yang mempunyai panjang kelandaian lebih dari 250 m yang sering dilalui kendaraan berat.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN Tahapan Perencanaan Teknik Jalan

No Dokumen Revisi Ke: Dokumen Level: 3 PANDUAN Tanggal Berlaku: RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) Halaman 1

Jarak pandang berguna untuk :

5/11/2012. Civil Engineering Diploma Program Vocational School Gadjah Mada University. Nursyamsu Hidayat, Ph.D. Source:. Gambar Situasi Skala 1:1000

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Peraturan Pemerintah ( PP ) Nomor : 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) tahun 1997, ruas jalan

PENGANTAR PERENCANAAN JALAN RAYA SO324 - REKAYASA TRANSPORTASI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA 2006

PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN MENGGUNAKAN SOFTWARE AUTODESK LAND DESKTOP 2006 Veronica Dwiandari S. NRP:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

PERENCANAAN PEMBELAJARAN

Sesuai Peruntukannya Jalan Umum Jalan Khusus

BAB III PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

HADIRANTI 1, SOFYAN TRIANA 2

PEDOMAN. Perencanaan Separator Jalan. Konstruksi dan Bangunan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Pd. T B

BAB 3 LANDASAN TEORI. perencanaan underpass yang dikerjakan dalam tugas akhir ini. Perencanaan

Kelandaian maksimum untuk berbagai V R ditetapkan dapat dilihat dalam tabel berikut :

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk, maka semakin banyak

BAB II TNJAUAN PUSTAKA. Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (1997) karakteristik geometrik

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN PADA PROYEK PENINGKATAN JALAN BATAS KABUPATEN TAPANULI UTARA SIPIROK (SECTION 2)

PEDOMAN. Perencanaan Median Jalan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Konstruksi dan Bangunan. Pd. T B

terjadi, seperti rumah makan, pabrik, atau perkampungan (kios kecil dan kedai

BAB II STUDI PUSTAKA

EVALUASI TINGKAT PELAYANAN RAMP SIMPANG SUSUN BAROS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB V EVALUASI V-1 BAB V EVALUASI

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN Perkembangan Teknologi Jalan Raya


KARAKTERISTIK KENDARAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum

PERENCANAAN GEOMETRIK PADA RUAS JALAN TANJUNG MANIS NILAS KECAMATAN SANGKULIRANG

BAB III PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

BAB III LANDASAN TEORI

PEDOMAN. Perencanaan Trotoar. Konstruksi dan Bangunan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN 1-27

BAB III METODOLOGI. Bagan alir dalam penulisan tugas akhir ini terdiri dari :

RSNI-T-XX-2008 RSNI. Standar Nasional Indonesia. Standar geometri jalan bebas hambatan untuk jalan tol. ICS Badan Standarisasi Nasional BSN

Perencanaan Geometrik dan Perkerasan Jalan Tol Pandaan-Malang dengan Jenis Perkerasan Lentur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Perencanaan Jalan Akses Pelabuhan Teluk Lamong

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbaru (2008), Evaluasi adalah penilaian. pelayanan adalah kemampuan ruas jalan dan/atau persimpangan untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERENCANAAN PENINGKATAN JALAN BATAS DELI SERDANG DOLOK MASIHUL-BATAS TEBING TINGGI PROVINSI SUMATERA UTARA

PENGARUH RANCANGAN PEREDAM SILAU TERHADAP JARAK PANDANGAN (Studi Kasus Tol CIPULARANG) Ni Luh Shinta Eka Setyarini 1

BAB I PENDAHULUAN Rumusan Masalah

2018, No Perumahan Rakyat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 881) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Pekerjaan U

BAB III LANDASAN TEORI. hal-hal yang mempengaruhi kriteria kinerja lalu lintas pada suatu kondisi jalan

EVALUASI GEOMETRIK JALAN PADA JENIS TIKUNGAN SPIRAL- CIRCLE-SPIRAL DAN SPIRAL-SPIRAL (Studi Kasus Jalan Tembus Tawangmangu Sta Sta

Persyaratan Teknis jalan

Spesifikasi geometri teluk bus

ABSTRAK PERENCANAAN GEOMETRIK DAN TEBAL PERKERASAN JALAN NGIPIK KECAMATAN KEBOMAS KABUPATEN GRESIK

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN RUAS JALAN SEMARANG GODONG DENGAN STABILISASI TANAH MENGGUNAKAN BAHAN KIMIA ASAM FOSFAT

BAB I PENDAHULUAN. dipergunakan untuk menunjang perekonomian maupun kegiatan-kegiatan manusia

Outline. Klasifikasi jalan Dasar-dasar perencanaan geometrik Alinemen horisontal Alinemen vertikal Geometri simpang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut ( Suryadarma H dan Susanto B., 1999 ) bahwa di dalam

tidak berubah pada tanjakan 3% dan bahkan tidak terlalu

4.1.URAIAN MATERI 1: MERENCANA ALIGNEMEN VERTICAL JALAN

BAB III LANDASAN TEORI. tanah adalah tidak rata. Tujuannya adalah menciptakan sesuatu hubungan yang

