DAFTAR ISI. Halaman Sampul Dalam... Halaman Prasyarat Gelar Sarjana Hukum... Halaman Persetujuan Pembimbing Skripsi...

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAFTAR ISI. Halaman Sampul Dalam... Halaman Prasyarat Gelar Sarjana Hukum... Halaman Persetujuan Pembimbing Skripsi..."

Transkripsi

1 DAFTAR ISI Halaman Sampul Depan Halaman Sampul Dalam... Halaman Prasyarat Gelar Sarjana Hukum... Halaman Persetujuan Pembimbing Skripsi... Halaman Pengesahan Panitia Penguji Skripsi... Kata Pengantar... Halaman Pernyataan Keaslian... i ii iii iv v vi Daftar Isi... vii Abstrak... xiv Abstract... xv BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Ruang Lingkup Masalah Tujuan Penelitian Tujuan Umum Tujuan Khusus Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis Manfaat Praktis Orisinalitas Penelitian... 7 i

2 1.7 Landasan Teoritis Teori perlindungan hukum Internasional Teori perlindungan terhadap anak Teori Ius In Bello dan Ius Ad Bellum Teori Common Consent Teori Universalitas HAM Metode Penelitian Bahan Hukum Teknik Pengumpulan Bahan Hukum Teknik Analisis Bahan Hukum BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM HUMANITER DAN KONFLIK BERSENJATA DI SRI LANKA 2.1 Jenis-jenis Konflik Bersenjata Konflik bersenjata Internasional Konflik bersenjata Non Internasional Prinsip Pembedaan (Distinctive Principle) Kombatan dan Non Kombatan Kombatan dan Penduduk Sipil Objek Sipil dan Sasaran Militer Sekilas Tentang Konflik Bersenjata di Sri Lanka Latar Belakang Terjadinya Konflik di Sri Lanka ii

3 2.3.2 Pihak yang Terlibat dalam Konflik Bersenjata di Srilanka Korban Konflik Bersenjata di Sri Lanka BAB III PERLINDUNGAN HUKUM INTERNASIONAL TERHADAP ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA 3.1 Perlindungan Anak Perlindungan Terhadap Anak dalam Konflik Bersenjata Perlindungan Anak dalam Konvensi Jenewa IV Konflik Bersenjata Konfrontasi Antara Dua Negara atau Lebih Konfrontasi Suatu Negara dengan bukan-negara Konfrontasi Negara dan suatu pihak pemberontak Konfrotasi antara dua kelompok etnis satu Negara BAB IV LEGALITAS PENGGUNAAN TENTARA ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM HUMANITER 4.1 Legalitas Penggunaan Tentara Anak Tentara Anak dalam Konflik Bersenjata iii

4 4.3 Penggunaan Tentara Anak dalam Konflik Bersenjata Ditinjau dari Perspektif Hukum Humaniter BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Saran Daftar Pustaka iv

5 ABSTRAK Skripsi berjudul Tinjauan Hukum Humaniter Internasional Mengenai Legalitas Penggunaan Tentara Anak dalan Konflik Bersenjata di Srilanka ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perlindungan hukum internasional terhadap anak dalam konflik bersenjata, dan bagaimana legalitas penggunaan tentara anak dalam konflik bersenjata ditinjau dari perspektif Hukum Humaniter Internasional. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian yuridis normative, dengan statute approach, yaitu pendekatan yang digunakan dalam penelitian hukum yang dilakukan dengan menelaah peraturan-peraturan yang bersangkutan dengan isu hukum di bidang hukum humaniter. Dalam penelitian ini digunakan pendekatan case approach untuk mengetahui apakah penggunaan anak-anak sebagai tentara perang merupakan perbuatan hukum yang dibenarkan oleh hukum humaniter internasional dan perlindungan seperti apa yang harusnya diberikan terhadap anak-anak tersebut. Menurut hukum humaniter internasional, anak-anak tidak boleh dijadikan sasaran dalam konflik. Anak-anak tidak dapat direkrut menjadi tentara dan tidak boleh menjadi objek kekerasan dari pihak yang bersengketa. Hal yang penting adalah batas umur perekrutan anak dan status anak saat mereka berada di tangan musuh. Dalam Protokol Tambahan I anak-anak memang tidak ditetapkan mempunyai hak untuk diperlakukan sebagai tawanan perang, melainkan harus memperoleh keuntungan perlindungan khusus yang ditetapkan dalam Hukum Jenewa, terlepas apakah berstatus tawanan perang atau tidak. Legalitas penggunaan tentara anak dalam konflik bersenjata ditinjau dari perspektif hukum Humaniter internasional diatur dalam berbagai konvensi internasional, seperti Konvensi Jenewa 1949 dan Protokol Tambahan I dan II tahun 1977, Konvensi Hak Anak dan Protokol Tambahannya, Statuta ICC dan juga Konvensi ILO. Anak-anak dilindungi oleh instrument umum hak asasi manusia. Mereka berhak atas perlindungan di bawah instrument hak anak secara langsung ditujukan kepada mereka. Kesimpulan penelitian ini adalah Perlindungan Hukum Internasional terhadap anak dalam konflik bersenjata di Srilanka belum sepenuhnya diimplementasikan oleh Negara-negara yang terlibat. Legalitas penggunaan tentara anak dalam konflik bersenjata ditinjau dari perspektif hukum Humaniter Internasional diatur dalam berbagai konvensi internasional. Disarankan Negara harus bersikap tegas dalam mengawasi, mengatur, dan melindungi anak-anak dari praktik perekrutan anak sebagai tentara dalam konflik bersenjata dan menjatuhkan sanksi hukum terhadap pelaku dengan seberat-beratnya. Negara perlu melakukan sosialisasi secara intensif dan komprehensif mengenai pentingnya implementasi Hukum Humaniter Internasional dan mempertegas komitmen dan kepedulian seluruh elemen bangsa terhadap perlindungan dan pemajuan nilai-nilai hak asasi manusia, terutama hak-hak anak. Kata Kunci : Hukum Humaniter Internasional, Legalitas Tentara Anak, Konflik Bersenjata v

6 ABSTRACT Thesis entitled Review of International Humanitarian Law Concerning Legality of Use of Child Soldiers in Armed Conflict in Sri Lanka aimed to find out how the international legal protection of children in armed conflict, and how the legality of the use of child soldiers in armed conflict viewed from the perspective of international humanitarian law. The research is a normative juridical research, by statute approach, the approach that is used in legal research conducted by examining the regulations to do with the legal issues in the field of humanitarian law. This study used the approach case approach to determine whether the use of children as soldiers of war is a legal act which is justified by international humanitarian law and the protection of what should have been given to these children. According to international humanitarian law, children should not be targeted during the conflict. Children must not be recruited into the army and violence should not be the object of the parties to the dispute. The important thing is the age limit for child recruitment and status of children when they are in the hands of the enemy. In Additional protocol I of children is not defined have the right to be treated as prisoners of war, but must gain special protection stipulated in the law of Geneva, regardless of whether the status of prisoners of war or not. The legality of the use of child soldiers in armed conflict viewed from the perspective of international humanitarian law organized in various international conventions, such as the 1949 Geneva Conventions and their Additional Protocols I and II of 1977, the Convention of Right of the Child and its Optional Protocol, the Statute of the ICC and the ILO Convention. Children are protected by the general human right instruments. They are entitled to protection under the child right instrument which is directly addressed to them. The conclusion of this study is the International Legal Protection of children in armed conflict in Sri Lanka has not been fully implemented by the countries involved. The legality of the use of child soldiers in armed conflict viewed from the perspective of international humanitarian lawstipulated in international conventions. Suggested the state should be assertive humanitarian lawstipulated in international conventions. Suggested the state should be assertive in overseeing, managing, and protecting children from recruitment practices of children as soldiers in armed conflict and impose legal sanctions against the perspetrators to the fullset extent. State needs to socialize intensively and comprehensively about the importance of the implementation of international humanitarian law and reinforce commitment and care to all elements of the nation to the protection and promotion of the values of human right, especiallythe right of children. Keywords: International Humanitarian Law, Legality of Child Soldiers, Armed Conflict vi

7 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu konflik bersenjata yang terjadi dalam jangka waktu lama yang banyak menyita perhatian dunia internasional ialah konflik bersenjata antara pemerintah Sri Lanka dengan Pemberontak The Liberation Tigers of Tamil Eelam(LTTE) atau yang biasa dikenal dengan pemberontak Macan Tamil. 1 Perang saudara yang dilatarbelakangi dengan adanya kecemburuan etnis Tamil dan Sinhala ini diawali dengan adanya tragedi Black July pada tahun Pada tahun ini pemberontak Macan Tamil resmi mengangkat senjata setelah terbentuk tahun Sejak tahun 1983 hingga tahun 2009, berbagai upaya damai telah dilakukan untuk menghentikan konflik etnis ini, tetapi tidak ada yang membuahkan hasil. Hal ini dikarenakan kedua belah pihak tidak menuruti perjanjian damai yang mereka buat serta rasa diskriminasi yang telah terlanjur membuat etnis Tamil menginginkan kemerdekaan. Konflik antar etnis ini menelan jutaan korban jiwa baik dari penduduk sipil maupun kombatan serta menelan biaya yang luar biasa besar untuk Negara berkembang seperti Sri Lanka. Konflik ini juga menyebabkan Sri Lanka sebagai suatu negara tidak dapat berkembang dengan baik. Keberadaan Sri Lanka dalam pergaulan dunia Internasional cenderung terhambat karena konflik ini. Pemerintah Sri Lanka dianggap tidak mampu menghentikan konflik etnis ini dan dianggap november diakses pada 26 1

