STATUS TENTARA ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA

dokumen-dokumen yang mirip
LEGALITAS PENGGUNAAN BOM CURAH (CLUSTER BOMB) PADA AGRESI MILITER ISRAEL KE PALESTINA DALAM PERSPEKTIF HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL

Kata Kunci : Perang, Perwakilan Diplomatik, Perlindungan Hukum, Pertanggungjawaban

PENEGAKAN HUKUM HUMANITER DALAM KONFLIK BERSENJATA INTERNAL SURIAH

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP WARGA SIPIL DALAM KONFLIK BERSENJATA (NON-INTERNASIONAL) LIBYA DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK-ANAK YANG MENJADI KORBAN PENGGUNAAN SENJATA AGENT ORANGE DALAM PERANG VIETNAM

LEGALITAS PENGGUNAAN PELURU KENDALI BALISTIK ANTARBENUA (INTERCONTINENTAL BALLISTIC MISSILE) DALAM PERANG ANTARNEGARA

KEABSAHAN SUDAN SELATAN SEBAGAI NEGARA MERDEKA BARU DALAM PERSPEKTIF HUKUM INTERNASIONAL

PENGATURAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PERWAKILAN DIPLOMATIK DI WILAYAH PERANG

BAB I PENDAHULUAN. ketika lawan terbunuh, peperangan adalah suatu pembunuhan besar-besaran

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA

BAB III PENUTUP. prinsip Pembedaan (distinction principle) maka Tentara Pembebasan Suriah

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Keywords : Iconoclast, International Law, International Criminal Court

PERLINDUNGAN ANAK YANG TERLIBAT DAN TERKENA DAMPAK KONFLIK BERSENJATA MENURUT HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL (STUDI KASUS REPUBLIK DEMOKRATIK KONGO)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERLAKUAN DISKRIMINASI TERHADAP ETNIS ROHINGYA OLEH MYANMAR DALAM PERSPEKTIF HUKUM INTERNASIONAL

ANALISIS PELANGGARAN HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL DALAM KONFLIK BERSENJATA ISRAEL-HEZBOLLAH Oleh

TINJAUAN HUKUM LAUT INTERNASIONAL MENGENAI PERLINDUNGAN HUKUM NELAYAN TRADISIONAL INDONESIA. Jacklyn Fiorentina

TINJAUAN HUKUM HUMANITER MENGENAI PERLINDUNGAN HAK ASASI MANUSIA BAGI PERSONIL MILITER YANG MENJADI TAWANAN PERANG

LEGALITAS PENGANCAMAN DAN PENGGUNAAN SENJATA NUKLIR OLEH NEGARA DALAM HUKUM INTERNASIONAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan dan tujuan diantara negara negara yang ada. Perbedaan perbedaan

DAFTAR ISI. Halaman Sampul Dalam... Halaman Prasyarat Gelar Sarjana Hukum... Halaman Persetujuan Pembimbing Skripsi...

HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL KONFLIK BERSENJATA NON-INTERNASIONAL

2012, No Mengingat sebagaimana diwujudkan dalam Optional Protocol to the Convention on the Rights of the Child on the Involvement of Children in

BAB III METODE PENELITIAN. yang sedang berlaku. Fokus kajian dalam penelitian ini adalah hukum positif (Ius

BAB I PENDAHULUAN. internasional. Berbagai pelanggaran hukum perang dilakukan oleh kedua belah

EKSISTENSI DAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENTARA BAYARAN (MERCENARIES) YANG TERLIBAT KONFLIK BERSENJATA MENURUT HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, ttd. DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

DIPONEGORO LAW REVIEW Volume 1, Nomor 2, Tahun 2013Online di

BAB II PENGERTIAN DAN PERKEMBANGAN HUKUM HUMANITER DAN HAK AZASI MANUSIA. A. Pengertian Humaniter dan Hak Azasi Manusia

KATA PENGANTAR. Segala puji syukur penulis panjatkan hanya bagi Tuhan Yesus Kristus, oleh karena

