BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif dilakukan untuk mengetahui gambaran nilai variabel - variabel yang menjadi sampel. Adapun hasil perhitungan statistik deskriptif disajikan dalam tabel 4.1 : Tabel 4.1 Deskripsi Variabel Penelitian Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic eva 40-2243804 29679356 5035786.51 6896906.998 mva 40 7398539400000 297554115579000 72438630825371.20 67249783111231.400 harga saham 40 1030 74000 14304.25 14522.805 Valid N (listwise) 40 (sumber : Data diolah oleh peneliti dengan SPSS 20.0 ) Dari data diatas dapat dijabarkan deskripsi variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Maksimum adalah nilai terbesar dari suatu rangkaian pengamatan, minimum adalah nilai terkecil dari suatu rangkaian pengamatan, mean (rata-rata) adalah hasil penjumlahan nilai seluruh data dibagi dengan banyaknya data, sementara standar deviasi adalah akar dari jumlah kuadrat dari selisih nilai data dengan rata-rata dibagi dengan banyaknya data. 61
62 Adapun hasil dari pengujian deskriptif adalah sebagai berikut: a. Variabel EVA menunjukan jumlah responden (N) ada 40, dan memiliki nilai terkecil (minimum) adalah sebesar Rp. -2.243.804 yaitu pada PT. Aneka Tambang Tbk. Dan nilai terbesar (maksimum) sebesar Rp 29.679.356,- yaitu pada PT Astra International Tbk. EVA memiliki nilai rata-rata atau mean sebesar Rp.5.035.786,57 dengan standar deviasi Rp 6.896.906,99 b. Variabel MVA menunjukkan jumlah responden (N) ada 40, dan memiliki nilai terkecil (minimum) sebesar Rp 7.398.539.400.000 yaitu pada PT. Timah Tbk dan nilai terbesar (maksimum) sebesar Rp 297.554.115.579.000 yaitu pada PT Astra International Tbk. MVA memiliki nilai rata-rata atau mean sebesar Rp 72.438.630.825.371,20 dengan standar deviasi sebesar Rp 67.249.783.111.231,4 c. Variabel harga saham menunjukan jumlah responden (N) ada 40, dan memiliki nilai terkecil (minimum) sebesar Rp 1.030 yaitu pada PT. Kalbe Farma Tbk. Dan nilai terbesar (maksimum) sebesar Rp 74.000 yaitu pada PT Astra International Tbk. Harga saham memiliki nilai rata-rata atau mean sebesar Rp 14.304,25 dengan standar deviasi sebesar Rp 14.522,80
63 B. Asumsi Klasik 1. Normalitas Data Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel terikat dengan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Salah satu cara untuk melihat normalitas dalam penelitian ini adalah dengan uji statistic non-parametrik Kolmogrov-Smirnov (K-S). Hasil uji K-S dapat dilihat pada tabel 4.2 sebagai berikut : Tabel 4.2 Uji Normalitas Data Kolmogorov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test N Normal Parameters a,b Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Unstandardized Residual Mean.0000000 Std. Deviation 10312.57237302 Absolute.181 Positive.181 Negative -.147 40 1.146.145 (sumber : Data diolah oleh peneliti dengan SPSS 20.0) Hasil uji normalitas Kolmogrov-Smirnov, dapat dilihat pada kolom ASymp. Sig. (2-tailed ) menunjukkan angka sebesar 0.145 yang berarti lebih besar dari nilai signifikansi yang ditentukan yaitu 0.05 dengan demikian dapat dikatan data berdistribusi normal. Besarnya nilai signifikan pada seluruh variabel terikat melebihi 5%. Hal ini berarti Ho
64 yang menyebutkanbahwa data residual terdistribusisecara normal diterima. Berdasarkan uji statistik yang lebih valid daripada analisis grafik untuk menentukan normalitas residual, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas. 2. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya variabel independen yang memiliki kemiripan dengan variabel independen lain dalam suatu model. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinieritas dalam model regresi dapat diketahui dengan melihat nilai tolerance value dan lawannya variance inflation factor (VIF). Hasil pengujian multikolinearitas pada model regresi dalam penelitian ini dapat dilihat pada table 4.3 sebagai berikut: Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolinearitas Coefficients a Model 1 (Constant) Tolerance Collinearity Statistics VIF eva.524 1.907 mva.524 1.907 a. Dependent Variable: harga saham (sumber : Data diolah oleh peneliti dengan SPSS 20.0 )
