sapi yang diambil serum darahnya adalah sapi yang sudah dewasa, yang umurnya lebih dari 1 tahun, maka kemungkinannya bahwa antibodi maternal dapat diabaikan. Kemungkinan lainnya bahwa antibodi tersebut berasal dari vaksinasi penyakit BVD juga dapat dikesampingkan karena pada waktu itu di Indonesia tidak ada vaksinasi BVD, sehingga satu-satunya penyebab timbulnya antibodi tersebut akibat infeksi alam oleh virus BVD yang ada di daerah tersebut. Mengingat wabah penyakit yang menyerang sapi Bali di daerah Kendari tersebut ditandai dengan gejala yang menonjol berupa diare, maka dengan dapat dideteksinya antibodi terhadap virus BVD tersebut memberi dugaan bahwa penyakit tersebut adalah penyakit BVD, tentu saja perlu diperkuat dengan isolasi virus. KESIMPULAN Dari hasil pemeriksaan tersebut dapat disimpulkan bahwa hewan yang memberikan reaksi positip pada uji netralisasi serum ini telah terinfeksi oleh virus BVD secara alami, karena di Indonesia pada waktu itu belum pernah dilakukan vaksinasi terhadap penyakit BVD. Uji netralisasi serum dapat dipakai untuk mengetahui adanya penyakit di suatu daerah, mempelajari penyebaran penyakit, maupun untuk membantu / melengkapi diagnosis penyakit. SARAN-SARAN Untuk melakukan uji netralisasi serum ini diperlukan tenaga laboratorium yang sudah terampil dan laboratorium yang peralatannya sudah memadai. UCAPAN TERIMA KASIH Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada Drh. A.Sarosa, MS yang telah memberikan bimbingan sehingga tulisan ini dapat diselesaikan. DAFTAR BACAAN ANONYMOUS. 1989. Kasus diare ganas di Sulawesi Selatan. Diagnostic Veteriner No.3 Agustus. Balai Penyidikan Penyakit Hewan Wilayah II Ujung PDANang. BAKER, J.C. 1987. Bovine viral diarrhea virus : A review. J. Amer. Vet. Med. Assoc. 190 (11) : 1449-1458. 21 7

Temu Teknis Fungsional Non Peneliti 2001 BRAR, J.S., D.W.JOHNSON, C.C. MUSCOPLAT, R.E. SHOPE, AND J.C. MEISKE, 1878. Maternal immunity to infectious bovine rhinotracheitis DAN bovine viral diarrhea viruses : Duration DAN effect on vactination in young calves. Am. J. Vet. Res. 39 : 241-244. BRUNER, D.W. AND J.W.GILLESPIE. 1976. Bovine viral diarrhea mucosal disease, In : Hagan 's infection deseases of domestic animal Comstock Publishing Associates 1283-1293. CORAPI, W.Y., R.D. ELLIOTT, T. W FRENCH, D.G. ARTHUR, D.M. BEZEK, AND E.J. DUBOVI. 1990. Thrombocytopeni a DAN hemorrhages in veal calves infeted with bovine viral dirrhea virus. J. Am. Vet. Med. Assoc. 19 6 (4) : 590-596. EDWARD, S. 1990. The diagnosis of bovine virus diarrhoea mucosal disease in cattle. Rev. Sci. Tech off int epiz. 9 (1) : 115-130. JOHNSON, D.W. AND C.C. MUSCOPLAT, 1973. Immunologic abnormality in calves with chronic bovine viral diarrhea. Am.J Vet.Res 34 : 1139-1141. KENDRIC, J.W. AND C.E. FRA.NTI. 1974. Bovine viral diarrhea : Decay of colostrum confered antibody in calf. Am. J. Vet. Res. 35 : 589-591. RADOSTITS, O.M. AND I.R. LITTLEJOHNS. 1988. New cancepts in the patogenesis, diagnosis DAN control of diseases causes by the bovine viral diarrhea virus. Can. Vet.J (29) : 513-527. REGGIARDO, C. AND M.L. KAEBERLE. 1981. Detection of bacteremia in cattle inoculated with bovine viral diarrhea virus. Am. J Vet. Res. 42 : 218-221.