PERBEDAAN STATUS KEBERSIHAN MULUT PADA ORANG YANG MEMAKAI ALAT ORTODONTIK CEKAT DAN TIDAK MEMAKAI ALAT ORTODONTIK

dokumen-dokumen yang mirip
PERBEDAAN INDEKS HIGIENE ORAL DAN ph PLAK KELOMPOK PEMAKAI DAN BUKAN PEMAKAI PESAWAT ORTODONTI CEKAT LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. bagi tubuh. Fungsi gigi berupa fungsi fonetik, mastikasi dan. ataupun yang hilang bisa berdampak pada kesehatan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pentingnya Menjaga Oral Hygiene Pada Perawatan Ortodonti.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. American Association of Orthodontists menyatakan bahwa Ortodonsia

BAB 4 METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan kepada Odapus yang bergabung dan berkunjung di YLI.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

PERBEDAAN KECEMASAN PADA MAHASISWA LULUSAN SARJANA KEDOKTERAN UNS ANGKATAN 2005 YANG IPK-NYA DI ATAS 2,75 DENGAN IPK-NYA DI BAWAH 2,75 SKRIPSI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, apalagi di kalangan anak-anak dan remaja. Hal ini disebabkan karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Definisi Gigi Tiruan Sebagian Lepasan. satu atau lebih gigi asli, tetapi tidak seluruh gigi asli dan atau struktur

PERBEDAAN INDEKS HIGIENE ORAL DAN ph PLAK KELOMPOK PEMAKAI DAN BUKAN PEMAKAI PESAWAT ORTODONTI CEKAT

BAB I PENDAHULUAN. percaya diri. Salah satu cara untuk mendapatkan kesehatan rongga mulut adalah dengan

BAB I PENDAHULUAN. ortodontik berdasarkan kebutuhan fungsional dan estetik. Penggunaan alat

BAB III. Jenis penelitian yang dilakukan adalah observasional analitik dengan. membandingkan antar kelompok. Desain penelitian ini menggunakan desain

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan rongga mulut merupakan bagian penting dalam kehidupan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gigi, terdiri atas mikroorganisme yang berkembang biak dalam suatu matriks

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. kesehatan, terutama masalah kesehatan gigi dan mulut. Kebanyakan masyarakat

Sri Junita Nainggolan Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan. Abstrak

Nama : Fatimah Setiyo Ningrum NIM : 05/187381/KG/7916

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi masalah gigi dan mulut di atas

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

HUBUNGAN JENIS KELAMIN DENGAN AKTIVITAS FISIK PADA MAHASISWA PENDIDIKAN DOKTER ANGKATAN 2012 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Fixed orthodontic atau disebut juga dengan pesawat cekat ortodonti

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan oleh penggunaan susu botol atau cairan lainnya yang termasuk karbohidrat seperti

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan gigi juga merupakan hasil interaksi antara kondisi fisik, mental dan

BAB I PENDAHULUAN. 25,9%, tetapi hanya 8,1% yang mendapatkan perawatan. 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. seperti kesehatan, kenyamanan, dan rasa percaya diri. Namun, perawatan

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan. Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran CAKRADENTA YUDHA POETERA G

STATUS KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT PASIEN POLIKLINIK GIGI PUSKESMAS PANIKI BAWAH MANADO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Tabel 1 : Data ph plak dan ph saliva sebelum dan sesudah berkumur Chlorhexidine Mean ± SD

DEPARTEMEN KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN/ PENYULUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA PENDERITA TUNANETRA USIA TAHUN ( KUESIONER )

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN ANTARA PRIA YANG BEKERJA SHIFT DAN NON SHIFT DI PT TYFOUNTEX KARTASURA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. (D = decayed (gigi yang karies), M = missing (gigi yang hilang), F = failed (gigi

Bayyin Bunayya Cholid*, Oedijani Santoso**, Yayun Siti Rochmah***

BAB I PENDAHULUAN. Community Dental Oral Epidemiologi menyatakan bahwa anakanak. disebabkan pada umumnya orang beranggapan gigi sulung tidak perlu

BAB I PENDAHULUAN. pada umumnya berkaitan dengan kebersihan gigi dan mulut. Faktor penyebab dari

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan sosialnya (Monica, 2007). Perawatan ortodontik merupakan salah

KONTROL PLAK. Kontrol plak adalah prosedur yang dilakukan oleh pasien di rumah dengan tujuan untuk:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam bidang kedokteran gigi, masalah kesehatan gigi yang umum terjadi di

Status kebersihan gigi dan mulut pada remaja usia tahun di SMPN 4 Watampone Kecamatan Tanete Riattang Kabupaten Bone

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bahan baku utamanya yaitu susu. Kandungan nutrisi yang tinggi pada keju

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PERBANDINGAN PH SALIVA DAN DERAJAT KARIES GIGI ANTARA SISWA PEROKOK DAN BUKAN PEROKOK DI SMK WARGA SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Mulut sangat selektif terhadap berbagai macam mikroorganisme, lebih dari

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Karies gigi adalah penyakit infeksi dan merupakan suatu proses

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini mencakup Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut dan Ilmu kebidanan

BAB I PENDAHULUAN. sehat serta penampilan yang secara sosial dapat diterima (Ariyani,2006).

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian observasional analitik dan desain penelitian cross sectional, yaitu

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini mencakup Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut dan Ilmu Kebidanan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang

PENGARUH ANDROPAUSE TERHADAP KEJADIAN DEPRESI PADA PRIA DI KECAMATAN JEBRES, SURAKARTA SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

Rata-rata nilai plak indeks (%)

BAB I PENDAHULUAN. mikroba pada gigi dan permukaan gingiva yang berdekatan. 1,2

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada permukaan basis gigi tiruan dapat terjadi penimbunan sisa makanan

BAB I PENDAHULUAN. Terapi ortodontik belakangan ini menjadi populer. 1 Kebutuhan akan perawatan

BAB I PENDAHULUAN. Plak gigi adalah deposit lunak yang membentuk biofilm dan melekat pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Makanan kariogenik menjadi makanan kegemaran anak karena bentuknya

BAB II TINJAUAN TEORETIS. renik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Tandanya

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tubuh, baik bagi anak-anak, remaja maupun orang dewasa. 1,2

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung pada bulan Mei s/d juni Penelitian ini termasuk dalam lingkup Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut.