65 Dari tabel 4.3 di atas dapat dilihat bahwa nilai Tolerance menunjukkan tidak ada variable independen yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0.1. Hasil perhitungan nilai VIF juga menunjukkan bahwa tidak ada variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antarvariabel independen dalam model regresi. 3. Uji Autokorelasi Untuk mengetahui ada atau tidaknya autokorelasi dilakukan pengujian Durbin-Watson (DW test). Dari hasil pengujian diperoleh hasil sebagai berikut. Tabel 4.4 Hasil Uji Autokorelasi Model R Model Summary b R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin- Watson 1.704 a.496.469 10587.623 2.059 a. Predictors: (Constant), mva, eva b. Dependent Variable: harga saham ( sumber : Data diolaholehpenelitidengan SPSS 20.0 ) Berdasarkan output diatas, diketahui nilai DW 2.059, selanjutnya nilai ini akan dibandingkan dengan nilai table signifikansi 5%, jumlah sample 40 dan jumlah variabel independen 2 (k = 2) sesuai pada table Durbin Watson maka diperoleh nilai du, nilai dw 2.059 lebih besar dari
66 batas atas (du) yakni 1.544 dan kurang dari (4-du) 4-1.544 = 2.456 sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak terdapat autokorelasi 4. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah didalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain.model regresi yang baik adalah yang terjadi homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Pengujian Heteroskedasitas dilakukan dengan uji glejser dan plot. Hasil uji glejser dan plot dapat dilihat pada tabel 4.5 dan gambar 4.1 Tabel 4.5 Hasil Uji Heteroskedastisitas Uji Glejser Model 1 Coefficients a Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients B Std. Error Beta (Constant) 3933.464 1089.145 3.612.001 eva.000.000.311 1.861.071 mva 3.90420364743382E-11.000.426 2.551.015 ( sumber : Data diolah oleh peneliti dengan SPSS 20.0 ) t Sig. Berdasarkan output diatas, diketahui bahwa ada salah satu variabel bebas tidak signifikan pengaruhnya terlihat dari nilai signifikan lebih besar dari 0.05 terhadap variabel terikatnya yaitu EVA, sedangkan MVA pengaruhnya signifikan terlihat dari nilai sig lebih kecil 0.05.
67 Gambar 4.1 Hasil Uji Heteroskedastisitas Gambar scatterplot ( sumber : Data diolah oleh peneliti dengan SPSS 20.0 ) Dari grafik Scatterplot yang dihasilkan terlihat data tidak menyebar secara acak (random), ada yang justru mengumpul. Hal ini berarti mengindikasikan terjadinya masalah heteroskedastisitas. Jadi dapat dikatakan bahwa sebenarnya kejadian heteroskedastisitas kecil sekali, karena tidak semua variabel bebas memiliki pengaruh yang signifikan. Dengan demikian masih dapat dibenarkan asumsi ini terpenuhi homoskedastisitas
68 C. Uji Kelayakan Model Untuk menilai kelayakan model dapat diukur dari nilai koefisien determinasi (R 2 ) dan nilai statistic f yang akan dijelaskan sebagai berikut 1. Uji Koefisien Determinasi (R 2 ) Nilai R 2 digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan model dalam menerangkan variabel dependen. Dalam penelitian ini yang digunakan R square berkisar antara nol dan satu. Nilai R square dari model regresi digunakan untuk mengetahui besarnya pengungkapan yang dapat dijelaskan oleh variabel-variabel bebasnya. Nilai koefisien determinasi dari model regresi penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.6 sebagai berikut Tabel 4.6 Hasil Koefisien Determinasi Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1.704 a.496.469 10587.623 a. Predictors: (Constant), mva, eva b. Dependent Variable: harga saham ( sumber : Data diolah oleh peneliti dengan SPSS 20.0 ) Pada tabel 4.6 menunjukkan bahwa koefisien determinasi yang menunjukkan nilai R square sebesar 0,496. Hal ini berarti bahwa 49.6 % variabel harga saham dapat dijelaskan secara signifikan oleh variabel
69 EVA dan MVA. Sedangkan sisanya 50.4 % harga saham dapat dijelaskan oleh variabel lain yang tidak disertakan dalam penelitian ini seperti DER (Debt to Equitty Ratio), EPS (Earning Per Share) dan analisis-analisis rasio yang lain. 2. Uji Simultan dengan f-test Uji f-test dilakukan untuk menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh bersama-sama terhadap variabel dependen. Hasil uji F-test dapat dilihat pada tabel 4.7 sebagai berikut: Tabel 4.7 Hasil Uji F ANOVA a Model 1 Sum of Squares df Mean Square F Sig. Regression 4077945968.497 2 2038972984.249 18.189.00 Residual 4147616809.003 37 112097751.595 Total 8225562777.500 39 a. Dependent Variable: harga saham b. Predictors: (Constant), eva, mva (sumber : Data diolah oleh peneliti dengan SPSS 20.0 ) Hasil pengujian diatas diperoleh nilai f sebesar 18.89 dan nilai sig sebesar 0.000 yang lebih kecil dari tingkat signifikansinya yaitu 0,05. Nilai probabilitas pengujian yang lebih kecil dari 0,05 menunjukkan bahwa variabel EVA dan MVA berpengaruh secara signifikan secara bersama-sama terhadap harga saham.