TANGGUNG JAWAB NEGARA TERHADAP KEJAHATAN TERORISME YANG MELEWATI BATAS-BATAS NASIONAL NEGARA-NEGARA

DALAM PERSPEKTIF HUKUM INTERNASIONAL (PUTUSAN ICJ NOMOR 143 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Konflik bersenjata atau dalam bahasa asing disebut sebagai armed conflict

PELAKSANAAN INTERVENSI HAK ASASI MANUSIA DALAM KONFLIK BERSENJATA NON INTERNASIONAL DI DARFUR

Oleh : Ardiya Megawati E BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP DAFTAR MENU MAKANAN YANG TIDAK MENCANTUMKAN HARGA

Abstract. Keywords ; Military Attack, NATO, Libya, Civilian

PERAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA BANGSA DALAM PEMBATASAN PENGGUNAAN SENJATA

STATUS TENTARA BAYARAN DALAM KONFLIK BERSENJATA BERDASARKAN HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL (STUDI KASUS KONFLIK BERSENJATA DI LIBYA TAHUN 2011)

BAB I PENDAHULUAN. dunia ini. Hal ini dikarenakan perang memiliki sejarah yang sama lamanya dengan

PERLINDUNGAN PENGUNGSI SURIAH KORBAN GERAKAN NEGARA ISLAM IRAK AN SURIAH DI NEGARA-NEGARA EROPA. Oleh : Nandia Amitaria

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL PADA KONDISI PERANG MENGGUNAKAN CLUSTER BOMBS DAN KAITANNYA DENGAN TEORI JUST WAR

BAB I PENDAHULUAN. bertahun-tahun. Dalam konflik tersebut, terjadi berbagai pelanggaran terhadap

DAFTAR PUSTAKA. J.G.Starke, Pengantar Hukum Internasional 1, Sinar Grafika, Jakarta, 2010

PERLINDUNGAN ORANG SIPIL DALAM HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. hubungan-hubungan yang ada di antara manusia itu sendiri. Perang adalah

BAB I PENDAHULUAN. perang sebisa mungkin harus dihindari. lebih dikenal dengan istilah Hukum Humaniter Internasional.

KEDUDUKAN ORGANISASI INTERNASIONAL DALAM MAHKAMAH INTERNASIONAL

Program Kekhususan Hukum Internasional dan Hukum Bisnis Internasional Fakultas Hukum Universitas Udayana

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG

Prinsip Imperative Military Necessity vs. Perlindungan terhadap. Cultural Heritage dalam Situasi Konflik Bersenjata: Gap dalam Existing Laws SKRIPSI

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK ANAK YANG MENJADI TENAGA KERJA MIGRAN INDONESIA DI NEGARA LAIN

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan kesimpulan dari pembahasan di atas mengenai. perlindungan pihak ICRC ditinjau dari Konvensi Jenewa 1949 dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suriah merupakan salah satu negara yang terletak di Asia Barat yang

Konsep Keikutsertaan Langsung dalam Permusuhan dan Prinsip Pembedaan dalam Konflik Bersenjata

BAB IV PENUTUP. Bab ini merupakan bab terakhir yang akan memaparkan kesimpulan atas

TINJAUAN YURIDIS ATAS TINDAKAN TENTARA AMERIKA SERIKAT TERHADAP TAWANAN PERANG IRAK

Haryomataram membagi HH menjadi 2 (dua) atura-aturan pokok, yaitu 1 :

BAB II HUKUM HUMANITER SEBAGAI BAGIAN DARI HUKUM INTERNASIONAL A. PENGERTIAN HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL

Lex Privatum Vol. V/No. 6/Ags/2017

PERLINDUNGAN HAK ASASI MANUSIA INTERNASIONAL TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK DI WILAYAH YANG MENGALAMI KONFLIK BERSENJATA. Oleh : Dentria Cahya Sudarsa*

commit to user BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN TENTANG GURU YANG DIPERSENJATAI DALAM KONFLIK BERSENJATA DI PAKISTAN ARTIKEL ILMIAH. Oleh: LEONARDA KUSUMA NIM:

BAB I PENDAHULUAN. baik sengketa dalam negeri maupun luar negeri. Sengketa-sengketa tersebut dapat

Oleh : Ginanjar Ismu Solikhin, Erna Dyah K. ABSTRACT. rights of children. This research is a prescriptive normative legal research.