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagian besar pasien dengan kehilangan gigi sebagian. 3 Salah satu kelemahan

BAB I PENDAHULUAN. menjaga kesehatan gigi dan mulut dengan cara selalu menjaga kebersihan gigi dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tujuan mengatasi maloklusi. Salah satu kekurangan pemakaian alat ortodonti cekat

DAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. SURAT PERNYATAAN... iii. LEMBAR PERSETUJUAN PERBAIKAN... iv

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. melalui makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Berbagai macam bakteri ini yang

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. keparahan karies gigi pada anak usia 4-6 tahun merupakan penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan salah satu penyakit kronis yang paling umum terjadi di

BAB 4 METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental klinis.

PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP PENURUNAN DAYA DENGAR PADA PEKERJA PENGGILINGAN PADI DI DESA BANGUN ASRI KARANG MALANG SRAGEN

PERBEDAAN NILAI RESPONSI PATOLOGI ANATOMI PADA PRAKTIKUM HISTOLOGI-PATOLOGI ANATOMI GABUNGAN DAN TERPISAH DI FAKULTAS KEDOKTERAN UNS SKRIPSI

PERBEDAAN GANGGUAN FUNGSI PARU PADA PEKERJA YANG TERPAPAR PARTIKULAT PM10 DIBAWAH DAN DIATAS NILAI AMBANG BATAS DI PT WIJAYA KARYA BETON BOYOLALI

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MENGUDAP DENGAN KEMAMPUAN KOGNITIF MAHASISWA PROGAM STUDI KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNS SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG PEMBERIAN IMUNISASI

ABSTRAK. Kata kunci: Status periodontal, self-ligating bracket, conventional bracket, indeks gingiva, indeks plak. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan rongga mulut merupakan salah satu bagian yang tidak dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pohon Arak (salvadora persica) (Almas,2002). dan minyak atsiri untuk meningkatkan air liur (Zaenab dkk,2004)

BAB 1 PENDAHULUAN. perawatan ortodonsi. Kebersihan mulut pada pasien pengguna alat ortodontik

PERBEDAAN BAKTERIURIA PADA PASIEN BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA DENGAN VOLUME PROSTAT TINGGI DAN TIDAK TINGGI SKRIPSI

SKRIPSI. Untuk memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA GLAUKOMA DENGAN DIABETES MELITUS DAN HIPERTENSI SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dari tanggal 13 November sampai. 4 Desember 2008 di Yayasan Lupus Indonesia (YLI).

HUBUNGAN PERILAKU MAHASISWA POLTEKKES YANG MENGGUNAKAN FIXED APLIANCE TENTANG MENYIKAT GIGI DENGAN NILAI OHI-S DI POLTEKKES KEMENKES MEDAN TAHUN 2013

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi. syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Oleh : THOMAS RIADI PURBA NIM:

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PEKERJA TENTANG APD TERHADAP PENGGUNAANNYA DI CV. UNGGUL FARM NGUTER

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ortodonsia menurut American Association of Orthodontist adalah ilmu

Transkripsi:

PERBEDAAN STATUS KEBERSIHAN MULUT PADA ORANG YANG MEMAKAI ALAT ORTODONTIK CEKAT DAN TIDAK MEMAKAI ALAT ORTODONTIK SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Fredy Danan Putra Sanjaya G0006196 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Surakarta 2010

PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Perbedaan Status Kebersihan Mulut pada Orang yang Memakai Alat Ortodontik Cekat dan Tidak Memakai Alat Ortodontik Fredy Danan Putra Sanjaya, NIM: G0006196, Tahun 2010 Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Pada Hari Jumat, Tanggal 5 Nopember 2010 Pembimbing Utama Nama : Widia Susanti, drg., M.Kes NIP : 196902162004012002 Pembimbing Pendamping Nama : Veronika Ika Budiastuti, dr., M.Pd NIP : 197303122002122001... Penguji Utama Nama : Dr. Pradipto Subiyantoro, drg., Sp.BM NIP : 195706291984031003... Anggota Penguji Nama : Mulyo Hadi Sudjito, dr., Sp.An, KNA NIP : 195109171979031002... Ketua Tim Skripsi Surakarta,. 2010 Dekan FK UNS Muthmainah, dr., MKes. Prof. Dr. A. A. Subijanto, dr., MS. NIP : 196607021998022001 NIP : 194811071973101003 ii

PERNYATAAN Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Surakarta, 20 Oktober 2010 Fredy Danan Putra Sanjaya NIM. G0006196 iii

ABSTRAK Fredy Danan Putra Sanjaya, G0006196, 2010. Perbedaan Status Kebersihan Mulut pada Orang yang Memakai Alat Ortodontik Cekat dan Tidak Memakai Alat Ortodontik. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan status kebersihan mulut pada orang yang memakai alat ortodontik cekat dan orang yang tidak memakai alat ortodontik. Metode: Penelitian ini bersifat analitik observasional dengan pendekatan cross sectional yang dilaksanakan di SMP N 4 Surakarta. Subjek penelitian adalah siswa kelas VII, VIII, IX SMP N 4 Surakarta. Sampel yang digunakan sebanyak 34 siswa yang terdiri dari 17 siswa yang menggunakan alat ortodontik cekat dan 17 siswa yang tidak memakai alat ortodontik. Penetapan sampel dilakukan dengan cluster random sampling. Hasil penilaian status kebersihan mulut didapat dari nilai OHIS dengan pengukuran indeks debris dan indeks kalkulus. Data yang diperoleh diuji dengan uji chi-square tabel 2x3 melalui SPSS version 17 for Windows. Hasil: Didapatkan nilai expected <5 sebanyak 66,7% oleh karena itu data dalam penelitian ini tidak memenuhi syarat Uji Chi-Square sehingga digunakan uji alternatifnya yaitu Uji Kolmogorov-Smirnov. Hasil dari uji tersebut didapatkan nilai kemaknaan menunjukan angka 0,454. Simpulan: Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna status kebersihan mulut orang yang memakai alat ortodontik cekat dan tidak memakai alat ortodontik. Kata Kunci: status kebersihan mulut, ortodontik, OHIS iv

ABSTRACT Fredy Danan Putra Sanjaya, G0006196, 2010. The Differences of the Oral Hygiene Status on Fixed Orthodontic User and Unorthodontic User. Medicine faculty of Sebelas Maret University, Surakarta. Objective: The research goal is to determine the difference in oral hygiene status on fixed orthodontic user and unorthodontic user. Methods: This observational analytic cross sectional approach is implemented in SMP N 4 Surakarta. The subjects were students of class VII, VIII, IX SMP N 4 Surakarta. The research sample consist of 34 students, there are 17 students who use fixed orthodontic appliance and 17 students who did not use orthodontic appliance. Determination of samples was done by cluster random sampling. Oral hygiene status of the assessment results obtained from measuring the value of OHIS with debris index and calculus index. The data obtained were tested with chi-square table 2x3 by SPSS version 17 for Windows. Results: There were the expected values <5 as much as 66.7% and therefore the data in this study are not eligible Chi-Square test was used alternatively so that the Kolmogorov-Smirnov test. The test results found significance value shows the number 0.454. Conclusion: The results of this study concluded that there was no significant difference in oral hygiene status on fixed orthodontic user and unorthodontic user. Keywords: oral hygiene status, orthodontic, OHIS v