Perencanaan Geometrik & Perkerasan Jalan PENDAHULUAN

MANUAL KAPASITAS JALAN INDONESIA. From : BAB 5 (MKJI) JALAN PERKOTAAN

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI. Kendaraan rencana dikelompokan kedalam 3 kategori, yaitu: 1. kendaraan kecil, diwakili oleh mobil penumpang,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan

LEMBAR PENGESAHAN. Disusun Oleh : ATIKA DARA PRAHITA L2A TITIN ENY NUGRAHENI L2A

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergerakan lalu lintas regional dan intra regional dalam keadaan aman,

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Perancangan Perkerasan Jalan

MODUL 3 : PERENCANAAN JARINGAN JALAN DAN PERENCANAAN TEKNIS TERKAIT PENGADAAN TANAH

PEDOMAN. Perencanaan Bundaran untuk Persimpangan Sebidang DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Konstruksi dan Bangunan. Pd.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS KAPASITAS JALAN TERHADAP KEMACETAN

PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM BENTLEY MX ROAD Rizky Rhamanda NRP:

BAB II DASAR TEORI. harus memiliki jarak pandang yang memadai untuk menghindari terjadinya

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS

BAB II LANDASAN TEORI

LEMBAR PENGESAHAN. TUGAS AKHIR PERENCANAAN JALAN LINGKAR SELATAN SEMARANG ( Design of Semarang Southern Ringroad )

Tinggi mata pengeraudi merupakan faktor utaraa

PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997, jalan perkotaan

TUGAS AKHIR - RC

BAB I PENDAHULUAN I-1

Spesifikasi bukaan pemisah jalur

BAB IV METODE PENELITIAN

Penampang Melintang Jalan Tipikal. dilengkapi Trotoar

EVALUASI GEOMETRIK JALAN (Studi Kasus Ruas Jalan Pembangkit Listrik Bumi PT. Sarula Operation Limited Sumatera Utara STA Sampai STA 1+656)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kebutuhan pengguna jalan dalam berlalu lintas. Menurut peranan pelayanan jasa

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI. Mulai. Persiapan. Identifikasi Masalah dan Kebutuhan Data. Pengumpulan Data. 1. Kondisi Data Primer eksisting : jalan, meliputi :

Spesifikasi kereb beton untuk jalan

BAB V MEDIAN JALAN. 5.2 Fungsi median jalan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu Penelitian yaitu pada jam-jam sibuk sekitar jam 06:00 sampai jam

Perencanaan Geometrik Jalan

TUGAS REKAYASA LALU LINTAS (RESUME ANALISIS KINERJA JALAN BEBAS HAMBATAN)

DAFTAR ISI. Halaman Judul Pengesahan Persetujuan Motto dan Persembahan ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

BAB II STUDI PUSTAKA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perancangan geometrik jalan merupakan bagian dari perancangan jalan yang dititik beratkan pada perancangan bentuk fisik jalan sedemikian sehingga dapat menghasilkan bentuk jalan yang dapat dimanfaatkan untuk operasi lalu lintas dengan cepat, lancar, aman, nyaman dan efisien. Yang menjadi dasar perancangan geometrik adalah sifat gerakan, ukuran kendaraan (dimensi dan berat), sifat pengemudi dan karakteristik arus (kecepatan, kerapatan dan volume) lalu lintas. Dalam perancangan geometrik ada tiga elemen penting yaitu alinyemen horizontal (trase jalan), terutama dititik beratkan pada perancangan sumbu jalan; alinyemen vertikal (penampang memanjang jalan); dan penampang melintang jalan. Dalam perancangan alinyemen vertikal, pengambilan atau penentuan kelandaian memberi pengaruh pada gerakan kendaraan terutama kendaraan berat (seperti truk dan bus). Pengaruh dari kelandaian ini dapat dilihat dari berkurangnya kecepatan kendaraan atau mulai dipergunakannya gigi rendah. Dalam perancangan alinyemen vertikal dikenal istilah kelandaian maksimum dan panjang kritis terutama dalam perancangan jalan dua lajur dua arah (tanpa median). Bina Marga sebagai institusi yang berwenang dalam pembinaan jalan sudah mengeluarkan pedoman/standar dalam menentukan landai maksimum dan panjang kritis. Standar-standar tersebut banyak mengacu pada hasil-hasil penelitian yang dipublikasikan oleh American Association of State Highway and Transportation Officials (AASHTO) dalam bentuk buku pedoman A Policy on Geometric Design of Highway and Street. sedangkan oleh Bina Marga diterbitkan beberapa buku pedoman seperti Spesifikasi Standar Untuk Perancangan Geometrik Jalan Luar Kota (Rancangan Akhir)1990 dan Tata Cara Perancangan Geometrik Jalan Antar Kota 1997. 1