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

A. Latar Belakang Masalah

PENGATURAN KEANEKARAGAMAN HAYATI BAWAH LAUT BERKAITAN DENGAN LINGKUNGAN BERKELANJUTAN

BAB III PENUTUP. bersenjata internasional maupun non-internasional. serangan yang ditujukan kepada mereka adalah dilarang.

Lex et Societatis, Vol. IV/No. 1/Jan/2016. KAJIAN YURIDIS TENTARA ANAK DALAM PERANG MENURUT HUKUM HUMANITER 1 Oleh: Naomi P. L.

ANALISIS YURIDIS HUKUMAN MATI TERHADAP TENAGA KERJA INDONESIA (TKI) DI MALAYSIA DARI SUDUT PANDANG HUKUM HAK ASASI MANUSIA INTERNASIONAL

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK YANG MENGALAMI KEKERASAN DI CAMP PENGUNGSIAN SURIAH ARTIKEL ILMIAH

Eksistensi Konvensi Jenewa di Masa Depan

TANGGUNG JAWAB MASKAPAI PENERBANGAN APABILA TERJADI KECELAKAAN AKIBAT PILOT MEMAKAI OBAT TERLARANG

TINJAUAN YURIDIS EKSEKUSI DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN FIDUSIA YANG TIDAK DIDAFTARKAN

PELANGGARAN HAK LINTAS DI WILAYAH UDARA INDONESIA OLEH PESAWAT MILITER ASING

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan 40% hingga 50% selama lima tahun pertama tahun 70-an. Di

PERKEMBANGAN HUKUM HUMANITER DALAM KONFLIK MILITER INTERNASIONAL Rubiyanto

PENERAPAN PRINSIP NON REFOULEMENT TERHADAP PENGUNGSI DALAM NEGARA YANG BUKAN MERUPAKAN PESERTA KONVENSI MENGENAI STATUS PENGUNGSI TAHUN 1951

BAB II PENGATURAN MENGENAI HAK ANAK MENURUT HUKUM INTERNASIONAL

Alternatif atas Pemberlakuan Hukum Humaniter Internasional dalam Konflik Bersenjata Melawan Islamic State of Iraq and Syria

BAB II PERAN KONVENSI JENEWA IV TAHUN 1949 DALAM HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL. Dalam kepustakaan Hukum Internasional istilah hukum humaiter

PERLINDUNGAN HUKUM NASABAH PEMEGANG KARTU KREDIT TERHADAP ADANYA PERBUATAN MELAWAN HUKUM YANG DILAKUKAN OLEH DEBT COLLECTOR

BAB I. Pendahuluan. Amsterdam ke Kuala Lumpur pada tanggal 17 Juli 2014 dengan 298 penumpang

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK SEBAGAI KORBAN DALAM KASUS KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (KDRT) (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI DENPASAR)

PERLINDUNGAN ANAK YANG DITANGKAP OLEH MILITER ASING DI NEGARA KONFLIK

PENULISAN HUKUM/SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. tidak turut serta dalam permusuhan (penduduk sipil= civilian population). 2. PBB dan Kellogg-Briand Pact, atau Paris Pact-1928.

SILABUS 2015 KULIAH HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FISIPOL UGM

PENGADILAN PIDANA INTERNASIONAL

PERLINDUNGAN KOMBATAN. Siapa yang boleh dijadikan obyek peperangan dan tidak. Distinction principle. Pasal 1 HR Kombatan..?

BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK-ANAK KORBAN PERANG DI SURIAH. A. Perlindungan yang di berikan pemerintah Suriah terhadap anak

BAB I PENDAHULUAN. atau hukum sengketa bersenjata memiliki sejarah yang sama tuanya dengan peradaban

KONVENSI JENEWA II TENTANG PERBAIKAN KEADAAN ANGGOTA ANGKATAN PERANG DI LAUT YANG LUKA, SAKIT, DAN KORBAN KARAM DALAM HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL

PENULISAN HUKUM (Skripsi)

Transkripsi:

1 STATUS TENTARA ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA I Gede Adhi Supradnyana I Dewa Gede Palguna I Made Budi Arsika Program Kekhususan Hukum Internasional dan Bisnis Internasional Fakultas Hukum Universitas Udayana Abstract The recruitment of child soldier in armed conflict still continously occured in various country up to now. This writing is aimed to analyze the status child soldier and to scrutinize the legal consequence in relation with involvement of child soldier. This is a normative legal research that uses some approaches namely statute approach, fact approach, historical approach, and case approach. It has been found that there are some status can be given to child soldier based on distinction principle, including chil soldier as combatant, as unlawful combatant, and as civilian. In case the child soldier is caught by or surrender to enemy will be given status as a prisoners of war. Furthermore, some legal consequences may be imposed to the children itself, the State, and muilitary commander who used child soldier. Keywords: child soldier, armed conflict, distinction principle. Abstrak Proses perekrutan tentara anak dalam konflik bersenjata masih terus berlangsung di berbagai Negara hingga saat ini. Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis status tentara anak dan akibat hukum yang timbul terkait dengan keterlibatan tentara anak dalam konflik bersenjata. Tulisan ini merupakan penelitian hukum normatif, yang menggunakan beberapa pendekatan, yaitu pendekatan Undang-undang, sejarah, fakta dan kasus. Dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa status yang dapat diberikan kepada anak berdasarkan prinsip pembedaan yaitu sebagai kombatan, sebagai unlawful combatant, dan sebagai penduduk sipil. Terhadap tentara anak yang tertangkap musuh atau menyerah maka diberikan status tawanan perang. Selanjutnya terdapat pula sejumlah akibat hukum yang dapat dikenakan kepada tentara anak itu sendiri, Negara dan komandan militer pengguna tentara anak. Kata Kunci : tentara anak, konflik bersenjata, prinsip pembedaan. 1.1 LATAR BELAKANG Dalam konflik bersenjata dewasa ini sering ditemukan adanya keterlibatan anakanak sebagai tentara yang aktif turut serta dalam melakukan operasi militer. Merujuk pada

2 data yang dikeluarkan oleh Human Rights Watch, sekitar 300.000 tentara di bawah usia 18 tahun saat ini sedang berperang di lebih dari 30 Negara. 1 Pada masa sekitar abad ke-19 tidaklah sulit untuk membedakan mana yang merupakan tentara dan mana rakyat sipil, karena pada masa itu seluruh angkatan bersenjata memakai seragam yang jelas berbeda dari penduduk sipil. Namun pada saat sekarang, cukup susah untuk membedakan mana yang termasuk tentara dan tentara anak-anak. Fenomena perekrutan dan penggunaan tentara anak juga bertentangan dengan apa yang lazim dikenal sebagai Prinsip Pembedaan (Distinction Principle) dalam Hukum Humaniter Internasional yang mengatur mengenai pembagian penduduk negara yang sedang terlibat dalam suatu konflik bersenjata ke dalam dua kategori, yaitu kombatan dan penduduk sipil. 2 Istilah kombatan merujuk pada kelompok yang secara aktif turut serta dalam permusuhan sedangkan penduduk sipil merupakan golongan yang dilindungi dari serangan militer. 1.2 TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis status tentara anak dalam konflik bersenjata dilihat dari perspektif Prinsip Pembedaan dalam Hukum Humaniter Internasional serta untuk menganalisis akibat hukum keterlibatan tentara anak-anak dalam konflik bersenjata dilihat dari perspektif Prinsip Pembedaan dalam Hukum Humaniter Internasional 2.1 ISI MAKALAH 2.1.1. Metode Penelitian Tulisan ini merupakan penelitian hukum normatif yang meneliti kaidah-kaidah yang terdapat dalam Hukum Internasional yang berkaitan dengan perlindungan hukum terhadap perekrutan tentara anak dalam suatu konflik bersenjata. Dalam karya tulis ini, penulis menggunakan pendekatan perundang-undangan, pendekatan fakta, pendekatan sejarah, dan pendekatan kasus. Pendekatan perundang-undangan yang dimaksud adalah berupa interpretasi penulis terhadap perjanjian-perjanjian internasional yang relevan digunakan 1 http://www.hrw.org/news/1999/06/14/us-blocks-efforts-ban-use-child-soldiers Diakses pada tanggal 23 November 2013 pukul 14.40 WITA. 2 Lihat Ambarawati, Denny Ramadhany dan Rina Rusman, 2009, Hukum Humaniter Internasional dalam Studi Hubungan Internasional, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, Hal. 45. Lihat juga Haryomataram, 1984, Hukum Humaniter, CV.Rajawali, Jakarta, Hal..83.