PRAKATA Puji syukur kepada Tuhan karena kasih dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Perbedaan Status Kebersihan Mulut pada Orang yang Memakai Alat Ortodontik Cekat dan Tidak Memakai Alat Ortodontik. Skripsi ini disusun dengan maksud untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan tingkat sarjana dalam bidang kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penyelesaian skripsi ini tak lepas dari bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. A. A. Subijanto, dr., MS., selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Muthmainah, dr., M.Kes, selaku Ketua Tim Skripsi beserta Seluruh Staf Bagian Skripsi atas segala bimbingan dan bantuan yang telah diberikan. 3. Widia Susanti, drg., M.Kes, selaku Pembimbing Utama, atas segala bimbingan, bantuan, dan pengarahan materi yang telah diberikan kepada penulis dalam pelaksanaan dan penulisan skripsi ini. 4. Veronika Budiastuti, dr., M.Pd, selaku Pembimbing Pendamping, atas segala bimbingan, arahan, dan masukan dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi ini. 5. Dr. Pradipto Subiyantoro, drg., SpBM, selaku Penguji Utama, yang telah berkenan menguji, memberi nasihat, koreksi, kritik, dan saran sehingga penyusunan skripsi ini semakin sempurna. 6. Mulyo Hadi Sudjito, dr., SpAn, KNA, selaku Anggota Penguji, yang telah berkenan menguji, memberi nasihat, koreksi, kritik, dan saran dalam penyusunan skripsi ini. 7. Papa, mama, kakak, adik, serta simbok tercinta yang senantiasa memberikan doa, cinta, bimbingan, dan motivasi pada peneliti. 8. Semua pihak lain yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini memiliki banyak kekurangan sehingga penulis mengharapkan kritik, saran, dan masukan yang membangun, yang berguna bagi kesempurnaan skripsi ini di masa mendatang. Akhir kata, penulis berharap semoga penulisan skripsi ini bermanfaat bagi semua. Surakarta, 20 Oktober 2010 Penulis vi

DAFTAR ISI halaman PRAKATA vi DAFTAR ISI vii DAFTAR TABEL ix DAFTAR GAMBAR x DAFTAR LAMPIRAN xi BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang Masalah 1 B. Perumusan Masalah 3 C. Tujuan Penelitian 3 D. Manfaat Penelitian 4 BAB II LANDASAN TEORI 5 A. Tinjauan Pustaka 5 B. Kerangka Pemikiran 10 C. Hipotesis 11 BAB III METODE PENELITIAN 12 A. Jenis Penelitian 12 B. Subjek Penelitian 12 C. Lokasi Penelitian 12 D. Teknik Sampling 13 E. Variabel Penelitian 13 F. Definisi Operasional Variabel Penelitian 14 G. Pengambilan Data 15 H. Desain Penelitian 16 I. Bahan dan Instrumen Penelitian 16 J. Teknik Analisis Data 19 BAB IV HASIL PENELITIAN 20 A. Hasil Penelitian 20 B. Analisis Data vii 24

BAB V PEMBAHASAN 25 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 29 A. Simpulan 29 B. Saran 29 DAFTAR PUSTAKA 30 LAMPIRAN 33 viii

DAFTAR TABEL Tabel 1 Distribusi Jenis Kelamin dan Umur Sampel yang Memakai Alat Ortodontik Cekat. 20 Tabel 2 Distribusi Jenis Kelamin dan Umur Sampel yang Tidak Memakai Alat Ortodontik 21 Tabel 3 Lama Penggunaan Alat Ortodontik 21 Tabel 4 Penggunaan Sikat Gigi pada Sampel yang Memakai Alat Ortodontik 22 Tabel 5 Nilai OHIS pada Pemakai Alat Ortodontik Cekat dan yang Tidak Memakai Alat Ortodontik 23 Tabel 6 Distribusi Status Kebersihan Mulut pada Pemakai Alat Ortodontik Cekat dan yang Tidak Memakai Alat Ortodontik 24 halaman ix

DAFTAR GAMBAR halaman Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran 10 Gambar 3.1 Desain Penelitian 16 x

DAFTAR LAMPIRAN halaman Lampiran I Kuisioner 33 Lampiran II Hasil Pemeriksaan 35 Lampiran III Status Kebersihan Mulut Kelompok Ortodontik 36 Lampiran IV Status Kebersihan Mulut Kelompok Bukan Ortodontik 37 Lampiran V Hasil Uji Statistik Menggunakan SPSS 17.0 38 Lampiran VI Surat Ijin Penelitian 40 Lampiran VII Surat Keterangan Telah Menyelesaikan Penelitian 41 xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan nasional bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Derajat kesehatan masyarakat juga ditentukan oleh berbagai faktor seperti penduduk, lingkungan, perilaku masyarakat dan pelayanan kesehatan. Salah satu bagian dari pembangunan nasional adalah pembangunan di bidang kesehatan gigi. Pembangunan di bidang kesehatan gigi merupakan bagian integral dari pembangunan kesehatan nasional. Untuk mendapatkan hasil sebaik baiknya dalam upaya kesehatan gigi, perlu diketahui masalah yang berkaitan dengan kerusakan gigi (Suwelo, 1992) Lingkungan rongga mulut berada dalam keadaan yang berubah-ubah. Hal tersebut disebabkan oleh biofilm yang merupakan komunitas biofilm yang berubah-ubah secara konstan, namun ini dapat dimanipulasi sehingga menjadi lingkungan mulut yang sehat dengan cara mengembalikan keseimbangan dalam rongga mulut (Donly, 2007). Seseorang tidak akan mengalami masalah berkaitan dengan kebersihan gigi dan mulut selama orang tersebut melakukan praktek kebersihan gigi dan mulut dengan baik, aplikasi fluor rutin, dan pemeriksaan dokter gigi secara berkala (fissure sealant) (Vaswani, 2005). Sehingga keseimbangan dalam rongga mulut tersebut tetap terjaga. Kemampuan menyikat gigi secara baik dan benar merupakan bagian dari 1