8 2 gagal memberikan perlindungan kepada rakyatnya. Dari sekian banyak dampak negatif yang terjadi akibat konflik antar etnis di Sri Lanka, penulis menggarisbawahi tingginya angka kematian korban sipil. Dalam tahun pertama konflik, lebih dari 6500 korban sipil meninggal dunia, sedangkan korban lainnya terluka. Secara keseluruhan, sejak 1983 sekitar korban jiwa dari pihak sipil meninggal dunia. 2 Perang saudara yang sudah berlangsung selama kurang lebih 30 tahun ini juga tercatat sudah menelan biaya sebanyak USD 32 miliar. Tingginya angka kematian korban sipil juga dibarengi dengan besarnya jumlah korban sipil yang terluka, cacat permanen maupun korban selamat yang masih hidup dalam pengungsian. Penduduk sipil yang selamat dalam konflik ini masih harus berhadapan dengan rasa trauma akibat konflik. Mereka juga harus memulai kehidupan baru di sela-sela bahaya laten konflik yang masih mengancam. Lebih dari orang anak di dunia di bawah umur 18 tahun telah mengalami perekrutan menjadi Tentara Anak baik sebagai tentara-tentara pemerintah dan kelompok-kelompok bersenjata lainnya. Beberapa anak diculik atau dipaksa untuk menjadi anggota demi mendapatkan makanan dan perlindungan serta menolong keluarga-keluarga mereka. UNICEF memperkirakan, sebelum konflik bersenjata merebak seperti sekarang ini, diperkirakan sekitar anak telah terlibat dalam kelompok-kelompok bersenjata di negara itu. Dalam wawancara dengan surat kabar "Le Figaro", Menteri Luar Negeri Prancis Philippe Douste-Blazy menyebut penggunaan tentara 2 Sri-Lanka diakses pada 26 november 2015

9 3 anak-anak sebagai "kenyataan pemberontakan, lebih dari sekadar kejahatan perang, bom waktu, yang mengancam pertumbuhan dan ketenangan di Afrika dan tempat lain. Sebagian besar anak-anak baik anak laki-laki maupun perempuan diposisikan untuk berada digaris depan pertempuran. Mereka digunakan untuk misi bunuh diri atau dipaksa untuk melakukan kekejaman melawan keluargakeluarga dan tetangga-tetangga mereka sendiri. Menurut UNICEF: Seorang tentara anak dapat diartikan sebagai anak laki-laki ataupun perempuan di bawah 18 tahun, baik yang langsung mengambil bagian dalam kontak bersenjata atau yang tidak langsung terlibat dalam kontak senjata seperti; memasak, penjaga pintu, menyampaikan pesan, dan siapa saja yang mengiringi kelompok-kelompok bersenjata yang terlibat dalam suatu konflik. Serta para anak perempuan dan lakilaki yang direkrut sebagai budak seksual atau direkrut untuk melakukan perkawinan paksa. Negara berkewajiban untuk memastikan bahwa perjanjian Hukum Humaniter Internasional diketahui dan dihormati. Hal ini dicapai oleh negara yang menciptakan struktur-struktur yang dibutuhkan untuk memastikan penghormatan lebih besar kepada para korban konflik bersenjata. Apapun motifnya, penggunaan tentara anak tidak dapat dibenarkan. Karena hal ini bertentangan dengan hukum international yang diatur dalam protocol tambahan tahun 1977, konvensi hak anak Tahun 1989 dan Protocol Opsional Konvensi Hak Anak mengenai Larangan Keterlibatan Anak dalam Konflik Bersenjata Tahun Lebih jauh lagi, adalah merupakan suatu kesalahan yang fatal bagi suatu bangsa jika membiarkan anak-

10 4 anak yang notabene merupakan kunci takdir keberadaan suatu bangsa di masa depan, tewas sia-sia di medan perang atau cacat lahir dan batinnya. Karena anakanak adalah pewaris dan penjamin eksestensi bangsa, maka selama anak-anak berada dalam keberadaan aman dan tercukupi segala kebutuhannya, maka selama itu pula bangsa tersebut akan eksis dan lestari. Ada beberapa kelompok anak yang memerlukan perlindungan khusus. Pertama, anak yang berada dalam keadaan darurat yaitu pengungsi, anak yang berada dalam konflik bersenjata; kedua, anak yang mengalami konflik hukum, yang menyangkut soal administratif pengadilan anak, perenggutan kebebasan anak, pemulihan kondisi fisik dan psikologis anak; dan ketiga, anak dalam situasi eksploitasi. 3 Fenomena tentara anak menyebabkan berbagai implikasi apabila ditinjau dari sisi kemanusiaan. Fenomena ini menunjukan bahwa hak-hak anak itu telah di langgar oleh LTTE (Liberation Tigers of Tamil Eelam/Pembebasan Macan Tamil Eelam). Hak tersebut dapat dikaitkan dengan hukum internasional karena merupakan hukum legal yang melindungi dan memperjuangkan hak-hak anak yang terviolasi. Ketika menjadi tentara anak dalam konflik bersenjata, anak-anak Tamil kehilangan haknya. Hak-hak ini terutama hak atas kelangsungan hidup (hak atas kehidupan yang layak dan pelayanan kesehatan), hak untuk berkembang (hak pendidikan dan waktu luang), serta hak perlindungan. Anak-anak Tamil saat itu hanya memikirkan bagaimana mereka dapat bertahan hidup dalam kondisi konflik. 3 Andri Kurniawan, Pemenuhan Hak Anak Atas Kesehatan di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Didasarkan Qanun Aceh Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Perlindungan Anak, Jurnal Dinamika Hukum Vol. 11 No. 2 Mei 2011, Fakultas Hukum Universitas Soedirman, Purwokerto, h. 187.

11 5 Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, perlu pengkajian lebih mendalam mengenai TINJAUAN HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL MENGENAI LEGALITAS PENGGUNAAN TENTARA ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA DI SRILANKA. 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana perlindungan hukum internasional terhadap anak dalam konflik bersenjata? 2. Bagaimana legalitas penggunaan tentara anak dalam konflik bersenjata ditinjau dari perspektif Hukum Humaniter Internasional? 1.3 Ruang Lingkup Masalah Untuk membatasi pembahasan tidak terlalu luas maka dibatasi ruang lingkup permasalahan yang akan dikaji, mengenai perlindungan hukum internasional terhadap anak dalam konflik bersenjata dan legalitas penggunaan tentara anak dalam konflik bersenjata ditinjau dari perspektif Hukum Humaniter Internasional. 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan kondisi yang telah diuraikan dalam latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini mempunyai beberapa tujuan baik tujuan khusus maupun tujuan umum.

12 Tujuan Umum Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan menganalisis mengenai perlindungan hukum internasional terhadap anak dalam konflik bersenjata dan legalitas penggunaan tentara anak dalam konflik bersenjata ditinjau dari perspektif Hukum Humaniter Internasional Tujuan Khusus Adapun beberapa tujuan khusus yang hendak dicapai dalam penelitian ini yakni: 1. Untuk mengetahui dan menganalisis mengenai perlindungan hukum internasional terhadap anak dalam konflik bersenjata. 2. Untuk mengetahui dan menganalisis legalitas penggunaan tentara anak dalam konflik bersenjata ditinjau dari perspektif Hukum Humaniter Internasional. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan hukum, yaitu pengaturan hukum tentang tentara anak dalam Hukum Humaniter Internasional Manfaat Praktis Di samping manfaat teoritis, penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat praktis, yaitu untuk memecahkan masalah-masalah dalam

13 7 pengaturan hukum tentang tentara anak dalam persepsi Hukum Humaniter Internasional. Manfaat praktis tersebut, sebagai berikut: a. Bagi masyarakat, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk mengetahui dan memahami pengaturan hukum tentang tentara anak dalam Hukum Humaniter Internasional. b. Bagi penelitian sendiri, hasil dari penelitian ini dapat menjadi pengembangan dari materi yang telah diberikan selama ini dan bahan bagi pengaturan hukum tentang tentara anak dalam Hukum Humaniter Internasional. 1.6 Orisinalitas Penelitian No Judul Skripsi/Jurnal Penulis Rumusan Masalah 1 Perekrtutan Tentara Anak di Negara Situasi Konflik Bersenjata (Kasus Perang Sipil Kolombia). Andi Nurimanah Mangopo (2013) 1. Bagaimana perlindungan hukum humaniter internasional terhadap anak dibawah umur yang direkrut sebagai tentara anak di negara konflik bersenjata, dan khususnya praktik perekrutan tentara anak di negara Kolombia.? 2 Perlindungan Tentara Anak Dalam Konflik Bintang Kinayung Ingtyas, dkk, (2013) 1.Bagaimana latar belakang terjadinya konflik bersenjata di

14 8 Bersenjata Ditinjau dari Segi Hukum Humaniter Internasional (Studi Kasus: Republik Demokratis Kongo). Republik Demokratis Kongo? 2.Bagaimana Hukum Humaniter Internasional mengatur tentang perlindungan tentara anak dalam konflik bersenjata di Republik Demokratis Kongo? 1.7 Landasan Teoritis Adapun landasan teori yang digunakan dalam uraian adalah: Teori perlindungan hukum Internasional Pada dasarnya, tujuan dari Hukum Humaniter adalah untuk memberikan perlindungan kepada mereka yang menderita atau yang menjadi korban dari perang, baik mereka yang secara nyata dan aktif dalam pertikaian (kombat), maupun mereka yang tidak turut serta dalam pertikaian (penduduk sipil) 4. Melihat dari apa yang menjadi tujuan dari salah satu cabang Hukum Internasional ini adalah menegaskan bahwa setiap terjadi pertikaian bersenjata; baik yang sifatnya internasional ataupun non internasional, jatuhnya korban jiwa serta keadaan yang porak poranda tidak dapat dihindarkan. Hukum Humaniter diciptakan hanya untuk mengatur konflik bersenjata saja. Tidak untuk mengatur bentuk-bentuk lain dari konflik atau perang, misalnya konflik ekonomi (economical warfare). 4 Haryomataram, Pengantar Hukum Humaniter, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, h. 3.