3 dalam penulisan ini. Pendekatan fakta digunakan untuk menemukan fakta-fakta mengenai isu yang diangkat melalui penelusuran terhadap sumber-sumber dari internet. Selanjutnya, pendekatan sejarah digunakan untuk merekonstruksi secara sistematis dan objektif dari kejadian atau peristiwa di masa lalu yang berkaitan dengan isu yang dibahas. Adapun pendekatan kasus digunakan dalam menganalisis kasus-kasus perekrutan tentara anak yang terjadi dalam konflik bersenjata. 2.1.2. Hasil dan Pembahasan 2.1.2.1 Status tentara anak dalam konflik bersenjata dilihat dari perspektif Prinsip Pembedaan dalam Hukum Humaniter Internasional Secara teoritik, tentara anak dapat dibedakan dalam konteks statusnya sebagai Kombatan, sebagai Penduduk Sipil, dan sebagai tawanan perang. Berikut akan diuraikan pengaturna yang berkaitan dengan ketiga status tersebut. Dalam menentukan status anak sebagai kombatan, dapat dirujuk beberapa instrument internasional, misalnya dalam Pasal 1 dan 2 Hague Regulations, Pasal 13 ayat (1) Konvensi Jenewa 1 1977, serta Pasal 43 ayat (1), 43 ayat (2), 44 ayat (3) Protokol Tamabahan I 1977. Dalam ketentuan yang telah dijabarkan maka anak akan digolongkan sebagai kombatan apabila memenuhi unsur-unsur memiliki komandan, memiliki lambing pembeda khusus, membawa senjata secara terbuka dan melakukan operasi militer sesuai dengan peraturan dan kebiasaan internasional. Beberapa instrument yang telah dijelaskan di atas dapat diterapkan kepada tentara anak yang telah berusia lima belas tahun atau lebih. Terhadap tentara anak yang belum berusia lima belas tahun atau lebih. Terhadap tentara anak yang berusia di bawah lima belas tahun statusnya masih belum dapat ditentukan (unlawful combatant) karena peraturannya masih belum dirumuskan. Meskipun terlibat ke dalam angkatan bersenjata, tentara anaka dapat digolongkan sebagai penduduk sipil dengan melihat tugas yang diberikan kepada mereka dan merujuk pada Pasal 50 ayat (1) Protokol Tambahan I 1977. Sehingga tentara anak yang statusnya masih diragukan maka akan dianggap sebagai penduduk sipil. Terhadap anak yang telah tertangkap atau menyerah pada saat melakukan operasinya harus diberikan status tawanan perang sesuai dengan apa yang diatur dalam