faktor yang sangat penting untuk pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut. Keberhasilan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut juga dipengaruhi oleh faktor penggunaan alat, metode penyikatan gigi, serta frekuensi dan waktu penyikatan yang tepat. Tersedia berbagai variasi dalam desain sikat gigi, berbagai metode penyikatan gigi, frekuensi penyikatan gigi, dan waktu penyikatan gigi (Wendari, 2001). Waktu menyikat yang baik adalah saat sesudah makan pagi dan sebelum tidur (Hartono, 2001). Sedangkan frekuensi penyikatan gigi yang baik adalah dua kali sehari, dengan durasi minimal 2 menit setiap penyikatan gigi (Carranza, 2002). Tetapi apabila seseorang tidak menjaga kebersihan gigi dan mulut dengan baik maka akan timbul masalah-masalah dalam rongga mulut. Dalam bidang kedokteran gigi telah lama dikenal identifikasi dini masalah-masalah dalam rongga mulut, kriteria risiko tinggi timbul masalah-masalah dalam rongga mulut meliputi satu atau lebih dari hal-hal berikut ini: gigi karies, karies email awal pada area multipel (white spot lesion), plak terlihat pada gigi anterior, gambaran radiografis menunjukkan karies email, titer tinggi terhadap Streptococcus mutans (SM), penggunaan alat ortodontik, dan adanya hipoplasia email (Featherstone, 2003) Perawatan ortodontik adalah perawatan yang dilakukan untuk mengoreksi maloklusi yang ada dan membutuhkan waktu perawatan yang cukup lama (Wayan, 2009). Dalam perawatan ortodontik, secara otomatis seseorang harus memberi perhatian lebih dalam menjalani praktik kebersihan gigi dan mulut agar kebersihan gigi dan mulut tetap terjaga. Hal-hal yang 2

perlu diperhatikan dalam menjalani perawatan ortodontik antara lain kontrol rutin yang dilakukan setiap 3 minggu sekali, pembersihan karang gigi secara berkala, dan juga penggunaan sikat gigi dengan desain khusus. Pasien harus lebih rajin dan teliti melakukan pembersihan dan penyikatan gigi dan alat ortodontiknya selama perawatan, karena adanya alat ortodontik di dalam mulut mempermudah terjadi timbunan sisa makanan yang menempel pada gigi dan alat ortodontik tersebut (Wayan, 2009). Kondisi ini memungkinkan terjadinya pernurunan tingkat kebersihan gigi dan mulut. Tingkat kebersihan gigi dan mulut dapat dilihat dari proses pembentukan plak (McDonald dan Avery, 1994). Salah satu metode yang digunakan untuk mengetahui tingkat kebersihan gigi dan mulut ialah Oral Hygiene Index (OHI). Oral Hygiene Index (OHI) adalah kombinasi dari Indeks Debris dan Indeks Kalkulus (Greene & Vermillion, 1964). B. Perumusan Masalah Apakah ada perbedaan status kebersihan mulut pada orang yang memakai alat ortodontik cekat dan tidak memakai alat ortodontik? C. Tujuan penelitian Untuk mengetahui apakah ada perbedaan status kebersihan mulut pada orang yang memakai alat ortodontik cekat dan tidak memakai alat ortodontik. 3

D. Manfaat Penelitian 1. Aspek teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan perbandingan dan memberikan informasi bagi penelitian serupa di masa yang akan datang. 2. Aspek aplikatif Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam upaya promotif, preventif, dan rehabilitative bagi kebersihan gigi dan mulut masyarakat, yang selanjutnya digunakan untuk pencegahan penyakit gigi dan mulut. 4

BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Oral Higiene Oral higiene merupakan tingkat kebersihan dan higiene struktur gigi dan mulut melalui sikat gigi, stimulasi jaringan, pemijatan gusi, hidroterapi dan prosedur lain yang dianjurkan oleh dokter gigi atau ahli hygiene gigi untuk pertahanan gigi dan kesehatan mulut (Dorland, 2002). a. Plak 1) Definisi Plak gigi adalah lapisan tipis, halus yang terdiri atas sisa-sisa makanan, musin,dan sel-sel epitel yang mati yang tertimbun pada gigi, yaitu media pertumbuhan berbagai bakteri. Komponen anorganik utama adalah kalsium dan fosfor, dengan sebagian kecil magnesium, kalium, dan natrium; matriks organik terdiri dari polisakarida, protein, karbohidrat, lipid, dan komponen lain. Plak mempunyai peranan etiologi penting dalam pembentukan karies gigi dan penyakit periodontal dan gusi serta merupakan dasar untuk pembentukan materia alba; plak berkalifikasi membentuk karang gigi (Dorland, 2006) 5

Plak gigi adalah suatu masa lunak yang melakat pada gigi dan mengandung koloni kuman (Budiharto, 1997) Plak gigi adalah merupakan lengketan yang berisi bakteri beserta produk produknya, yang terbentuk pada semua permukaan gigi (Kidd ad Joyston, 1992) 2) Pembentukan Plak Email yang bersih terpapar di rongga mulut akan ditutupi oleh lapisan organik yang amorf yang disebut pelikel. Pelikel ini terutama terdiri dari glikoprotein yang diendapkan dari saliva dan terbentuk segera setelah penyikatan gigi. Sifat lengketnya mampu membantu melekatkan bakteri bakteri tertentu pada permukaan gigi. Bakteri yang mula mula menghuni pelikel terutama yang berbentuk kokus. Yang paling banyak adalah streptococcus. Organisme tersebut tumbuh, berkembang biak dan mengeluarkan gel ekstra sel yang lengket dan akan menjerat berbagai bentuk bakteri lain. Dalam beberapa hari plak ini akan bertambah tebal dan terdiri dari berbagai macam organisme (Kidd and Joyston, 1992) 3) Susunan Plak Suatu lapisan yang menutupi gigi dan yang 70% dari volumenya bakteri dan 30% material interselluler yang pada pokoknya berasal dari bakteri sisa makanan jarang ditemukan dalam plak. Susunan plak menentukan sifat sifat biologis dan patogennya. 6