15 9 Hukum Humaniter diciptakan bukan tanpa suatu tujuan yang jelas. Hukum Humaniter mempunyai tujuan utama yaitu memberi perlindungan terhadap seluruh korban perang baik yang berasal dari kombatan maupun non kombatan. Selain itu, tujuan dari hukum ini ialah untuk menjamin hak-hak asasi dari setiap pihak yang jatuh ke tangan musuh. Selain memberikan perlindungan, hukum humaniter juga diharapkan mampu memberikan harapan untuk terjadinya perdamaian antara pihak yang bertikai serta membatasi kekuasaan dari setiap pihak yang berperang agar tidak terjadi penguasaan total oleh satu pihak di dalam suatu wilayah pertikaian. Berdasarkan tujuan yang telah diuraikan, terkandung 3 (tiga) asas penting dalam Hukum Humaniter. Asas-asas tersebut antara lain: 1. Asas Kepentingan Militer. Asas ini memaparkan bahwa setiap pihak yang bersengketa dibenarkan menggunakan kekerasan untuk menaklukan lawan atau musuh demi tercapainya keberhasilan perang. Dalam istilah asing, asas ini disebut juga military necessity. 2. Asas Perikemanusiaan. Asas ini menjelaskan bahwasannya para pihak yang bersengketa diwajibkan untuk memperhatikan perikemanusiaan. Maksudnya adalah bahwa setiap pihak yang bertikai dilarang menggunakan kekerasan dalam bentuk apapun yang dapat menimbulkan luka yang berlebihan atau penderitaan yang tidak diinginkan. Dalam istilah asing asas ini disebut humanity. 3. Asas Kesatria. Asas ini mengandung arti bahwa ketika perang berlangsung, kejujuran merupakan suatu hal yang sifat nya sangatlah penting. Kejujuran

16 10 harus diutamakan. Kejujuran yang dimaksud difokuskan pada penggunaan senjata yang tidak diperkenankan untuk digunakan, tidak dibenarkan melakukan berbagai ragam tipu muislihat dan tidak dibenarkan juga melakukan pengkhianatan. Dalam istilah asing asas ini disebut chilvary. Suatu hukum diciptakan tidak hanya dengan mempertimbangkan tujuan apa yang hendak dicapai oleh hukum tersebut. Sumber daripada hukum tersebut juga harus menjadi salah satu hal penting yang harus dipertimbangkan. Suatu hukum harus memiliki sumber yang jelas. Jika suatu hukum tidak memiliki sumber hukum yang jelas, dikhawatirkan hukum tersebut menjadi tidak sah atau tidak memiliki kekuatan yang mengikat. Bagi hukum internasional, sumber hukum nya mengacu pada Pasal 38 ayat (1) Statuta Mahkamah Internasional. Pasal ini menyebutkan bahwa sumber hukum yang dapat diterapkan antara lain: 1. Perjanjian yang bersifat internasional. Baik itu yang sifatnya umum ataupun khusus, yang mengandung ketentuan hukum dan ditetapkan sebagai suatu aturan hukum yang tegas serta diakui oleh tiap-tiap negara peserta; 2. Kebiasaan internasional, sebagai bukti dari suatu kebiasaan umum yang diterima sebagai hukum; 3. Prinsip-prinsip hukum umum yang oleh diakui bangsa-bangsa yang beradab; 4. Keputusan pengadilan dan ajaran para sarjana yang sifatnya paling terkemuka dari berbagai negara, yang dijadikan sebagai sumber tambahan untuk menetapkan kaidah-kaidah hukum internasional.

17 11 Sebagaimana telah disebutkan pada halaman sebelumnya, mengenai ruang lingkup dari hukum humaniter, maka dapat diketahui bahwasannya hukum humaniter tersebut terdiri dari Hukum Den Haag dan Hukum Jenewa. Hukum Den Haag mengatur mengenai tata cara serta perlengkapan yang boleh dipakai pada saat berperang, sedangkan Hukum Jenewa mengatur mengenai bentuk-bentuk perlindungan terhadap korban perang. Dengan kata lain, kedua hukum inilah yang menjadi sumber utama dari hukum humaniter intenasional Teori perlindungan terhadap anak Perlindungan terhadap Anak dalam Konflik Bersenjata Dalam perlindungan umum, anak anak dapat dikategorikan sebagai orang-orang sipil yang yang tidak mengambil bagian dalam permusuhan. Anak-anak mendapatkan perlindungan berkenaan dengan penghormatan pribadi, hak kekeluargaan, kekayaan, dan praktek keagamaan(pasal 27 Konvensi Jenewa IV 1949). Anak tidak boleh dilakukan tindakan-tindakan yang disebutkan dalam Pasal 27 sampai Pasal 34 KonvensiJenewa IV sebagai berikut. 1) Melakukan pemaksaan jasmani maupun rohani untuk memperolehketerangan; 2) Melakukan tindakan yang menimbulkan penderitaan jasmani; 3) Menjatuhkan hukuman kolektif; 4) Melakukan tindakan intimidasi, terorisme dan perampokan; 5) Melakukan tindakan pembalasan; 6) Menjadikan mereka sebagai sandera; 7) Melakukan tindakan yang menimbulkan penderitaan jasmani atas permusuhan terhadap orang yang dilindungi.

18 12 Bilamana terjadi suatu sengketa bersenjata, anak-anak dapat dikategorikan sebagai makhluk yang terutama sekali mudah diserang. Perlindungan terhadap anak-anak diatur dalam hukum internasional mengenai sengketa bersenjata, khususnya Konvensi Jenewa dan Protokol Tambahan 1977 yang meliputi : 1)Hak-hak anak untuk pemeliharaan dan bantuan; 2)Penempatan anak-anak di bawah usia 15 tahun dalam daerah-daerah dan zona keselamatan (safety zone) dan rumah sakit; 3)Penyatuan kembali keluarga tercerai berai oleh sengketa bersenjata internasional atau internal; 4)Pemindahan sementara anak-anak berdasarkan alasan keselamatan mereka, khususnya dari kepungan atau daerah kepungan; 5)Perlindungan lingkungan budaya anak dan pendidikannya; 6)Perlindungan yatim piatu atau anak-anak yang terpisah dari orang tuanya Teori Ius In Bello dan Ius Ad Bellum Ius in bello merupakan serangkaian hukum yang akan berlaku begitu peperangan dimulai. Tujuannya adalah untuk mengatur bagaimana perang dilakukan, tanpa adanya kecurigaan terhadap alasan-alasan bagaimana atau mengapa perang tersebut dimulai. 6 Pengaturan dalam sumber-sumber Hukum Humaniter, terutama dalam sumber utama yaitu : a. Konvensi-konvensi den Haag, tahun 1907, disebut hukum den Haag. 5 anak-dalam-konflik-bersenjata-internasional-studi-normatif-tentang-implementasi-konvensi-jenewa-iv abstrak.h diakses pada 20 mei 2016

19 13 b. Konvensi-konvensi Jenewa, tahun 1949, disebut dengan hokum jenewa. c. Protocol-protokol tambahan, tahun 1977 Ius in bello dapat dibagi menjadi dua yaitu : 1. Hukum yang mengatur cara dilakukannya perang (conduct of war), yang biasa disebut sebagai Hague Law. 2. Hukum yang mengatur perlindungan orang-orang yang menjadi korban perang, yang lazimnya disebut dengan Guneva Law. 7 Teori Ius Ad Bellum merupakan sebutan yang diberikan pada cabang hukum yang menentukan alasan-alasan yang sah bagi sebuah negara untuk berperang dan memfokuskan pada kriteria tertentu yang membuat sebuah perang itu dibenarkan. Sumber hukum modern utama dari jus ad bellum berasal dari Piagam PBB, yang dalam Pasal 2 mendeklarasikan: Semua anggota dalam hubungan internasionalnya akan menahan diri dari ancaman atau penggunaan kekuatan yang bertentangan dengan integritas wilayah maupun kemandirian politik negara manapun, atau dengan cara apapun bersikap tidak konsisten dengan tujuan PBB Teori Common Consent dalam Hukum Internasional Hukum internasional tidak terletak pada kehendak sepihak negara-negara, melainkan pada kehendak besama negara-negara. Teori positivisme dari Hans Kelsen menyebutkkan adanya persetujuan Negara-Negara yang berdaulat untuk 7 Haryomataram, 2005, Pengantar Hukum Humaniter, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. H diakses pada 20 mei 2016