4 Pasal 44 ayat (1) dan 44 ayat (5) Protokol Tambahan I 1977. Dalam ketentuan tersebut dinyatakan unsur-unsur yang harus dipenuhi untuk menjadi tawanan perang, yakni seorang kombatan, menyerah atau tertangkap, terlibat atau tidak dalam operasi militer. 2.1.2.2 Akibat hukum keterlibatan tentara anak-anak dalam konflik bersenjata dilihat dari perspektif Prinsip Pembedaan dalam Hukum Humaniter Internasional Hukum Humaniter Internasional mengatur sejumlah akibat hukum yang dapat ditimbulkan dari pelanggaran-pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan perang. Mengenai Keterlibatan Tentara Anak dalam suatu konflik bersenjata dapat memiliki akibat hukum baik terhadap anak itu sendiri maupun negara yang menggunakannya. Akibat hukum bagai tentara anak itu sendiri dapat berupa perubahan status Penduduk Sipil yang dimilikinya menjadi kombatan dalam hal anak tersebut telah memenuhi syara-syarat kombatan. Sesuai dengan penjelasan dalam Manual of military law, 3 maka tentara anak yang telah menjadi kombatan akan kehilangan privilegesnya sehingga anak yang terlibat dalam konflik bersenjata dapat dijadikan sebagai objek kekerasan, tetapi tidak dapat dokenakan hukuman mati. Selain itu, tentara anak yang tertangkap oleh lawan maka akibat hukumnya adalah berstatus sebagai Tawanan Perang yang sekaligus mencabut kebebasan anak tersebut. Kendatipun demikian, mereka tetap harus mendapatkan perlakuan yang layak sesuai dengan Pasal 26, 27, 29, dan 30 Konvensi Jenewa III serta harus ditempatkan terpisah dari tawanan perang yang telah dewasa. Terhadap para pihak yang menggunakan tentara anak, Negara dapat diberikan sanksi. Salah satu bentuk sanksinya berupa pembayaran kompensasi berdasarkan Pasal 91 Protokol Tambahan I 1977, Aturan 149 Hukum Humaniter Internasional Kebiasaan dan collective responsibility. 4 Selain Negara, komandan yang menggunakan tentara anak tidak terlepas dari tanggung jawab berdasarkan commander responsibility sebagaimana diatur di dalam Pasal 3 Haryomataram, 2007, Pengantar Hukum Humaniter, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta, Hal 75. 4 Haryomataram, Op.cit, Hal 144

5 28 Statuta Roma. Adapun sanksi yang dapat dikenakan berupa penjara, denda, restitusi, rehabilitasi dan kompensasi. 5 3. KESIMPULAN Terdapat beberapa status yang dapat diberikan terhadap anak-anak yang direkrut ke dalam angkatan bersenjata, seperti kombatan, unlawfull combatant, penduduk sipil, dan tawanan perang. Terdapat beberapa pihak yang dapat diberikan akibat hukum terkait dengan penggunaan tentara anak, yaitu kepada anak itu sendiri, Negara, dan komandan perang. 4. DAFTAR PUSTAKA Buku Ambarawati, Denny Ramadhany dan Rina Rusman, 2009, Hukum Humaniter Internasional dalam Studi Hubungan Internasional, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Haryomataram, 1984, Hukum Humaniter, CV.Rajawali, Jakarta. Haryomataram, 2007, Pengantar Hukum Humaniter, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Wagiman, Wahyu, 2005, Hukum Humaniter dan Hak Asasi Manusia, ELSAM, Jakarta. Dokumen Internasional Convention (I) for the Amelioration of the Condition of the Wounded and Sick in Armed Forces in the Field. Geneva, 12 August 1949. Convention (III) relative to the Treatment of Prisoners of War. Geneva, 12 August 1949. Customary International Humanitarian Law Hague Regulations 1907 Protocol Additional to the Geneva Conventions of 12 August 1949, and relating to the Protection of Victims of International Armed Conflicts (Protocol I), 8 June 1977. Rome Statute of International Criminal Court 1998 Internet http://www.hrw.org/news/1999/06/14/us-blocks-efforts-ban-use-child-soldiers 5 Lihat Pasal 75 dan 77 Statuta Roma.