Di sini berlaku bahwa gigi, ludah, dan cairan krevikuler, diet, juga tempat retensi, baik yang tiruan maupun yang tidak, menentukan lingkungan setempat. Pada gigi atau geraham yang sama dapat terbentuk bermacam macam plak (Schuurs, 1992). 4) Letak Plak Pada Gigi Berdasarkan lokasinya plak diklasifikasikan sebagai plak supraginggiva dan subgingiva (Forest, 1981). Plak supragingiva adalah penumpukan bakteri yang ditemukan di permukaan gigi yang meluas sampai celah gigi yang dengan segera berhubungan dengan tepi gingival, sedangkan plak subgingiva adalah pengumpulan bahan yang ditemukan seluruhnya pada celah gingival dan kantong gingival (Genco et al, 1990) Pit dan fisura merupakan tempat retensi yang hamper seluruhnya dikelilingi oleh dinding email yang sangat sukar di basuh bersih oleh ludah. Meskipun sejumlah besar jenis plak dapat tinggal dan bertahan di dalam pit dan fissure, jenis plak ini rata rata 80% terdiri atas koki Gram-positif. S. sungius secara kuantitatif menduduki tempat penting. S. mutans dan jenis Lactobacillus ditemukan dalam jumlah besar pada lesi awal. Spesies Actinomyces, seperti juga pada kebanyakan plak yang lain, dijumpai di sini, meskipun tidak jelas apakah mereka memainkan peran penting pada proses karies. 7

Plak tertimbun di bawah permukaan kontak elemen elemen, susunannya lebih bervariasi. Plak tersebut mengandung Actinomyces dalam presentase tinggi, juga bakteri Gram-negatif dan lebih sedikit steptococcus dibandingkan plak di dalam fisura. Pada permukaan licin gigi-gigi dan geraham geraham hanya dapat terbentuk sedikit plak karena adanya efek mekanis yang besar yang disebabkan oleh pipi, lidah dan sikat gigi. Hanya bakteri bakteri yang terutama dapat melekat pada permukaan keras gigi dapat berkoloni pada tempat tempat ini. S. mutans, didahului oleh S. salivarius dan Actinomyces memainkan peran penting pada karies permukaan licin. Plak terbanyak dengan susunan paling kompleks pada orang dewasa ditemukan pada permukaan gigi servikal. Cairan krevikuler mencapai plak servikal, sehingga bersama dengan ludah yang mengandung berbagai cairan tubuh dapat memelihara plak. Pada tempat tempat itu di dalam plak pada satu permukaan gigi dapat ditemukan lebih dari 50 macam mikroorganisme (Kidd and Joyston, 1992). b. Debris Adalah plak yang tebal dan terlihat dengan jelas, tetapi debris lebih banyak mengandung sisa makanan sedangkan plak lebih banyak mengandung mikroorganisme. 8

c. Pewarnaan pada Gigi Warna normal pada gigi sulung adalah putih kebiru biruan atau putih susu. Warna normal pada gigi permanen adalah kuning keabu abuan. Perubahan warna pada gigi sulung maupun gigi permanen dapat berlangsung secara fisiologik maupun patologik. Perubahan warna gigi secara fisiologis dapat terjadi seiring dengan bertambahnya umur, lapisan dentin menjadi lebih tebal, sehingga menghasilkan perubahan warna pada gigi. Perubahan warna gigi secara patologik dapat bersifat ekstrinsik (dari luar) maupun intrinsik (dari dalam). Perubahan warna secara ekstrinsik disebabkan oleh deposit yang terjadi pada permukaan gigi. Sementara perubahan warna secara intrinsik disebabkan oleh faktor yang berasal dari dalam jaringan gigi atau jaringan pulpa (pembuluh darah gigi). Perubahan warna email gigi terjadi karena proses penuaan, minum kopi, teh, atau merokok. Perubahan yang berat biasanya terjadi karena penyerapan tetrasiklin pada masa pembentukan gigi, sehingga gigi menjadi berwarna kuning muda, coklat atau abu abu. 2. Alat Ortodontik a. Definisi Alat ortodontik adalah alat untuk menimbulkan kekuatan mekanis yang dapat berupa alat cekat maupun lepasan. Kekuatan mekanis tersebut dikenakan pada gigi, maka akan terjadi daerah yang tertekan dan tertarik. Daerah yang tertekan akan terjadi resorpsi, 9

daerah yang tertarik akan terjadi pembentukan tulang, menyebabkan gigi bergerak dan integritas tulang alveolar tetap terpelihara (Wartadho, 1991). b. Mekanisme Alat ortodontik Alat cekat dapat memberikan kekuatan yang kontinyu (terusmenerus) serta dapat menggerakan gigi ke segala arah. Setelah alat dipasang, maka tekanan terhadap gigi langsung terjadi. Akibat tekanan ditandai dengan adanya rasa sakit, yang akan hilang setelah beberapa hari. Rasa sakit yang sangat disebabkan tekanan terhadap gigi yang terlalu besar, maka perlu dikontrol dan dikoordinasikan lagi kekuatannya. Kontrol koordinasi alat setiap 3 minggu. Kemajuan gerak gigi diamati dengan membandingkan susunan gigi geligi dengan studi model (Wartadho, 1991) 10

B. Kerangka Pemikiran Memakai alat ortodontik Environment 1. ph 2. volume saliva 3. susunan gigi mempermudah terjadi timbunan sisa makanan OHI Host 1. Penyakit yang diderita 2. Kebiasaan hidup 3. Ras 4. Umur 5. Jenis kelamin Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran C. Hipotesis Ada Perbedaan Status Kebersihan Mulut pada Orang yang Memakai Alat Ortodontik Cekat dan Tidak Memakai Alat Ortodontik. 11

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. B. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 4 Surakarta. C. Subjek Penelitian Siswa SMPN 4 Surakarta yang memenuhi kriteria inklusi. 1. Yang memakai alat ortodontik dengan kriteria inklusi sebagai berikut: a. Memakai alat ortodontik cekat b. Tidak melakukan pembersihan karang gigi selama minimal enam bulan terakhir. c. Usia 11-14 tahun d. Menggosok gigi minimal satu kali setiap hari Sedangkan kriteria eksklusinya sebagai berikut: a. Merokok b. Menderita diabetes mellitus 12