20 14 mengikatkan diri pada kaidah-kaidah atau norma hukum Internasional yang terdiri dari teori common consent 9. Jika pada suatu waktu ada satu atau beberapa Negara tidak lagi bersedia untuk tunduk dan terikat pada hukum Internasional, dan bermaksud untuk menarik diri, maka Negara itu tidak dapat menarik diri secara sepihak, melainkan harus mendapat persetujuan bersama dari Negara-Negara lainnya. Persetujuan ini juga merupakan manifestasi dan kehendak bersama Negara-Negara 10. Jika negara-negara tunduk pada hukum internasional, disebabkan karena terdapat kehendak bersama dan negara-negara untuk tunduk dan terikat pada hukum internasional Teori Universalitas HAM Teori Universalitas HAM merupakan sebuah anugerah yang diberikan kepada Tuhan, hampir seluruh Negara sepakat dengan prinsip Universalitas HAM yaitu : 1. HAM sebagai hak alamiah bersifat fundamental, dimiliki individu terlepas dari nilai-nilai masyarakat ataupun Negara. 2. Tidak perlu pengakuan dari Dewan ataupun Pejabar manapun. 3. Merupakan pembatasan kewenangan dan yuridiksi Negara 4. Fungsi Negara adalah melindungi hak hak alamiah masyarakat bukan untuk monarkhi atau sistem kekuasaan Negara Hukum.com, Daya Mengikat Hukum Internasional, 28 Juni 2012, URL: diakses pada 21 mei Ibid 11 diakses pada 14 juni 2016

21 Metode Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah penelitian yuridis normatif. Penulisan yuridis normatif disini dimaksudkan bahwa, permasalahan hukum yang menjadi objek kajian, yaitu masalah pengaturan hukum tentang tentara anak dalam persepsi Hukum Humaniter Internasional, dianalisis berdasarkan pada sumbersumber berupa konvensi internsional, doktrin-doktrin, teori-teori hukum. Pendekatan penelitian yang dipakai dalam penulisan ini adalah pendekatan statuta approach, yaitu pendekatan yang digunakan dalam penelitian hukum yang dilakukan dengan menelaah peraturan-peraturan yang bersangkut paut dengan isu hukum di bidang hukum humaniter. Dalam penelitian ini digunakan pendekatan case approach untuk mengetahui apakah penggunaan anak-anak sebagai tentara perang merupakan perbuatan hukum yang dibenarkan oleh hukum humaniter internasional dan perlindungan seperti apa yang seharusnya diberikan terhadap anak-anak tersebut Bahan Hukum Bahan hukum yang digunakan dalam penulisan ini dibagi menjadi dua, yaitu bahan hukum primer dan sekunder. Bahan hukum primer yang digunakan adalah The Geneva Convention relative to the Protection of Civilian Persons in Time of War (Konvensi Jenewa IV), Protocol I (1977) relating to the Protection of Victims of International Armed Conflicts (Protokol Tambahan I), Protocol II (1977) relating to the Protection of Victims of Non International Armed Conflicts (Protokol Tambahan II), Convention on the Rights of the

22 16 Child (CRC), Optional Protocol on the Involvement of Children in Armed Conflict (OPAC). Bahan hukum sekunder yang digunakan adalah buku-buku, jurnal, dan artikel dalam website, juga berita-berita yang berhubungan dengan hukum humaniter internasional dan hukum hak asasi manusia. Sedangkan bahan hukum tersier yang digunakan dalan penulisan ini adalah kamus hukum Teknik Pengumpulan Bahan Hukum Untuk memperoleh kebenaran ilmiah dalam skripsi ini penulis menggunakan metode pengumpulan data dengan cara studi pustaka, yaitu mempelajari dan menganalisis secara sistematis peraturan perundang-undangan hukum humaniter internasional, buku-buku, majalah-majalah, jurnal, electronic book dan bahan-bahan lain yang berkaitan dengan materi yang dibahas dalam skripsi ini. Analisis data yang digunakan dalam skripsi ini adalah analisis kualitatif, yaitu data yang diperoleh kemudian disusun secara sistematis dan kemudian dianalisis secara kualitatif untuk mendapatkan kejelasan masalah yang akan dibahas. Data yang diteliti dalam skripsi ini terdiri dari dua jenis data yaitu: a. Sumber data primer berupa peraturan perundang-undangan hukum humaniter internasional b. Sumber data sekunder berupa bahan acuan lainnya yang berisikan informasi yang mendukung penulisan skripsi ini seperti artikel-artikel, jurnal ilmiah, surat kabar, majalah, electronic book, dan sebagainya.

23 Teknik Analisis Pada tahap analisis data digunakan analisis data kualitatif yaitu analisis data yang tidak menggunakan angka, melainkan memberikan gambar-gambaran dengan kata-kata atau temuan yang lebih mengutamakan kualitas. Pada penelitian ini, dilakukan dengan mengaitkan data dengan data lainnya, yaitu dengan mencocokan, membandingkan, mengelompokan dan verifikasi data agar memiliki nalai yuridis, akademis dan ilmiah. Setelah itu dilakukan penafsiran data untuk mendapatkan simpulan tentang permasalahan yang dibahas. Tahap terakhir, keseluruhan hasil analisis disajikan secara diskriptif, yaitu dengan memaparkan secara lengkap berbagai persoalan yang timbul berkaitan dengan masalah yang diteliti disertai dengan memperbaiki usulan secara kritis dalam bentuk skripsi.

24 18

STATUS TENTARA ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA

STATUS TENTARA ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA 1 STATUS TENTARA ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA I Gede Adhi Supradnyana I Dewa Gede Palguna I Made Budi Arsika Program Kekhususan Hukum Internasional dan Bisnis Internasional Fakultas Hukum Universitas

Lebih terperinci

HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL KONFLIK BERSENJATA NON-INTERNASIONAL

HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL KONFLIK BERSENJATA NON-INTERNASIONAL HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL KONFLIK BERSENJATA NON-INTERNASIONAL Malahayati Kapita Selekta Hukum Internasional October 10, 2015 Kata Pengantar Syukur Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konflik bersenjata atau dalam bahasa asing disebut sebagai armed conflict

BAB I PENDAHULUAN. Konflik bersenjata atau dalam bahasa asing disebut sebagai armed conflict BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konflik bersenjata atau dalam bahasa asing disebut sebagai armed conflict merupakan suatu keadaan yang tidak asing lagi di mata dunia internasional. Dalam kurun waktu

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.324, 2013 KEMENTERIAN PERTAHANAN. Hukum. Humaniter. Hak Asasi Manusia. Penyelenggaraan Pertahanan Negara. Penerapan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN KOMBATAN. Siapa yang boleh dijadikan obyek peperangan dan tidak. Distinction principle. Pasal 1 HR Kombatan..?

PERLINDUNGAN KOMBATAN. Siapa yang boleh dijadikan obyek peperangan dan tidak. Distinction principle. Pasal 1 HR Kombatan..? PERLINDUNGAN KOMBATAN Pasal 1 HR Kombatan..? Distinction principle Siapa yang boleh dijadikan obyek peperangan dan tidak. Dipimpin seorang yang bertanggungjawab atas bawahannya Mempunyai lambang yang dapat

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP WARGA SIPIL DALAM KONFLIK BERSENJATA (NON-INTERNASIONAL) LIBYA DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP WARGA SIPIL DALAM KONFLIK BERSENJATA (NON-INTERNASIONAL) LIBYA DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP WARGA SIPIL DALAM KONFLIK BERSENJATA (NON-INTERNASIONAL) LIBYA DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL Oleh Pande Putu Swarsih Wulandari Ni Ketut Supasti Darmawan

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA LEGAL PROTECTION FOR CHILDREN IN THE MIDST OF ARMED CONFLICTS Enny Narwati, Lina Hastuti 1 ABSTRACT The purposes of the research are to understand

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia ini. Hal ini dikarenakan perang memiliki sejarah yang sama lamanya dengan

BAB I PENDAHULUAN. dunia ini. Hal ini dikarenakan perang memiliki sejarah yang sama lamanya dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perang adalah suatu istilah yang tidak asing lagi bagi manusia yang ada di dunia ini. Hal ini dikarenakan perang memiliki sejarah yang sama lamanya dengan sejarah umat

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENGESAHAN OPTIONAL PROTOCOL TO THE CONVENTION ON THE RIGHTS OF THE CHILD ON THE INVOLVEMENT OF CHILDREN IN ARMED CONFLICT (PROTOKOL OPSIONAL

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa anak mempunyai hak untuk tumbuh dan berkembang secara sehat dan wajar baik

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK-ANAK YANG MENJADI KORBAN PENGGUNAAN SENJATA AGENT ORANGE DALAM PERANG VIETNAM

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK-ANAK YANG MENJADI KORBAN PENGGUNAAN SENJATA AGENT ORANGE DALAM PERANG VIETNAM PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK-ANAK YANG MENJADI KORBAN PENGGUNAAN SENJATA AGENT ORANGE DALAM PERANG VIETNAM Oleh : Risa Sandhi Surya I Dewa Gede Palguna I Made Budi Arsika Program Kekhususan Hukum Internasional

