441 BAB V P E N U T U P Kajian dalam bab ini memuat catatan-catatan kesimpulan dan saran, yang dilakukan berdasarkan rangkaian ulasan, sebagaimana yang termuat pada bab-bab sebelumnya. Kesimpulan, dalam bab ini, bukanlah suatu catatan ringkasan, melainkan sebuah gagasan pemikiran yang diperoleh melalui proses pembahasan dari bab awal sampai bab terakhir. Gagasan pemikiran ini diharapkan dapat berimplikasi pada sebuah upaya membangun teori atau konsep-konsep penting yang bermanfaat bagi kepentingan ilmu pengetahuan maupun masyarakat secara luas. Saran, dalam bab ini, merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari keseluruhan tulisan disertasi yang ada. Alasannya, saran berisikan catatan-catatan penting untuk diperhatikan ke depannya. Saran berisikan pokok pikiran yang penting untuk dijadikan bahan yang harus dipertimbangkan, oleh pihak yang berkompoten, bagi pengembangan ilmu pengetahuan maupun kehidupan masyarakat. A. Kesimpulan Beberapa kesimpulan dari hasil kajian dalam disertasi ini dapat dijelaskan berikut ini. Pertama, dinamika historis masyarakat Hatuhaha Amarima selalu menghadapi kenyataan hidup yang pahit. Tantangan dan ancaman yang dijumpainya ternyata tidak melemahkan semangat manusia Hatuhaha Amarima
442 dan pasrah pada kenyataan hidup, atau pun sekedar bertahan hidup. Penelitian ini menemukan adanya dinamika historis masyarakat Hatuhaha Amarima yang memperlihatkan upaya masyarakat untuk menghadapi tantangan dan ancaman kehidupan, dan berupaya untuk keluar keadaan tersebut. Dinamika historis dan wujud kebudayaan Hatuhaha Amarima mampu melahirkan suatu polarisasi budaya yang bersifat monodualisme, yakni kebudayaan yang berisikan banyak faktor. Artinya, pola kebudayaan Hatuhaha Amarima bukanlah suatu model budaya yang memilah adat dan agama, namun mensintesiskan agama dan adat menjadi satu yang disebut budaya Hatuhaha Amarima. Polarisasi kebudayaan Hatuhaha Amarima merupakan model kebudayaan yang merajut agama, adat dan bahasa dalam setiap praktek tradisi budaya yanaga khas Hatuhaha Amarima. Agama, adat, dan bahasa membaur dan terajut menjadi satu sehingga sulit dipisahkan, apalagi dilepaskan. Rajutan agama dan adat tersebut manghasilkan suatu kebudayaan baru yang khas Hatuhaha, yang disebut dengan kebudayaan Hatuhaha Amarima. Hal ini menunjukkan kemampuan Hatuhaha Amarima dalam mempertahankan eksistensinya di alam semesta, melalui kebudayaan Hatuhaha Amarima. Kebudayaan Hatuhaha Amarima, pada kenyataannya, memperlihatkan suatu pola yang lain dari kebudayaan pada umumnya, di mana umumnya suatu kebudayaan lama dibuang seiring dengan diterimanya kebudayaan baru. Originalitas adat atau pun agama, dalam konteks Hatuhaha Amarima tidak dilepaskan melainkan disentesiskan dengan agama atau pun kebudayaan yang baru. Local genius (kearifan lokal) Hatuhaha Amarima terletak pada kemampuan berpikir dan mengelola eksistensialitas dengan realitas menjadi sesuatu yang khas
443 Hatuhaha Amarima. Wujud kebudayaan Hatuhaha Amarima yang terdapat dalam tradisi, adat, agama, dan bahasa bukan memperlihatkan suatu pola akulturasi budaya, namun memunculkan suatu model polarisasi budaya yang khas Hatuhaha Amarima. Adat, agama, dan bahasa dipadukan menjadi suatu kekuatan yang sulit diabaikan, apalagi ditinggalkan. Semuanya menyatu dalam setiap tradisi budaya yang dilaksanakan turun-temurun. Sintesisasi adat, agama, dan bahasa tersebut semata-mata dilaksanakan untuk menjaga relasi yang baik antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesama manusia, dan manusia dengan alam semesta sehingga terjalin konsep relasi aku engkau. Kedua, melalui uraian menyeluruh tentang Hatuhaha Amarima ditemukan hal yang terpenting dalam komunitas Hatuhaha Amarima, yaitu hakikat Hatuhaha Amarima, yakni persaudaraan. Persaudaraan, dalam konteks Hatuhaha Amarima, tidak saja menyangkut hubungan yang baik dan relasional antara manusia dengan manusia, tetapi juga menyangkut hubungan yang akrab antara manusia dengan Tuhan dan manusia dengan alam semesta. Persaudaraan ini disebut sebagai persaudaraan sejati, yakni persaudaraan yang tidak saja menjaga hubungan baik antara manusia dengan manusia, tetapi juga hubungan baik antara manusia dengan alam semesta dan manusia dengan Tuhan atau leluhur. Hakikat persaudaraan sejati seperti ini memunculkan karakter hidup yang selalu menjaga keutuhan hidup bersama dalam komunitas Hatuhaha Amarima. Wujudnya melalui penerapan nilai-nilai budaya Hatuhaha Amarima, seperti nilai ketuhanan, kemanusiaan, persaudaraan, sosialitas, kerukunan, dan demokrasi, yang tidak saja diterapkan melalui ritual agama sekaligus adat dan tradisi budaya, selalu