2. Yang tidak memakai alat ortodontik dengan kriteria inklusi sebagai berikut: a. Tidak melakukan pembersihan karang gigi selama minimal enam bulan terakhir b. Usia 11-14 tahun c. Menggosok gigi minimal satu kali setiap hari Sedangkan kriteria eksklusinya sebagai berikut: a. Merokok b. Menderita diabetes mellitus D. Teknik sampling Penetapan sampel dilakukan dengan cluster random sampling yaitu dengan memilih 17 siswa yang memakai alat ortodontik cekat dan 17 siswa yang tidak memakai alat ortodontik yang memenuhi kriteria di atas. E. Klasifikasi Variabel 1. Variabel bebas : Pemakaian alat ortodontik 2. Variabel terikat : Status Kebersihan Mulut 3. Variabel luar : a. Penyakit yang di derita b. Kebiasaan hidup c. Ras d. Jenis kelamin e. ph saliva 13

f. Volume saliva F. Definisi Operasional Variabel 1. Variabel bebas Suatu alat ortodonsia umumnya terdiri dari komponen aktif dan reaktif. Komponen aktif adalah bagian dari alat yang menghasilkan tekanan pada gigi yang hendak digerakkan. Komponen reaktif adalah bagian yang terletak pada gigi yang tidak hendak digerakkan (Slamat, 1992) Data didapatkan dengan memilih sampel yang memenuhi kriteria, dinyatakan ya jika memakai alat ortodontik, dinyatakan tidak jika tidak memakai alat ortodontik. Maka variabel ini menggunakan skala nominal dikotomik. 2. Variabel terikat Merupakan tingkat kebersihan dan higiene struktur gigi dan mulut yang didapatkan dengan pemeriksaan, data dinyatakan dengan baik (Nilai OHIS = 0,0-2,4), sedang (OHIS = 2,5 6,0), dan buruk (Nilai OHIS = 6,1 12). Maka variabel ini menggunakan skala interval. 3. Variabel luar a. Penyakit yang di derita Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit yang memudahkan terbentuknya kalkulus yang nantinya akan berpengaruh terhadap tingkat kebersihan mulut. Variabel ini dikendalikan dengan memilih sampel yang dinyatakan tidak menderita penyakit ini. 14

b. Kebiasaan hidup Kebiasaan hidup yang diperhatikaan yaitu merokok. Merokok adalah kebiasaan yang sering dilakukan di Indonesia data didapatkan dengan kuisioner dinyatakan dengan ya atau tidak. Dinyatakan dengan ya apabila dalam 30 hari terakhir merokok minimal 1 batang per hari dan tidak apabila dalam 30 hari terakhir tidak merokok minimal 1 batang per hari. Variabel ini dikendalikan dengan memilih sampel yang dinyatakan tidak merokok c. Ras Dalam penelitian ini ras termasuk ke dalam variabel yang tidak dikendalikan. d. Jenis Kelamin Merupakan variabel yang dapat dikendalikan, namun dalam penelitian ini kedua jenis kelamin (laki-laki dan perempuan) tetap digunakan sebagai sampel. e. ph Saliva Merupakan variabel yang tidak dapat dikendalikan. f. Volume Saliva Merupakan variabel yang tidak dapat dikendalikan. 15

G. Pengambilan Data Data primer yang berupa hasil pemeriksaan. H. Desain penelitian Populasi Sampel Memakai alat ortodontik (-) Memakai alat ortodontik (+) Nilai skor Oral Higiene Indeks Nilai skor Oral Higiene Indeks Gambar 3.1 Desain Penelitian I. Bahan dan Instrumentasi Penelitian 1. Alat / Bahan a. Kaca Mulut b. Lampu penerang c. Kapas d. Alkohol 16

e. Disklosing Solution (pasta) f. Sonde g. Sikat dan Pasta gigi 2. Cara pengukuran Pengukuran dilakukan dengan metode Simplified Oral Higiene Indeks (OHIS) dari Greene dan Vermilion. Pemeriksaan dilakukan pada 6 gigi. Caranya: a. Deretan gigi tiap rahang dibagi 3: 1) Segmen yang berada di distal C kanan 2) Segmen yang berada di distal C kiri 3) Segmen yang berada di mesial P1 kiri dan kanan (atas bawah) b. Penilaian tiap segmen dinilai bagian bukal dan lingual. Untuk tiap segmen dipilih gigi yang nilainya paling tinggi (terkotor) Hal yang diamati pada pengukuran dengan kriteria Oral Higiene Index (OHI) adalah debris dan kalkulus. Debris adalah sisa-sisa makanan yang tertinggal dalam mulut. Kalkulus adalah suatu endapan keras berwarna putih kekuningan sampai kuning kehijauan yang terdapat pada servik atau permukaan gigi. Oral Hygiene Index (OHI) terdiri atas dua komponen yaitu Debris Index (DI) dan Calculus Index (CI). Tiap komponen pergigi dinilai bagian bukal dan lingualnya. Skor total Di masing-masing ditaksir dengan nilai 0 sampai 3. Cara penilaiannya sama dengan skor total CI yang merupakan penjumlahan skor kalkulus tiap permukaan gigi dibagi jumlah 17

permukaan gigi yang diperiksa. Skor OHI perorangan adalah penjumlahan skor DI dan CI perorangan. Ukuran untuk debris : 0 = Tanpa debris atau stain 1 = a. Debris menutupi tak lebih dari 1/3 permukaan gigi b. Tanpa debris, tapi dengan stain tidak tergantung luasnya 2 = Debris > 1/3 permukaan gigi dari servik <2/3 permukaan 3 = Debris > 2/3 permukaan gigi dari servik. Ukuran untuk kalkulus : 0 = Tanpa kalkulus 1 = Kalkulus tak lebih dari 1/3 permukan gigi dari servik 2 = Kalkulus > 1/3 tetapi < 2/3 permukaan gigi atau sub ginggiva kalkulus melingkar 3 = Kalkulus > 2/3 permukaan gigi dari servik Penelitian dilakukan sebagai berikut : a. Pengisian kuisioner oleh siswa SMPN 4 Surakarta yang menggunakan alat ortodontik cekat dan siswa SMPN 4 surakarta yang tidak menggunakan alat ortodontik untuk mendapatkan populasi dengan kriteria seperti yang diharapkan. b. Setelah populasi dengan kriteria seperti yang diharapkan didapat, maka dilakukan pengampilan sampel dengan cara cluster random sampling sebanyak yang dibutuhkan. c. Pemeriksaan status kebersihan mulut 18

1) Tiap sampel diperiksa dengan menggunakan kaca mulut dan sonde dengan penerangan secukupnya. 2) Tiap sampel dinilai status kebersihan mulutnya menggunakan penilaian OHI dari Green & Vermilion. Skor OHI-S diperoleh dari jumlah Indeks Plak dan Indeks Debris. Skor tingkat kebersihan Gigi dan Mulut (Oral Higiene Indeks) adalah 0 2,4 = Kebersihan mulut baik 2,5 6,0 = Kebersihan mulut sedang 6,1-12 = Kebersihan mulut buruk Setelah semua data yang diperlukan terkumpul kemudian dilakukan tabulasi data. Dilanjutkan dengan analisis data dan penyusunan laporan. J. Teknik Analisis Data Data dalam penelitian ini akan diolah dengan teknik analisis statistik yaitu analisa Uji Chi-Square dengan menggunakan SPSS. 19