Lebih terperinci

LEGALITAS PENGGUNAAN BOM CURAH (CLUSTER BOMB) PADA AGRESI MILITER ISRAEL KE PALESTINA DALAM PERSPEKTIF HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL

LEGALITAS PENGGUNAAN BOM CURAH (CLUSTER BOMB) PADA AGRESI MILITER ISRAEL KE PALESTINA DALAM PERSPEKTIF HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL LEGALITAS PENGGUNAAN BOM CURAH (CLUSTER BOMB) PADA AGRESI MILITER ISRAEL KE PALESTINA DALAM PERSPEKTIF HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL Oleh: Alan Kusuma Dinakara Pembimbing: Dr. I Gede Dewa Palguna SH.,

Lebih terperinci

LEGALITAS PENGGUNAAN PELURU KENDALI BALISTIK ANTARBENUA (INTERCONTINENTAL BALLISTIC MISSILE) DALAM PERANG ANTARNEGARA

LEGALITAS PENGGUNAAN PELURU KENDALI BALISTIK ANTARBENUA (INTERCONTINENTAL BALLISTIC MISSILE) DALAM PERANG ANTARNEGARA LEGALITAS PENGGUNAAN PELURU KENDALI BALISTIK ANTARBENUA (INTERCONTINENTAL BALLISTIC MISSILE) DALAM PERANG ANTARNEGARA Oleh : I Gede Bagus Wicaksana Ni Made Ari Yuliartini Griadhi Program Kekhususan Hukum

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENGESAHAN OPTIONAL PROTOCOL TO THE CONVENTION ON THE RIGHTS OF THE CHILD ON THE INVOLVEMENT OF CHILDREN IN ARMED CONFLICT (PROTOKOL OPSIONAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan dan tujuan diantara negara negara yang ada. Perbedaan perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan dan tujuan diantara negara negara yang ada. Perbedaan perbedaan BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Sepanjang perjalanan sejarah umat manusia, selalu timbul perbedaan kepentingan dan tujuan diantara negara negara yang ada. Perbedaan perbedaan ini memberikan dinamika

Lebih terperinci

PERAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA BANGSA DALAM PEMBATASAN PENGGUNAAN SENJATA

PERAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA BANGSA DALAM PEMBATASAN PENGGUNAAN SENJATA PERAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA BANGSA DALAM PEMBATASAN PENGGUNAAN SENJATA Oleh Grace Amelia Agustin Tansia Suatra Putrawan Program Kekhususan Hukum Internasional dan Bisnis Internasional Fakultas

Lebih terperinci

Haryomataram membagi HH menjadi 2 (dua) atura-aturan pokok, yaitu 1 :

Haryomataram membagi HH menjadi 2 (dua) atura-aturan pokok, yaitu 1 : Bab I PENDAHULUAN 1.1. Istilah dan Pengertian Hukum Humaniter Istilah hukum humaniter atau lengkapnya disebut international humanitarian law applicable in armed conflict berawal dari istilah hukum perang

Lebih terperinci

BAB VIII HUKUM HUMANITER DAN HAK ASASI MANUSIA TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)

BAB VIII HUKUM HUMANITER DAN HAK ASASI MANUSIA TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU) BAB VIII HUKUM HUMANITER DAN HAK ASASI MANUSIA TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU) Pada akhir kuliah mahasiswa diharapkan dapat memberikan argumentasi tentang perlindungan Hukum dan HAM terhadap sengketa bersenjata,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan kesimpulan dari pembahasan di atas mengenai. perlindungan pihak ICRC ditinjau dari Konvensi Jenewa 1949 dan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan kesimpulan dari pembahasan di atas mengenai. perlindungan pihak ICRC ditinjau dari Konvensi Jenewa 1949 dan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan kesimpulan dari pembahasan di atas mengenai perlindungan pihak ICRC ditinjau dari Konvensi Jenewa 1949 dan Protokol tambahannya serta sumber hukum lain yang menguatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional. Berbagai pelanggaran hukum perang dilakukan oleh kedua belah

BAB I PENDAHULUAN. internasional. Berbagai pelanggaran hukum perang dilakukan oleh kedua belah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Palestina merupakan daerah yang seolah tidak pernah aman, senantiasa bergejolak dan terjadi pertumpahan darah akibat dari perebutan kekuasaan. 1 Sengketa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketika lawan terbunuh, peperangan adalah suatu pembunuhan besar-besaran

BAB I PENDAHULUAN. ketika lawan terbunuh, peperangan adalah suatu pembunuhan besar-besaran BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hukum Humaniter Internasional yang dulu disebut Hukum Perang, atau hukum sengketa bersenjata, memiliki sejarah yang sama tuanya dengan peradaban manusia. 1 Inti dari

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Segala puji syukur penulis panjatkan hanya bagi Tuhan Yesus Kristus, oleh karena

KATA PENGANTAR. Segala puji syukur penulis panjatkan hanya bagi Tuhan Yesus Kristus, oleh karena KATA PENGANTAR Segala puji syukur penulis panjatkan hanya bagi Tuhan Yesus Kristus, oleh karena anugerah-nya yang melimpah, kemurahan dan kasih setia yang besar akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bersengketa dengan menggunakan alat-alat dan metode berperang tertentu

BAB I PENDAHULUAN. yang bersengketa dengan menggunakan alat-alat dan metode berperang tertentu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perang adalah suatu kondisi dimana terjadinya pertikaian antara para pihak yang bersengketa dengan menggunakan alat-alat dan metode berperang tertentu untuk

Lebih terperinci

EKSISTENSI DAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENTARA BAYARAN (MERCENARIES) YANG TERLIBAT KONFLIK BERSENJATA MENURUT HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL

EKSISTENSI DAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENTARA BAYARAN (MERCENARIES) YANG TERLIBAT KONFLIK BERSENJATA MENURUT HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL EKSISTENSI DAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENTARA BAYARAN (MERCENARIES) YANG TERLIBAT KONFLIK BERSENJATA MENURUT HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL Diajukan Guna Memenuhi Sebahagian Persyaratan Untuk Memperoleh

Lebih terperinci

PENEGAKAN HUKUM HUMANITER DALAM KONFLIK BERSENJATA INTERNAL SURIAH

PENEGAKAN HUKUM HUMANITER DALAM KONFLIK BERSENJATA INTERNAL SURIAH PENEGAKAN HUKUM HUMANITER DALAM KONFLIK BERSENJATA INTERNAL SURIAH Oleh I Wayan Gede Harry Japmika 0916051015 I Made Pasek Diantha I Made Budi Arsika Program Kekhususan Hukum Internasional Fakultas Hukum

Lebih terperinci

Kata Kunci : Perang, Perwakilan Diplomatik, Perlindungan Hukum, Pertanggungjawaban

Kata Kunci : Perang, Perwakilan Diplomatik, Perlindungan Hukum, Pertanggungjawaban PENGATURAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PERWAKILAN DIPLOMATIK DI WILAYAH PERANG Oleh : Airlangga Wisnu Darma Putra Putu Tuni Cakabawa Landra Made Maharta Yasa Program Kekhususan Hukum Internasional dan Hukum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perang atau konflik bersenjata merupakan salah satu bentuk peristiwa yang

BAB I PENDAHULUAN. Perang atau konflik bersenjata merupakan salah satu bentuk peristiwa yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perang atau konflik bersenjata merupakan salah satu bentuk peristiwa yang hampir sama tuanya dengan peradaban kehidupan manusia. Perang merupakan suatu keadaan dimana

Lebih terperinci

BAB II PENGERTIAN DAN PERKEMBANGAN HUKUM HUMANITER DAN HAK AZASI MANUSIA. A. Pengertian Humaniter dan Hak Azasi Manusia

BAB II PENGERTIAN DAN PERKEMBANGAN HUKUM HUMANITER DAN HAK AZASI MANUSIA. A. Pengertian Humaniter dan Hak Azasi Manusia BAB II PENGERTIAN DAN PERKEMBANGAN HUKUM HUMANITER DAN HAK AZASI MANUSIA A. Pengertian Humaniter dan Hak Azasi Manusia Sejarah manusia hampir tidak pernah bebas dari pada peperangan. Mochtar Kusumaatmadja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hubungan-hubungan yang ada di antara manusia itu sendiri. Perang adalah

BAB I PENDAHULUAN. hubungan-hubungan yang ada di antara manusia itu sendiri. Perang adalah BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Perang merupakan suatu peristiwa yang memiliki umur yang sama tua nya dengan peradaban manusia di muka bumi ini. Dimana perang itu lahir dari hubungan-hubungan yang

Lebih terperinci

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT PANJA KOMISI III DPR-RI DENGAN KEPALA BADAN PEMBINAAN HUKUM NASIONAL (BPHN) DALAM RANGKA PEMBAHASAN DIM RUU TENTANG KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA ---------------------------------------------------

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL PADA KONDISI PERANG MENGGUNAKAN CLUSTER BOMBS DAN KAITANNYA DENGAN TEORI JUST WAR

PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL PADA KONDISI PERANG MENGGUNAKAN CLUSTER BOMBS DAN KAITANNYA DENGAN TEORI JUST WAR PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL PADA KONDISI PERANG MENGGUNAKAN CLUSTER BOMBS DAN KAITANNYA DENGAN TEORI JUST WAR Oleh Yelischa Felysia Sabrina Pane Ida Bagus Sutama Bagian Hukum Internasional Fakultas Hukum

Lebih terperinci

ANALISIS PELANGGARAN HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL DALAM KONFLIK BERSENJATA ISRAEL-HEZBOLLAH Oleh

ANALISIS PELANGGARAN HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL DALAM KONFLIK BERSENJATA ISRAEL-HEZBOLLAH Oleh ANALISIS PELANGGARAN HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL DALAM KONFLIK BERSENJATA ISRAEL-HEZBOLLAH Oleh Ayu Krishna Putri Paramita I Made Pasek Diantha I Made Budi Arsika Bagian Hukum Internasional Fakultas

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, ttd. DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, ttd. DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO LAMPIRAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENGESAHAN OPTIONAL PROTOCOL TO THE CONVENTION ON THE RIGHTS OF THE CHILD ON THE INVOLVEMENT OF CHILDREN IN ARMED CONFLICT (PROTOKOL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perdagangan orang merupakan bentuk modern dari perbudakan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perdagangan orang merupakan bentuk modern dari perbudakan manusia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perdagangan orang merupakan bentuk modern dari perbudakan manusia. Perbudakan adalah kondisi seseorang di bawah kepemilikan orang lain. Praktek serupa perbudakan

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN ANAK YANG TERLIBAT DAN TERKENA DAMPAK KONFLIK BERSENJATA MENURUT HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL (STUDI KASUS REPUBLIK DEMOKRATIK KONGO)

PERLINDUNGAN ANAK YANG TERLIBAT DAN TERKENA DAMPAK KONFLIK BERSENJATA MENURUT HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL (STUDI KASUS REPUBLIK DEMOKRATIK KONGO) PERLINDUNGAN ANAK YANG TERLIBAT DAN TERKENA DAMPAK KONFLIK BERSENJATA MENURUT HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL (STUDI KASUS REPUBLIK DEMOKRATIK KONGO) ARTIKEL Guna Melengkapi Persyaratan Untuk Mencapai Gelar

Lebih terperinci

BAB II PENGATURAN MENGENAI HAK ANAK MENURUT HUKUM INTERNASIONAL

BAB II PENGATURAN MENGENAI HAK ANAK MENURUT HUKUM INTERNASIONAL BAB II PENGATURAN MENGENAI HAK ANAK MENURUT HUKUM INTERNASIONAL A. Sejarah Konvensi Hak Anak (Convention on the Rights of the Child) Konvensi Hak Anak (Convention on the Rights of the Children), merupakan

Lebih terperinci

PENGATURAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PERWAKILAN DIPLOMATIK DI WILAYAH PERANG

PENGATURAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PERWAKILAN DIPLOMATIK DI WILAYAH PERANG SKRIPSI PENGATURAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PERWAKILAN DIPLOMATIK DI WILAYAH PERANG AIRLANGGA WISNU DARMA PUTRA NIM. 1103005065 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2016 i PENGATURAN PERLINDUNGAN

Lebih terperinci

2012, No Mengingat sebagaimana diwujudkan dalam Optional Protocol to the Convention on the Rights of the Child on the Involvement of Children in

2012, No Mengingat sebagaimana diwujudkan dalam Optional Protocol to the Convention on the Rights of the Child on the Involvement of Children in LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.148, 2012 PENGESAHAN. Protokol. Hak-Hak Anak. Konflik. Bersenjata. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5329) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

Norway, di Yogyakarta tanggal September 2005

Norway, di Yogyakarta tanggal September 2005 HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL DAN KEJAHATAN PERANG Dipresentasikan oleh : Fadillah Agus Disampaikan dalam Training, Training Hukum HAM bagi Dosen Pengajar Hukum dan HAM di Fakultas Hukum pada Perguruan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENGESAHAN OPTIONAL PROTOCOL TO THE CONVENTION ON THE RIGHTS OF THE CHILD ON THE INVOLVEMENT OF CHILDREN IN ARMED CONFLICT (PROTOKOL OPSIONAL

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENGESAHAN OPTIONAL PROTOCOL TO THE CONVENTION ON THE RIGHTS OF THE CHILD ON THE INVOLVEMENT OF CHILDREN IN ARMED CONFLICT (PROTOKOL OPSIONAL

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HAK ASASI MANUSIA INTERNASIONAL TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK DI WILAYAH YANG MENGALAMI KONFLIK BERSENJATA. Oleh : Dentria Cahya Sudarsa*

PERLINDUNGAN HAK ASASI MANUSIA INTERNASIONAL TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK DI WILAYAH YANG MENGALAMI KONFLIK BERSENJATA. Oleh : Dentria Cahya Sudarsa* PERLINDUNGAN HAK ASASI MANUSIA INTERNASIONAL TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK DI WILAYAH YANG MENGALAMI KONFLIK BERSENJATA Oleh : Dentria Cahya Sudarsa* Bagian Hukum Internasional Fakultas Hukum Universitas

Lebih terperinci

DIPONEGORO LAW REVIEW Volume 1, Nomor 2, Tahun 2013Online di

DIPONEGORO LAW REVIEW Volume 1, Nomor 2, Tahun 2013Online di PERLINDUNGAN TENTARA ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA DITINJAU DARI SEGI HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL (STUDI KASUS : REPUBLIK DEMOKRATIS KONGO) Bintang Kinayung Ingtyas, Joko Setiyono, Seokotjo Hardiwinoto

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGESAHAN OPTIONAL PROTOCOL TO THE CONVENTION ON THE RIGHTS OF THE CHILD ON THE SALE OF CHILDREN, CHILD PROSTITUTION AND CHILD PORNOGRAPHY

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN ORANG SIPIL DALAM HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL

PERLINDUNGAN ORANG SIPIL DALAM HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL PERLINDUNGAN ORANG SIPIL DALAM HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL Levina Yustitianingtyas Fakultas Hukum Universitas Hang Tuah Surabaya Email : firman.yusticia86@gmail.com ABSTRAK Hukum Humaniter Internasional

Lebih terperinci

DALAM PERSPEKTIF HUKUM INTERNASIONAL (PUTUSAN ICJ NOMOR 143 TAHUN

DALAM PERSPEKTIF HUKUM INTERNASIONAL (PUTUSAN ICJ NOMOR 143 TAHUN ABSTRAK TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERLINDUNGAN HAK ASASI MANUSIA DALAM TRAKTAT PERDAMAIAN (PEACE TREATY) TAHUN 1947 ANTARA ITALIA DAN JERMAN BERDASARKAN PRINSIP JUS COGENS DALAM PERSPEKTIF HUKUM INTERNASIONAL

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGESAHAN OPTIONAL PROTOCOL TO THE CONVENTION ON THE RIGHTS OF THE CHILD ON THE SALE OF CHILDREN, CHILD PROSTITUTION AND CHILD PORNOGRAPHY

Lebih terperinci

SILABUS 2015 KULIAH HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FISIPOL UGM

SILABUS 2015 KULIAH HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FISIPOL UGM SILABUS 2015 KULIAH HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FISIPOL UGM Drs. Usmar Salam, M. Int. Stu (Jelita Sari Wiedoko Vicky Anugerah Tri Hantari Ignatius Stanley Andi Pradana) A.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL. A. Sejarah Lahirnya Hukum Humaniter Internasional

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL. A. Sejarah Lahirnya Hukum Humaniter Internasional BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL A. Sejarah Lahirnya Hukum Humaniter Internasional Hukum Humaniter Internasional yang dahulu dikenal sebagai Hukum Perang atau Hukum Sengketa Bersenjata

Lebih terperinci

TINJAUAN HUKUM HUMANITER MENGENAI PERLINDUNGAN HAK ASASI MANUSIA BAGI PERSONIL MILITER YANG MENJADI TAWANAN PERANG

TINJAUAN HUKUM HUMANITER MENGENAI PERLINDUNGAN HAK ASASI MANUSIA BAGI PERSONIL MILITER YANG MENJADI TAWANAN PERANG TINJAUAN HUKUM HUMANITER MENGENAI PERLINDUNGAN HAK ASASI MANUSIA BAGI PERSONIL MILITER YANG MENJADI TAWANAN PERANG Oleh: Ivan Donald Girsang Pembimbing : I Made Pasek Diantha, I Made Budi Arsika Program

Lebih terperinci

MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL

MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL Resolusi disahkan oleh konsensus* dalam Sidang IPU ke-128 (Quito, 27 Maret 2013) Sidang ke-128 Inter-Parliamentary

Lebih terperinci

PROTOKOL OPSIONAL PADA KONVENSI TENTANG HAK ANAK TENTANG KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA

PROTOKOL OPSIONAL PADA KONVENSI TENTANG HAK ANAK TENTANG KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA 1 PROTOKOL OPSIONAL PADA KONVENSI TENTANG HAK ANAK TENTANG KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA Ditetapkan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa Pada tanggal 25 Mei 2000 Negara-negara Pihak