70 D. Uji Hipotesis Untuk menilai ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai actual secara statistik, hal tersebut dapat diukur dari nilai statistic t dan analisis regresi yang akan dijelaskan sebagai berikut: 1. Uji Parsial dengan T-test T-test ini bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh masingmasing variabel independen secara individual (parsial) terhadap variabel dependen. Nilai dari uji t-test dapat dilihat dari p-value (pada kolom sig.) pada masing-masing variabel independen, jika p-value lebih kecil dari level of significant yang ditentukan, atau t-hitung (pada kolom t) lebih besar dari t-tabel (dihitung dari two-tailed α = 5%) df-k, k merupakan jumlah variabel independen. Hasil analisis SPSS untuk menguji hipotesis adalah pada tabel 4.8 sebagai berikut : Tabel 4.8 Hasil Uji t Coefficients a Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients Model 1 B Std. Error Beta t Sig. (Constant) 3526.282 2477.557 1.423.163 mva 1.216E-10.000.563 3.494.001 eva.000.000.186 1.151.257 a. Dependent Variable: harga saham (sumber : Data diolah oleh peneliti dengan SPSS 20.0 ) Berikut hasil analisis hasil uji t tersebut diatas:
71 1. Variabel EVA memiliki nilai t hitung 1.151 dengan nilai p- value 0.257 > 0.05artinya tidak signifikan. Yang artinya bahwa secara parsial variabel EVA tidak berpengaruh terhadap harga saham. 2. Variabel MVA memiliki nilai t hitung sebesar 3.494 dengan p-value 0.001 < 0.05 artinya signifikan, yang artinya bahwa secara parsial variabel MVA berpengaruh terhadap harga saham. Hasil dari analisis uji t menunjukkan bahwa dari kedua variabel independen yaitu EVA dan MVA, variabel MVA saja yang berpengaruh secara parsial terhadap perubahan harga saham, sedanglan variabel EVA tidak berpengaruh. 2. Analisis Regresi Analisis linear berganda digunakan untuk mendapatkan regresi yang akan menentukan apakah hipotesis yang dibuat diterima atau tidak. Tabel 4.9 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Coefficients a Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients Model 1 B Std. Error Beta t Sig. (Constant) 3526.282 2477.557 1.423.163 mva 1.216E-10.000.563 3.494.001 eva.000.000.186 1.151.257 a. Dependent Variable: harga saham
72 (sumber : Data diolah oleh peneliti dengan SPSS 20.0 ) Dari hasil output regresi tersebut, maka dapat diperoleh hasil persamaan regresi sebagai berikut : Harga Saham = 3526,282 + 1.216MVA + e Dari hasil persamaan model regresi tersebut diperoleh bahwa EVA dan MVA memiliki koefisien positif. Hal ini berarti setiap kenaikan Rp 1,- MVA, menyebabkan kenaikan harga saham. E. Pembahasan Hasil Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Economic Value Added (EVA), dan Market Value Added (MVA) terhadap harga saham. Penjelasan ini masing masing variabel adalah sebagai berikut : 1. Pengaruh Economic Value Added Terhadap Harga Sahan Secara parsial dengan uji t diketahui bahwa variabel Economic Value Added (EVA) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Meita Rosy (2009), Hafida Qodrina (2012) dan Anggelarsih Imandayu Ismanegara (2013) yang menyatakan bahwa EVA tidak memiliki pengaruh secara signifikan terhadap harga saham. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian dari Budi Rustandi kartawinata yang menemukan bahwa terdapat pengaruh positif Economic
73 Value Added (EVA) secara signifikan terhadap harga saham perusahaanperusahaan sektor pertambangan. Hasil ini tidak membuktikan pernyataan Sunardi (2010) yang menyatakan bahwa semakin besar Economic Value Added maka akan besar pula harga saham. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan konsep persignalan (signaling theory). Informasi Economic Value Added tidak direspon oleh investor sebagai signal positif sebagai dasar keputusan mereka dalam berinvestasi pada kelompok saham syariah di JII. Tidak signifikannya pengaruh Economic Value Added terhadap harga saham kemungkinan disebabkan karena masih digunakannya ukuran kinerja keuangan lain seperti rasio keuangan tanpa memperhatikan biaya modalnya. Selain itu kemungkinan disebabkan karena pengaruh lingkungan eksternal lebih dominan sebagai dasar pengambilan keputusan dibandingkan kondisi internal perusahaan. 2. Pengaruh Market Value Added (MVA) terhadap Harga Saham Secara parsial dengan uji t diketahui bahwa variabel Market Value Added (MVA) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Meita Rosy (2009), Hafida Qodrina (2012) dan Anggelarsih Imandayu Ismanegara (2013) yang menyatakan bahwa MVA memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham.
74 Tetapi berbeda dengan penelitian dari Budi Rustandi kartawinata yang menyatakan bahwa MVA tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham.perbedaan hasil penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan adanya pengaruh MVA terhadap harga saham, kemungkinan disebabkan periode pengamatan dan sedikitnya waktu pengamatan. Hal ini juga dapat disebabkan oleh tinggi rendahnya nilai MVA yang dapat dipengaruhi oleh gejolak pasar modal yang keadaannya kurang stabil.