Dalam menentukan besaran landai maksimum dan panjang kritis, kendaraan yang dipakai AASHTO dan Bina Marga tidak sama dengan kondisi kendaraan berat yang beroperasi di Indonesia sekarang, dimana kondisi sekarang kekuatan (horse power) kendaraan berat keluaran baru mempunyai daya angkut yang lebih berat, dilain pihak barang yang diangkut kebanyakan sudah melebihi beban standar yang ditentukan (over load). Disamping itu masih banyak juga kendaraan lama yang dioperasikan. Terkadang suatu ruas jalan diperuntukkan hanya bagi kendaraan yang turun (seperti turunan Plelen, Kabupaten Batang). Dalam kasus tersebut perencana mengabaikan batasan panjang kritis dengan asumsi bahwa panjang kritis yang ditentukan itu hanya berlaku untuk jalur pendakian saja. Bila panjang kritis diabaikan, maka problem yang timbul adalah seringnya pengemudi tidak bisa menguasai kendaraannya dikarenakan adanya kerusakan pada sistem rem. Tetapi batasan panjang kritis untuk jalur turunan memang tidak ditentukan, maka untuk itu perlu diadakan penelitian tentang panjang kristis yang ideal untuk jalur turunan. Bila suatu panjang kritis telah terlampaui (tanjakan terlalu panjang), maka perencana harus membuat landai antara atau landai peralihan (bisa berupa turunan atau datar). Landai peralihan ini diperlukan agar kecepatan kendaraan kembali normal sebelum memasuki tanjakan lagi. Panjang Landai Peralihan ini belum ada ketentuannya. Sehingga dengan melihat fenomena tersebut perlu dilakukan pengkajian ulang terhadap penentuan landai maksimum dan panjang kritis yang telah ditetapkan oleh instansi yang berwenang (Bina Marga) serta perlu ditetapkan panjang landai peralihan ideal. 1.2. Perumusan Masalah Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa masalah yang akan diteliti adalah : 1. Apakah ketentuan mengenai landai maksimum dan panjang kritis yang dikeluarkan oleh Bina Marga masih layak dipergunakan, mengingat adanya perkembangan kondisi kendaraan dan muatannya. 2

2. Berapakah panjang kritis maksimum untuk ruas jalan yang hanya dipergunakan untuk jalur turunan agar problem kerusakan rem yang sering terjadi bisa ditanggulangi. 3. Berapa panjang landai peralihan yang ideal, agar kecepatan kendaraan berat kembali normal sebelum memasuki jalur tanjakan lagi. 1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian Penelitian ini mempunyai beberapa maksud dan tujuan yaitu : 1. Mengkaji besarnya landai maksimum dan panjang kritis yang telah ditentukan oleh peraturan dan tata cara yang telah dikeluarkan oleh Bina Marga 2. Menentukan panjang kritis untuk jalur jalan yang menurun 3. Menentukan panjang landai peralihan yang ideal. 1.4. Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan bisa dimanfaatkan oleh instansi yang berwenang terhadap pembinaan jalan dan dapat digunakan sebagai acuan bagi penelitian berikutnya, dan hasilnya dapat digunakan sebagai masukan dan bahan revisi terhadap pedoman yang telah ada. 1.5. Batasan Penelitian Untuk membatasi masalah agar penelitian ini dapat terarah sesuai dengan tujuan yang diharapkan maka ruang lingkup atau batasan meliputi : 1. Ruas jalan yang digunakan adalah jalan arteri antar kota di Jawa Tengah yang mempunyai panjang kelandaian lebih dari 250 m yang sering dilalui kendaraan berat. 2. Ruas jalan yang ditinjau adalah jalan arteri antar kota di Jawa Tengah yang memiliki kelandaian 4% hingga 10 %. 3. Kendaraan yang ditinjau adalah truk dengan memiliki daya penggerak motor maksimum yang berkisar antara 100 HP hingga 200 HP. 3

4. Standar mengenai nilai landai maksimum dan panjang kritis mengacu pada Tata Cara Perancangan Geometrik Jalan Antar Kota 1997 yang dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga. 1.6. Sistematika Penulisan Laporan Dalam penyusunan laporan ini, penulis membagi materi menjadi beberapa bab yaitu : BAB I PENDAHULUAN Berisi mengenai latar belakang permasalahan, perumusan masalah, maksud dan tujuan, manfaat penelitian, dan batasan penelitian serta sistematika penulisan laporan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Berisi mengenai teori yang mendasari tentang perancangan geometri jalan khususnya alinyemen vertikal, komponen lalu lintas yang mendukung teori penelitian dan ringkasan dari penelitian yang pernah dilakukan. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Berisi mengenai tahapan penelitian, objek penelitian, cara penyajian dan analisis data. BAB IV ANALISIS DATA Berisi mengenai analisis dan hasil analis data berupa data kecepatan awal dan kecepatan akhir kendaraan kemudian dianalisa untuk mendapatkan perlambatan yang dialami kendaraan serta panjang yang dibutuhkan untuk mencapai kecepatan merangkak (crawl speed). BAB V PEMBAHASAN Berisi mengenai pembahasan hasil analisis data yang diperoleh berupa pembahasan tentang panjang landai kritis dan landai maksimum yang didapatkan dari hasil penelitian di lapangan 4

serta penentuan panjang landai peralihan yang dibutuhkan kendaraan. BAB VI KESIMPULAN Berisi mengenai kesimpulan hasil penelitian dan saran yang dapat diambil dari hasil penelitian. 5