Lebih terperinci

Abstract. Keywords ; Military Attack, NATO, Libya, Civilian

Abstract. Keywords ; Military Attack, NATO, Libya, Civilian JUSTIFIKASI PERLINDUNGAN PENDUDUK SIPIL DALAM SERANGAN MILITER PAKTA PERTAHANAN ATLANTIK UTARA (THE NORTH ATLANTIC TREATY ORGANIZATION/NATO) TERHADAP LIBYA Oleh: Veronika Puteri Kangagung I Dewa Gede Palguna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Hillary Clinton, It Takes a Villages, Simon & Schuster Inc, New York, 1996, hlm.12

BAB I PENDAHULUAN. 1 Hillary Clinton, It Takes a Villages, Simon & Schuster Inc, New York, 1996, hlm.12 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah aset bangsa. Masa depan bangsa dan negara dimasa yang akan dating berada ditangan anak sekarang. Bagus kepribadian anak sekarang, maka baguslah masa depan

Lebih terperinci

Institute for Criminal Justice Reform

Institute for Criminal Justice Reform UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap orang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN OLEH TERORIS,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik sengketa dalam negeri maupun luar negeri. Sengketa-sengketa tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN. baik sengketa dalam negeri maupun luar negeri. Sengketa-sengketa tersebut dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semenjak awal kelahirannya, suatu negara tak lepas dari namanya sengketa, baik sengketa dalam negeri maupun luar negeri. Sengketa-sengketa tersebut dapat dipicu

Lebih terperinci

PENERAPAN PRINSIP NON REFOULEMENT TERHADAP PENGUNGSI DALAM NEGARA YANG BUKAN MERUPAKAN PESERTA KONVENSI MENGENAI STATUS PENGUNGSI TAHUN 1951

PENERAPAN PRINSIP NON REFOULEMENT TERHADAP PENGUNGSI DALAM NEGARA YANG BUKAN MERUPAKAN PESERTA KONVENSI MENGENAI STATUS PENGUNGSI TAHUN 1951 PENERAPAN PRINSIP NON REFOULEMENT TERHADAP PENGUNGSI DALAM NEGARA YANG BUKAN MERUPAKAN PESERTA KONVENSI MENGENAI STATUS PENGUNGSI TAHUN 1951 Oleh: Titik Juniati Ismaniar Gede Marhaendra Wija Atmadja Bagian

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Maksud, Tujuan dan Kerangka Penulisan Buku...3 BAGIAN I BAB I EVOLUSI PEMIKIRAN DAN SEJARAH PERKEMBANGAN HAK ASASI MANUSIA...

DAFTAR ISI. Maksud, Tujuan dan Kerangka Penulisan Buku...3 BAGIAN I BAB I EVOLUSI PEMIKIRAN DAN SEJARAH PERKEMBANGAN HAK ASASI MANUSIA... Daftar Isi v DAFTAR ISI DAFTAR ISI...v PENGANTAR PENERBIT...xv KATA PENGANTAR Philip Alston...xvii Franz Magnis-Suseno...xix BAGIAN PENGANTAR Maksud, Tujuan dan Kerangka Penulisan Buku...3 BAGIAN I BAB

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pelaksanaan HAM lebih banyak dijadikan objek power game diantara blokblok

BAB I PENDAHULUAN. dan pelaksanaan HAM lebih banyak dijadikan objek power game diantara blokblok BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Promosi dan proteksi Hak Asasi Manusia (HAM) boleh dikatakan telah menjadi agenda internasional. Jika sebelumnya, selama lebih dari 40 tahun, ide dan pelaksanaan HAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Humaniter Internasional bertujuan untuk memanusiawikan perang agar korban

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Humaniter Internasional bertujuan untuk memanusiawikan perang agar korban BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Hukum Humaniter Internasional bertujuan untuk memanusiawikan perang agar korban akibat perang seminimal mungkin dapat dikurangi. Namun implementasinya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipakai untuk melakukan penyerangan kepada pihak musuh. Peraturanperaturan

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipakai untuk melakukan penyerangan kepada pihak musuh. Peraturanperaturan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konvensi-konvensi Den Haag tahun 1899 merupakan hasil Konferensi Perdamaian I di Den Haag pada tanggal 18 Mei-29 Juli 1899. Konvensi Den Haag merupakan peraturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini negara-negara enggan mendeklarasikan keterlibatannya secara terus terang dalam situasi konflik bersenjata sehingga sulit mendefinisikan negara tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perang sipil Libya Tahun 2011 adalah konflik yang merupakan bagian dari musim semi

BAB I PENDAHULUAN. Perang sipil Libya Tahun 2011 adalah konflik yang merupakan bagian dari musim semi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perang sipil Libya Tahun 2011 adalah konflik yang merupakan bagian dari musim semi arab. Perang ini diawali oleh unjuk rasa di Benghazi pada 15 Februari 2011,

Lebih terperinci

PENGANTAR KONVENSI HAK ANAK

PENGANTAR KONVENSI HAK ANAK Seri Bahan Bacaan Kursus HAM untuk Pengacara XI Tahun 2007 PENGANTAR KONVENSI HAK ANAK Supriyadi W. Eddyono, S.H. Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat Jl Siaga II No 31 Pejaten Barat, Jakarta 12510 Telp

Lebih terperinci

Sumber Hk.

Sumber Hk. Sumber Hk 2 Protokol Tambahan 1977 ( PT 1977 ) : merupakan tambahan dan pelengkap atas 4 Konvensi-Konvensi Jenewa 1949 ( KJ 1949 ) PT I/1977 berkaitan dengan perlindungan korban sengketa bersenjata internasional

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Bab ini merupakan bab terakhir yang akan memaparkan kesimpulan atas

BAB IV PENUTUP. Bab ini merupakan bab terakhir yang akan memaparkan kesimpulan atas BAB IV PENUTUP Bab ini merupakan bab terakhir yang akan memaparkan kesimpulan atas isu hukum yang muncul sebagai rumusan masalah dalam bab pertama (Supra 1.2.). Ide-ide yang penulis simpulkan didasarkan

Lebih terperinci

MAKALAH. Pengadilan HAM dan Hak Korban Pelanggaran Berat HAM. Oleh: Eko Riyadi, S.H., M.H.

MAKALAH. Pengadilan HAM dan Hak Korban Pelanggaran Berat HAM. Oleh: Eko Riyadi, S.H., M.H. TRAINING RULE OF LAW SEBAGAI BASIS PENEGAKAN HUKUM DAN KEADILAN Hotel Santika Premiere Hayam Wuruk - Jakarta, 2 5 November 2015 MAKALAH Pengadilan HAM dan Hak Korban Pelanggaran Berat HAM Oleh: Eko Riyadi,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN. Berdasakan hasil penelitian dan pembahasan pada Bab IV, maka

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN. Berdasakan hasil penelitian dan pembahasan pada Bab IV, maka BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasakan hasil penelitian dan pembahasan pada Bab IV, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagi berikut. 1. Pandangan Hukum Humaniter Internasional

Lebih terperinci

LEGALITAS PENGANCAMAN DAN PENGGUNAAN SENJATA NUKLIR OLEH NEGARA DALAM HUKUM INTERNASIONAL

LEGALITAS PENGANCAMAN DAN PENGGUNAAN SENJATA NUKLIR OLEH NEGARA DALAM HUKUM INTERNASIONAL LEGALITAS PENGANCAMAN DAN PENGGUNAAN SENJATA NUKLIR OLEH NEGARA DALAM HUKUM INTERNASIONAL Oleh: Dani Budi Satria Putu Tuni Cakabawa Landra I Made Budi Arsika Program Kekhususan Hukum Internasional dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penderitaan. Manusia diciptakan bersuku suku dan berbangsa bangsa untuk saling

BAB I PENDAHULUAN. penderitaan. Manusia diciptakan bersuku suku dan berbangsa bangsa untuk saling BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada hakekatnya semua manusia mendambakan untuk hidup dalam suasana damai, tenteram, dan sejahtera, bahkan tak satupun makhluk hidup ini yang suka akan penderitaan.

Lebih terperinci

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI KETERLIBATAN ANAK DALAM KONFLIK BERSENJATA Negara-Negara Pihak pada Protokol ini, Didorong oleh dukungan penuh terhadap Konvensi tentang Hak-Hak Anak, yang

Lebih terperinci

BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK-ANAK KORBAN PERANG DI SURIAH. A. Perlindungan yang di berikan pemerintah Suriah terhadap anak

BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK-ANAK KORBAN PERANG DI SURIAH. A. Perlindungan yang di berikan pemerintah Suriah terhadap anak BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK-ANAK KORBAN PERANG DI SURIAH A. Perlindungan yang di berikan pemerintah Suriah terhadap anak korban Perang. Konflik bersenjata di Suriah diawali dengan adanya pemberontakan

Lebih terperinci

bersenjata. Selain direkrut sebagai kombatan, anak-anak seringkali juga menjadi target

bersenjata. Selain direkrut sebagai kombatan, anak-anak seringkali juga menjadi target Perlindungan Anak Palestina dari Kekerasan Oleh: Adzkar Ahsinin Pendahuluan Umm Fadi, seorang Ibu dari 3 orang anak perempuan dan 1 anak laki-laki yang tinggal di Tal al-sultan menyatakan sulit untuk menjelaskan

Lebih terperinci

Protokol Tambahan Konvensi Hak Anak Terkait Keterlibatan Anak Dalam Konflik Bersenjata