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian Dari populasi siswa SMPN 4 Surakarta diambil sejumlah 34 sampel. Sampel terdiri dari 17 siswa yang memakai alat ortodontik cekat dan 17 siswa yang tidak memakai alat ortodontik yang memenuhi kriteria inklusi. Hasil pemeriksaan status kebersihan mulut dua kelompok sampel tersebut adalah sebagai berikut: Tabel 1. Distribusi Jenis Kelamin dan Umur Sampel yang Memakai Alat Ortodontik Cekat. Umur Jenis Kelamin Jumlah Persentase Laki-laki Perempuan 11 0 1 1 5,89% 12 1 1 2 11,76% 13 2 6 8 47,06% 14 1 5 6 35,29% Jumlah 4 13 17 100% (Sumber Data Primer: Oktober 2010) Dari tabel 1 diketahui bahwa responden yang paling banyak berusia 13 tahun yaitu sebanyak 8 orang (47,06%) sedangkan yang paling sedikit berusia 11 tahun yaitu sebanyak 1 orang (5,89%). Jumlah pemakai alat ortodontik cekat laki- 20

laki sebanyak 4 orang (23,53%) sedangkan jumlah pemakai alat ortodontik cekat perempuan sebanyak 13 orang (76,47%). Tabel 2. Distribusi Jenis Kelamin dan Umur Sampel yang Tidak Memakai Alat Ortodontik Umur Jenis Kelamin Jumlah Persentase Laki-laki Perempuan 11 0 0 0 0% 12 2 3 5 29,41% 13 3 2 5 29,41% 14 3 4 7 41,18% Jumlah 8 9 17 100% (Sumber Data Primer: Oktober 2010) Dari tabel 2 diketahui bahwa responden yang paling banyak berusia 14 tahun yaitu sebanyak 7 orang (41,18%) sedangkan tidak ada responden yang berusia 11 tahun. Jumlah orang yang tidak memakai alat ortodontik laki-laki sebanyak 8 orang (47,06%) sedangkan jumlah orang yang tidak memakai alat ortodontik perempuan sebanyak 9 orang (52,94%). Tabel 3. Lama Penggunaan Alat Ortodontik Lama Jumlah Persentase Kurang dari 1 tahun 15 88,24% Lebih dari 1 tahun 2 11,76% Total 17 100% (Sumber Data Primer: Oktober 2010) Dari tabel 3 diperoleh hasil sampel yang menggunakan alat ortodontik cekat kurang dari 1 tahun sebanyak commit 15 orang to user atau 88,24% sedangkan sampel yang 21

menggunakan alat ortodontik cekat lebih dari 1 tahun sebanyak 2 orang atau 11,76%. Data mengenai perbedaan lamanya pemakaian alat ortodontik ini didapatkan dari kuisioner yang diisi oleh kelompok sampel yang memakai alat ortodontik. Tabel 4. Penggunaan Sikat Gigi pada Sampel yang Memakai Alat Ortodontik Jenis Sikat Gigi Jumlah Persentase Sikat Gigi Ortodontik 17 100% Sikat Gigi Biasa 0 0% Total 17 100% Dari tabel 4 didapatkan data bahwa pada kelompok sampel yang menggunakan alat ortodontik cekat semuanya menggunakan sikat gigi ortodontik. Data didapatkan dari hasil anamnesa yang dilakukan peneliti pada kelompok sampel yang memakai alat ortodontik cekat. 22

Tabel 5. Nilai OHIS pada Pemakai Alat Ortodontik Cekat dan yang Tidak Memakai Alat Ortodontik No. Sampel OHI-S No. Sampel OHI-S Ortodontik Bukan Ortodontik 1 4,33 1 3,16 2 7,33 2 4,5 3 3 3 2,33 4 4,5 4 3,16 5 4,16 5 2 6 4,83 6 3,16 7 3 7 3,16 8 6,5 8 2,67 9 4,67 9 1,67 10 6 10 3,5 11 6 11 2,33 12 4,67 12 1 13 3,16 13 2,67 14 2,5 14 3,83 15 3,83 15 2,67 16 3,5 16 3,67 17 4,16 17 4 Jumlah 76 Jumlah 49,5 Rata-rata 4,47 Rata-rata 2,91 (Sumber Data Primer: Oktober 2010) Dari tabel 5 diperoleh nilai rata-rata OHI-S pemakai alat ortodontik adalah 4,47, sedangkan yang tidak memakai alat ortodontik sebesar 2,91. Didapatkan rata-rata nilai OHI-S pemakai alat ortodontik lebih tinggi dari yang tidak memakai alat ortodontik. 23

Tabel 6. Distribusi Status Kebersihan Mulut pada Pemakai Alat Ortodontik Cekat dan yang Tidak Memakai Alat Ortodontik Kelompok Status Kebersihan Mulut Baik Sedang Buruk Ortodontik - 13 4 Bukan Ortodontik 5 12 - Total 5 25 4 (Sumber Data Primer: Oktober 2010) Dari tabel 6 diperoleh hasil jumlah pemakai alat ortodontik yang memiliki status kebersihan mulut baik 0%, sedang sebanyak 13 orang atau 76,47% dan buruk sebanyak 4 orang atau 23,52%. Sedangkan dari kelompok yang tidak memakai alat ortodontik 5 orang atau 29,41% memiliki status kebersihan mulut yang baik, sedang sebanyak 12 orang atau 70,59% dan tidak ada yang memiliki status kebersihan mulut yang buruk. B. Analisis Data Data dalam penelitian ini kemudian diolah dengan teknik analisis statistik yaitu analisis Uji Chi-Square dengan menggunakan SPSS. Didapatkan nilai expected <5 sebanyak 66,7% oleh karena itu data ini tidak memenuhi syarat Uji Chi-Square sehingga digunakan uji alternatifnya yaitu Uji Kolmogorov-Smirnov. Hasil dari uji tersebut didapatkan nilai kemaknaan menunjukan angka 0,454. Oleh karena p>0,05 maka dapat disimpulkan H0 tidak dapat ditolak yang berarti tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara kedua kelompok sampel. 24