444 memperlihatkan kekuatan komunitas Hatuhaha Amarima yakni melalui syariat agama dan norma adat secara bersamaan. Ketiga, ditemukan bahwa kebudayaan Hatuhaha Amarima tidak saja mengandung nilai-nilai hidup masyarakat yang bermanfaat bagi kepentingan Hatuhaha Amarima dan masyarakat luas, yang diaktualisasikan melalui ritualritual tradisi adat, agama, dan budaya. Hakikat persaudaraan yang terjalin lagi di tengah suasana konflik Maluku yang masih memanas memberikan signifikansi yang sangat penting untuk proses perdamaian Maluku. Nilai-nilai budaya Hatuhaha Amarima yang teraplikasikan melalui pawai perdamaian Hatuhaha Amarima telah mampu menularkan semangat menjunjung tinggi nilai pengagungan kepada Tuhan, kemanusiaan, persaudaraan, sosial, kerukunan, dan demokrasi kepada komunitas adat dan agama lainnya di Maluku untuk mencari solusi damai dan mengakhiri konflik yang telah memakan banyak korban jiwa. Prosesi perdamaian Hatuhaha Amarima telah mampu menjaga keutuhan bangsa, khususnya di Maluku. Puncak dari relevansi penerapan nilai-nilai budaya Hatuhaha Amarima bagi kemanusiaan dan perdamaian Maluku adalah dilakukannya perjanjian perdamaian di Malino. Artinya, perdamaian Maluku sejatinya berawal dari perdamaian Hatuhaha Amarima, yang kemudian diikuti oleh komunitas-komunitas lainnya, dan telah menginspirasikan pemerintah untuk menindak-lanjuti pernyataan dan perdamaian tersebut.
445 B. Saran Berdasarkan uraian di atas, ada beberapa pokok pikiran, yang penulis ajukan sebagai saran. Saran ini diajukan untuk digunakan dalam berbagai hal penting, demi pengembangan masyarakat. Pokok-pokok pikiran dalam bentuk saran tersebut adalah: 1. Perbedaaan sejarah Hatuhaha Amarima dapat menimbulkan pemahaman dan interpretasi yang menyimpang jika dilakukan oleh orang-orang tertentu yang tidak mempelajari dan memahami Hatuhaha Amarima secara menyeluruh. Memahami komunitas Hatuhaha Amarima tidak dapat dilakukan secara parsial namun harus menyeluruh. Artinya, yang disebut Hatuhaha Amarima bukanlah Pelauw semata, bukan hanya Rohomoni atau Hulaliu saja, bukan juga tentang Kailolo atau Kabauw semata. Hatuhaha Amarima adalah keseluruhannya. Agar tidak terjadi penyimpangan pemahaman dan interpretasi, disarankan untuk komunitas Hatuhaha Amarima, melalui pemimpin Hatuhaha Amarima, para raja dan tokoh-tokoh adat serta agama dari negeri-negeri Hatuhaha Amarima dapat melakukan mosonipi, duduk bersama membahas cerita ataupun sejarah Hatuhaha Amarima yang satu dengan melibatkan para ahli sejarah. 2. Kajian filsafat kebudayaan untuk membangun nilai-nilai budaya Hatuhaha Amarima, ternyata dapat mengungkap hakikat terdalam dari Hatuhaha Amarima, dan dengan itu pula terlihat nilai-nilai budaya Hatuhaha Amarima. Penelitian dan kajian seperti ini masih dapat
446 diteruskan atau dikembangkan oleh lembaga-lembaga penelitian yang ada dengan pendekatan lain, baik dalam konteks Maluku maupun pada ruang lingkup masyarakat dan kebudayaan yang berbeda. 3. Sudah saatnya bagi filsafat untuk terus mengembangkan kajian filsafat yang bertolak dari kebudayaan masyarakat di Indonesia. pemikiranpemikiran filosofis, yang selama ini dipelajari dan dipegang oleh mahasiswa, umumnya bertolak dari kebudayaan-kebudayaan lain (bukan Indonesia), di mana terdapat perbedaan konteks. Kajian filsafat kebudayaan pada kebudayaan-kebudayaan di Indonesia harus lebih ditingkatkan oleh fakultas filsafat dalam rangaka mengembangkan filsafat nusantara, agar tidak saja bermanfaat bagi pengembangan ilmu filsafat itu sendiri, tetapi juga untuk sosialisasi demi penerapan nilainilai budaya pada masyarakat luas. 4. Kehidupan berbangsa dan bernegara, dalam realitas kemajemukan, membutuhkan karakter hidup masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai nudaya, dan dapat menyatukan keanekaragaman Indonesia. Artinya, pemerintah semestinya memberikan perhatian serius bagi upaya penelitian-penelitian yang berfokus pada pengungkapan budaya masyarakat beserta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Perhatian serius semestinya diberikan, jika ingin menemukan problematika utama suatu kehidupan masyarakat dan budayanya, sebab dari penemuan tersebut terungkap nilai-nilai budaya yang dapat dikembangkan dalam kehidupan masyarakat yang lebih luas.