Protokol Tambahan Konvensi Hak Anak Terkait Keterlibatan Anak Dalam Konflik Bersenjata Protokol Tambahan Konvensi Hak Anak Terkait Keterlibatan Anak Dalam Konflik Bersenjata 12 Februari 2002 Negara-negara yang turut serta dalam Protokol ini,terdorong oleh dukungan yang melimpah atas Konvensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konferensi Hukum Laut Perserikatan Bangsa-Bangsa III telah berhasil

BAB I PENDAHULUAN. Konferensi Hukum Laut Perserikatan Bangsa-Bangsa III telah berhasil BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Konferensi Hukum Laut Perserikatan Bangsa-Bangsa III telah berhasil menghasilkan Konvensi tentang Hukum Laut Internasional/ The United Nations Convention on

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang cukup signifikan termasuk dalam peperangan. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang cukup signifikan termasuk dalam peperangan. Perkembangan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi, banyak hal mengalami perubahan yang cukup signifikan termasuk dalam peperangan. Perkembangan teknologi akan mempengaruhi cara

Lebih terperinci

I. UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan

I. UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN

Lebih terperinci

Pengertian Anak dan Pentingnya Mendefinisikan Anak Secara Konsisten dalam Sistem Hukum 1 Oleh: Adzkar Ahsinin

Pengertian Anak dan Pentingnya Mendefinisikan Anak Secara Konsisten dalam Sistem Hukum 1 Oleh: Adzkar Ahsinin Bahan Bacaan: Modu 2 Pengertian Anak Pengertian Anak dan Pentingnya Mendefinisikan Anak Secara Konsisten dalam Sistem Hukum 1 Oleh: Adzkar Ahsinin A. Situasi-Situasi yang Mengancam Kehidupan Anak Sedikitnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita

BAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap anak adalah bagian dari penerus generasi muda yang merupakan faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita perjuangan bangsa

Lebih terperinci

KONVENSI HAK ANAK : SUATU FATAMORGANA BAGI ANAK INDONESIA?

KONVENSI HAK ANAK : SUATU FATAMORGANA BAGI ANAK INDONESIA? 48 Konvensi Hak Anak: Suatu Fatamorgana Bagi Anak Indonesia KONVENSI HAK ANAK : SUATU FATAMORGANA BAGI ANAK INDONESIA? Endang Ekowarni PENGANTAR Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang

Lebih terperinci

Keywords : Iconoclast, International Law, International Criminal Court

Keywords : Iconoclast, International Law, International Criminal Court PENGHANCURAN BENDA BUDAYA (ICONOCLAST) SEBAGAI KEJAHATAN TERHADAP KEMANUSIAAN Oleh: Made Panji Wilimantara Pembimbing I: Prof. Dr. I Made Pasek Diantha, S.H., M.S Pembimbing II: I Made Budi Arsika, S.H.,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelanggaran HAM, karena anak adalah suatu anugerah yang diberikan oleh Allah

BAB I PENDAHULUAN. pelanggaran HAM, karena anak adalah suatu anugerah yang diberikan oleh Allah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak sebagai anggota keluarga warga negara yang sangat rentan terhadap pelanggaran HAM, karena anak adalah suatu anugerah yang diberikan oleh Allah SWT yang

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. prinsip Pembedaan (distinction principle) maka Tentara Pembebasan Suriah

BAB III PENUTUP. prinsip Pembedaan (distinction principle) maka Tentara Pembebasan Suriah 59 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Menurut ketentuan dalam Hukum Humaniter Internasional tentang prinsip Pembedaan (distinction principle) maka Tentara Pembebasan Suriah atau Free Syrian Army (FSA) berhak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kewajiban negara adalah melindungi, memajukan, dan mensejahterakan warga negara. Tanggung jawab negara untuk memenuhi kewajiban negara menciptakan suatu bentuk

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN ANAK YANG DITANGKAP OLEH MILITER ASING DI NEGARA KONFLIK

PERLINDUNGAN ANAK YANG DITANGKAP OLEH MILITER ASING DI NEGARA KONFLIK PERLINDUNGAN ANAK YANG DITANGKAP OLEH MILITER ASING DI NEGARA KONFLIK Faisal Riza Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Email: faisalrizaadv@gmail.com Abstract The presence of children

Lebih terperinci

PENULISAN HUKUM (Skripsi)

PENULISAN HUKUM (Skripsi) PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENDUDUK SIPIL DALAM KONFLIK BERSENJATA ANTARA GERAKAN ISLAMIC STATE OF IRAQ AND SYRIA (ISIS) DENGAN PEMERINTAH IRAK DAN SURIAH PENULISAN HUKUM (Skripsi) Disusun dan Diajukan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF THE FINANCING OF TERRORISM, 1999 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENDANAAN TERORISME,

Lebih terperinci

KEABSAHAN SUDAN SELATAN SEBAGAI NEGARA MERDEKA BARU DALAM PERSPEKTIF HUKUM INTERNASIONAL

KEABSAHAN SUDAN SELATAN SEBAGAI NEGARA MERDEKA BARU DALAM PERSPEKTIF HUKUM INTERNASIONAL KEABSAHAN SUDAN SELATAN SEBAGAI NEGARA MERDEKA BARU DALAM PERSPEKTIF HUKUM INTERNASIONAL Oleh: Sakti Prasetiya Dharmapati I Dewa Gede Palguna I Made Budi Arsika Program Kekhususan Hukum Internasional dan

Lebih terperinci

UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan

UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan PENJELASAN ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF THE FINANCING OF TERRORISM, 1999 (KONVENSI INTERNASIONAL

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF THE FINANCING OF TERRORISM, 1999 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENDANAAN TERORISME,

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP HAMBATAN PENEGAKAN HUKUM PERSAINGAN USAHA OLEH KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA (KPPU)

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP HAMBATAN PENEGAKAN HUKUM PERSAINGAN USAHA OLEH KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA (KPPU) TINJAUAN YURIDIS TERHADAP HAMBATAN PENEGAKAN HUKUM PERSAINGAN USAHA OLEH KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA (KPPU) Oleh : Candra Puspita Dewi I Ketut Sudantra Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perang sebisa mungkin harus dihindari. lebih dikenal dengan istilah Hukum Humaniter Internasional.

BAB I PENDAHULUAN. perang sebisa mungkin harus dihindari. lebih dikenal dengan istilah Hukum Humaniter Internasional. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konflik bersenjata baik yang berupa perang atau konflik bersenjata lainnya adalah suatu keadaan yang sangat dibenci oleh bangsa-bangsa beradab diseluruh dunia

Lebih terperinci

ATURAN PERILAKU BAGI APARAT PENEGAK HUKUM

ATURAN PERILAKU BAGI APARAT PENEGAK HUKUM ATURAN PERILAKU BAGI APARAT PENEGAK HUKUM Diadopsi oleh Resolusi Sidang Umum PBB No. 34/169 Tanggal 17 Desember 1979 Pasal 1 Aparat penegak hukum di setiap saat memenuhi kewajiban yang ditetapkan oleh

Lebih terperinci

MAKALAH. Hukum Hak Asasi Manusia & Hukum Humaniter. Oleh: Dr. Fadillah Agus, S.H., M.H. FRR Law Office FH Unpad

MAKALAH. Hukum Hak Asasi Manusia & Hukum Humaniter. Oleh: Dr. Fadillah Agus, S.H., M.H. FRR Law Office FH Unpad PELATIHAN HAM DASAR DOSEN HUKUM HAM SE-INDONESIA Singgasana Hotel Surabaya, 10 13 Oktober 2011 MAKALAH Hukum Hak Asasi Manusia & Hukum Humaniter Oleh: Dr. Fadillah Agus, S.H., M.H. FRR Law Office FH Unpad

Lebih terperinci

Tujuan pendirian Negara Indonesia tertuang dalam Pembukaan UUD 1945:

Tujuan pendirian Negara Indonesia tertuang dalam Pembukaan UUD 1945: Jakarta 14 Mei 2013 Tujuan pendirian Negara Indonesia tertuang dalam Pembukaan UUD 1945: a. Pertama, dimensi internal dimana Negara Indonesia didirikan dengan tujuan untuk melindungi segenap Bangsa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wilayahnya dan berbatasan langsung dengan beberapa negara lain. Sudah

BAB I PENDAHULUAN. wilayahnya dan berbatasan langsung dengan beberapa negara lain. Sudah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah sebuah negara yang secara geografis sangat luas wilayahnya dan berbatasan langsung dengan beberapa negara lain. Sudah sepatutnya Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dirawat dengan baik. Setiap anak berhak atas pelindungan dan demi

BAB I PENDAHULUAN. dirawat dengan baik. Setiap anak berhak atas pelindungan dan demi BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Anak-anak merupakan anugerah dari Tuhan YME yang harus dijaga dan dirawat dengan baik. Setiap anak berhak atas pelindungan dan demi perkembangnya dengan sempurna,

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. 5.1.Kesimpulan

BAB 5 PENUTUP. 5.1.Kesimpulan 99 BAB 5 PENUTUP 5.1.Kesimpulan Berbagai macam pernyataan dari komunitas internasional mengenai situasi di Kosovo memberikan dasar faktual bahwa bangsa Kosovo-Albania merupakan sebuah kelompok yang memiliki

Lebih terperinci