BAB V PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan status kebersihan mulut antara siswa yang memakai alat ortodontik cekat dengan siswa yang tidak memakai alat ortodontik di SMP N 4 Surakarta. Jumlah sampel pada penelitian ini 34 orang. Terdiri dari 17 orang yang memakai alat ortodontik cekat dan 17 orang yang tidak memakai alat ortodontik. Pada penelitian ini dari tabel 1 diperoleh data dari 17 orang yang memakai alat ortodontik cekat 4 orang laki-laki (23,53%) dan 13 orang perempuan (76,47%). Dari tabel 2 diperoleh data dari 17 orang yang tidak memakai alat ortodontik 8 orang laki-laki (47,06%) dan 9 orang perempuan (52,94%). Adanya perbedaan jumlah sampel laki-laki dan perempuan kemungkinan dikarenakan perempuan lebih tidak percaya diri ketika terdapat malposisi pada gigi yang mengurangi nilai estetika pada dirinya. Namun hal itu tidak terlalu menjadi perhatian bagi laki-laki. Sehingga kebanyakan jumlah pengguna alat ortodontik adalah perempuan. Pada sampel yang memakai alat ortodontik cekat memiliki rata-rata nilai OHIS sebesar 4,47, sedangkan yang tidak memakai alat ortodontik sebesar 2,91. Meskipun kedua kelompok sampel ini memiliki perbedaan nilai OHIS yang cukup jauh namun setelah data mengenai nilai OHIS dimasukkan dalam ketiga kategori (baik, sedang, buruk) status kebersihan mulut kemudian dilakukan uji statistik 25

dinyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan status kebersihan mulut kedua kelompok sampel ini. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa tidak ada perbedaan status kebersihan mulut antara orang yang memakai alat ortodontik cekat dengan orang yang tidak memakai alat ortodontik. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh beberapa hal di antaranya: 1. Cara menyikat gigi Kebersihan mulut jelas sangat dipengaruhi bagaimana seseorang menjaga kebersihannya. Salah satu cara seseorang menjaga kebersihan mulut yaitu dengan menyikat gigi. Frekuensi penyikatan gigi yang baik adalah dua kali sehari, dengan durasi minimal 2 menit setiap penyikatan gigi (Carranza, 2002). Status kebersihan mulut kedua kelompok sampel ini tidak menunjukan perbedaan kemungkinan dikarenakan cara menyikat gigi antara kedua kelompok sampel ini hampir sama. Ditinjau dari segi kualitas, kuantitas maupun frekuensi menyikat gigi kedua kelompok sampel hampir sama sehingga perbedaan kebersihan mulutnya tidak terlihat jelas. 2. Sikat Gigi Dari anamnesa yang dilakukan oleh peneliti kepada kelompok sampel yang memakai alat ortodontik cekat didapatkan 100% sampel menggunakan sikat gigi yang didesain khusus untuk perawatan ortodontik. Sikat gigi ortodontik memiliki bulu sikat yang halus dan didesain khusus mampu membersihkan sisa makanan yang menempel pada gigi dan alat ortodontik tersebut, serta bertujuan mencegah lepasnya bracket (Wayan, 2009). Hal itu tidak dapat 26

dilakukan oleh sikat gigi pada umumnya. Hal ini sangat memungkinkan kebersihan mulut orang yang memakai alat ortodontik tetap terjaga baik layaknya orang yang tidak memakai alat ortodontik. 3. Keadaan Gigi Pada saat pemeriksaan status kebersihan mulut didapatkan kedua kelompok sampel memiliki keadaan gigi geligi yang rapi dan tidak didapatkan malposisi pada gigi. Hal ini membuat proses menyikat gigi menjadi mudah sebab semua bagian email gigi dapat terjangkau dengan baik oleh sikat gigi yang digunakan kedua kelompok sampel ini, sehingga memungkinkan status kebersihan mulut kedua kelompok sampel ini tidak berbeda jauh. 4. Lama Perawatan Ortodontik Dari kelompok yang menggunakan alat ortodontik cekat didapatkan data mayoritas kelompok sampel menggunakan alat ortodontik <1 tahun. Oleh karena penggunaan yang belum lama ini menjadikan efek samping yang berpengaruh pada kebersihan mulut kelompok sampel yang menggunakan alat ortodontik ini belum terlihat jelas, sehingga memungkinkan status kebersihan mulut antara kelompok yang memakai alat ortodontik cekat tidak berbeda jauh dengan kelompok yang tidak memakai alat ortodontik. 5. ph Saliva Pada penurunan ph demineralisasi elemen gigi-geligi akan cepat meningkat, sedangkan pada kenaikan ph dapat terbentuk kristal-kristal yang menyimpang, juga pembentukan karang gigi dapat naik (Van Nieuw, 1991). Perbedaan status kebersihan mulut yang kurang bermakna antara kedua 27

kelompok sampel ini kemungkinan dikarenakan ph saliva yang hampir sama. Sebab dalam penelitian ini ph saliva merupakan variabel luar yang tidak dikendalikan sehingga tidak dilakukan pengukuran. 6. Kesalahan pada saat pengumpulan data Karena pengambilan data indeks debris dan indeks kalkulus dilakukan secara manual sehingga hasil yang didapatkan sangat subyektif, sehingga memungkinkan terjadinya kesalahan. Walaupun dalam penelitian ini sudah dimasukkan beberapa variabel lain yaitu kebiasaan merokok, penyakit yang diderita (Diabetes Melitus), frekuensi penyikatan gigi, dan pembersihan karang gigi bahkan sebelum pemeriksaan dilakukan penyikatan gigi terlebih dahulu namun upaya untuk mengendalikan semua faktor yang mempengaruhi kebersihan mulut masih sangat sulit untuk dilakukan. Hal ini menjadikan kritik bagi penulis karena penulis hanya mempertimbangkan variabel merokok, diabetes mellitus, frekuensi menyikat gigi, dan pembersihan karang gigi sedangkan faktor-faktor lain yang mempengaruhi terbentuknya plak tidak diikutsertakan dalam perhitungan. 28

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan 1. Tidak ada perbedaan status kebersihan mulut antara sampel yang memakai alat ortodontik cekat dan yang tidak memakai alat ortodontik. 2. Sampel yang memakai alat ortodontik cekat dan yang tidak memakai alat ortodontik keduanya memiliki rata-rata status kebersihan mulut sedang. B. Saran 1. Perlu diadakannya penelitian yang lebih lanjut dengan memperhatikan pengendalian faktor-faktor yang mempengaruhi status kebersihan mulut yang menyebabkan hasil yang kurang signifikan. 2. Diperlukan ketelitian dalam pengambilan sampel dan batasan kriteria inklusi yang jelas dalam penelitian yang meminimalkan terjadinya kesalahan. 3. Perlunya latihan yang cukup dalam menilai indeks kalkulus dan indeks debris sebagai persiapan pemeriksaan OHIS sehingga mengurangi kesalahan pengumpulan data status kebersihan mulut. 29